Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH AUDITING I

“NATURE AND TYPE OF AUDIT EVIDENCE”


(Hakekat dan Tipe Bukti Audit)

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

AL REZI MIRZA MUSSADEK 1161002025


CHRISTIAN DANIEL ABIMANYU 1161002028
CINDY OKTAFANI 1161002060
DHEA APRILIANI HAMIDI 1161002017
ERLIANA ATARI 1161002058
INDU KIRANA 1161002003
KYRA PUTRI 1161002020
MARCELINE STASIA HERIN 1161002034
MUKH SHAKRIN KHOLID M. 1161002019
VERREN ARFANI 1161002011

UNIVERSITAS BAKRIE
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
JURUSAN S1-AKUNTANSI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mata Auditing I yang
mengacu materi “Nature and Type of Audit Evidence (Hakekat dan Tipe Bukti
Audit)” dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Metode penyusunan makalah yang digunakan adalah studi kepustakaan
(library research) dengan mengumpulkan, mempelajari, serta menganalisis
berbagai sumber kepustakaan yang relevan dengan permasalahan penelitian.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Toni Yulianto selaku
dosen pengajar mata kuliah Auditing I yang telah memberikan bimbingan
sehingga penulisan makalah ini sehingga selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis menerima kritik dan saran demi perbaikan dalam penulisan tugas-tugas
berikutnya.

Jakarta, 5 Oktober 2018


Penulis

KELOMPOK 4

ii
DAFTAR ISI

Cover .................................................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................................... iii
BAB I Pembahasan ........................................................................................... 1
I. Nature of Evidence (Hakekat Bukti Audit) ................................................. 1
II. Audit Evidence Decisions (Berbagai Keputusan Bukti Audit) ……............... 2
III. Persuasiveness of Evidence (Bukti Persuasif)……………………………….. 3
IV. Types of Audit Evidence (Jenis-Jenis Bukti Audit) ……………….………… 4
V. Appropriateness of Types of Evidence (Ketepatan dari Jenis-Jenis Bukti)….. 8
VI. Audit Documentation (Dokumentasi Audit)……………….………………….. 13
VII. Persiapan Dokumentasi Audit……………….……………………………….. 24
VIII. Pembahasan Kasus Bukti Audit……………………………………………… 25
Penutup ............................................................................................................ 27
Daftar Pustaka ................................................................................................. iv

iii
BAB I
PEMBAHASAN

I. Nature of Evidence (Hakekat Bukti Audit)


Bukti audit digunakan oleh auditor untuk menentukan informasi yang diaudit telah
dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Penggunaan bukti audit adalah
untuk menentukan laporan keuangan telah disajikan dengan benar
a. Perbandingan Antara Bukti Audit, Bukti Hukum dan Bukti Ilmiah
Dasar Percoabaan Ilmiah Kasus Hukum Audit atas
Perbandingan untuk Pengujian Terhadap Laporan
Obat Tersangka Keuangan
Pencuri
Penggunaan bahan Menentukan Menentukan Menentukan
bukti pengaruh dari apakah tersangka apakah laporan
penggunaan obat tersebut terbukti keuangan telah
tersebut bersalah / tidak disajikan secara
wajar
Sifat bahan bukti Hasil dari percobaan Bukti langsung Beragam jenis
yang berulang-ulang dan pernyataan bahan bukti audit
saksi dan pihak- dihasilkan oleh
pihak yang auditor, pihak
terlibat ketiga dan klien
Pihak-pihak yang Ilmuwan Juri dan hakim Auditor
menggunakan
bahan bukti
Kepastian Beragam, dari tidak Harus ada cukup Keyakinan yang
kesimpulan dari pasti hingga bukti untuk memadai
bahan bukti mendekati pasti dinyatakan
bersalah
Sifat kesimpulan Merekomendasikan / Pihak yang Menerbitkan
tidak bersalah atau salah satu dari
merekomendasikan yang benar beberapa
penggunaan obat tsb. alternatif laporan
audit

1
Akibat yang umum Masyarakat Pihak yang Para pengguna
dari pengambilan menggunakan obat bersalah tidak laporan dapat
kesimpulan yang yang tidak efektif dihukum atau membuat
salah atas bahan atau berbahaya pihak yang benar keputusan-
bukti malah dihukum keptusan yang
salah dan auditor
dapat dituntut

II. Audit Evidence Decisions (Berbagai Keputusan Bukti Audit)


Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan
jumlah bukti audit yang tepat, yang diperlukan untuk memenuhi keyakinan bahwa
komponen laporankeuangan klien dan keseluruhan laporan telah disajikan secara
wajar, dan bahwa klien menyelenggarakan pengendalian internal yang efektif atas
pelaporan keuangan.
Ada empat keputusan mengenai bukti yang harus dikumpulkan yaitu:
a. Prosedur audit apakah yang akan digunakan?
 Prosedur audit : rincian instruksi untuk pengumpulan jenis bukti
audit yang diperoleh pada saat berlangsungnya proses audit
b. Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu?
 Ukuran sampel bagi setiap prosedur berbeda antara satu
penugasan dengan penugasan audit lainnya
c. Item manakah yang akan dipilih dari populasi?
 Berdasarkan ukuran sampel, ditentukan item dari populasi yang
akan diuji
d. Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan?
 Umumnya proses audit dilaksanakan setelah beberapa minggu
atau beberapa bulan setelah berakhirnya suatu periode waktu
 Dipengaruhi oleh kapan audit tersebut harus diselesaikan agar
sesuai dengan kebutuhan klien
Prosedur audit adalah rincian instruksi untuk pengumpulan jenis bukti audit
yang diperoleh pada suatu waktu tertentu saat berlangsungnya proses audit.
Program audit adalah daftar atas berbagai prosedur audit untuk area tertentu
atau keseluruhan proses audit. Program audit mencakup ukuran sampel, item yang
dipilih, dan waktu pelaksanaan pengujian. Setiap komponen audit akan terdapat suatu
program audit yang mengandung sejumlah prosedur audit

2
III. Persuasiveness of Evidence (Bukti Persuasif)
Standar audit mengharuskan untuk mengumpulkan cukup bukti yang tepat untuk
mendukung pendapat yang dikeluarkan. Maka dari itu dibutuhkan bukti persuasif. dua
determinan dari bukti persuasif adalah ketepatan dan kecukupan
A. Ketepatan bukti
Bukti dikatakan tepat apabila memenuhi karakteristik relevansi dan
reliabilitas. Bukti yang di anggap sangat tepat akan sangat membantu dalam
meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
Ketepatan bukti hanya terkait dengan prosedur audit yang dipilih dan penetapan
waktu, serta tidak dapat diperbaiki dengan menambah ukuran sampel. Ketepatan
hanya dapat diciptakan melalui pemilihan prosedur audit yang lebih relevan dan
dapat diandalkan.
Sehubungan dengan relevansi bukti, bukti audit dikatakan tepat jika
berkaitan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh auditor. Sebagai contoh,
prosedur audit yang relevan untuk mengidentifikasi pengiriman atau penjualan
barang adalah yang belum ditagih adalah dengan menelusuri laporan pengiriman
barang ke faktur penjualan, bukan sebaliknya. Menelusuri faktur penjualan ke
laporan pengiriman barang merupakan prosedur audit yang relevan untuk menguji
tujuan audit khusus: apakah transaksi penjualan yang dicatat adalah benar – benar
untuk pengiriman barang yang dilakukan kepada pelanggan nonfiktif. Relevansi
hanya dapat dipertimbangkan dalam tujuan audit khusus, karena bukti audit
mungkin relevan untuk tujuan audit yang satu tetapi tidak relevan untuk tujuan
audit yang lainnya.
Sehubungan dengan reliabilitas bukti, bukti audit dikatakan tepat jika
dapat diandalkan, dapat dipercaya, atau layak dipercaya. Sama seperti relevansi,
bukti dianggap dapat diandalkan jika bukti tersebut sangat membantu dalam
meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Sebagai
contoh, prosedur audit yang dapat diandalkan untuk menguji eksistensi saldo kas
kecil dan saldo persediaan barang dagang pada tanggal neraca adalah dengan
melakukan pemeriksaan fisik, yaitu masing – masing cash opname dan stock
opname. Contoh lainnya, hasil konfirmasi secara tertulis dari bank merupakan
bukti audit yang dapat diandalkan untuk menguji keberadaan saldo kas di bank.
Secara umum, keandalan bukti audit sangat tergantung pada:
1. Independen penyedia bukti
2. Efektivitas pengendalian internal klien

3
3. Perolehan secara langsung oleh auditor
4. Kualifikasi penyedia informasi dan juga auditor
5. Objektivitas
6. Ketepatan waktu

B. Kecukupan bukti
Kuantitas bukti yang dikumpulkan akan menentukan kecukupannya.
Kecukupan bukti diukur dari ukuran sampel yang dipilih auditor. Untuk prosedur
audit tertentu, bukti yang diperoleh dari sampel sebanyak 100 pada umumnya lebih
mencukupi disbanding dengan dari sampel sebanyak 35. Selain ukuran sampel,
metode pemilihan sampel juga akan menentukan kecukupan bukti audit. Sampel
yang terdiri dari item – item populasi dengan nilai moneter yang besar pada
umumnya dianggap sudah mencukupi terutama apabila item – item ini merupakan
bagian terbesar dari jumlah total populasi.

IV. Types of Audit Evidence (Jenis-Jenis Bukti Audit)


A. Bukti Fisik
Menurut Konrath (2002), bukti fisik terdiri atas setiap hal yang dapat
dihitung (counted), diamati, maupun diinspeksi. Bukti fisik, melalui sifatnya
yang faktual, memberikan dukungan utama bagi tujuan audit keberadaan
(existence). Bukti fisik mencakup bukti-bukti audit yang dikategorikan oleh
Arens (2012) sebagai pemeriksaan fisik (physical examination), observasi
(observation), dan reperformance.
a. Pemeriksaan Fisik
Menurut Arens (2012) pemeriksaan fisik merupakan inspeksi atau
perhitungan atas tangible assets oleh auditor. Terdapat perbedaan antara
pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan dokumen. Jika objek yang diperiksa
tidak memiliki nilai bawaan (inherent value), maka bukti auditnya disebut
sebagai bukti audit dokumen, sepeti pemeriksan atas dokumen penjualan,
maupun dokumen cek yang belum diterbitkan.
Secara umum, pemeriksaan fisik bertujuan untuk memastikan
kuantitas dan wujud dari aset. Dalam beberapa kasus, pemeriksaan fisik juga
menjadi metode untuk melakukan evaluasi atas kondisi dan kualitas aset.
Pemeriksaan fisik, secara langsung mengandung maksud untuk melakukan

4
verifikasi bahwa aset benar-benar ada (existence objective) dan juga bahwa
seluruh aset yang ada memang telah dicatat (completeness objective).
b. Observasi
Menurut Arens (2012), observasi adalah penggunaan indera untuk
menilai aktivitas klien. Sepanjang pelaksanaan audit, Meski termasuk ke
dalam bukti audit, penting bagi auditor untuk menindaklanjuti kesan awal
yang diperoleh melalui observasi dengan bukti-bukti penguat.
c. Repreformance
Merupakan pengujian independen oleh auditor, atas prosedur
akuntansi maupun aktivitas pengendalian oleh klien, yang merupakan bagian
dari sistem akuntansi dan pengendalian milik klien (Arens,
2012). Reperformance jamak digunakan sebagai salah satu metode dalam
pelaksanaan tahapan audit uji pengendalian (Test of Control). Contoh
dari reperformance adalah auditor melakukan perbandingan harga
pada invoice dengan daftar harga, serta auditor melakukan kembali analisis
dan klasifikasi aging atas tagihan yang dimiliki klien. Atau ketika auditor
menggunakan dummy data untuk diolah dalam sistem informasi klien (data
testing) untuk keperluan uji kecukupan pengendalian sistem informasi klien.

B. Bukti Konfirmasi
Arens (2012) menyebutkan bahwa konfirmasi merupakan perolehan
tanggapan langsung tertulis dari pihak ketiga yang memberikan verifikasi atas
akurasi informasi yang diminta oleh auditor. Permintaan tersebut ditujukan oleh
auditor kepada klien, dan klien yang akan meminta pihak ketiga untuk
memberikan respon secara langsung kepada auditor.
Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi
langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang
unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan.konfirmasi
merupakan bukti yang sangat tinggi rellabilitasnnya karena berisi informasi yang
berasal dari pihak ketiga secara langsung dan tertulis, konfirmasi sengat banyak
menghabiskan waktu dan biaya
Ada tiga jenis konfirmasi
a. konfirmasi positif
b. blank confirmation
c. konfirmasi negatif

5
Konfirmasi yang dilakukan auditor pada umumnya dilakukan pada
pemeriksaan
a. kas di bank dikonfirmassi ke bank klien
b. piutang usaha di konfirmasi ke pelanggan
c. persediaan yang disimpan di gudang umum persediaan ini di konfirmasi ke
penjaga atau kepala gudang
d. hutang lease dikonfirmasi kepada lessor
Informasi yang Sering Dikonfirmasikan
Informasi Sumber
Aset
Cash in bank Bank
Marketable securities Investment custodian
Account Receivable Customer
Notes receivable Maker
Owned inventory out on consignment Consignee
Inventory held in public warehouses Public warehouse
Cash surrender value of life insurance Insurance company
Kewajiban
Accounts payable Creditor
Notes payable Lender
Advances from customer Customer
Motgages payable Mortgagor
Bonds payable Bondholder
Ekuitas Pemilik
Shares outstanding Registrar and transfer agent
Informasi Lainnya
Insurance coverage Insurance company
Contingent liabilities Bank, lender, and client’s legal
counsel
Bond indenture agreements Bondholder
Collateral held by creditors Creditor
Arens, Elder, and Beasley, 2012, Auditing and Assurance Services: An Integrated
Approach 14th ed

6
C. Inspection
Inspection adalah prosedur audit berdasarkan pemeriksaan catatan atau
dokumen, baik internal maupun eksternal, yang dapat diadakan dalam berbagai
bentuk, yaitu kertas, elektronik atau sejenisnya, atau pada penilaian fisik suatu aset.
Pemeriksaan catatan dan dokumen memberikan bukti audit yang keandalannya
bergantung pada sifat dan sumbernya. Memeriksa dokumen-dokumen tertentu
dapat memberikan bukti audit langsung tentang keberadaan suatu aset, misalnya
instrumen keuangan seperti saham atau obligasi di mana dokumen itu sendiri
merupakan aset. Pada saat yang sama pemeriksaan dokumen tidak dapat
memberikan bukti berkenaan dengan pernyataan kepemilikan dan penilaian aset.
Demikian pula pemeriksaan aset berwujud dapat memberikan bukti audit yang
dapat diandalkan tentang keberadaan mereka tetapi bukan tentang hak dan
kewajiban entitas atau penilaian aset. Contoh lain mungkin adalah inspeksi kontrak
yang dieksekusi yang dapat memberikan bukti sehubungan dengan penerapan
kebijakan akuntansi entitas seperti pengakuan pendapatan.

D. Analytical procedures
Analytical procedures dapat atau harus digunakan pada berbagai tahap
perikatan audit: pada tahap penilaian risiko, sebagai prosedur audit substantif untuk
memverifikasi pernyataan asersi laporan keuangan dan menjelang akhir audit
untuk menguatkan apakah laporan keuangan konsisten dengan pemahaman auditor
entitas.
Prosedur analitis melibatkan evaluasi informasi keuangan melalui analisis
hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan non-keuangan. Mereka juga
termasuk penyelidikan fluktuasi dan hubungan yang tidak konsisten dengan
informasi relevan lainnya atau yang berbeda dari nilai yang diharapkan dengan
jumlah yang signifikan.
Pada tingkat penegasan, prosedur analitis dapat digunakan sebagai
prosedur substantif baik sendiri atau bersama dengan pengujian detail. Prosedur
analitis substantif umumnya lebih berlaku untuk volume besar transaksi yang
cenderung dapat diprediksi dari waktu ke waktu dan yang ada harapan bahwa
hubungan antara data ada dan akan berlanjut tanpa adanya indikasi yang
bertentangan. Kadang-kadang model sederhana dapat berfungsi sebagai prosedur
analitis yang efektif.

7
Sebagai contoh jika suatu entitas memiliki jumlah karyawan yang stabil
dengan tingkat pembayaran tetap selama suatu periode, maka auditor dapat
memperkirakan total biaya penggajian untuk periode dengan tingkat akurasi yang
tinggi, oleh karena itu memperoleh bukti audit untuk item yang signifikan dalam
akun dan mengurangi kebutuhan untuk melakukan tes rincian pada daftar gaji.
Dalam kasus lain, prosedur analitik dapat memberikan bukti yang kurang
meyakinkan, misalnya ketika persentase marjin kotor dihitung dan dibandingkan
untuk mengkonfirmasi jumlah pendapatan, yang bagaimanapun juga relevan jika
digunakan dengan prosedur lain.
Contoh kombinasi efektif dari prosedur analitis substantif dan pengujian
detail dapat sehubungan dengan penilaian penilaian untuk piutang, di mana auditor
dapat melakukan prosedur analitis pada daftar usia debitur di samping tes detail
pada penerimaan kas berikutnya untuk memverifikasi kolektibilitas piutang.
E. Inquiries of The Client
Wawancara (Inquiry) adalah mendapatkan informasi tertulis atau lisan
dari klien sebagai tanggapan atas pertanyaan dari auditor. Inquiry tidak bisa
digunakan untuk menarik kesimpulan karena bukan berasal dari sumber yang
idependen dan ada kemungkinan untuk terjadi bias. Ketika auditor mendapatkan
bukti melalui inquiry maka juga diperlukan untuk memperoleh bukti lain yang
menguatkan inquiry.
F. Recalculation
Recalculation menyangkut pemeriksaan kembali sampel perhitungan yang
dibuat oleh klien seperti pengujian ketepatan aritmatika klien dan termasuk
prosedur seperti memperpanjang faktur penjualan dan inventaris, menambahkan
jurnal-jurnal dan catatan perusahaan anak, dan memeriksa perhitungan
depreciation expenses dan prepaid expenses. Oleh Auditor, recalculation
dilakukan menggunakan bantuan software audit.

G. Reperformance
Reperformance adalah tes independen auditor terhadap prosedur atau
kontrol akuntansi klien yang semula dilakukan sebagai bagian dari sistem
akuntansi dan pengendalian internal entitas. Jika recalculation menyangkut
pemeriksaan kembali perhitungan, reperformance menyangkut pemeriksaan
prosedur lain. Misalnya, auditor biasanya membuat tes terbatas untuk memastikan

8
bahwa informasi dalam catatan-catatan piutang pada perusahaan anak dirangkum
secara akurat dalam buku besar.

H. Observation
Obseervation adalah penggunaan indera untuk melihat dan menilai proses
atau prosedur dari aktivitas yang dilakukan klien. Dalam hal ini, auditor dapat
melakukan tur pabrik untuk mendapatkan kesan umum dari fasilitas klien, atau
melihat individu melakukan tugas-tugas akuntansi untuk menentukan apakah
orang yang diberi tanggung jawab melakukan dengan benar. Akan tetapi,
terkadang keterbatasan waktu juga menghambat untuk mengadakan bukti ini.
Observation juga jarang memadai dengan sendirinya karena risiko auditor
mengubah perilaku kinerja klien karena kehadiran auditor.

V. Appropriateness of Types of Evidence (Ketepatan dari Jenis-Jenis Bukti)


Karakterisktik untuk menentukan ketepatan dari jenis-jenis bukti adalah
relevance dan reliability. Berikut merupakan tabel yang mencakup delapan jenis
bukti yang terkait dengan lima dari enam kriteria yang menentukan reliability dari
bukti.
Criteria to Determine Appropriateness
Effectiveness of Auditor’s
Type of Independence Client’s Internal Direct Qualifications Objectivity
Evidence of Provider Controls Knowledge of Provider of Evidence
Physical High (auditor Varies High Normally high High
examination does) (auditor does)
Confirmation High Not applicable Low Varies–usually High
high
Inspection Varies– Varies Low Varies High
external
documents
more
independent
than internal
documents

9
Analytical High/low Varies Low Normally high Varies–
procedures (auditor does/ (auditor does/ usually low
client responds client responds)
Inquiries of Low (client Not applicable Low Varies Varies–low
client provides) to high
Recalculation High (auditor Varies High High (auditor High
does) does)
Reperforman High (auditor Varies High High (auditor High
ce does) does)
Observation High (auditor Varies High Normally high Medium
does) (auditor does)
Berdasarkan tabel di atas,makadapat dilihat bahwa effectiveness of client’s interal
control memiliki pengaruh signifikan terhadap reliability dari sebagian besar jenis-
jenis bukti. Hal ini dapat dilihat bahwa terdapat 6 atau 75% dari jenis-jenis bukti
menyebutkan adanya variasi. Sedngkan 2 atau 25% dari jenis-jenis bukti tersebut tidak
dapat digunakan.
Lalu, setiap dari delapan jenis-jenis bukti mempunyai potensi untuk menjadi
relevance dan timely tergantung pada sumber dan kapan bukti diperoleh.

A. Cost of Types of Evidence


1. Most expensive
a. Physical examination karena karena biasanya membutuhkan kehadiran
auditor ketika klien menghitung aset pada tanggal neraca.
b. Confirmation karena auditor harus mengikuti prosedur dengan hati-hati dalam
persiapan konfirmasi, pengiriman surat atau elektronik, penerimaan, dan
dalam tindak lanjut dari tidak adanya tanggapan dan penolakan
2. Moderately costly
a. Inspection, jika klien menyediakan dokumen dan file elektronik untuk auditor
dan mengaturnya untuk mudah digunakan.
b. Analytical procedures karena biasanya melakukan perhitungan dan meninjau
kembali, serta mengavaluasi data akan lebih murah dari pada melakukan
confirmation.
c. Reperformance tergantung pada prosedur yang sedang diuji. Dikatakan
sebagai moderately costly jika prosedur yang sedang diuji cenderung
menghabiskan waktu minimal.

10
3. Least-expensive
a. Observation
b. Inquiries of the client
c. Recalculation

Aplication of Types of Evidence to the Four Evidence Decisions


Contoh: Berikut adalah tabel yang menjelaskan types of audit evidence and four evidence
decisions for a balance-related audit objective for inventory.
Evidence Decisions
Type of Audit Procedure Sample Item to Select Timing
Evidence Size
Observation Observe client’s All count Not applicable Balance
personnel counting teams sheet date
inventory to
determine whether
they are properly
following
instructions
Physical Count a sample of 120 items 40 items with Balance
examination inventory and large dollar sheet date
compare quantity value, plus 80
and description to randomly
client’s count selected
Inspection Compare quantity 70 items 30 items with Balance
on client’s perpetual large dollar sheet date
records to quantity value, plus 40
on client’s counts randomly
selected
Untuk mendapatkan bukti persuasif dengan biaya minimum benar secara material,
maka seorang auditor harus mempertimbangkan:
a. Audit procedures mana yang digunakan untuk memenuhi setiap balance-related audit
objective?
b. Berapa sample size untuk setiap prosedur?
c. Item mana yang dipilih dari populasi untuk dimasukkan dalam sampel?
d. Kapan waktu untuk melakukan setiap prosedur?

11
Term Used in Audit Procedures
Term and Definition Illustrative Audit Procedure Type of Evidence
Examine—Studi yang cukup Memeriksa sampel dari vendor’s invoices Inspection
terperinci pada catatan untuk menentukan apakah barang atau
dokumen untuk menentukan jasa yang diterima masuk akal dan dari
fakta yang spesifik jenis yang biasanya digunakan oleh
bisnis klien.
Scan—Pemeriksaan yang kurang Memindai jurnal penjualan, mencari Analytical
rinci dari dokumen atau catatan transaksi besar dan tidak biasa procedures
untuk menentukan apakah ada
sesuatu yang tidak biasa
menjamin penyelidikan lebih
lanjut
Read—Pemeriksaan informasi Membaca notulen rapat direksi dan Inspection
tertulis untuk menentukan meringkas semua informasi yang
fakta-fakta yang berkaitan berkaitan dengan laporan keuangan
dengan audit dalam file audi
Compute—Perhitungan yang Menghitung rasio perputaran persediaan Analytical
dilakukan oleh auditor dan membandingkan dengan tahun- procedures
independen pada klien tahun sebelumnya sebagai uji
keusangan persediaan
Recompute—Perhitungan yang Menghitung unit sales price dikali Recalculation
dilakukan untuk menentukan jumlah unit untuk sampel duplikat
apakah perhitungan klien sales invoice dan membandingkan
benar totalnya dengan perhitungan
Foot—Penambahan kolom Foot the sales journal untuk periode 1 Recalculation
angka untuk menentukan bulan dan bandingkan semua total
apakah totalnya sama dengan dengan general ledger
klien
Trace—Instruksi yang biasanya Melacak sampel transaksi penjualan dari Inspection
terkait dengan inspection atau faktur penjualan ke jurnal penjualan,
reperformance.Instruksi dan membandingkan nama pelanggan,
iniseharusnya menyatakan apa tanggal, dan total nilai penjualan.
Reperformance

12
dan dimana yang sedang Melacak posting dari jurnal penjualan ke
auditor lacak. general ledger accounts
Compare—Perbandingan Memilih sampel faktur penjualan dan Inspection
infromasi di dua lokasi yang membandingkan harga jual unit
berbeda. Instruksi harus sebagaimana tercantum pada faktur ke
menyatakan informasi mana daftar harga jual unit yang ditetapkan
yang dibandingkan secara oleh manajemen
detail sebanyak mungkin.
Count—Penentuan aset di tangan Menghitung sampel dari 100 item Physical
pada waktu tertentu. Istilah ini persediaan dan membandingkan examination
harus dikaitkan hanya dengan kuantitas dan deskripsi dengan
jenis bukti yang didefinisikan hitungan klien
sebagai physical examination.
Observe—Tindakan observasi Mengamati apakah kedua tim inventaris Observation
yang harus dikaitkan dengan menghitung jumlah secara independen
jenis bukti yang didefinisikan dan mencatat jumlah persediaan.
sebagai observasi.
Inquire—Tindakan penyelidikan Menanyakan kepada manajemen apakah Inquiries of client
harus dikaitkan dengan jenis ada obsolete inventory di tangan pada
bukti yang didefinisikan tanggal neraca.
sebagai inquiry
Vouch—Penggunaan dokumen Memberikan sampel dari catatan Inspection
untuk memverifikasi transaksi transaksi akuisisi ke vendor’s invoice
atau jumlah yang tercatat dan menerima laporan.

VI. Dokumentasi Audit


A. Pengertian Dokumentasi Audit
Dokumentasi audit adalah catatan utama yang mencakup semua informasi yang
perlu dipertimbangkan oleh auditor untuk melakukan audit secara memadai dan
untuk mendukung laporan audit. Tujuan dokumentasi audit adalah untuk membantu
auditor dalam memberikan kepastian yang memadai bahwa audit telah sesuai dengan
standar audit yang berlaku umum dan juga membantu auditor dalam melaksanakan
dan mensupervisi audit. Menurut Arens, Elder dan Beasley (2008 : 241 – 243) secara
lebih khusus, dokumentasi audit yang berkaitan dengan audit tahun berjalan,
memberikan :

13
a. Dasar bagi Perencanaan Audit.
Jika auditor akan merencanakan audit yang memadai, informasi tentang
referensi yang diperlukan harus tersedia dalam file audit. File itu meliputi
berbagai macam informasi perencanaan sebagai informasi deskriptif tentang
pengendalian internal, anggaran waktu untuk masing–masing area audit,
program audit, dan hasil dari laporan audit tahun sebelumnya.
b. Catatan Bukti yang Dikumpulkan dan Hasil Pengujian.
Dokumentasi audit adalah sarana utama untuk mendokumentasikan bahwa audit
yang memadai telah dilaksanakan sesuai standar auditing. Jika muncul
kebutuhan, auditor harus mampu memperlihatkan kepada lembaga pembuat
peraturan dan pengadilan bahwa audit telah direncanakan dengan baik dan
diawasi secara memadai. Bukti yang dikumpulkan telah tepat dan mencukupi
dan laporan audit tepat dengan mempertimbangkan hasil audit. Apabila
prosedur audit melibatkan sampling transaksi atau saldo - saldo, maka
dokumentasi audit harus mengidentifikasi item – item yang diuji. File audit juga
harus mendokumentasikan temuan atau masalah audit yang signifikan, tindakan
yang diambil untuk menanganinya, dan dasar kesimpulan yang dicapai.
c. Data untuk menentukan Jenis Laporan Audit yang Tepat.
Dokumentasi audit menyediakan sumber informasi yang penting untuk
membantu auditor dalam memutuskan apakah bukti yang tepat dan mencukupi
telah dikumpulkan guna menjustifikasi laporan audit berdasarkan situasi tertentu.
Data yang ada dalam file memiliki kegunaan yang sama untuk mengevaluasi
bukti bahwa audit telah diawasi secara memadai.
d. Dasar bagi Review oleh Supervisor dan Partner. File audit adalah kerangka
referensi utama yang digunakan oleh supervisor untuk mereview pekerjaan
asisten. Review yang cermat oleh supervisor juga memberikan bukti bahwa audit
telah diawasi secara memadai.

B. Kertas Kerja Audit


Dokumentasi audit dapat dianggap sebagai kertas kerja, meskipun semakin
banyak dokumentasi audit yang diselenggarakan dalam file komputerisasi.
Dokumentasi yang berupa kertas kerja audit merupakan milik kantor akuntan publik
walaupun kertas kerja tersebut berisi informasi mengenai perusahaan. Kantor
akuntan publik diharuskan untuk menjaga kerahasiaan mengenai informasi

14
perusahaan tersebut, kecuali jika ada izin dari perusahaan yang diaudit tersebut atau
ada perkara pengadilan.
Kertas kerja audit adalah catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai
prosedur audit yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh,
dan kesimpulan yang dibuat sehubungan dengan kegiatan audit yang telah
dilakukan. Kesimpulan akhir dari suatu pemeriksaan audit adalah opini yang
menjadi laporan tertulis yang disampaikan kepada klien oleh auditor.
Audit atas laporan keuangan harus didasarkan atas Standar Audit (SA) yang
ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Standar Audit mengharuskan
auditor melakukan perencanaan dan supervisi terhadap audit yang dilaksanakan,
memperoleh pemahaman atas pengendalian intern, dan mengumpulkan bukti
kompeten yang cukup melalui berbagai prosedur audit. Kertas kerja merupakan
sarana yang dilakukan oleh auditor untuk membuktikan bahwa standar audit telah
dipatuhi.
Kertas kerja audit yang baik biasanya harus berisi dokumentasi yang
memperlihatkan mengenai hal-hal sebagai berikut:
a) Perencanaan dan supervisi yang baik.
b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
telah dilakukan.
c) Telah diperolehnya bukti audit, telah dilakukannya seluruh prosedur
pemeriksaan, dan pengujian telah dilaksanakan yang memberikan bukti
kompeten yang cukup sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan auditan.
Jika suatu kertas kerja audit dinyatakan baik, yang dalam proses pengerjaan di
lapangan telah memenuhi hal-hal tersebut di atas, manfaat yang akan didapatkan
oleh auditor dari kertas kerja audit adalah sebagai berikut:
a) Penghubung antara catatan klien dengan laporan audit yang dihasilkan oleh
auditor.
b) Bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai.
c) Mendukung opini auditor.
d) Untuk mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.
e) Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.
f) Dasar perencanaan audit tahun selanjutnya.
g) Catatan bukti dan hasil pengujian yang telah dilakukan.

15
h) Dasar untuk menentukan jenis opini.
i) Dasar untuk supervisi audit oleh supervisor atau partner.

Audit File Content and Documentation

Arens, Elder, and Beasley, 2012, Auditing and Assurance Services: An Integrated
Approach 14th ed

C. Ownership and Confidentialy of Audit Files (Kepemilikan dan Kerahasiaan


Dokumentasi Audit)
Menurut SA (Standar Audit) Seksi 230 mengenai Dokumentasi Audit,
dijelaskan bahwa kertas kerja adalah milik auditor. Meskipun demikian, hak
kepemilikan kertas kerja oleh auditor masih tunduk pada pembatasan-pembatasan
yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku, untuk
menghindari penggunaan hal-hal yang bersifat rahasia oleh tujuan yang tidak
semestinya.
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik 301 memuat aturan yang berkaitan
dengan kerahasiaan kertas kerja “Anggota kompartemen akuntan publik tidak
diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan

16
klien”. Hampir semua informasi yang diperoleh auditor dicatat dalam kertas kerja,
maka bagi auditor, kertas kerja audit merupakan hal yang bersifat rahasia.
Kode Etik IAI memuat pasal yang mengatur kerahasiaan kertas kerja, pasal 19
Kode Etik Akuntan Indonesia yang berbunyi sebagai berikut.
“Seorang akuntan publik harus menjaga kerahasiaan informasi yang
diperolehnya selama penugasan professional, dan tidak boleh terlibat dalam
pengungkapan fakta atau informasi tersebut, bila ia tidak memperoleh ijin khusus
dari klien yang bersangkutan, kecuali jika dikehendaki oleh hukum, atau Negara,
atau profesinya.”
Meskipun kertas kerja dibuat dan dikumpulkan auditor dalam daerah wewenang
klien, dari catatan-catatan klien, serta atas biaya klien, hal pemilikan atas kertas kerja
tersebut sepenuhnya tetap berada di tangan akuntan publik, bukan milik klien atau
pribadi auditor. Karena kertas kerja audit tidak hanya berisi informasi yang diperoleh
auditor dari catatan klien saja, tetapi berisi pula program audit yang akan dilakukan
oleh auditor, maka tidak semua informasi yang tercantum dalam kertas kerja dapat
diketahui oleh klien.
Karena sifat kerahasiaan yang melekat pada kertas kerja audit, auditor harus
menjaga kertas kerja dengan cara mencegah terungkapnya informasi yang tercantum
dalam kertas kerja kepada pihak-pihak yang tidak diinginkan. Oleh karena itu,
organisasi pemeriksaan harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang wajar
mengenai pengamanan dan penyimpanan dokumentasi pemeriksaan selama waktu
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sesuai dengan SA (Standar Audit), auditor harus menerapkan prosedur
memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya dalam
periode yang dapat memenuhi kebutuhan praktiknya dan ketentuan-ketentuan
hukum yang berlaku mengenai penyimpanan dokumen.
Dengan demikian, jelas bahwa tidak semua kertas kerja dapat menjadi konsumsi
publik. Terdapat banyak aturan dan kode etik yang membatasi penggunaan kertas
kerja oleh pihak-pihak tertentu termasuk auditor yang membuat kertas kerja audit.
Adanya pembatasan ini bukan berarti membatasi ruang gerak dari para professional
yang bekerja di dalamnya, tetapi lebih melindungi tidak hanya terkait data dari klien,
tetapi juga auditor itu sendiri.

17
D. Penyimpanan Dokumentasi Audit
Peraturan SEC mengharuskan auditor perusahaan publik untuk memelihara
dokumentasi berikut:
 Kertas kerja atau dokumen lain yang menjadi dasar audit laporan keuangan
tahunan perusahaan atau peninjauan laporan keuangan triwulanan perusahaan
 Memo, korespondensi, komunikasi, dokumen dan catatan lain, termasuk catatan
elektronik, terkait dengan audit atau tinjauan
Dokumentasi audit yang biasa ditemukan meliputi rencana dan program audit, kertas
kerja neraca saldo, analisis dan daftar akun, memorandum audit, dan jurnal
penyesuaian dan reklasifikasi.
1. Rencana dan program audit
Rencana audit berisi strategi yang diikuti auditor dalam melaksanakan
audit yang menggambarkan pemahaman auditor mengenai klien dan potensi
risiko audit. Juga berisi kerangka kerja dasar mengenai bagaimana sumber daya
diaudit. Program audit berisi prosedur yang akan dilaksanakan oleh auditor.
2. Kertas keja neraca percobaan
Menghubungkan jumlah di laporan keuangan dengan kertas kerja audit.
3. Analisis dan daftar akun
Kertas kerja analisis akun biasanya memasukkan aktivitas di akun tertentu
selama periode tersebut.
4. Memorandum audit
Kebanyakan pekerjaan auditor didokumentasikan dalam memorandum
tertulis termasuk diskusi mengenai hal-hal seperti pengendalian internal,
pengamatan persediaan, kekeliruan yang teridentifikasi dan masalah yang
dihadapi selama audit.
5. Jurnal penyesuaian dan reklasifikasi
Dokumentasi audit harus memasukan jurnal penyesuaian dan reklasifikasi
yang diidentifikasi oleh auditor atau klien. Jurnal penyesuaian dibuat untuk
mengoreksi salah saji dicatatan klien. Contoh jika persediaan tidak benar maka
jurnal penyesuaian dibukukan ci catatan klien maupun kertas kerja neraca saldo.
Jurnal reklasifikasi dibuat untuk menyajikan informasi dengan benar engenai
laporan keuangan.

E. Format Dokumentasi Audit

18
Dokumentasi audit dapat disiapkan baik dalam cetakan ataupun secara
elektronik namun dokumen yang diformat harus mencakup tiga karakteristik, yaitu;
1. Judul, didalamnya terdapat nama klien, judul kertas kerja, dan tanggal akhir
tahun klien.
2. Pemberian indeks dan referensi silang,. Dokumen audit harus diorganisasikan
sehingga anggota tim audit atau kantor akuntan dapat menemukan bukti audit
yang relevan. Proses pemberian indreks dan referensi silang memberi jejak dari
laporan keuangan ke dokumen audit individu sehingga reviewer dapat dengan
mudah mengikuti.
3. Tanda kutip. Auditor menggunakan tanda kutip untuk mendokumentasikan kerja
yang dilakukan. Tanda kutip adalah notasi sederhana yang dibuat auditor di
dekat, disamping, suatu hal atau jumlah dalam dokumen audit.

Isi Kertas Kerja Pemeriksaan Audit


Kertas kerja pemeriksaan terbagi dalam dua berkas yang masing-masing
berkas berisi data-data dan informasi yang dapat digunakan oleh auditor untuk
berbagai kebutuhan, yaitu:
a) File Permanen
File yang berisi informasi penting, berkesinambungan bagi suatu
penugasan pemeriksaan dan dimaksudkan untuk menyimpan data historis atau
data berkesinambungan sebagai sumber informasi yang penting untuk
pelaksanaan audit dari tahun ke tahun.
Contoh : Akta Pendirian Perusahaan, Informasi Bisnis dan Jenis Usaha
Klien (UCBIQ), Perjanjian Pinjaman dan Kontrak Jangka Panjang dan lainnya.
1. Tujuan File Permanen :
 Sebagai acuan yang digunakan untuk pemeriksaan tahun-tahun
mendatang.
 Memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi
staff yang baru pertamakali menangani pemeriksaan laporan
keuangan.
 Untuk menghindari pengulangan pembuatan kertas kerja yang sama
dari tahun ke tahun.

19
Arens, Elder, and Beasley, 2012, Auditing and Assurance Services: An Integrated
Approach 14th ed

2. Tipe File Di Dalam File Permanen


 ekstrak atau salinan dari dokumen perusahaan yang terus penting
sebagai pasal-pasal penggabungan, peraturan, kontrak obligasi dan
kontrak. kontrak dapat mencakup rencana pensiun, sewa, opsi saham,
dan sebagainya. masing-masing dokumen ini signifikan bagi auditor
selama bertahun-tahun karena merupakan efek.
 analisis dari tahun-tahun sebelumnya tentang akun yang memiliki
kepentingan berkelanjutan bagi auditor. ini termasuk akun seperti
hutang jangka panjang, akun ekuitas pemegang saham, goodwill dan
aset tetap. memiliki informasi ini dalam file permanen memungkinkan

20
auditor untuk berkonsentrasi pada analisis hanya perubahan dalam
saldo tahun berjalan sementara tetap mempertahankan hasil audit
tahun sebelumnya dalam bentuk yang dapat diakses untuk ditinjau.
 Informasi terkait pemahaman pengendalian internal dan mengakses
risiko kontrol. ini termasuk bagan organisasi, bagan alur, kuisioner dan
informasi kontrol internal lainnya, termasuk identifikasi kontrol dan
kekurangan dalam sistem. catatan ini digunakan sebagai titik awal
untuk mendokumentasikan pemahaman auditor pada sistem kontrol,
karena aspek sistem sering tidak berubah dari tahun ke tahun.
 Hasil dari prosedur analisis dari audit tahun yang berharga. Di antara
data-data ini adalah rasio dan persentase yang dihitung oleh auditor
dan total saldo atau saldo per bulan untuk akun yang dipilih. Informasi
ini berguna dalam membantu auditor memutuskan apakah perubahan
yang tidak biasa dalam saldo akun tahun berjalan yang harus diselidiki
lebih luas.

b) Current File
Berkas kedua adalah berkas Tahun berjalan (Current File). Berkas tahun
berjalan ini berisi semua kertas kerja audit yang berkaitan langsung dengan
tahun yang sedang diperiksa. Berkas tahun berjalan ini berisi antara lain :
 General Information, yaitu informasi yang bersifat umum mengenai periode
sekarang dan tidak untuk menunjang angka-angka laporan keuangan.
Antara lain memo perencanaan audit, intisari atau salinan rapat dewan
direksi, catatan mengenai pembicaraan dengan klien, komentar tentang
peninjauan kertas kerja, kesimpulan umum.
 Audit program, yaitu daftar dari prosedur yang akan dilaksanakan oleh
auditor dalam suatu pemeriksaan.
 Working Trial Balance, karena dasar penyusunan laporan keuangan di
dalam general ledger, jumlahnya termasuk catatannya merupakan titik
fokus audit. Secepat mungkin setelah tanggal balance sheet, auditor
mendapatkan atau menyiapkan daftar general ledger balances accounts dan
saldo akhir tahun mereka
 Adjusting and reclassification entries, ketika auditor menemukan salah saji
material dalam catatan akuntansi, laporan keuangan harus dikoreksi

21
 Supporting schedules, bagian terbesar dari dokumentasi audit termasuk
supporting schedules yang terperinci yang disiapkan oleh klien atau auditor
untuk mendukung jumlah tertentu pada laporan keuangan. Supporting
schedule ini terdiri dari analisis, trial balance , rekonsiliasi angka, pengujian
kelayakan, ringhkasan prosedur, pemeriksaan dokumen pendukung,
informasi, dokumentasi luar.
 Detail Supporting Schedules
Merupakan kertas kerja yang memuat detail daripada temuan hasil
pemeriksaan, serta koreksi-koreksi yang ada, serta memuat berbagai
informasi dan teknik pemeriksaan yang dilaksanakan oleh akuntan.
Bagian terbesar dari dokumentasi audit termasuk jadwal
pendukung terperinci yang disiapkan oleh klien atau auditor untuk
mendukung jumlah tertentu pada laporan keuangan. Auditor harus memilih
tipe dari schedule yang tepat untuk aspek tertentu dari audit untuk
mendokumentasikan kecukupan audit dan untuk memenuhi tujuan lain dari
dokumentasi audit.

Jenis-jenis supporting schedules :


1. Analysis
Analisa didesain untuk menunjukan aktifitas dalam akun general
ledger selama periode yang di audit. Menghubungkan awal dan akhir
balance. Tipe schedule ini biasanya digunakan untuk akun marketable
securities, notes reciveable, AFDA, property, plant, and equipmen, long
term debt, dan semua equity. Karakter dari akun ini adalah sama-sam
adalah aktifitas akun selama tahun akutansi. Dalam kebanyakan kasus,
analisa men cross- reference dengan data audit lainnya
2. Trial Balance or list
Tipe schedule ini mencangkup detail yang membuat balance akhir
tahun di akun general ledger. Ini membedakan dengan analisis dengan
hanya mencangkup item- item yang membuat balance akhir periode.
Kebanyakan kasus merupakan trial balances atau daftar yang
mendukung trade account recievable, trade account payable, perbaikan
dan perawatan expense, legal expense, dan expense lain-lainnya.
3. Reconciliation of amounts

22
Reconciliation mendukung beberapa hal dan biasanya diharapkan
menyamakan jumlah yang tercatat oleh clien dengan sumber-sumber
informasi lainnya. Contoh yang menyangkut reconciliation of cash
balance dengan bank statement, reconciliation of subsidiary account
recievable balance dengan konfirmasi dari pelanggan, reconciliation of
accounts payable balance dengan pernyataan vendor.
4. Test of reasonableness
Test of reasonableness schedule, seperti yang diartikan dari
judulnya, mengandung informasi yang membuat auditor dapat
mengevaluasi apakah balance client ternyata ada misstatement dengan
konsiderasi faktor2 saat kontak(engagement). Biasanya, auditor
mengetes depreciation expense, provision for federal income tax, dan
AFDA dengan test of reasonableness. Tes ini lebih mengarah ke
prosedur analisa
5. Summary of Procedures
Tipe lainya schedule meringkas hasil prosedur audit tertentu.
Schedule dokumentasi yang ringkas, memperpanjang testing. Bila
misstatement ditemukan, dan konklusi auditor berdasarkan testing.
Contohnya adalah ringkasan dari hasil konfirmasi account recievable
dan ringkasan dari observasi inventory.
6. Examination of supporting documents
Beberapa schedule dengan tujuan tertentu didesain untuk
menunjukan detail dalam test yang dilakukan, seperti dokumen yang di
cek selama test of controls dan substantife test transaksi. Schedule ini
tidak menunjukan total, dan tidak terikat dengan general ledger karena
tujuan mereka adalah mendokumentasikan test yang dilakukan dan
hasil yang ditemukan. Namun, schedule harus menyatakan konklusi
positive atau negative tentang objective yang di test
7. Informational
Tipe schedule ini mengandung informasi yang ditentang bukti
audit. Schedule ini mengandung informasi tax return dan SEC Form 10-
K data seperti time budgets dan jam kerja klien yang sangat membantu
pendekatan administrasi.
8. Outside documentation

23
Banyak konten data audit yang mengandung dokumentasi dari
luar yang dikumpulkan oleh para auditor seperti konfirmasi balasan dan
kopian perjanjian yang dimiliki client. Walaupun tidak seperti yang di
artikan schedule, hal ini diindeks dan di file kan. Prosedur audit di
tunjukan dalam hal ini dan menunjukan cara yang sama dengan
schedule lainnya

VII. Persiapan Dokumentasi Audit


A. Definisi Persiapan Dokumentasi Audit
Persiapan dokumentasi audit merupakan bagian integral dari pemeriksaan
auditor atas laporan keuangan. Pada keterlibatan berulang, auditor meninjau
rencana audit dan dokumentasi audit dari audit sebelumnya sambil merencanakan
audit saat ini untuk menentukan kegunaannya untuk pekerjaan tahun berjalan.
Diperlukan:
a. (1) Apa tujuan atau fungsi dokumentasi audit
(2) Catatan apa yang mungkin dimasukkan dalam dokumentasi audit
b. Faktor apa yang mempengaruhi penilaian auditor terhadap jenis dan isi
dokumentasi audit untuk keterlibatan tertentu
c. Apa yang harus dimasukkan dalam dokumentasi audit untuk mendukung
kepatuhan auditor terhadap standar audit yang diterima secara umum
d. Bagaimana auditor dapat menggunakan paling efektif rencana audit tahun
sebelumnya dalam audit berulang?

B. Persiapan Jadwal Yang Tepat Untuk Mendokumentasikan Bukti Audit Yang


Dikumpulkan, Hasil yang Ditemukan dan Kesimpulan yang Dicapai, Setiap
arsip audit harus diidentifikasi dengan benar
a. Dokumentasi audit harus diberi indeks dan direferensi-silang untuk
membantu dalam mengatur dan mengarsip
b. Dokumentasi audit lengkap harus dengan jelas menunjukkan pekerjaan
audit yang dilakukan
c. Dokumentasi audit harus meliputi informasi yang cukup untuk memenuhi
tujuan ia dirancang
d. Kesimpulan yang dicapai tentang bagian dari audit yang dipertimbangkan
harus dunyatakan dengan tegas

24
C. Persiapan Dokumentasi Tepat Waktu
Biasanya sulit untuk merekonstruksi dan mengingat kegiatan tertentu yang
terkait dengan mengumpulkan bukti audit selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan setelah pekerjaan benar-benar dilakukan. Oleh karena itu, Kantor
berusaha untuk mendokumentasikan pekerjaannya secara tepat waktu mengurangi
risiko dokumentasi audit yang tidak akurat, meningkatkan kualitas audit,
dan meningkatkan efisiensi keterlibatan.
Tim audit dapat menambah dokumentasi yang ada atau melakukan perubahan
untuk meningkatkan dokumentasi guna mematuhi standar, metodologi, atau
kebijakan Office. Selain itu, pemimpin perusahaan mungkin dalam penilaiannya
memerlukan dokumentasi tambahan atau perubahan pada dokumentasi.
Penambahan atau perubahan ini dapat dilakukan, asalkan sifat dan waktu
pembaruan tersebut sesuai dengan panduan dalam mendokumentasikan bukti audit
setelah tanggal laporan pertanggungjawaban assurance (OAG Audit 1171
Assembly of the final audit file). Namun, dokumentasi audit mungkin perlu
ditambahkan ke file audit bahkan setelah laporan auditor telah diajukan atau
laporan pemeriksaan khusus telah disampaikan kepada dewan direksi (OAG Audit
1172 Modifikasi untuk mengaudit dokumentasi setelah perakitan akhir dan OAG
Audit 1173 Hal-hal yang timbul setelah tanggal laporan pertanggungjawaban
jaminan).

VIII. Pembahasan Kasus Bukti Audit


A. Kasus Audit “IT BANK INDONESIA”
Kasus audit BI atas aliran dana YPPI salah satu kasus keuangan paling
controversial pada tahun 2008, tim IT Indonesia meneliti adanya penyimpangan
yang dilakukan para petinggi negeri ini. Terutama karena melibatkan serentetan
nama anggota Dewan Gubernur BI dan anggota DPR terkemuka. Sebagai hasil dari
laporan BPK, kasus aliran dana YPPI kini telah terangkat ke meja hijau. Dalam
kasus ini tim IT dibuat kebingungan karena sampak tidak mengetahui adanya
penyimpangan tersebut.
Kasus aliran dana YPPI dan YLPPI adalah murni temuan tim BPK. Tim
tersebutlah yang menentukan rencana kerja, metode, teknik pemeriksaan, analisis
maupun penetapan opini pemeriksaan kasus tersebuat sesuai dengan standar
pemeriksaan yang berlaku.

25
Perintah pemeriksaan BI dan YPPI ini dikeluarkan oleh anggota Pembina
Keuangan Negara II (Angbintama II) dan Kepala Auditorat Keuangan Negara II
(Tortama II) yang membawahi pemeriksaan BI. Selama periode bulan Februari
hingga Mei 2005, Tim Audit BPK melakukukan pemeriksaan atas Laporan
Keuangan BI Tahun 2004. Tim Audit BPK juga memeriksa Yayasan Lembaga
Pengembangan Perbankan Indonesia (YLPPI) yang berdiri pada tahun 1977,
karena afiliasi lembaganya dengan BI.
Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK di BI menemukan adanya
asset/tanah BI yang digunakan oleh YLPPI. Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut
oleh Kantor Akuntan Publik Muhammad Thoha atas perbandingan kekayaan
YLPPI per 31 Desember 2003 dengan posisi keuangannya per Juni 2003, diketahui
adanya penurunan nilai asset sebesar Rp 93 miliar.
Temuan Penyimpangan berupa:
1. Manipulasi pembukuan, baik buku YPPI maupun buku Bank Indonesia. Pada
saat perubahan status YPPI dari UU Yayasan Lama ke UU No. 16 Tahun 2001
tentang Yayasan, kekayaan dalam pembukuan YPPI berkurang Rp 100 miliar
ini lebih besar dari penurunan nilai asset YPPI yang diduga semula sebesar
Rp 93 miliar. Sebaliknya, pengeluaran dana YPPI sebesar Rp 100 miliar
tersebut tidak tercatat pada pembukuan BI sebagai penerimaan atau utang;
2. Menghindari Peraturan Pengenalan Nasabah Bank serta UU tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang. Dimana dana tersebut dipindahkan dulu dari
rekening YPPI di berbagai Bank Komersil, ke rekening yang terdapat BI, baru
kemudian ditarik seluruhnya secara tunai;
3. Penarikan dan penggunaan dana YPPI untuk tujuan berbeda dengan tujuan
pendirian yayasan semula. Ini bertentangan UU Yayasan, dan putusan RDG
tanggal 22 Juli 2003 yang menyebutkan bahwa dana YPPI digunakan untuk
pembiayaan kegiatan social masyarakat;
4. Penggunaan dana Rp 31,5 miliar yang diduga untuk menyuap oknum anggota
DPR. Sisanya, Rp 68,5 miliar disalurkan langsung kepada individu mantan
pejabat BI, atau melalui perantaranya. Diduga, dana ini digunakan untuk
menyuap oknum penegak hukum untuk menangani masalah hukum atas lima
orang mantan Anggota Dewan Direksi/Dewan Gubernur BI. Padahal
kelimanya sudah mendapatkan bantuan hukum dari sumber resmi anggaran
BI sendiri sebasar Rp 27,7 miliar. Bantuan resmi itu disalurkan kepada
pengacara masing-masing

26
BAB II
PENUTUP

Demikian mengenai pemaparan makalah yang berjudul “Nature and Type


of Audit Evidence (Hakekat dan Tipe Bukti Audit)” dapat terselesaikan dengan
sebaik-baiknya. Semoga makalah ini dapat menjadi pembelajaran bagi Penulis
maupun Pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan penulis. Untuk itu kritik dan saran penulis harapkan
demi perbaikan dalam penulisan tugas-tugas berikutnya. Akhir kata, penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi Pembaca pada umumnya.

27
DAFTAR PUSAKA

Buku
Arens, Elder, and Beaslay. 2014. Auditing and Assurance Services : An Integrated Approach.
England: Pearson.

Data Internet
Zakiyya, Noor Alvi. 2014. Kepemilikan dan Kerahasiaan Kertas Kerja Audit. Melalui
http://www.jtanzilco.com/blog/detail/733/slug/kepemilikan-dan-kerahasiaan-kertas-kerja-
audit, diakses pada tanggal 3 Oktober 2018 Pukul 13.23
http://ekonomiagungaditya.blogspot.com/2016/12/rangkuman-bab-5-bukti-audit-
dasaruntuk.html diakes pada tanggal 4 Oktober 2018 Pukul 21.03
http://seiyoumi.blogspot.com/2012/04/dokumentasi-audit.html diakses pada tanggal 29
September 2018 Pukul 22.34

iv

Anda mungkin juga menyukai