Anda di halaman 1dari 26

𝐀𝐔𝐃𝐈𝐓 𝐈𝐍𝐕𝐄𝐒𝐓𝐈𝐆𝐀𝐒𝐈

Pengumpulan dan Evaluasi Bukti

KELOMPOK 6 :
- MUKTI SADEWO 2151030006
- TEGAR HARY PRIBADI 2151030013
- ALFIYAN 2151030014
A. Konsepsi bukti
1. Pengertian Bukti
Pengertian Bukti menurut George A. Manning, CFE, E.A. dalam bukunya
Financial Accounting and Forensic Accountin "Bukti adalah segala sesuatu yang
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat digunakan untuk
membuktikan apakah suatu fakta menjadi terungkap atau tidak terungkap".

Pengertian Bukti Menurut:Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)Terdapat


dua pengertian bukti, yaitu:   
1. Sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa
2. Hal yang menjadi tanda perbuatan jahat
• Barang bukti adalah benda baik
bergerak atau tidak bergerak,
berwujud maupun tidak berwujud,
yang mempunyai hubungan dengan
tindak pidana yang terjadi.

• Alat bukti dapat dimaknai sebagai


alat yang dapat diarahkan menjadi
alat bukti hukum menurut ketentuan
hukum pidana.
2. Standar Audit Investigatif Berkaitan dengan
Pengumpulan dan Evaluasi Bukti

• SAIPI - Paragraf 3300 – Pelaksanaan Penugasan


Audit Intern:
“Auditor harus mengidentifikasi, menganalisis,
mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi
yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan
audit intern.”
• SAIPI - Paragraf 3310 – Mengidentifikasi Informasi:
“Auditor harus mengidentifikasi informasi audit
intern yang cukup, kompeten, dan relevan.”
Standar audit berkaitan dengan pengumpulan dan
pengujian (evaluasi) bukti dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mengumpulkan informasi
2. Menganalisis dan Mengevaluasi Informasi
3. Mendokumentasikan Informasi
3. Prinsip Dasar Pengumpulan dan Evaluasi
Bukti
International Anti-Corruption Resources Center (IACRC) Guide to
Combating Corruption and Fraud in Development Projects dalam
salah satu publikasinya, The Basic of Evidence for Fraud and
Corruption Investigators, menyatakan bahwa terdapat dua prinsip
mendasar dalam tahap pengumpulan dan evaluasi bukti oleh auditor
investigative, yaitu:
1. Relevan "Informasi dikatakan relevan jika memiliki kecenderungan
untuk membuktikan atau menyangkal fakta dalam suatu
permasalahan".
2. Berbobot "Beberapa faktor yang mempengaruhi bobot suatu bukti
adalah keandalan dan kekuatan persuasif suatu bukti".
Sesuai dengan aksioma audit investigatif, hasil akhir
proses audit investigatif diharapkan berlanjut dan
diselesaikan pada proses pengadilan. Dengan demikian,
auditor harus mampu menyajikan bukti audit yang
meyakinkan dan dapat diterima di pengadilan. Beberapa
persyaratan agar bukti audit memenuhi unsur meyakinkan
dan dapat diterima di pengadilan adalah sebagai berikut ;
1. Relevan
2. Kumulatif
3. Terorganisasi dan disajikan dengan jelas
4. Dapat diterima di pengadilan
5. Memenuhi syarat formil dan materil
4. Pengumpulan dan Evaluasi Bukti
Dokumen Elektronik (PEBDE)

Proses untuk memperoleh dan menganalisis dokumen elektronik


dalam rangka memperoleh petunjuk atau bukti digital untuk
kepentingan penanganan kasus yang berindikasi tindak pidana.Dalam
proses mendapatkan informasi/dokumen elektronik yang akan
digunakan sebagai alat bukti hukum, diperlukan keahlian di bidang
forensik komputer, dengan memperhatikan prinsip dasarnya.
B. Pengumpulan bukti
1. Jenis Bukti
Jenis bukti dapat dibedakan berdasarkan sifat/kualitas,
bentuk, dan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku:
 Sifat/Kualitas Bukti
 Bentuk Bukti
 Bukti Menurut Peraturan Perundang-undangan yang
Berlaku
Jenis Bukti
• Sifat dan Kualitas Bukti
Berdasarkan sifat/kualitasnya, bukti dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. bukti utama,
2. bukti Tambahan,
3. bukti langsung,
4. bukti tidak langsung,
5. bukti perbandingan, dan
6. bukti statistic.
• Bentuk Bukti
Dalam standar audit investigatif dinyatakan
bahwa bukti dapat digolongkan menjadi ;
1. bukti fisik
2. bukti dokumen
3. bukti kesaksian
4. bukti analisis
• Bukti Menurut Peraturan Perundang-
undangan yang Berlaku
Dalam rangka memperoleh pembuktian bahwa suatu tindak pidana
telah dilakukan, setidaknya ada empat ketentuan hukum positif di
Indonesia yang mengatur masalah bukti yaitu :
a. UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) ada 5 jenis.
b. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TPK).
c. No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang (PPTPPU).
d. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik
• Bukti Menurut KUHAP
Jenis-jenis alat bukti diatur pada ayat 1 Pasal 184 KUHAP,
yaitu :
a. keterangan saksi
b. keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. keterangan terdakwa
• Bukti Menurut UU Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tidak
Pidana Korupsi (TPK)

Pasal 26 A UU No. 20 Tahun 2001 menyatakan bahwa alat bukti


yang sah dalam bentuk petunjuk sebagaimana dimaksud pasal 188 ayat
2 KUHAP, khusus untuk tindak pidana korupsi juga dapat diperoleh
dari: alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim,
diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang
serupa dengan itu;dokumen yaitu setiap rekaman data atau informasi
yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar yang dapat dikeluarkan
dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas
kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupun yang terekam secara
elektronik, yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto,
huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna.
• Bukti Menurut UU Nomor 8/2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang (TPPU)
Berdasarkan pasal 73 UU Pencegahan dan Pemberantasan TPPU dinyatakan
bahwa alat bukti yang sah dalam pembuktian tindak pidana pencucian uang
ialah:a.alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Hukum Acara Pidana;
dan/ataub.alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima,
atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau alat yang serupa optik
dan dokumen.
Selanjutnya, dalam pasal 1 angka 16 dinyatakan bahwa dokumen adalah
data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar,
yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang
tertuang di atas kertas atau benda fisik apapun selain kertas maupun yang
terekam secara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada:c.tulisan,
suara, atau gambar,d.peta, rancangan, foto, atau sejenisnya,e.huruf, tanda,
angka, simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau dapat dipahami oleh
orang yang mampu membaca atau memahaminya.
• Bukti Menurut UU Nomor 11 Tahun
2008Tentang Informasi dan Transaksi
Elektroni (ITE)
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik telah
memasukkan informasi dan/atau dokumen elektronik sebagai alat bukti hukum yang sah dan bisa
digunakan dalam hukum acara yang berlaku di Indonesia. Secara lengkap hal tersebut diatur dalam
pasal 5 UU Nomor 11 Tahun 2008, yaitu :
a. informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti
hukum yang sah
b. informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana
dimaksud pada ayat 1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum
Acara yang berlaku di Indonesia
c. informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan sistem
elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini
d. ketentuan mengenai informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sebagaimana dimaksud
pada ayat 1) tidak berlaku untuk :
- surat yang menurut undang-undang harus dibuat dalam bentuk tertulis
- surat beserta dokumennya yang menurut undang-undang harus dibuat dalam bentuk akta
notaris atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta
2. Jenis Bukti
Dalam tahap pengumpulan bukti, auditor investigatif dapat
menggunakan berbagai teknik audit untuk memperoleh bukti dari
berbagai sumber sebagai berikut :
a. Departemen/instansi/unit kerja yang menjadi subjek audit
investigatif dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang
penting bagi auditor.
b. Instansi pemerintah terkait mungkin memiliki catatan dan
informasi yang relevan dengan audit investigatif yang
dilakukan.
c. Badan usaha atau perusahaan swasta yang memiliki
informasi, dan masih banyak sumber lainya.
3.Metode Pengumpulan Bukti
Pengumpulan bukti harus dilakukan dengan teknik-teknik
tertentu, antara lain :
a. Pemeriksaan fisik (Physical examination)
b. Konfirmasi (Confirmation)
c. Inspeksi dokumen (Inspection)
d. Observasi (Observation)
e. Tanya jawab dengan auditan (Inquires of the clients )
f. Pelaksanaan ulang (Reperformance)
g. Prosedur analitis (Analytical procedures)
h. Menghitung Kembali (Recalculation/Recomputation)
4. Hubungan Bukti dengan Alat Bukti
Menurut Hukum
Pengumpulan bukti harus dilakukan dengan teknik-teknik
tertentu, antara lain :
a. Bukti audit dapat pula menjadi bukti hukum.
b. Namun, secara umum bukti audit tidak serta merta dapat
dijadikan sebagai bukti hukum.
c. Tim audit investigatif harus mengembangkan lebih lanjut bukti
yang diperolehnya sehingga dapat digunakan sebagai bukti
hukum.
d. Salah satu kendala yang menghambat diperolehnya bukti
hukum oleh auditor adalah masalah kewenangan.
e. Sebagai contoh, permintaan keterangan yang dilakukan
auditor pada instansi yang diaudit tidak serta merta dapat
menjadi bukti keterangan saksi (atau mungkin terdakwa)
Pengumpulan bukti harus dilakukan dengan
teknik-teknik tertentu, antara lain :

1. Pengujian fisik
2. Konfirmasi
3. Dokumentasi
4. Observasi
5. Tanya jawab dengan instansi yang diaudit
C. EVALUASI BUKTI
1. Tujuan Evaluasi Bukti
William T. Thornhill dalam bukunya Forensic
Accounting – How to Investigate Financial Fraud,
menyatakan bahwa tahapan yang paling kritis dalam
proses audit investigatif adalah evaluasi bukti.
Pelaksanaan pengumpulan dan evaluasi bukti
difokuskan pada upaya pengujian hipotesis untuk
mengungkapkan fakta-fakta dan proses kejadian
(modus operandi), sebab dan dampak penyimpangan,
dan pihak-pihak yang diduga terlibat/bertanggung
jawab atas kerugian keuangan negara/daerah.
2. Tahapan Evaluasi Bukti
Berdasarkan Investigation Procedures Manual for the
Investigation and Resolution of Complaints, Department of
Justice Civil Rights Division, USA, terdapat beberapa tahapan
dalam evaluasi bukti, yaitu :
1. Find (temukan)
2. Read and interpret document (pelajari dan interpretasikan
dokumen)
3. Determine relevance (menentukan relevansi bukti)
4. Verify the evidence (verifikasi bukti)
5. Assemble the evidence (merangkai bukti)
6. Draw Conclusions (membuat simpulan)
3. Teknik Evaluasi Bukti
Menurut Investigation Procedures Manual for the Investigation
and Resolution of Complaints, Department of Justice Civil Rights
Division, USA, terdapat dua hal yang perlu diantisipasi dalam
melakukan evaluasi bukti, yaitu :
1. Urutan proses kejadian (sequence)
2. Kerangka waktu kejadian (time frame).
Kedua hal tersebut dalam audit umumnya dijabarkan dalam
bentuk berikut
3. Bagan arus kejadian (flowchart modus operandi), atau
4. Naratif yang menggambarkan kronologi fakta kejadian
4. Penggunaan Worksheet Audit Investigatif

Peraturan BPKP Nomor 17 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengelolaan


Kegiatan Bidang Investigasi, menggunakan Worksheet Audit Investigatif
(WAI) dalam proses analisis dan evaluasi bukti.  WAI disajikan dalam bentuk
tabel yang memuat beberapa kolom, yaitu :
1. Tanggal
2. Uraian kronologi fakta
3. Referensi bukti
4. Kriteria (peraturan perundang-undangan) yang relevan
5. Analisis penyimpangan
6. Evaluasi bukti
7. Langkah tindak lanjut
8. Pembuktian (dokumen/bukti)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai