Anda di halaman 1dari 9

Bukti Audit

1. Pengertian bukti audit


Bukti audit adalah semua media informasi yang digunakan oleh auditor untuk
mendukung argumentasi, pendapat atau simpulan dan rekomendasinya dalam
meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya. Tidak semua
informasi bermanfaat bagi audit, karena itu informasi harus dipilih. Pedoman
pemilihan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit adalah bahwa informasi
tersebut harus andal sehingga mampu menyakinkan pihak lain.
Bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk menentukan
apakah informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
Bukti audit memiliki banyak bentuk yang berbeda termasuk:
1. Data elektronik dan data lain termasuk transaksi
2. Komunikasi tertulis dengan pihak luar
3. Observasi oleh auditor
4. Kesaksian lisan pihak yang diaudit (klien)
2. Karakteristik bukti untuk exsperimen ilmiah, kasus hukum, dan audit atas
laporan keuangan
Dasar Eksperimen Kasus hukum Audit atas
perbandingan ilmiah untuk seseorang yang laporan keuangan
menguji obat dituduh mencuri
Penggunaan bukti Menentukan Memutuskan Menentukan
pengaruh obat bersalah atau apakah laporan
tidaknya si tertuduh keuangan telah
disajikan secara
wajar
Sifat bukti yang Hasil pengulangan Bukti dan Berbagai jenis
digunakan eksperimen kesaksian langsung bukti audit yang
dari pihak saksi dan dihasilkan oleh
pihak-pihak yang auditor, pihak
terlibat ketiga, dan klien
Pihak yang ilmuwan Juri dan hakim auditor
mengevaluasi bukti
Kepastian Bervasiasi dari Apabila bersalah Tingkat assurance
kesimpulan yang yang tidak pasti harus yang tinggi
diperoleh dari bukti sampai hampir dipertimbangkan
pasti dengan layak
Sifat kesimpulan Merekomendasikan Bersalah atau tidak Menerbitkan salah
atau tidak bersalahnya pihak satu dari beberapa
merekomendasikan tersebut alternatif jenis
penggunaan obat laporan audit
itu
Konsekuensi umum Masyarakat akan Pihak yang Para pemakai
dari kesimpulan menggunakan obat bersalah tidak laporan mengambil
yang salah dari yang tidak efektif terkena hukuman keputusan yang
bukti atau atau pihak yang salah dan auditor
membahayakan tidak bersalah dapat dituntut
dinyatakan bersalah
3. Keputusan bukti audit
Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan
jumlah bukti audit yang tepat, yang diperlukan untuk memastikan bahwa laporan
keuangan telah disajikan secara wajar. Ada empat keputusan mengenai bukti audit apa
yang harus dikumpulkan dan berapa banyak:
1. Prosedur audit yang akan digunakan
Prosedur audit adalah petunjuk rincian mengenai pengumpulan jenis bukti audit
tertentu yang harus diperoleh selama proses audit. Contoh prosedur audit untuk
verifikasi pengeluaran kas: Siklusnya memeriksa jurnal pengeluaran kas dalam sistem
akuntansi dan membandingkan nama, payee, jumlah dan tanggal dengan informasi
online yang diberikan oleh bank tentang cek yang diproses untuk pembayaran.
2. Berapa ukuran sampel yang akan dipilih untuk prosedur tersebut
Setelah prosedur audit dipilih, auditor dapat mengubah ukuran sampel dari satu
sampai seluruh bagian populasi yang sedang diuji. Dalam prosedur audit, misalkan
terdapat 6.600 cek yang tercatat dalam jurnal pengeluaran kas. Auditor dapat memilih
ukuran sampel sebanyak 50 cek untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas.
Kemudian auditor harus membuat keputusan tentang berapa banyak item yang harus
diuji untuk setiap prosedur audit. Adapun ukuran sampel untuk suatu prosedur dapat
berubah-ubah dari satu audit ke audit lainnya, tergantung pada karakteristik klien.
3. Item-item mana yang akan dipilih dari populasi
Setelah ukuran sampel ditentukan untuk suatu prosedur audit, auditor masih perlu
memutuskan item-item tertentu yang harus diperiksa. Misalnya jika auditor memilih
50 cek yang dibatalkan dari populasi 6.600 sebagai perbandingan dengan jurnal
pengeluaran kas, berbagai metode yang berbeda dapat digunakan untuk memilih cek-
cek tertentu yang akan diperiksa. Auditor dapat (1) memilih satu minggu dan
memeriksa 50 cek pertama, (2) memilih 50 cek dengan jumlah yang terbesar, (3)
memilih cek- cek secara acak, (4) memilih cek-cek yang menurut auditor
mengandung kekeliruan. Atau menggunakan kombinasi dari berbagai metode tersebut
4. Kapan melaksanakan prosedur tersebut
Audit atas laporan keuangan biasanya meliputi jangka waktu satu periode atau
satu tahun. Biasanua audit baru dianggap selesai sampai lewat beberapa minggu atau
beberapa bulan setelah akhir periode. Pengaturan waktu prosedur audit dapat berkisar
dari awal periode akuntan yang panjang sampai periode itu berakhir. Dalam
mengaudit laporan keuangan, biasanya klien menginginkan agar audit diselesai satu
sampai tiga bulan setelah akhir tahun.
Program audit. Uraian terperinci mengenai hasil-hasil dari keempat golongan
keputusan dengan bukti audit tertentu disebut program audit. Program audit selalu
memuat daftar prosedut audit. Biasanya dinyatakan juga ukuran sampel, item-item
tertentu yang dipilih dan pengaturan waktu pengujian. Lazimnya, terdapat bagian
program audit untuk setiap komponen audit. Oelh sebab itu, akan terdapat bagian
program audit untuk piutang usaha, untuk penjualan dan lainnya. Sebagian besar
auditor menggunakan paket perangkat lunak audit elektronik untuk menghasilkan
program audit.
4. Persuasivitas Bukti
Dua penentu persuasivitas bukti audit:
a. Ketepatan bukti
Ketepatan bukti adalah ukuran mutu bukti, yang berarti relevansi dan
reliabilitasnya memenuhi tujuan audit untuk kelas transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan yang berkaitan. Jika suatu bukti dianggap sangat tepat, maka akan
sangat membantu dalam meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan
secara wajar. Ketetapan bukti hanya berkaitan dengan prosedur audit yang dipilih.
Ketetapan hanya dapat diperbaiki dengan memilih prosedur audit yang lebih relevan
atau yang memberikan bukti yang lebih andal.
a) Relevan bukti
Bukti audit harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh
auditor sebelum bukti tersebut dianggap tepat. Misalnya, anggaplah auditor menduga
bahwa seorang klien tidak menagih pelanggan atas pengiriman barang (tujuan
kelengkapan). Jika auditor memilih sampel salinan fuktur penjualan dan menelusuri
masing-masing faktur ke dokumen pengiriman yang bersangkutan, maka bukti yang
diperoleh tidak akan relevan dengan tujuan kelengkapan. Prosedur yang relevan
seharusnya membandingkan sampel dokumen pengiriman dengan salinan faktur
penjualan yang bersangkutan untuk menetapkan bahwa masing-masing pengiriman
telah ditagih.
Relevansi hanya dapat dipertimbangkan dalam tujuan audit khusus, karena bukti
audit mungkin relevan untuk satu tujuan audit, tetapi tidak relevan untuk tujuan audit
lainnya.
b) Reliabilitas bukti
Reliabilitas bukti mengacu pada tingkat dimana audit bukti tersebut dianggap
dapat dipercaya atau layak dipercaya. Seperti relevansi, jika bukti dianggap dapat
diandalkan, bukti tersebut sangat membantu dalam meyakinkan auditor bahwa
laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Dipercaya jika:
 Diperoleh dari pihak ketiga independen
 Diperoleh dari perusahaan SPI (ada pemeriksaan fungsi) bagus/ otorisasi
 Diperoleh langsung auditor dari lapangan
 Siap - siap menyewa ahli sesuai apa yang diaudit
Sebagai contoh, jika auditor menghitung persediaan, bukti tersebut lebih dapat
diandalkan ketimbang jika manajemen memberikan jumlah yang dihitung sendiri
kepada auditor.
Realibilitas dan dengan demikian ketetapan, tergantung pada enam karakteristik
bukti yang dapat diandalkan berikut:
1. Independensi penyedia bukti. Bukti yang diperoleh dari sumber luar entitas
lebih dapat diandalkan ketimbang yang diperoleh dari dalam entitas. Komunikasi dari
bank, pengacara, atau para pelanggan umumnya dianggap lebih dapat diandalkan
ketimbang jawaban yang diperoleh dari wawancara dengan klien.
2. Efektivitas pengendalia internal klien. Jika pengendalian internal klien efektif,
bukti audit yang diperoleh lebih dapat diandalkan ketimbang jika pengendalian
internalnya lemah
3. Pengetahuan langsung auditor. Bukti audit yang diperoleh langsung oleh
auditor melalui pemeriksaan fisik, observasi, penghitungan ulang dan inspeksi akan
lebih dapat diandalkan ketimbang informasi yang diperolah secara tidak langsung.
4. Kualifikasi individu yang menyediakan informasi. Meskipun sumber informasi
bersifat independen, bukti audit tidak akan dapat diandalkan kecuali individu yang
menyediakan informasi tersebut memenuhi kualifikasi untuk itu.
5. Tingkat objektivitas. Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan ketimbang
bukti yang memerlukan pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti
tersebut benar. Contoh meliputi konfirmasi piutang usaha dan saldo bank, perhitungan
fisik sekuritas dan kas, serta penjumlahan saldo utang usaha untuk menentukan
apakah data tersebut sesuai dengan saldo pada buku besar.
6. Ketepatan waktu. Ketepatan waktu bukti audit dapat merujuk pada kapan bukti
itu dikumpulkan maupun pada periode yang tercakup oleh audit itu. Bukti ini
biasanya lebih dapat diandalkan untuk akun-akun neraca apabila diperoleh sedekat
mungkin dengan tanggal neraca.
b. Kecukupan
Kecukupan bukti diukur terutama oleh ukuran sampel yang dipilih auditor. Untuk
prosedur audit tertentu, bukti yang diperoleh dari sampel sebanyak dua ratus
umumnya akan lebih memadai daripada sampel sebanyak 50.
Disamping ukuran sampel, item tertentu yang diuji akan mempengaruhi
kecukupan bukti. Sampel yang terdiri dari item dengan jumlah rupiah yang besar,
dengan kemungkinan kekeliruan yang tinggi, dan item yang mewakili keseluruhan
data biasanya dianggap cukup. Dilain pihak, kebanyakan auditor menganggap bahwa
sampel yang hanya terdiri dari item dengan jumlah rupiaah terbanayk dari populasi
adalah tidak cukup.
c. Dampak gabungan
Persuasivitas bukti hanya dapat dievaluasi setelah mempertimbangkan kombinasi
antara ketetapan dan kecukupan, termasuk pengaruh faktor-faktor yang
mempengaruhi ketetapan dan kecukupan tersebut. Sejumlah besar sampel bukti audit
yang disediakan oleh pihak independen tidak bersifat persuasif kecuali bukti tersebut
relevan dengan tujuan audit yang sedang uji. Sejumlah besar sampel bukti yang
relevan tetapi tidak objektif juga tidak persuasif. Demikian pula, sampel yang sedikit
yang hanya terdiri dari satu atau dua bukti yang sangat tepat biasanya juga kurang
memiliki persuasivitas.
d. Persuasivitas dan biaya
Persuasivitas dan biaya dari semua alternatif harus dipertimbangkan sebelum
memilih jenis bukti terbaik. Disini, tujuan auditor adalah memperoleh sejumlah bukti
audit yang tepat dan mencukupi dengan total biaya serendah mungkin. Namun, biaya
bukan alasan yang tepat untuk menghilangkan suatu prosedur yang diperlukan atau
tidak mengumpulkan ukuran sampel yang memadai.
5. Jenis - jenis bukti audit
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan auditor atas
aktiva atau aset berwujud. Jenis bukti ini paling sering berkaitan dengan persediaan
dan kas, tetapi juga dapat diterapkan pada verifikasi sekuritas, wesel tagih, dan aser
tetap berwujud.
Pemeriksaan fisik adalah cara langsung untuk memverifikasi apakah suatu aset
benar-benar ada (tujuan eksistensi), dan pada tingkat tertentu apakah aset yang ada itu
telah dicatat (tujuan kelengkapan). pemeriksaan fisik dianggap sebagai salah satu
jenis bukti audit yang paling dapat diandalkan dan berguna. Pemeriksaan fisik adalah
cara yang objektif untuk mengetahui kuantitas maupun deskripsi aset tersebut.
Pemeriksaan fisik bukan merupakan bukti yang mencukupi untuk memverifikasi
bahwa aset yang ada memang dimiliki oleh klien (tujuan hak dan kewajiban), dan
dalam banyak kasus, auditor tidak memiliki kualifikasi untuk menilai faktor-faktor
kualitatif seperti keusangan atau otentisitas aset (tujuan nilai yang dapat direalisasi).
penilaian tepat untuk tujuan laporan keuangan biasanya juga tidak dapat ditentukan
oleh pemeriksaan fisik (tujuan keakuratan).
b. Konfirmasi
Konfirmasi menggambarkan penerimaan respons tertulis langsung dari pihak
ketiga yang independen yang memverifikasi keakuratan informasi yang diminta oleh
auditor. Karena konfirmasi datang dari sumber yang independen dan klien, konfirmasi
ini sayang dihargai dan merupakan jenis bukti yang seringkali digunakan. Namun,
konfirmasi akan menelan biaya dan dapat menyulitkan/mengganggu bagi orang yang
diminta untuk memberikannya. Karena itu, konfirmasi tidak selalu digunakan dalam
setiap kesempatan meskipun dapat dilakukan.
c. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan oleh auditor atas dokumen dan catatan klien untuk
mendukung informasi yang tersaji, atau seharusnya tersaji, dalam laporan keuangan.
Dokumen yang diperiksa oleh auditor adalah catatan yang digunakan oleh klien untuk
menyediakan informasi bagi pelaksanaan bisnis dengan cara yang terorganisasi, yang
bisa juga dalam bentuk kertas, bentuk elektronik, atau media lain. Karena setiap
transaksi dalam perusahaan, klien biasanya didukung oleh paling sedikit satu
dokumen dan akan ada banyak jenis bukti semacam ini yang tersedia.
Dokumen dapat dengan mudah diklasifikasi:
1. Dokumen internal adalah dokumen yang disiapkan dan digunakan dalam
organisasi klien dan disimpan tanpa pernah disampaikan kepada pihak luar. Dokumen
internal mencakup salinan faktur penjualan, laporan jam kerja karyawan, dan laporan
penerimaan persediaan.
2. Dokumen ekternal adalah dokumen yang ditangani oleh seseorang diluar
organisasi klien yang merupakan pihak yang melakukan transaksi, tetapi dokumen
tersebut saat ini berada di tangan klien atau dengan segera dapat diakses oleh klien.
Contoh dokumen ekternal adalah faktur dari pemasok, wesel bayar yang dibatalkan,
dan polis asuransi.
Apabila auditor menggunakan dokumentasi untuk mendukung pencatatan
transaksi atau jumlah, prosesnya sering kali disebut sebagai vouching. Namun jika
auditor menelusuri dari laporan penerimaan ke jurnal akuisisi untuk memenuhi tujuan
kelengkapan, hal ini tidak tepat bila disebut sebagai vouching. Proses terakhir ini
disebut sebagai penelusuran (tracing)
d. Prosedur analitis
Prosedur analitis terdiri dari evaluasi informasi keuangan melalui anilisis atas
hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan nonkeuangan. Jenis prosedur
analitis:
1) Memahami industri dan bisnis klien. Auditor harus memperoleh pengetahuan
tentang industri dan bisnis klien sebagai bagian dari perencanaan audit.
2) Menilai kemampuan entitas untuk terus going concern. Prosedur analitis sering
kali menjadi indikator yang berguna untuk menentukan apakah perusahaan klien
memiliki masalah keuangan. Prosedur analitis tertentu dapat membantu auditor dalam
menilai kemungkinan terjadi kegagalan bisnis.
3) Menunjukkan adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.
4) Mengurangi pengujian audit yang terinci.
e. Wawancara dengan klien
Wawancara adalah upaya untuk memperoleh informasi secara lisan maupun
tertulis dari klien sebagai respons atas pertanyaan yang diajukan auditor. Meskipun
banyak bukti diperoleh dari klien melalui pertanyaan, namun bukti tersebut biasanya
tidak dapat dianggap meyakinkan karena sumbernya tidak independen dan dapat
besifat berat sebelah, yaitu menguntungkan klien.
f. Rekalkulasi
Rekalkulasi melibatkan pengecekan ulang atas sampel kalkulasi yang dilakukan
oleh klien. Pengecekan ulang kalkulasi klien ini terdiri dari pengujian atas keakuratan
perhitungan klien dan mencakup prosedur seperti perkalian faktur penjual dan
persediaan, penjumlahan jurnal dan buku tambahan, serta pengecekan kalkulasi beban
penyusutan dan beban dibayar di muka. Sebagian besar rekalkulasi auditor dilakukan
oleh perangkat lunak audit dengan bantuan komputer.
g. Pelaksanaan ulang
Pelaksanaan ulang adalah pengujian independen yang dilakukan auditor atas
prosedur atau pengendalian akuntansi klien, yang semula dilakukan sebagai bagian
dari sistem akuntansi dan pengendalian internal klien. Pelaksanaan ulang melibatkan
pengecekan atas prosedur lain.
h. Observasi
Observasi terdiri dari mengamati proses atau prosedur yang sedang dilaksanakan
oleh pihak lain. Observasi adalah penggunaan indera untuk menilai kegiatan-kegiatan
tertentu. Selama proses audit berjalan terdapat banyak kesempatan untuk
menggunakan penglihatan, pendengaran, perasaan dan penciuman untuk menilai
berbagai macam hal.
 Biaya jenis-jenis bukti
Dua jenis bukti audit yang paling mahal adalah pemeriksaan fisik dan konfirmasi.
Pemeriksaan fisik memerlukan biaya yang besar karena umumnya mewajibkan
kehadiran auditor ketika klien sedang menghitung aset, yang sering kali dilakukan
pada tanggal neraca. Konfirmasi membutuhkan biaya yang besar karena auditor harus
mengikuti prosedur dengan seksama dalam penyiapan, pengiriman, dan penerimaan
konfirmasi, serta dalam menindaklanjuti konfirmasi yang tidak menerima respons
atau pengecualian.
 Aplikasi jenis bukti pada empat keputusan bukti
Tujuan secara keseluruhan adalah memperoleh bukti persuasif dengan biaya yang
minimum untuk memverifikasi bahwa persediaan itu secara material sudah benar.
Oleh karena itu auditor harus memutuskan:
 Prosedur audit apa yang akan digunakan untuk memenuhi setiap tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo
 Berapa ukuran sampel yang tepat untuk setiap prosedur
 Item-item mana dari populasi yang harus dimasukkan dalam sampel
 Kapan melaksanakan setiap prosedur.
6. Dokumentasi audit
a. Pengertian dokumentasi audit
Dokumentasi audit adalah catatan utama tentang prosedur auditing yang
ditetapkan, bukti yang diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai auditor dalam
melaksanakan penugasan. Dokumentasi audit harus mencakup semua informasi yang
perlu dipertimbangkan oleh auditor untuk melakukan audit secara memadai dan untuk
mendukung laporan audit. Dokumentasi audit juga dapat dianggap sebagai kertas
kerja, meskipun semakin banyak dokumentasi audit yang diselenggarakan dalam file
terkomputerisasi.
b. Tujuan dokumentasi audit
Tujuan dokumentasi audit secara keseluruhan adalah untuk membantu auditor
dalam memberikan kepastian yang layak bahwa audit yang memadai telah dilakukan
sesuai dengan standar audit. Secara khusu dokumentasi audit yang berkaitan dengan
audit tahun berjalan memberikan:
1. Dasar bagi perencanaan audit
Jika auditor akan merencanakan audit yang memadai, informasi tentang referensi
yang diperlukan harus tersedia dalam file audit. File audit terdiri pengendalian
internal, anggaran waktu untuk masing-masing area audit, program audit, dan hasil
audit tahun sebelumnya.
2. Catatan bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian
3. Data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat
4. Dasar bagi review oleh superior dan partner
c. Kepemilikan file audit
Dokumentasi audit yang disiapkan selama penugasan termasuk skedul yang
disiapkan oleh klien untuk auditor adalah properti auditor.
d. Kerahasiaan file audit
Kebutuhan untuk membina hubungan rahasia dengan klien dinyatakan dalam
aturan 301 dari kode perilaku profesional, yang menyatan “seorang anggota tidak
boleh mengungkapkan setiap informasi rahasia yang diperoleh selam penugasan
profesional kecuali dengan persetujuan klien”. selama pelakasanaan audit, auditor
memperoleh sejumlah besar informasi yang bersifat rahasia termasuk gaji pejabat,
penetapan harga produk, dan rencana periklanan serta data biaya produk.
e. Persyaratan untuk retensi dokumentasi audit
Peraturan SEC mewajibkan auditor perusahaan publik untuk menyelenggarakan
dokumentasi berikut:
 Kertas kerja atau dokumen lain yang membentuk dasar bagi audit atas laporan
keuangan tahunan perusahaan atau review atas laporan keuangan kuartalan
perusahaan
 Memo, korespondensi, komunikasi, dokumen, dan catatan lain termasuk catatan
elektronik yang berkaitan dengan audit atau review
Peraturan ini meningkatkan secara signifikan dokumentasi audit yang harus
disimpan untuk audit atas perusahaan publik. Sebagai contoh, auditor perusahaan
publik diharuskan untuk menyimpan korespondensi e-mail yang memuat informasi
yang memenuhi kriteria terdahulu.
f. Isi dan organisasi
Isi dan organisasi dari serangkaian file audit yang tipikal, yang berisi semua hal
penting yang benar-benar terlibat dalam audit. Isi dan organisasi file audit:
1. Laporan keuangan dan laporan audit
2. Neraca saldo berjalan
3. Ayat jurnal penyesuaian
4. Kewajiban kontinjen
5. Operasi
6. Kewajiban dan ekuitas
7. Aset
8. Prosedur analitis
9. Pengujian pengendalian dan pengujian sebstantif
10. Pengendalian internal
11. Informasi umum
12. Program audit
13. File permanen

g. File permanen
File permanen berisi data yang bersifat historis atau berlanjut yang bersangkutan
dengan audit saat ini. File ini menjadi sumber informasi yang kaya tentang audit dari
tahun ke tahun semakin penting. File permanen umumnya meliputi hal-hal berikut:
1) Kutipan atau salinan dari dokumen perusahaan yang terus penting artinya seperti
akte pendirian, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi, dan kontrak.
2) Analisis akun tahun-tahun sebelumnya yang tetap penting artinya bagi auditor
mencakup akun seperti utang jangka panjang, akun ekuitas pemegang saham,
goodwill, dan aktiva tetap.
3) Informasi yang berhubungan dengan pemahaman atas pengendalian internal dan
penilaian risiko pengendalian. Infomasi ini mencakup bagan organisasi, bagan
arus, kuesioner, dan informasi tentang pengendalian internal lainnya, termasuk
identifikasi pengendalian dan kelemahan sistem tersebut.
4) Hasil prosedur analitis dari audit tahun sebelumnya.
h. File tahun berjalan
File tahun berjalan mencakup semua dokumentasi audit yang dapat diterapkan
pada tahun yang diaudit. Ada satu set file permanen untuk klien dan satu set file tahun
berjalan untuk audit setiap tahun. Jenis informasi yang sering tercakup dalam file
tahun berjalan:
1) Program audit
Program audit ini biasanya dicatat dalam file terpisah untuk memperbaiki
koordinasi dan integrasi semua bagian audit, meskipun beberapa kantor akuntan juga
menyertakan salinan program audit setiap bagian audit pada dokumentasi audit.
2) Informasi umum
Ini mencakup item-item seperti memo perencanaan audit, salinan notulen rapat
dewan direksi, salinan kontrak atau perjanjian yang tidak dicantumkan dalam file
permanen, catatan tentang diskusi dengan klien, komentar review penyelia, dan
kesimpulan umum.
3) Neraca saldo berjalan
Karena acuan untuk menyiapkan laporan keuangan adalah buku besar, jumlah
yang dicantumkan dalam catatan tersebut akan menjadi pusat perhatian audit. Sedini
mungkin setelah tanggal neraca, auditor harus memperoleh atau menyiapkan daftar
akun buku besar umum dan saldo akhir tahunnya. Skedul ini disebut neraca saldo
berjalan
4) Ayat jurnal penyesuaian dan reklasifikasi
Apabila auditor menemukan salah saji yang material dalam catatan akuntansi,
laporan keuangan harus dikoreksi. Walaupun ayat jurnal penyesuaian yang ditemukan
dalam audit sering kali dibuat oleh auditor, hal ini disetujui oleh klien karena
tanggung jawab utama manajemen adalah menyajikan laporan secara wajar.
Ayat jurnal reklasifikasi sering kali dibuat dalam laporan untuk menyajikan
informasi akuntansi secar tepat, meskipun saldo buku besar sudah benar. Contoh yang
umum adalah reklasifikasi untuk tujuan laporan keuangan dari saldo kredit piutang
usaha yang material ke utang usaha.
Hanya ayat jurnal penyesuaian dan reklasifikasi tersebut yang mempengaruhi
secara signifikan kewajaran penyajian laporan keuangan yang harus di catat.
5) Skedul pendukung
Skedul pendukung terinci yang siapkan oleh klien atau auditor untuk mendukung
jumlah yang spesifik pada laporan keuangan. Jenis skedul pendukung:
a) Analisis. Analisis dirancang untuk memperlihatkan aktivitas dalam akun buku
besar umum selama keseluruhan periode audit, yaitu menghubungkan saldo awal dan
akhir. Digunakan untuk akun seperti sekuritas, wesel tangih, penyisihan untuk piutang
tak tertagih, properti, pabrik, dan peralatan, utang jangka panjang dan semua akun
ekuitas selama tahun berjalan.
b) Neraca saldo atau daftar. Terdiri dari rincian yang membentuk saldo akhir tahun
dari akun buku besar umum. Contoh piutang usaha, utang usaha, biaya perbaikan dan
pemeriharaan, beban hukum, dan pendapatan rupa-rupa.
c) Rekonsilasi jumlah. Rekonsilasi yang mendukung jumlah tertentu dan biasanya
diharapkan atau mengaitkan jumlah yang dicatat dalam catatan klien dengan sumber
informasi lainnya. Contoh rekening koran, rekonsilasi saldo piutang usaha dengan
konfirmasi dari pelanggan dan rekonsilasi saldo utang usaha dengan penyataan vendor
atau pemaso.
d) Pengujian kelayakan. Berisi informasi yang memungkinkan auditor untuk
mengevaluasi apakah saldo klien tampak mengandung salah saji dengan
mempertimbangkan situasi penugasan. Contoh menguji beban penyusutan, provisi
pajak penghasilan federal dan penyisihan piutang tak tertagih dengan menggunakan
pengujian kelayakan.
e) Ikhitisar prosedur. Jenis skedul lainnya mengikhtisarkan hasil dari prosedur audit
khusus. Contoh hasil konfirmasi piutang usaha dan observasi persediaan
f) Pemeriksaan dokumen pendukung. Sejumlah skedul bertujuan khusus yang
dirancang untuk memperlihatkan pengujian terinci yang dilaksanakan, seperti
dokumen yang diperiksa selama pengujian substantif atas transaksi.
g) Informasional. Berisi informasi yang berlawanan dengan bukti audit.
h) Dokumentasi dari luar. Isi file ini terdiri dari dokumentasi luar yang dikumpulkan
oleh auditor seperti jawaban konfirmasi dan salinan perjanjian klien.
i. Penyusunan dokumentasi audit
Walaupun rancangannya bergantung pada tujuan yang ingin dicapai, dokumentasi
audit harus memiliki karakteristik tertentu:
1. Setiap file audit harus diidentifikasi secara wajar dengan informasi
2. Dokumentasi audit harus memiliki indeks dan referensi silang untuk membantu
pengaturan dan pengarsipkannya
3. Dokumentasi audit yang lengkap harus dengan jelas menunjukkan pekerjaan audit
yang dilakukan yang dapat dicapai dengan tiga cara: dengan pernyataan tertulis dalam
bentuk memorandum, dengan menandatangani prosedur audit dalam program audit,
dan dengan notasi langsung pada skedul.
4. Dokumntasi audit harus meliputi informasi yang cukup untuk memenuhi tujuan
yang telah direncang.
5. Kesimpulan yang dicapai tentang segmen audit yang dipertimbangkan harus
dinyatakan dengan jelas.
j. Pengaruh teknologi terhadap bukti audit dan dokumentasi audit
Pengaruh positif:
1. Auditor dapat menyusun neraca saldo, skedul utama, dokumentasi audit
pendukung, laporan keuangan, dan melakukan analisis rasio.
2. Memfasilitasi penelusuran kemajuan audit dengan menunjukkan status kinerja
dan review dari setiap bidang audit.
3. Data dapat diimpor dan diekspor ke aplikasi lain.
4. Dapat mengakses dokumentasi audit dari lokasi yang jauh.
5. Dapat melakukan LAN.
Pengaruh negatif:
1) Hanya dapat tersedia pada suatu titik waktu.
2) Tidak bisa diambil kembali jika filenya sudah diubah atau jika klien tidak
mempunyai file cadangan.
3) Harus mempunyai software seperti ACL dan IDEA.

Anda mungkin juga menyukai