Anda di halaman 1dari 23

1.

1 Latar Belakang Akuntansi

Akuntansi sering disebut sebagai ’’bahasa bisnis”,

Hal ini dikarenakan dengan informasi akuntansi, manajemen perusahaan dapat mengkomunikasikan
kinerja kepada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan pada perusahaan. Informasi akuntansi
merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan saat ini yang diperlukan untuk memahami situasi
keuangan perusahaan yang akurat dan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan stategis.

Bagi para pengusaha, informasi akuntansi sangat penting untuk mengikhtisarkan profitabilitas atau
keuntungan atas usaha yang telah dijalankan serta untuk melakukan pembuatan keputusan yang
berkaitan untuk kelancaran usahanya atau untuk melakukan investasi. Akuntansi menghasilkan
informasi yang dituangkan dalam bentuk laporan keuangan.

Informasi merupakan data yang disajikan dengan cara tertentu sehingga mempunyai makna bagi
pemakainya. Suatu informasi akan bermakna apabila memiliki kemampuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keyakinan pemakai dalam pembuatan keputusan. Informasi dikatakan memiliki
kualitas jika berkaitan dengan intensitas informasi untuk menambah pengetahuan, menambah
keyakinan, dan dapat merubah keputusan.

1.2 Pengertian Akuntansi

Akuntansi adalah seni untuk mencatat, meringkas, menganalisis, dan melaporkan data yang berkaitan
dengan transaksi keuangan dalam bisnis atau perusahaan. Untuk praktisi dalam bidang ini disebut
dengan akuntan.

Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan
membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi
sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi non-profit, dan lembaga pemerintah.

Akuntansi adalah suatu proses yang diawali dengan mencatat, mengelompokkan, mengolah, menyajikan
data, serta mencatat transaksi yang berhubungan dengan keuangan sehingga informasi tersebut dapat
digunakan oleh seseorang yang ahli di bidangnya dan menjadi bahan untuk mengambil suatu keputusan.

1.3 Sifat Dasar Akuntansi

Dalam APB Statement No. 4 dijelaskan beberapa sifat dan elemen dasar dari akuntansi keuangan
sebagai berikut:
1. Accounting Entity

Dalam menyusun informasi akuntansi, yang menjadi focus pencatatan akuntansi adalah entity atau
lembaga, utit organisasi tertentu harus jelas sebagai suatu entity yang terpisah dari badan atau entity
yang lain. Kita tidak bisa mencatat atau menyajikan informasi akuntansi sekaligus menyangkut suatu
perusahaan dan pemiliknya. Informasi yang disusun harus masing-masing terpisah antara satu entity
dengan entity yang lain.

2. Going Concern

Dalam menyusun atau memahami laporan keuangan harus dianggap bahwa perusahaan (entity) yang
dilaporkan akan terus beroperasi di masa-masa yang akan dating., tidak ada sama sekali asumsi bahwa
perusahaan ini akan bubar. Prinsip ini menjadi dasar bagi kewajaran nilai yang dicantumkan dalam
informasi keuangan.

3. Measurement

Akuntansi adalah sebagai alat pengukuran sumber-sumber ekonomi (ekonomi resources) dan kewajiban
(liability) beserta perubahannya yang terjadi akibat operasi perusahaan. Akuntansi mencoba mengukur
nilai suatu asset, kewajiban, modal, hasil, dan biaya.

4. Time Period

Laporan keuangan menyajikan informasi untuk suatu waktu tertentu, tanggal tertentu atau periode
tertentu. Neraca menggambarkan nilai kekayaan, utang, dan modal pada saat atau pada tanggal
tertentu. Laporan rugi laba menggambarkan informasi hasil (pendapatan dan biaya) usaha pada periode
tertentu. Sementara itu laporan arus kas menggambarkan informasi arus kas masuk dan keluar pada
periode tertentu, dari satu tanggal ke tanggal yang baik.

5. Moneteyu unit

Pengukuran yang dipakai dalam akuntansi adalah dalam bentuk ukuran moneter atau uang. Semua
transaksi perusahaan dikuantifikasikan dan dilaporkan dalam bentuk nilai uang bukan unit buah, luas
meter, kilogram, dan sebagainya.
6. Accrual

Penentuan pendapatan dan biaya dari posisi harta dan kewajiban ditetapkannya tanpa melihat apakah
transaksi kas telah dilakukan atau tidak. Penentuannya bukan keterlibatan kas, tetapi didasarkan pada
faktor legalnya apakah memang sudah merupakan hak (pendapatan) atau kewajiban (biaya) perusahaan
atau belum. Kalau sudah, harus dicatat tanpa menunggu pembayaran atau penerimaan kas.

7. Exchange Price

Nilai yang terdapat dalam laporan keuangan umumnya didasarkan pada harga pertukaran yang
diperoleh dari harga pasar sebagai pertemuan bargaining antara pembeli (demand) dan penjual
(supply).

8. Approximation

Dalam akuntansi tidak dapat dihindarkan penafsiran-penafsiran, baik nilai, harga, umur, jumlah
penyisian piutang ragu, kerugian, dan sebagainya. Misalnya taksiran umur asset, taksiran harga
persediaan, harga surat berharga, penyisihan piutang ragu, dan lain sebagainya.

9. Judgment

Dalam menyusun laporan keuangan banyak diperlukan pertimbangan-pertimbangan akuntan


manajemen berdasarkan keahlian atau pengalaman yang dimilikinya.

10. General Purpose

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang dihasilkan akuntansi keuangan ditujukan buat
pemakai secara umum, bukan pemakai khusus. Tidak ditujukan khusus kepada banker, investor,
kreditor, analis, manajemen, atau karyawan, tetapi ke semua pihak.

11. Interrelated Statement

Neraca, daftar Laba Rugi, dan Laporan Sumber dan Penggunaan Kas, mempunyai hubungan yang sangat
erat dan berkaitan satu sama lain. Ini merupakan salah satu alat control akuntansi sehingga tidak mudah
melakukan rekayasa laporan begitu saja tanpa memperhatikan hubungan satu pos (akun) dengan pos
lainnya.
12. Subtance Over Form

Karea akuntansi ingin memberikan informasi yang dipercaya bagi pengambil keputusan, akuntansi lebih
menekankan penggunaan informasi yang berasal dari kenyataan ekonomis suatu kejadian daripada
bukti legalnya. Akuntansi selalu berpihak pada kenyataan yang sebenarnya.

13. Matreality

Laporan keuangan hanya memuat informasi yang dianggap penting dalam setiap pertimbangan yang
dilakukannya tetap melihat signifikannya. Pengertian penting disini adalah jika informasi itu dapat
mempengaruhi para pengambil keputusan yang normal.

1.4 Akuntansi : Kapitalisme, Kamera, Netral

Akuntansi itu dapat dianggap sebagai sesuatu yang bersifat netral karena ia hanya menangkap apa yang
dapat ditangkap oleh lensa yang dimilikinya. Akuntansi mencoba menangkap transaksi yang terjadi
dalam perusahaan dan mengangkat kejadian itu dalam bentuk "foto” yang dapat memberikan gambaran
tentang posisi keuangan perusahaan (Neraca), hasil usaha (Laba Rugi) dan Laporan sumber dan
pengeluaran Arus Kas (Laporan Arus Kas). Informasi yang dikeluarkan oleh sistem akuntansi mestinya
tidak dapat berubah dari objek yang difoto. Perubahan İtu merupakan penyimpangan terhadap
fungsinya selaku "kamera.” Pada saat yang sama akuntansi jangan dianggap mampu memberikan
İnformasi atau fungsi di luar fungsinya sebagai tukang foto. Misalnya dapat memprediksi, dapat
melakukan hal-hal yang sebenarnya hanya dapat dilakukan manusia atau manajemen. Akuntansi itu
pasif bukan aktif. Dia hanya mampu memberikan İnformasi sesuai objek yang memang merupakan
bidangnya, yaitu İnformasi tentang semua transaksi keuangan yang dilakukan perusahaan yang
memengaruhi kekayaan, utang, modal, hasil, dan biaya.

Pada hakikatnya akuntansi itu adalah mengukur dan melaporkan informasi tentang Harta atau
Kekayaan. Dalam ideologi kapitalisme harta merupakan bukti kemakmuran, ukuran keberhasilan hidup
Oleh karenanya pemupukan harta merupakan sasaran dan tujuan hidup. Oleh karenanya semua tenaga
dan resorsis harus diarahkan untuk mencari, memupuk kekayaan.

1.5 Siklus Akuntansi

Menurut Harnanto (2002), siklus akuntansi yang lengkap terdapat 11 tahap, tetapi dua tahap
diantaranya bersifat opsional. Di bawah ini adalah beberapa tahapan dalam siklus akuntansi.
Identifikasi Transaksi

Langkah pertama dalam siklus adalah mengidentifikasi transaksi. Akuntan harus mengidentifikasi
transaksi sehingga dapat dicatat dengan benar. Tidak semua transaksi dapat dicatat, transaksi yang
dapat dicatat adalah transaksi yang mengakibatkan perubahan posisi keuangan perusahaan dan dapat
dinilai ke dalam unit moneter secara objektif. Selain itu, transaksi yang akan dicatat juga harus memiliki
bukti, jika tidak ada bukti maka transaksi tidak dapat dicatat dan dilaporkan dalam laporan keuangan.
Bukti transaksi biasanya berupa kuitansi, nota, faktur, bukti kas keluar, memo penghapusan piutang dan
lain sebagainya. Bukti-bukti tersebut tentu saja harus sah dan diverifikasi.

Analisis Transaksi

Setelah mengidentifikasi transaksi, akuntan harus menentukan pengaruhnya terhadap posisi keuangan.
Untuk memudahkan, Anda dapat menggunakan persamaan matematis: Aktiva = Kewajiban + Ekuitas.
Sistem pencatatan adalah double-entry system, yaitu setiap transaksi yang dicatat akan berefek
terhadap posisi keuangan didebit dan dikredit dalam jumlah yang sama. Sehingga setiap transaksi
mempengaruhi sekurang-kurangnya dua rekening pembukuan.

Pencatatan Transaksi pada Jurnal

Setelah informasi transaksi dianalisis, kemudian dicatat secara runtut di buku jurnal. Jurnal adalah suatu
catatan kronologis tentang transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu periode akuntansi. Proses
pencatatan transaksi kedalam jurnal disebut penjurnalan (journalizing). Terdapat dua macam jenis
jurnal, jurnal umum dan jurnal khusus. Jurnal umum dikenal dengan istilah jurnal saja. Biasanya
pencatatan transaksi dimasukan kedalam satu rekening yang didebit dan satu rekening dikredit.
Sedangkan, jurnal khusus, diselenggarakan untuk meningkatkan efisiensi pencatatan terhadap transaksi
yang berulang. Contohnya seperti jurnal penjualan, jurnal pembelian, jurnal penerimaan kas, dan
lainnya.
Posting Buku Besar

Langkah selanjutnya yaitu mem-posting transaksi yang sudah dicatat dalam jurnal ke dalam buku besar.
Buku besar adalah kumpulan rekening-rekening pembukuan yang masing-masing digunakan untuk
mencatat informasi tentang aktiva tertentu. Pada umumnya, perusahaan mempunyai daftar susunan
rekening-rekening buku besar yang disebut chart of accounts. Masing-masing rekening biasanya diberi
nomor kode, untuk memudahkan dalam mengidentifikasi dan membuat cross-reference dengan
pencatatan transaksi di dalam jurnal.

Penyusunan Neraca Saldo

Neraca saldo adalah daftar saldo rekening-rekening buku besar pada periode tertentu. Cara menyusun
neraca saldo sangat mudah, Anda hanya perlu memindahkan saldo yang ada di buku besar ke dalam
neraca saldo untuk disatukan. Saldo pada neraca saldo harus sama jumlahnya. Jika jumlah saldo debit
tidak sama dengan jumlah yang ada di kredit maka dikatakan bahwa neraca saldo tidak seimbang, masih
ada kesalahan. Jika demikian, maka akuntan harus mencari kesalahan yang terjadi sebelum laporan
disusun.

Penyusunan Jurnal Penyesuaian

Jika pada akhir periode akuntansi, terdapat transaksi yang belum dicatat, atau ada transaksi yang salah,
atau perlu disesuaikan maka dicatat dalam jurnal penyesuaian. Penyesuaian dilakukan secara periodik,
biasanya saat laporan akan disusun. Pencatatan penyesuaian sama seperti pencatatan transaksi
umumnya. Transaksi penyesuaian dicatat pada jurnal penyesuaian dan kemudian dibukukan kedalam
buku besarnya. Setelah itu saldo yang ada di buku besar siap disajikan dalam laporan keuangan. Dengan
kata lain, hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang disusun secara akrual basis.

Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

Pada tahap ini, Anda hanya perlu menyusun neraca saldo kedua dengan cara memindahkan saldo yang
telah disesuaikan pada buku besar ke dalam neraca saldo yang baru. Saldo dari akun-akun pada buku
besar dikelompokan kedalam kelompok aktiva atau pasiva. Saldo antara kelompok aktiva dan pasiva
pada neraca saldo ini juga harus seimbang. Namun, ingat saldo yang seimbang belum tentu benar tetapi
saldo yang benar pasti seimbang.

Penyusunan Laporan Keuangan

Berdasarkan informasi pada neraca saldo setelah penyesuaian, tahap selanjutnya yaitu menyusun
laporan keuangan. Laporan keuangan yang disusun seperti:

a.) Laporan laba rugi, untuk menggambarkan kinerja perusahaan.

b.) Laporan perubahan modal, untuk melihat perubahan modal yang telah terjadi.

c.) Neraca, dapat digunakan memprediksi likuiditas, solvensi, dan fleksibilitas.

d.) Laporan arus kas, memberikan informasi yang relevan mengenai kas keluar dan kas masuk pada
periode berjalan.

Penyusunan Jurnal Penutup

Setelah membuat laporan keuangan, akuntan harus membuat jurnal penutup. Jurnal penutup hanya
dibuat pada akhir periode akuntansi saja. Rekening yang ditutup hanya rekening nominal atau rekening
laba-rugi. Caranya adalah dengan me-nol kan atau membuat nihil rekening terkait. Rekening-rekening
nominal harus ditutup karena rekening tersebut digunakan untuk mengukur aktivitas atau aliran
sumber-sumber yang terjadi pada periode berjalan. Pada akhir periode akuntansi, rekening nominal
sudah selesai menjalankan fungsinya sehingga harus ditutup. Selanjutnya, pada periode berikutnya
dapat digunakan kembali untuk mengukur aktivitas yang baru dan mulai terjadi.

Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan (Opsional)


Pada langkah ini, akuntan menyusun neraca saldo setelah penutupan. Neraca saldo ini adalah daftar
saldo rekening-rekening buku besar setelah dibuatnya jurnal penutup. Oleh karena itu neraca saldo ini
hanya memuat saldo rekening-rekening permanen saja. Tujuan pembuatan neraca saldo setelah
penutupan adalah untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo yang seimbang sudah benar. Sehingga
penyusunan neraca saldo ini tidak wajib hanya bersifat opsional.

Penyusunan Jurnal Pembalik (Opsional)

Tujuan jurnal pembalik adalah menyederhanakan prosedur pencatatan transaksi-transaksi tertentu yang
terjadi secara repetitif pada periode berikutnya. Karena tujuannya untuk menyederhanakan maka tahap
terakhir ini juga bersifat opsional. Jurnal pembalik biasanya dibuat pada awal periode berikutnya.
Caranya dengan membuat jurnal pembalik dari jurnal penyesuaian yang telah dibuat. Dengan kata lain
membalikan akun yang telah dibuat pada jurnal penyesuaian dari yang awalnya debit menjadi kredit dan
dari yang awalnya kredit menjadi debit.

2.1 Akuntansi Dan Double Entry

Sistem double entry atau dalam bahasa Indonesianya adalah pencatatan ganda merupakan sebuah
konsep transaksi dimana setiap transaksi di dalamnya akan melibatkan minimal dua akun. Contohnya,
bila pada sebuah perusahaan terjadi transkasi pembelian persediaan atau stok secara tunai, maka dalam
transaksi tersebut akan terjadi dua pengaruh, yaitu bertambahnya debit persedian dan berkurangnya
uang kas atau kredit.

Terciptanya sistem double entry ini adalah guna menjaga keseimbangan atau persamaan akuntansi.
Rumus persamaan akuntansi tersebut adalah “Liabilitas + Owner’s Equity/Ekuitas Pemilik = Assets”

Jika diperhatikan persamaan tersebut dalam contoh kasus transaksi pembelian persediaan di atas, maka
biaya transaksi – liability – akan menimbulkan penurunan ekuitas pemilik perusahaan melalui sistem
pencairan uang tunai guna membayar transaksi atas pembelian persediaan stok.
Selain itu, jumlah yang diinput sebagai auditpun harus sesuai dengan yang ditambahkan sebagai kredit
di dalam buku besar.

Dalam konsep sistem pembukuan double entry, setiap transaksi akan selalu menghasilkan dua efek yang
harus diperhitungkan, atau dikenal dengan prinsip dualitas. Artinya, meskipun perusahaan
mengeluarkan sejumlah uang dari akun perusahan, namun perusahaan akan pendapatkan sesuatu
sebagai bentuk imbalan.

Walaupun ada aset yang bisa didapatkan dalam setiap pengeluaran, namun sistem akuntansi hanya
akan memberikan penilaian terbatas terkait bagimana perusahaan tersebut mengelola sistem
keuangannya.

Setiap transaksi pada double entry juga akan dicatat dalam buku besar, akun buku besar neraca, atau
akun buku besar laporan laba rugi, yang mempunyai kolom dalam pembukuan untuk melakukan entri
debit dan kredit. Berikut ini adalah pengertian entri debit dan entri kredit:

 Entri debit adalah pencatatan sistem akuntasi ketika terjadi kondisi dimana adanya
pertambahan aset dan biaya, serta penurunan liabilitas dan ekuitas. Dalam akuntansi, akun
debit akan berada kolom kiri.
 Entri kredit adalah sistem pencatatan akuntansi yang terjadi karena adanya tambahan liabilitas
atau ekuitas, atau adanya penurunan aset dan biaya. Kredit berbanding terbalik dengan debit,
posisi kolomnya berada di sisi kanan dalam pembukuan akuntansi.

2.2 Perkembangan Ilmu Akuntansi

Pada awalnya, pencatatan transaksi perdagangan dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dicatat pada
batu, kulit kayu, dan sebagainya. Catatan tertua yang berhasil ditemukan sampai saat ini masih
tersimpan, yaitu berasal dari Babilonia pada 3600 SM. Penemuan yang sama juga diperoleh di Mesir dan
Yonani kuno. Pencatatan itu belum dilakukan secara sistematis dan sering tidak lengkap. Pencatatan
yang lebih lengkap dikembangkan di Italia setelah dikenal angka-angka desimal arab dan semakin
berkembangnya dunia usaha pada waktu itu.

Perkembangan akuntansi sejalan dengan perkembangan organisasi dan kegiatan suatu usaha, karena
kehadirannya memerlukan pencatatan sehingga seluruh kegiatan akan tergambar di dalamnya. Pada
abad ke-15 seorang ahli Matematika berkebangsaan Italia Luca Paciolo telah menyusun buku tentang
akuntansi dengan judul “Tractatus de Cumputis at Scritorio” buku ini berorientasi pada pembukuan
berpasangan. Pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping) mencatat kedua aspek transaksi
sedemikian rupa yang membentuk suatu pemikiran yang berimbang. Praktek pencatatan akuntansi
dalam arti pencatatan kejadian yang berhubungan dengan bisnis sudah dimulai sejak adanya kejadian
dalam double entry bookkeeping.

Menurut pendapat Mattessich (dalam Harahap, 1997) bahwa double entry sudah ada sejak 5000 tahun
yang lalu. Sedangkan selama ini kita kenal bahwa penemu sistem tata buku berpasangan ini maka dapat
dikemukakan sebagai berikut. Double entry accounting systemtelah disepakati para ahli mula-mula
diterbitkan oleh Luca Pacioli dalam bukunya yang berisi 36 bab yang terbit pada tahun 1949 di Florence,
Italia dengan judul “Summa de Arithmatica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita” yang berisi
tentang pelajaran ilmu pasti.

Inoue (dalam Harahap, 1997) menyebutkan“Orang yang pertama-tama “menulis” (bukan menerbitkan
seperti Pacioli) tentang double entry bookkeeping system adalah Bonedetto Cotrugli pada 1458, 36
tahun sebelum terbitnya buku Pacioli. Namun buku Benedetto Cotrugli ini baru terbit pada tahun 1573
atau 89 tahun setelah buku Pacioli terbit. Dengan demikian penjelasan ini maka pertentangan
sebenarnya tidak ada.”

Jika kita kaji sejarah, terutama sejarah Islam, sebenarnya pada awal pertumbuhannya sudah ada sistem
akuntansi. Akan tetapi, sayangnya literatur belum banyak menganalisis bagaimana rupa eksistensi
akuntansi pada zaman itu (± 570 Masehi). Seperti yang dikemukakan oleh Russel (dalam Rosjidi, 1999)
“Sebenarnya orang-orang Italia dalam abad ke-14 baru menerapkan sistem pembukuan berpasangan
lengkap setelah terlebih dahulu digunakan oleh saudagar-saudagar Moslem (Moslem Merchants).”

Revolusi indusrti di Inggris pada tahun 1776 juga menimbulkan efek positif terhadap perkembangan
akuntansi. Pada tahun 1845 undang-undang perusahaan yang pertama di Inggris dikeluarkan untuk
mengatur tentang organisasi dan status perusahaan. Dalam undang-undang tersebut, diatur tentang
kemungkinan perusahaan meminjam uang, mengeluarkan saham, membayar hutang, dan dapat
bertindak sebagaimana halnya perorangan. Keadaaan-keadaaan inilah yang menimbulkan perlunya
laporan baik sebagai informasi maupun sebagai pertanggungjawaban.

Dalam artikelnya, Herbert (dalam Harahap, 1997) menjelaskan perkembangan akuntansi sebagai
berikut.
Tahun 1775 : pada tahun ini mulai diperkenalkan pembukuan baik yang single entry maupundouble
entry.

Tahun 1800 : masyarakat menjadikan neraca sebagai laporan yang utama digunakan dalam
perusahaan.

Tahun 1825 : mulai dikenalkan pemeriksaaan keuangan (financial auditing).

Tahun 1850 : laporan laba/rugi menggantikan posisi neraca sebagai laporan yang dianggap lebih
penting.

Tahun 1900 : di USA mulai diperkenalkan sertifikasi profesi yang dilakukan melalui ujian yang
dilaksanakan secara nasional.

Tahun 1925 : banyak perkembangan yang terjadi tahun ini, antara lain:

 Mulai diperkenalkan teknik-teknik analisis biaya, akuntansi untuk perpajakan, akuntansi


pemerintahan, serta pengawasan dana pemerintah;
 Laporan keuangan mulai diseragamkan;
 Norma pemeriksaaan akuntan juga mulai dirumuskan; dan
 Sistem akuntansi yang manual beralih ke sistem EDP dengan mulai dikenalkannya “punch card
record”.

Tahun 1950 s/d 1975 : Pada tahun ini banyak yang dapat dicatat dalam perkembangan akuntansi, yaitu
sebagai berikut.

1. Pada periode ini akuntansi sudah menggunakan komputer untuk pengolahan data.
2. Sudah dilakukan Perumusan Prinsip Akuntansi (GAAP).
3. Analisis Cost Revenue semakin dikenal.
4. Jasa-jasa perpajakan seperti kunsultan pajak dan perencanaan pajak mulai ditawarkan profesi
akuntan.
5. Management accounting sebagai bidang akuntan yang khusus untuk kepentingan manajemen
mulai dikenal dan berkembang cepat.
6. Muncul jasa-jasa manajemen seperti sistem perencanaan dan pengawasan.
7. Perencanaan manajemen serta management auditing mulai diperkenalkan.

Tahun 1975 : mulai periode ini akuntansi semakin berkembang dan meliputi bidang-bidang lainnya,
perkembangan itu antara lain:

1. Timbulnya management scienceyang mencakup analisis proses manajemen dan usaha-usaha


menemukan dan menyempurnakan kekurangan-kekurangannya.
2. Sistem informasi semakin canggih yang mencakup perkembangan model-model organisasi,
perencanaan organisasi, teori pengambilan keputusan, dan analisis cost benefit.
3. Metode permintaan yang menggunakan computer dalam teori cybernetics.
4. Total system review yang merupakan metode pemeriksaan efektif mulai dikenal.
5. Social accounting manjadi isu yang membahas pencatatan setiap transaksi perusahaan yang
mempengaruhi lingkungan masyarakat.

2.3 Sejarah Akuntansi Di Indonesia

Di Indonesia, akuntansi mulai diterapkan sejak 1642, tetapi jejak yang jelas baru ditemui pada
pembukuan Amphion Society yang berdiri di Jakarta sejak tahun 1747. Perkembangan akuntansi yang
mencolok baru muncul setelah undang-undang mangenai tanam paksa dihapuskan tahun 1870. Dengan
dihapuskannya tanam paksa, kaum pengusaha Belanda banyak bermunculan di Indonesia untuk
menanamkan modalnya. Sistem yang dianut oleh pengusaha Belanda ini adalah seperti yang diajarkan
oleh Luca Pacioli.

Pada Zaman penjajahan Belanda, perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan tata buku.


Akuntansi tidak sama dengan tata buku walaupun asalnya sama-sama dari pembukuan berpasangan.
Akuntansi sangat luas ruang lingkupnya, diantaranya teknik pembukuan. Setelah tahun 1960, akuntansi
cara Amerika (Anglo-Saxon) mulai diperkenalkan di Indonesia. Jadi, sistem pembukuan yang dipakai di
Indonesia berubah dari sistem Eropa (Kontinental) ke sistem Amerika (Anglo-Saxon).
Fungsi pemeriksaan (auditing) mulai dikenalkan di Indonesia tahun 1907, yaitu sejak seorang anggota
NIVA, Van Schagen, menyusun dan mengontrol pembukuan perusaan. Pengiriman Van Schagen ini
merupakan cikal bakal dibukanya Jawatan Akuntan Negara (GAD – Government Accountant Dients) yang
resmi didirikan pada tahun 1915. Akuntan public pertama adalah Frese & Hogeweg, yang mendirikan
kantornya di Indonesia tahun 1918.

Dalam masa pendudukan Jepang, Indonesia sangat kekurangan tenaga di bidang akuntansi. Jabatan-
jabatan pimpinan dib Jawatan Keuangan yang 90% dipegang oleh bangsa belanda, menjadi kosong.
Dalam masa ini, atas prakarsa Mr. Slamet, didirikan kusus-kursus untuk mengisi kekosongan jabatab tadi
dengan tenaga-tenaga Indonesia. Pada tahun 1874, hanya ada seorang akuntan berbangsa Indonesia,
yaitu Prof. Dr. Abutari. Di Indonesia, pendidikan akuntansi mulai dirintis dengan dibukanya jurusan
akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1952. Pembukaan ini kemudian diikuti
Institut Ilmu Keuangan (sekarang Sekolah Tinggi Akuntansi Negara) tahun 1960 dan Fakultas-fakultas
Ekonomi di Universitas Padjadjaran (1961), Universitas Sumatera Utara (1964), universitas Airlangga
(1962), dan universitas Gadjah Mada (1964).

Organisasi profesi yang menghimpun para akuntan Indonesia bediri 23 Desember 1957. Organisasi ini
diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan pendiri lima orang akuntan Indonesia.profesi
akuntan mulai berkembang dengan pesat sejak tahun 1967. Pada tahun itu juga dikeluarjannya undang-
undang modal asing yang kemudian disusul dengan undang-undang penanaman modal dalam negeri
tahun 1968 yang merupakan pendorong berkembangnya profesi akuntansi. Setelah krisis ekonomi
Indonesia tahun 1997, peran profesi akuntan diakui semakin signifikan mengingat profesi ini memiliki
peranan strategis di dalam menciptakan iklim transparansi di Indonesia.
Topik 3

3.1 Elemen Struktur Teori Akuntansi

Teori akuntansi merupakan elemen yang saling berkait yang menjadi pedoman pengembangan teori dan
penyusunan teknik-teknik (standar) akuntansi. Struktur teori akuntansi berisi elemen sebagai berikut:

1. Rumusan tentang tujuan laporan keuangan yang diperoleh dari para pemakai laporan keuangan.

2. Rumusan tentang postulat yang dirumuskan dari tujuan laporan keuangan.

3. Konsep teoretis akuntansi yang berhubungan dengan asumsi-asumsi dan sifat-sifat akuntansi.

4. Rumusan prinsip akuntansi utama yang didasarkan pada postulat dan konsep teoretis.

5. Standar atau teknik akuntansi sebagai pedoman penyusunan laporan keuangan sesuai kebutuhan
para pemakai, yang dirumuskan dari prinsip akuntansi utama.

3.2 Tujuan Laporan Keuangan


laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.

3.3 Postulat Akuntansi

Postulat akuntansi terdiri dari:

a. Postulat Entity: mencatat hasil kegiatan operasi dari suatu entity yang terpisah dan dibedakan dari
pemilik atau entitas lain.

b. Postulat Going Concern: disebut juga continuity. Postulat ini menganggap bahwa perusahaan akan
terus melaksanakan operasinya sepanjang proses penyelesaian proyek, perjanjian, dan kegiatan yang
sedang berlangsung.

c. Postulat Unit of Measure: disebut juga monetary unit postulate yang menganggap bahwa setiap
transaksi harus diukur dengan suatu alat ukur atau alat tukar yang seragam

d. Postulat Accounting Period : postulat ini menggambarkan bahwa walaupun akuntansi ini memegang
postulat going concern, namun posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahannya harus dilaporkan secara
periodik atau kurun waktu tertentu.

3.4 Konsep Teoritis Akuntansi

Beberapa kemungkinan teori yang dipakai:

a. The Proprietory Theory: entity dianggap sebagai agen, perwakilan atau penugasan dari pengusaha
atau pemilik
b. The Entity Theory: entity dianggap sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak yang
menanamkan modal ke dalam perusahaan

c. The Fund Theory: Akuntansi didefinisikan dalam istilah aset, dan penggunaan aset ini adalah terbatas

d. The Enterprise Theory: Akuntansi jangan hanya mementingkan informasi bagi pemilik entity, tetapi
juga pihak lainnya yang juga memberikan kontribusi langsung dan tidak langsung kepada keberhasilan
suatu perusahaan atau lembaga

e. Residual Equity Theory: disebut sebagai gabungan antara entity dan proprietory theory. Residual
equity itu hanya pemegang saham biasa

f. Commander Theory: cukup melihat commander-nya atau mereka yang memiliki kekuasaan atau
wewenang untuk melakukan kontrol ekonomi atas resorsis yang efektif terhadap suatu lembaga

g. The Investor Theory: yang menjadi perhatian utama adalah investor, yaitu mereka yang tergolong
kreditur dan pemegang saham

h. Amanah (Accountability) atau Ibadah Theory: laporan keuangan diharapkan dapat menjelaskan
informasi tentang pertanggungjawaban manusia.

3.5 Prinsip Dasar Akuntansi

Menurut SAK Indonesia, dua asumsi dasar yaitu:

a. Dasar Akrual

b. Keberlangsungan Usaha
Sementara APB Statement No. 4 memberikan sembilan prinsip dasar akuntansi sebagai berikut:

a. The cost principle

b. The revenue principle

c. The matching principle

d. The objectivity principle

e. The consistency principle

f. The disclousure principle

g. The Conservatism principle

h. The Materiality principle

i. The Uniformity dan Comparability principle


Topik 4

4.1 Hakikat Standart Akuntansi

Standar Akuntansi biasanya terdiri atas tiga bagian :

· Deskripsi masalah yang harus dipecahkan.

· Diskusi dengan pertimbangan yang sehat (kemungkinan dengan melihat teori-teori fundamental)

· Sejalan dengan keputusan atau teori yang ada dan solusi yang disarankan

Alasan mengapa standar harus dibuat adalah :

· Standar memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan penyelenggaraan sebuah
perusahaan kepada para pengguna informasi.

· Standar memberikan pedoman dan aturan tindakan bagi para akuntan publik yang memungkinkan
mereka untuk menerapkan kehati-hatiandan kebebasan dalam menjual keahlian dan integritas mereka
dalam mengaudit laporan-laporan perusahaan dan membuktikan validitas dari laporan tersebut.

· Standar memberikan database kepada pemerintah mengenai berbagai variabel yang dianggap
sangat penting dalam pelaksanaan perpajakan, regulasi perusahaan, perencanaan dan regulasi ekonomi
serta peningkatan efisiensi ekonomi dan sasaran-sasaran sosial lainnya.
· Standar menumbuhkan minat dalam prinsip-prinsip dan teori-teori bagi mereka yang memiliki
perhatian dalam disiplin ilmu akuntansi.

4.2 Tujuan Penetapan Standart Akuntansi

· Pendekatan penyajian kebenaran mengingatkan laporan yang netral dan berusaha mencapai
penyajian yang benar melalui proses penyusunan standar.

· Pendekatan konsekuensi ekonomik, standar yang diundangkan harus memiliki pengaruh positif
atau setidaknya tidak memiliki pengaruh negative terhadap kesejahteraan sosial, akibat strategis ini
adalah kesejahteraan sosial diharapkan meningkat apabaila praktik-praktik akuntansi secara parsial
dilakukan secara konsisten.

· Pendekatan kritikal interpretative, bahwa pelaporan keuangan hendaknya digunakan sebagai


suatu instrumen perubahan sosial.

4.3 Entitas-entitas yang Berkepentingan dengan Standar Akuntansi.

· Individual dan Kantor Akuntan Publik

· American Institute Of Certified Public Accountants (AICPA)

· American Accounting Association (AAA)

· Financial Accounting Standards Board (FASB)

· Securities and Exchange Commission (SEC)


· Organisasi Profesional Lainnya

· Para Pengguna Laporan Keuangan

4.4 Yang Berwenang Menetapkan Standart Akuntansi

· Teori-teori Regulasi.

· Teori-teori keoentingan umum

· Teori-teori Kepentingan Kelompok atau Teori Perebutan

Regulasi Standar Akuntansi Di Sektor Swasta

Kepenytingan publik dalam akuntansi akan terpenuhi dengan baik jika pembuatan standar diserahkan
kepada sektor swasta. Di Amerika, pembuatan standar swasta melibatkan Committee on Accounting
Prosecudes dan Financial Accounting Standard Board.

Regulasi Standar Akuntansi DI Sektor Publik

· Ada opini umum bahwa proses inovasi dalam akuntansi bergantung kepada peran dari badan-
badan pemerintah seperti SEC sebagai pengganggu yang kreatif.

· Terdapat perdebatan bahwa striktur dari regulasi sekuritas yang ditetapkan Securities Act tahun
1933 dan 1934 yang melindungi para investor dari kecurigaan terjadinya penyalahgunaan.
· SEC dimotivasi oleh keinginan untuk menciptakan suatu pengungkapan publik.

· SEC dijamin oleh legitimasi yang lebih tinggi.

· Beberapa klaim mengatakan bahwa sektor swasta harus diawasi dan dikendalikan karena
beberapa tujuannya yang kadang bertentangan dengan kepentinagan umum

· Financial Accounting Fairness Act, meminta SEC untuk memberikan suaranya pada ketetapan-
ketetapan dari FASB sebelum perusahaan-perusahaan diharuskan untuk mematuhinya.

4.5 Legitimasi Proses Penetapan Standar Akuntansi

· Proses Pesimistik , Legitimasi prose penetapan standar kadang dihubungkan dengan


kemampuannya untuk membuat sistem akuntansi yang optimal, yaitu sistem yang ekspetasi
pengembaliannya kepada seorang pengguna yang menerapkan sebuah strategi keputusan yang
optimal .

· Proses Optimistik,

a. Cushing

b. Bromwich

c. Chambers
4.6 Standar Akuntansi Yang Berlebihan

SItuasi-SItuasi dianggap berlebihan jika :

· Standar yang terlalu banyak

· Standar yang terlalu rumit

· Tidak memiliki standar

· Standar bertujuan umum

Solusi mengatasi masalah Accounting Standard Overload :

· Tidak ada perubahan, mempertahankan apa yang sudah ada

· Perubahan dari konsep yamg ada.

· Perubahan dalam PABU untuk mempermudah penerapannya dalam setiap usaha bisnis.

· Menentukan alternative pengungkapan dan pengukuran yang berbeda.


· Perubahan dalam standar pelaporan CPA atas laporan keuangan

· Alternatif terhadap PABU sebagai dasar yang sifatnya pilihan dalam penyajian pelaporan leuangan.

4.7 Pilihan Dalam Akuntansi

Di dalam pasar yang tidak sempurna dan tidak lengkap, permintaan akuntansi dan regulasi akuntansi
memberikan usulan bahwa pengungkapan akuntansi dan kontrak-kontrak yang berdasarkan atas
akuntansi merupakan cara yang efektif dalam mengatasi ketidaksempurnaan pasar.

Kategori sasaran dilakukannya pilihan dalam akuntansi :

· Pembuatan kontrak

· Pemberian harga atas aktiva

· Mempengaruhi pihak-pihak eksternal, seperti Internal Revenue Service, regulator pemerintahan,


pemasok, para pesaing, dan negosiator serikat buruh.

Anda mungkin juga menyukai