Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penegakan hukum merupakan salah satu usaha untuk menciptakan tata tertib,
keamanan dan ketentraman di dalam masyarakat, baik itu dalam usaha pencegahan
maupun pemberantasan ataupun penindakan setelah terjadinya pelanggaran hukum atau
dengan kata lain dapat dilakukan secara preventif maupun represif. Dan apabila Undang-
undang yang menjadi dasar hukum bagi gerak langkah serta tindakan dari para penegak
hukum itu haruslah sesuai dengan tujuan dari falsafah Negara dan pandangan hidup
bangsa, maka dalam upaya penegakan hukum akan lebih mencapai sasaran yang dituju.
Tujuan dari tindak acara pidana adalah untuk mencapai dan mendapatkan atau setidak-
tidaknya mendekati kebenaran-kebenaran materil, yaitu kebenaran yang selengkap-
lengkapnya dari suatu peristiwa pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara
pidana secara jujur dan tepat.1

Dalam perkembangannya hukum acara pidana di indonesia dari dahulu sampai


sekarang ini tidak terlepas dari apa yang disebut sebagai pembuktian, apa saja jenis
tindak pidananya pastilah melewati proses pembuktian. Hal ini tidak terlepas dari sistem
pembuktian pidana Indonesia yang ada pada KUHAP yang masih menganut Sistem
Negatif Wettelijk dalam pembuktian pidana. Pembuktian dalam hal ini bukanlah upaya
untuk mencari-cari kesalahan pelaku saja namun yang menjadi tujuan utamanya adalah
untuk mencari kebenaran dan keadilan materil. Hal ini didalam pembuktian pidana di
Indonesia kita mengenal dua hal yang sering kita dengar yaitu alat bukti dan barang bukti
di samping adanya proses yang menimbulkan keyakinan hakim dalam pembuktian.1

Dalam Pasal 183 KUHAP yang menyatakan bahwa hakim tidak boleh menjatuhkan
pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang
sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan
terdakwalah yang bersalah melakukannya. Sedangkan Alat bukti yang sah menurut Pasal
184 ayat (1) KUHAP adalah: Keterangan saksi, Keterangan ahli, Surat, Petunjuk,
Keterangan terdakwa. Untuk mendukung dan menguatkan alat bukti yang sah
sebagaimana tersebut dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, dan untuk memperoleh

1
keyakinan hakim atas kesalahan yang didakwakan penuntut umum kepada terdakwa,
maka di sinilah letak pentingnya barang bukti tersebut.1
Bahwa peranan barang bukti dalam tindak pidana pembunuhan sangat penting dalam
pembuktian perkara pidana, yaitu harus ada keterkaitan antara pelaku, perbuatan, dan
barang bukti yang digunakan pelaku dalam melakukan tindak pidana tersebut. Barang
bukti dalam tindak pidana pembunuhan menjadi penting karena dalam tindak pidana
pembunuhan sering kali tidak ditemukan bukti-bukti yang lengkap, demikian juga saksi
mata yang melihat kejadian tersebut. Melihat keadaan tersebut tentu sangat menyulitkan
aparat hukum dalam mengungkap pelaku dan kejadian tersebut.1
Bagi penyidik barang bukti dalam tindak pidana pembunuhan berperan dalam
mengungkap pelaku dari tindak pidana tersebut, serta mengungkap kejadian sebenarnya
dari perkara tersebut. Bagi penuntut umum, barang bukti dalam tindak pidana
pembunuhan digunakan sebagai dasar untuk melakukan penuntutan terhadap tersangka
pelaku tindak pidana pembunuhan. Sedangkan bagi hakim, barang bukti tersebut akan
menjadi dasar pertimbangan dalam menjatuhkan putusan bagi terdakwa.1
Begitu pentingnya barang bukti dalam tindak pidana pembunuhan maka penyidik
harus sebisa mungkin mendapatkan barang bukti di Tempat Kejadian Perkara (TKP),
karena pengungkapan perkara tersebut berawal dari adanya barang bukti yang ditemukan
dan kemudian disita oleh penyidik. Terkait dengan hal tersebut, maka penulis akan
menjelaskan mengenai tatalaksana pengumpulan dan pengemasan barang bukti untuk
kepentingan peradilan.

1.2 Batasan Masalah


Penulisan referat ini membahas tentang tatalaksana pengumpulan dan pengemasan
barang bukti untuk kepentingan peradilan.

1.3 Tujuan Penulisan


Referat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang
tatalaksana pengumpulan dan pengemasan barang bukti untuk kepentingan peradilan.

2
1.4 Metode Penulisan

Referat ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang diambil dari berbagai

literatur.

1.5 Manfaat Penulisan

Melalui penulisan referat ini diharapkan bermanfaat dalam memberikan informasi dan
pengetahuan tentang tatalaksana pengumpulan dan pengemasan barang bukti untuk
kepentingan peradilan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Barang Bukti


2.1.1 Menurut KUHAP
KUHAP tidak menyebutkan definisi barang bukti secara tegas. Namun barang bukti
dapat dikatakan memiliki pengertian yang sama dengan benda sitaan. Pasal 1 butir 16
KUHAP yang berbunyi sebagai berikut :
“Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih atau menyimpan
dibawah penguasaannya benda bergerak atau benda tidak bergerak berwujud atau tidak
berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan.” 2
Berdasarkan pengertian (penafsiran otentik/Authentieke Interpretatie) sebagaimana
dirumuskan dalam pasal 1 butir 16 KUHAP tersebut dapat disimpulkan bahwa benda
yang disita/benda sitaan yang dalam beberapa pasal KUHAP (Pasal 8 ayat (3) hurup b;
40; 45 ayat (2); 46 ayat (2); 181 ayat (1); 194; 197 ayat (1) huruf I; 205 ayat (2)
dinamakan juga sebagai “Barang Bukti” adalah berfungsi (berguna) untuk kepentingan
pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan.3
2.1.2 Menurut Para Ahli
Terdapat beberapa definisi mengenai barang bukti diberikan oleh para ahli
sebagaimana berikut :
a. Barang bukti adalah benda yang digunakan untuk meyakinkan atas kesalahan
terdakwa terhadap perkara pidana yang dituduhkan kepadanya; barang yang dapat
dijadikan sebagai bukti dalam suatu perkara.4
b. Barang bukti adalah hasil serangkaian tindakan penyidik dalam penyitaan dan atau
penggeledahan dan atau pemeriksaan surat untuk mengambil alih dan atau
menyimpan dibawah penguasaannya benda bergerak atau tidak berwujud untuk
kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan. 5
c. Barang bukti adalah benda-benda yang biasa disebut Corpora Delicti dan
instrumental Delicti.6
d. Barang bukti adalah benda atau yang digunakan untuk meyakinkan hakim atas
kesalahan terdakwa terhadap perkara pidana yang diturunkan kepadanya.7
e. Barang bukti adalah apa-apa yang menjadi tanda sesuatu perbuatan (kejahatan dan
sebagainya).8

4
2.2. Macam-Macam Barang Bukti
Didalam KUHAP tidak terdapat uraian secara tegas mengenai macam-macam barang
bukti. Namun berdasar penafsiran otentik terhadapat Pasal 1 butir 16 KUHAP
sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya. Barang bukti dapat disebut juga sebagai
benda sitaan. Macam-macam benda sitaan atau barang bukti tersebut diuraikan dalam
Pasal 39 ayat (1) KUHAP.1
Pasal 39 ayat (1) KUHAP menyebutkan, “ Yang dapat dikenakan penyitaan adalah : 1
a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga
diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana.
b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana
atau untuk mempersiapkannya.
c. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana.
d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana.
e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang
dilakukan.”

2.3 Fungsi Barang Bukti Dalam Proses Pidana


Pasal 183 KUHAP menyatakan bahwa hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah
yang bersalah melakukannya.1
Dalam penjelasan Pasal 183 KUHAP disebutkan bahwa ketentuan ini adalah untuk
menjamin tegaknya kebenaran, keadilan dan kepastian hukum bagi seseorang. Adanya
ketentuan sebagaimana tersebut dalam Pasal 183 KUHAP menunjukkan bahwa negara
kita menganut sistem atau teori pembuktian secara negatif menurut undang-undang
(negatif wettelijk), dimana hakim hanya dapat menjatuhkan hukuman apabila sedikit-
dikitnya dua alat bukti yang telah ditentukan dalam kesalahan terdakwa terhadap
peristiwa pidana yang dituduhkan kepadanya.1
Adapun yang dimaksud dengan sistem pembuktian secara negatif menurut Undang-
undang adalah : 1
1. Untuk mempersalahkan seorang terdakwa diperlukan suatu minimum
pembuktian yang ditetapkan dalam Undang-undang.
2. Namun demikian biarpun bukti bertumpuk-tumpuk melebihi minimum yang
ditetapkan dalam Undang-undang tadi, jjikalau Hakim tidak berkeyakinan

5
tentang kesalahan terdakwa, ia tidak boleh mempersalahkan dan menghukum
terdakwa tersebut.

Alat bukti yang sah menurut Pasal 184 ayat (1) KUHAP adalah sebagai berikut : 1

a. Keterangan Saksi
b. Keterangan Ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan Terdakwa

Untuk mendukung dan menguatkan alat bukti yang sah sebagaimana tersebut dalam
Pasal 184 ayat (1) KUHAP, dan untuk memperoleh keyakinan hakim atas kesalahan
yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum kepada terdakwa, maka disinilah letak
pentingnya barang bukti tersebut. 1

2.4 Cara penyidik mendapatkan barang bukti


Barang bukti merupakan benda yang untuk sementara oleh pejabat yang berwenang
diambil alih dan atau disimpan dibawah penguasaannya, karena diduga tersangkut dalam
suatu tindak pidana. Tujuan penguasaan sementara atas benda tersebut adalah untuk
kepentingan penyidikan, penuntutan dan pembuktian di sidang pengadilan. 1
Barang bukti dapat diperoleh penyidik melalui : 1
1. Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
2. Penggeledahan
3. Diserahkan langsung oleh saksi pelapor atau tersangka
4. Diambil dari pihak ketiga
5. Barang temuan

2.5 Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara

Bilamana pihak penyidik mendapat laporan bahwa suatu tindak pidana yang
mengakibatkan kematian korban telah terjadi, maka pihak penyidik dapat meminta/
memerintahkan dokter untuk melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara (TKP)
tersebut sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku dan sesuai pula dengan
Undang-Undang Pokok Kepolisian tahun 1961 no. 13 pasal 13 atau sesuai dengan
ketentuan pasal 3 Keputusan Men Han Kam/ Pangab No. Kep/B/17/V1/1974.9

6
Bila dokter menolak maka ia dapat dikenakan hukuman berdasarkan pada Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (K.U.H.P.) pasal 224. 9

Selama melakukan pemeriksaan harus dihindari tindakan-tindakan yang dapat


mengubah, menganggu atau merusak keadaan di TKP tersebut walaupun sebagai
kelanjutan dari pemeriksaan itu harus mengumpulkan segala benda bukti (trace evidence)
yang ada kaitannya dengan manusia, seperti mengumpukan bercak air mani atau darah
yang terdapat pada pakaian atau benda-benda di sekitar korban, yang pada dasarnya
tindakan pengumpulan benda bukti tadi akan merusak keadaan di TKP itu sendiri. 9

Dengan demikian sebelum pemeriksaan dilakukan, TKP harus diamankan, dijaga


keasliannya dan diabadikan dengan membuat foto-foto dan atau sktesa sebelum para
petugas menyentuhnya. 9

Sebelum datang di TKP ada beberapa hal yang harus dicatat sehubungan dengan
alasan atau persyaratan yuridis, demi kepentingan kasus itu sendiri, yaitu: 9

a. Siapa yang meminta/ memerintahkan datang ke TKP, otoritas, bagaimana


permintaan/ perintah itu sampai keterangan dokter, di mana TKP dan kapan saat
permintaan/ perintah tersebut dikeluarkan. Dokter dapat meminta sedikit gambaran
mengenai kasus yang akan diperiksa dengan demikian ia dapat mempersiapkan
perlengkapannya dengan baik.

b. Perlu diingat motto : “to touch as little as possible and to displace nothing”. Ia
tidak boleh menambah atau mengurangi benda bukti: tidak boleh sembarangan
membuang puntung rokok, perlengkapan jangan tertinggal, jangan membuang air
kecil di kamar mandi oleh karena ada kemungkinan benda-benda bukti yang ada di
tempat tersebut akan hanyut dan hilang.

c. Di TKP dokter/ penyidik membuat foto dan sketsa yang mana harus disimpan
dengan baik, oleh karena kemungkinan ia akan diajukan sebagai saksi selalu ada;
foto dan sketsa tersebut berguna untuk memudahkan mengingatkan kembali
keadaan yang sebenarnya.

7
2.6 Penemuan Barang bukti di Tempat Kejadian Perkara

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan oleh para investigator dalam menyelidiki
tempat kejadian perkara, antara lain: 10
1. Senjata aktif mungkin dapat ditemukan
Investigator harus memeriksa tubuh korban. Jika masih terdapat senjata aktif, seperti
handgun, benda tersebut harus disingkirkan terlebih dahulu oleh pihak yang
berwajib sebelum dilakukan pemeriksaan. Hal ini berguna untuk kepentingan
dokumen penyidikan.10
2. Kematian seseorang harus dikonfirmasi kembali
Hal ini mungkin terlihat sebagai sesuatu yang jelas, walaupun demikian ini adalah
suatu langkah yang logis. Pemeriksaan meliputi: nadi, laju pernapasan, dan refleks-
refleks fisiologis.10
3. Ketika sebuah tubuh ditemukan dan diperiksa di suatu tempat, hal ini tidak
berarti bahwa orang tersebut telah meninggal di tempat itu
Lokasi kematian harus ditentukan segera berdasarkan kemampuan terbaik yang
dimiliki oleh investigator. Hasil pemeriksaan kadang-kadang menunjukkan hal yang
tidak konsisten dengan lokasi atau posisi tubuh seseorang. Mengevaluasi livor, rigor,
tanda gesekan, dan posisi umum dari tubuh penderita dapat menunjukkan bahwa
korban telah dipindahkan setelah kematiannya. Penemuan ini dapat dihubungkan
dengan laporan polisi.10
4. Masalah lingkungan dapat dipertimbangkan ketika ditemukan banyak korban
dalam suatu tempat
Ketika banyak korban yang ditemukan dalam suatu tempat kejadian perkara, hal ini
bisa menjadi petunjuk bahwa kemungkinan telah terjadi suatu masalah lingkungan
(misalnya: keracunan karbon monoksida atau oksigen). Sangat penting untuk
mengonfirmasi ulang bahwa tempat kejadian tersebut aman untuk diselidiki.10
5. Evaluasi sistemik sangat diperlukan
Evaluasi sistemik harus dilakukan dari luar ke dalam. Pemeriksaan luar secara rinci
dimulai dengan menggambarkan dan mendokumentasikan segala sesuatu yang
terdapat pada tubuh, antara lain:10
 Mendeskripsikan dan mendokumentasikan tipe baju yang digunakan korban
 Mendokumentasikan ada tidaknya obat-obatan dan alat-alat lainnya yang
berhubungan dengan penggunaan obat tersebut

8
 Mendokumentasikan ada tidaknya uang (jenis uang dan jumlahnya)
 Mendokumentasikan ada tidaknya barang-barang berharga yang bersifat pribadi
(perhiasan)
 Mendokumentasikan ada tidaknya tanda pengenal (KTP, SIM, passport, atau
tanda pengenal lainnya)
6. Sangat penting untuk mendokumentasi luka-luka yang tampak jelas
Hal ini harus dilakukan oleh tenaga medis atau polisi, dimulai dari bagian kiri tubuh
(kaki sampai kepala), kemudian ke sebelah kanan tubuh (dari kepala ke kaki).
Bagian belakang tubuh juga didokumentasikan dengan metode yang sama.
Penemuan-penemuan yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan harus
didokumentasikan selama pemeriksaan dilakukan. Pada kasus-kasus kekerasan di
mana bagian tubuh korban terpisah satu dengan yang lainnya, bagian tubuh tersebut
harus didokumentasikan sesuai dengan posisinya sebelum dikumpulkan.10
7. Berdasarkan dari luka-luka yang dialami korban, tempat kejadian perlu
dievaluasi kembali
Sebagai contoh, jika korban ditembak dan luka tembak anterior dan posterior telah
ditemukan, penyidik kemudian dapat diarahkan pada lokasi kejadian yang mungkin
dari tempat keluarnya peluru.10
Contoh lain, jika seorang korban ditemukan dengan jari tabuh atau barrel chest,
asites dan jaundice dapat mengarahkan penyidik untuk menemukan sejumlah besar
botol alkohol yang disembunyikan; atau jika ditemukan korban dengan bekas-bekas
tusukan atau ekimosis pada area antecubital dapat mengarahkan pada penemuan
alat-alat suntik atau alat-alat lainnya yang berhubungan. Dalam hal ini, penting
untuk mencatat resep-resep obat atau penggunaan obat yang tidak diperbolehkan
dari korban termasuk jumlah obat yang diresepkan dan jumlah obat yang tersisa.
Informasi ini dapat digunakan untuk mengetahui riwayat pegobatan pasien, nama
tenaga medis yang terakhir dikunjungi untuk konsultasi, dan berdasarkan jenis dan
jumlah obat yang tersisa dapat menjadi petunjuk tentang penyebab dan cara
kematian.10
8. Mendokumentasikan perubahan post-mortem
Hal ini penting untuk mencegah misinterpretasi. Beberapa penemuan yang
umumnya terdapat pada perubahan post mortem antara lain:10

9
 Vesikasi: proses ini termasuk pembentukan gelembung pada kulit atau vesikel
yang kemungkinan terjadi dari proses pembakaran
 Pembusukan bagian tubuh yang tidak merata: hal ini dapat terjadi jika salah satu
bagian tubuh terpajan dengan suhu atau kondisi lingkungan (misalnya sinar
matahari dari jendela) yang berbeda dengan bagian tubuh lainnya
 Distensi rectal atau vagina yang abnormal: perubahan tersebut dapat terjadi pada
adanya trauma tajam dan juga nerupakan perubahan post-mortem yang normal.
 Fraktur panas: korban yang terbakar atau terpajan dengan suhu yang tinggi
dapat menunjukkan fraktur tulang yang sebelumnya tidak ada pada ante-
mortem.
 Perdarahan thermal: proses koagulasi dan akumulasi darah dapat terjadi karena
panas yang memiliki kemiripan dengan perdarahan ante-mortem

2.7 Metode Pencarian Barang Bukti

Untuk dapat memperoleh barang bukti yang diperlukan dalam proses penyidikan
dikenal 5 (lima) macam metode, yaitu:11
1. Strip method

11
Gambar 1. Strip Method

10
2. Double strip or grid method

Gambar 2. Double Strip Method 11


3. Spiral method

Gambar 3. Spiral Method 11


4. Zone method

Gambar 4. Zone Method 11

11
5. Wheel method

Gambar 5. Wheel Method 11


Cara atau metode-metode tersebut tentu sudah diketahui oleh penyidik dan perlu
pula diketahui oleh dokter yang melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara agar
tidak mengubah/merusak keaslian keadaan tempat kejadian perkara.11
Dengan menggunakan metode yang sistematis dalam mencari barang bukti di
tempat kejadian perkara, dapat dipastikan proses penyidikan akan berjalan dengan lancar
dan memberikan hasil memuaskan dan dengan demikian berarti pula kesulitan-kesulitan
persidangan dapat diatasi, khususnya dalam hal pembuktian telah terjadinya suatu
kejahatan dan kaitannya dengan terdakwa pelaku kejahatan.11

2.8 Petunjuk Pengumpulan Barang Bukti


Sebagai petunjuk dalam pengumpulan barang bukti bagi kepentingan peradilan dapat
dilihat dalam tabel 1.

Tabel 1. Petunjuk pengumpulan barang bukti

Contoh Jumlah yang dibutuhkan Prosedur


Kemasan kontrol Barang bukti
AMUNISI
Patrum Dalam amplop kecil Seluruhnya secara Tandai pada tempat
dengan pengait terpisah dekat ujung peluru
Anak peluru Dalam amplop kecil Seluruh yang Tandai pada bagian
dengan pengait (satu ditemukan dasar atau hidung
amplop satu peluru)

12
Selongsong Dalam amplop kecil Seluruh yang Tandai pada bagian
dengan pengait ditemukan luar. Jangan pada
(amplop yang terpisah bagian luar/ tempat
bila didapatkan pada kontak dengan picu.
tempat yang berbeda)
Selongsong Dalam amplop kecil Seluruh yang Tandai pada tembaga
shotgun dengan pengait ditemukan dekat kertas atau
plastik
Pellets Dalam amplop kecil Seluruh yang Tandai pada tembaga
dengan pengait ditemukan dekat kertas atau
plastik
Tutup Dalam amplop kecil Seluruh yang Tandai amplopnya
(Wadding) dengan pengait, bila ditemukan
dari dalam tubuh
keringkan dahulu
DARAH
Bercak kering pada Kemasan yang kuat seluruhnya Pada objek kecil kirim
tekstil 5ml atau dengan semuanya. Pada objek
druggist fold EDTA besar, bercak dikerok
dari korban dan dan ditaruh pada
tersangka kertas yang bersih
Bercak pada Seperti di atas. Dalam seluruhnya Jika basah keringkan
pakaian, tekstil, dll. kantong kertas. dahulu, jangan diberi
Bungkus secara pengawet.
terpisah.
PAKAIAN Dalam kantong seluruhnya Seutuhnya, jangan
kertas. Bungkus dipotong. Biarkan
secara terpisah kering sendiri
DOKUMEN
Surat anonim/ surat Dalam kantong Seluruh dokumen Jangan memegang
ancaman, dll plastik asli dengan tangan
Dokumen yang asli, telanjang. Taruh
reproduksi tidak dalam amplop dan

13
boleh direkat. Beri perincian
bila akan diambil
latent print.
Kertas yang Kemasan kuat seluruhnya Jangan dipegang
terbakar atau dengan tangan
hangus telanjang
GORESAN KUKU
Goresan Kuku Botol plastik atau Semua yang ada Pisau yang bersih
(fingernail druggist fold dipakai untuk
scrapings) mengorek kulit yang
tergores dibawah
kuku. Satu tempat
untuk kuku dalam
kemasan yang
terpisah, beri tanda
pada setiap kemasan
dari jari yang mana
SENJATA API
Pistol automatik Senjata kosong, Semua yang Beri label yang berisi
jangan dipegang ditemukan nama, kaliber, nomor
kecuali ada barang seri senjata dan tanda-
bukti lain: rambut, tanda penyidik. Jika
darah, dsb. Senjata akan dilakukan
ditaruh dalam amplop pemeriksaan terhadap
diluarnya ditulis: barang bukti lain yang
kosong atau berisi. ada pada senjata,
seperti darah, rambut,
latent print, maka
pengemasan harus
hati-hati sekali dalam
peti kemas karton.
Pada bagian luar dari
karton ditulis: senjata

14
dalam keadaan kosong
atau berisi.
Permintaan
pemeriksaan harus
jelas. Inisial penyidik
pada magazine dan
pada bagian bawah
laras.
revolver Sama seperti di atas Semua yang Sama seperti di atas,
ditemukan inisial ujung laras
Senjata laras Jika ada barang bukti Semua yang Ikatkan label yang
panjang lain melekat: darah, ditemukan berisi nama, kaliber,
rambut, dll. Dapat nomor seri, dan inisial
diambil dengan penyidik
tangan, selanjutnya
sama seperti di atas.
RAMBUT
RAMBUT Druggist fold/ kotak Semua yang ada Kemasan terpisah
obat. Jangan dalam untuk rambut-rambut
amplop. yang berasal dari
Beberapa lusin dari masing-masing
beberapa tempat. tempat. Beri label:
Rambut harus utuh, tempat daerah
dicabut. pengambilan.
NARKOTIKA DAN OBAT-OBAT BERBAHAYA
Puyer, tablet, dan Kotak obat, druggist Semua yang ada Tiap obat satu
kapsul fold botol, dsb. kemasan
tanaman Kantung plastik atau Semua yang ada Seperti di atas
kantung kertas
ORGAN TUBUH (HIDUP)
Darah Tabung reaksi bersih 5ml untuk Dokter yang
atau botol pemeriksaan mengambil, dapat
5 ml untuk alkohol diberi pengawet, taruh

15
dalam lemari
pendingin sampai
dikirim ke
laboratorium
Urine Botol bersih Semua yang Simpan dalam lemari
dikeluarkan pendingin sampai
dikirim ke
laboratorium.
ORGAN TUBUH (MAYAT)
Darah Tabung reaksi bersih 25ml untuk obat- Beri pengawet dan
atau botol obatan, 5ml untuk anti pebeku. Simpan
alkohol. dalam lemari
pendingin sampai
dikirim ke
laboratorium.
Otak Kemasan dari plastik 300gr Dalam lemari
pendingin sampai
dikirim ke
laboratorium
Empedu Seperti di atas Semuanya Seperti di atas
Hati Seperti di atas 300gr Seperti di atas
Ginjal Seperti diatas Keduanya Seperti di atas
Urin Seperti di atas Semua yang ada Seperti di atas
dalam kandung
kencing
Kulit di sekitar Seperti di atas semuanya Seperti di atas
tempat suntikan

2.9 Bukti-Bukti Mikroskopik dan Berbagai Analisisnya

1. Rambut
Rambut adalah salah satu jenis trace evidence yang tersering. Jenis rambut sangat
bervariasi di antara individu dan berbagai populasi menurut ras. Dalam berbagai

16
kasus, rambut digunakan untuk mengidentifikasi korban yang tidak diketahui
identitasnya.12
Mengumpulkan bukti
Ada beberapa macam metode yang digunakan dalam pengumpulan rambut, antara
lain:12
1) Mengumpulkan rambut dengan menggunakan tangan atau penjepit. Pada
sebagian kasus, pengumpulan rambut dengan menggunakan penjepit tidak
direkomendasikan karena dapat merusak struktur rambut. Penjepit juga dapat
merusak struktur akar rambut dan jaringan di sekitarnya yang berguna untuk
analisis DNA.
2) Sumber cahaya, seperti sinar inframerah atau laser dapat digunakan untuk
membantu investigator untuk mengidentifikasi rambut
3) Plester bening atau selotip dapat digunakan untuk mengangkat rambut, baik
yang kasat mata maupun yang tak kasat mata, dari berbagai permukaan. Di
Kanada, ini adalah metode yang paling sering digunakan.
4) Metode vakum digunakan pada kasus kriminal yang besar, dan pada bukti-bukti
yang tidak dapat bergerak.
5) Metode lainnya adalah dengan menggunakan sikat, atau mengibas-ngibaskan
barang bukti yang berupa kain atau baju. Bukti-bukti yang diperiksa ditampung
dengan menggunakan kertas putih. Trace evidence yang ditemukan pada kertas
putih tersebut kemudian dipisahkan menjadi beberapa golongan, seperti rambut,
serat, kaca, dsb, untuk selanjutnya dianalisis. Metode ini adalah metode kedua
tersering yang digunakan di Kanada untuk pengumpulan trace evidence.
6) Metode lain yang bisa digunakan adalah dengan menyisir, terutama untuk
menemukan ada tidaknya “cross transferred” dari pelaku ke korban. Lokasi
pengambilan sampel, antara lain: kulit kepala, daerah pubis, dan daerah
berambut lainnya, sekitar 30-50 helai rambut dikumpulkan dan diberi label
sesuai dengan lokasi pengambilan, kemudian dibandingkan dengan semua jenis
rambut yang ditemukan di lokasi kejadian, dengan tujuan menentukan rambut
pelaku.
Struktur rambut dan akar rambut
Secara keseluruhan, rambut terdiri dari 3 bagian: akar, batang, dan ujung.
Panjang dan bentuk rambut dapat digunakan untuk mengidentifikasi lokasi asal dari
rambut (kulit kepala, alis, janggut, ketiak, tubuh, atau daerah pubis).12

17
Bentuk akar rambut mengindikasikan stadium pertumbuhan rambut (anagen,
katagen, dan telogen) sehingga dapat ditentukan apakah rambut tersebut ditarik atau
gugur secara alami. Pada rambut yang sehat, sekitar 80-90% rambut berada pada
fase anagen, sekitar 2% pada fase anagen, dan sisanya 10-18% berada pada fase
telogen. Akar rambut mungkin mengandung jaringan folikuler yang dapat digunakan
untuk tes DNA. Pada fase anagen, banyak ditemukan jaringan folikuler dan
merupakan sumber terkaya dari DNA. Pada fase katagen, akar rambut memanjang
dan merupakan akhir dari pertumbuhan rambut, mudah tercabut, dan fase ini
berlangsung selama beberapa minggu. Fase terakhir disebut fase telogen, yang
berlangsung hingga 6 bulan. Pada fase ini, rambut gugur secara alami. Kehilangan
akar rambut menunjukkan bahwa rambut tersebut telah digunting. Normalnya,
jumlah rambut manusia gugur adalah sekitar 100 helai per hari.12,13

Gambar 6. Stadium-stadium Pertumbuhan Rambut 13


Karakteristik batang rambut diperiksa dengan menggunakan mikroskop.
Karakteristik tersebut meliputi bentuk dan ukuran dari medulla rambut, ada tidaknya
granul pigmen, dan model kulit kepala seseorang. Rambut yang terbakar akan
menyebabkan batang rambut menjadi keriting dan bergelembung. Pertumbuhan
rambut rata-rata 1 mm per hari. Dengan pengetahuan ini, investigator dapat
memperkirakan kapan rambut tersebut terpapar oleh bahan-bahan kimiawi.12
Ujung rambut yang berasal dari kulit kepala mungkin menunjukkan bahwa
rambut tersebut telah sering dipotong atau terpapar benda panas atau bahan kimiawi
lainnya. Sedangkan, rambut janggut biasanya menunjukkan ujung yang tumpul
karena sering dicukur.12,13
Penampang melintang rambut dapat digambarkan seperti sebuah pensil.
Bagian medulla bagaikan ujung pensil. Bagian korteks dapat diandaikan seperti

18
kayu, dan kutikula adalah bagian yang menyelimuti kayu tersebut. Rasio antara
bagian batang rambut dan bagian medullanya digunakan untuk membedakan rambut
binatang dan rambut manusia. Pada hewan, ukuran medulla rambut kira-kira
setengah kali lebih besar dari ukuran batang rambut, sedangkan pada manusia,
ukuran medulla rambut kira-kira kurang dari sepertiga kali ukuran batang rambut.
Medulla rambut pada seseorang bisa nampak, tidak ada, terputus, atau tersambung.
Struktur mikroskopik dalam korteks seperti granul pigmen dan gelembung udara,
digunakan untuk membandingkan rambut seseorang dengan rambut orang lain.
Bagian kutikula terutama digunakan untuk mengamati pola kulit kepala yang
menunjukkan jenis spesies dari rambut yang diperiksa. Polanya dapat berbentuk
koronal, petal, dan imbrikata. Pola imbrikata biasanya ditemukan pada manusia.
Pola petal biasanya ditemukan pada reptil dan tidak ditemukan pada manusia,
sedangkan pola koronal biasanya tidak ditemukan juga pada manusia.12

Gambar 7. Penampang Melintang Rambut 13

19
Ada beberapa situasi di mana rambut tidak dapat digunakan sebagai barang
bukti, misalnya pembunuhan atau tindakan kriminal lainnya, di mana korban dan
tersangka tinggal serumah.12
2. Sidik jari
Penemuan tentang keunikan sidik jari telah diketahui secara luas sejak abad
ke-19 oleh seorang peneliti asal Prancis bernama Francis Galton. Masyarakat di
daerah Cina juga telah menggunakan sidik jari sebagai alat untuk menandatangani
suatu dokumen yang penting.14
Penelitian Galton yang menyebutkan bahwa “tidak ada dua sidik jari yang
identik” telah mengubah dunia terutama di bidang ilmu kedokteran forensik. Bahkan
seorang kembar identik pun memiliki pola sidik jari yang berbeda. Untuk
memudahkan dalam pengelompokan, Galton mengklasifikasikan pola sidik jari
dalam 3 kelompok dasar, yaitu: loop, arch, dan whorl.14

Gambar 8. Pola Dasar Sidik Jari 14


Sidik jari dibagi atas 3 jenis, yaitu: latent, visible, dan plastic, print. Yang
paling sering ditemukan adalah yang tipe latent, yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Sidik jari latent terbentuk dari keringat, baik dari tangan, maupun
kontak yang tidak disadari antara jari dan wajah atau bagian tubuh lainnya. Metode
yang paling sering digunakan dalam memeriksa sidik jari latent adalah
menggunakan bedak berwarna abu-abu atau hitam, untuk menemukan sidik jari yang
tersembunyi. Cara yang paling sering, dan paling sederhana dipakai adalah dengan
menaburi bubuk bedak tersebut di tempat kejadian perkara. Bedak tersebut biasanya
ditaburi di atas kayu, metal, kaca dan permukaan-permukaan lainnya sehingga sidik
jari tersebut dapat dilihat dengan mata telanjang. Cara lain ialah dengan
menggunakan bedak fluorescent dan phosphorescent, sehingga sidik jari tersebut

20
tampak dalam permukaan yang berwarna. Teknik lain adalah dengan menggunakan
gas iodine. Kristal iodine menguap dengan cepat ketika terpapar oleh panas dan
menghasilkan gas berwarna violet yang diabsopsi oleh sidik jari latent sehingga
dapat terlihat.Cara lain ialah dengan menggunakan gas cyanoacrylate. Metode ini
biasanya digunakan untuk sidik jari latent yang menempel pada peralatan rumah
tangga seperti kantong plastik, aluminium, dan bahan yang terbuat dari karet. Selain
bedak hitam, dapat juga digunakan bedak putih yang tersusun oleh ninhydrin. Sidik
jari tersebut akan nampak sekitar 1 jam ketika terjadi ikatan antara asam amino
dalam keringat dan ninhydrin tersebut. Metode terakhir yang biasanya digunakan
pada sidik jari latent adalah metode gentian violet. Gentian violet atau kristal violet
digunakan untuk mengikat sel-sel epidermal yang sudah mati atau keringat yang
tertinggal pada suatu permukaan benda. Ketika sidik jari sudah terlihat, digunakan
selotip untuk mengambil sampel tersebut. Jenis kedua dari sidik jari adalah sidik jari
visible, yang biasanya tertinggal pada darah atau tinta. Jenis yang ketiga adalah sidik
jari pastic yang mudah untuk dilihat karena biasanya tertinggal pada permukaan
yang melunak seperti sabun, dan lilin.14
3. Kaca
Kaca dapat berasal dari berbagai jenis: kaca lampu mobil, kaca jendela, kaca
mata, kaca depan mobil, dan sebagainya. Ketika pecahan kaca ditemukan selama
penyelidikan, pecahan-pecahan tersebut dianalisis densitas dan indeks refraksi.
Densistas ditentukan dengan menimbang dan mengukur volume dari sampel tesebut.
Densitas sama dengan massa per volume. Indeksi refraksi dapat dihitung dengan
menggunakan system otomatis yang disebut dengan Grim 2. Dari hasil analisis
tersebut biasanya dapat ditentukan jenis kaca dari sampel tersebut.15
Pemeriksaan pertama dari kaca sebaiknya dimulai dengan karakteristik fisik
dari kaca yang dapat dievaluasi baik secara makroskopik ataupun dengan
menggunakan mikroskop. Pemeriksaan dari pecahan kaca dapat menunjukan
penyebab dari pecahnya kaca tersebut baik karena trauma tumpul kecepatan rendah
atau trauma dengan kecepatan tinggi. Beberapa pengataman yang harus dilakukan
juga meliputi ketebalan, warna, keseragaman, lengkungan, kondisi permukaan,
seperti adanya cat, tanah, dsb pada permukaan kaca tersebut.15
Pecahan kaca dapat ditemukan pada rambut dan pakaian korban misalnya pada
kasus dimana korban ditabrak mobil, pecahan kaca lampu mobil atau kaca jendela
mobil dapat ditemukan pada rambut atau bajunya. Pada kasus-kasus kriminal

21
dimana tersangka memasuki gedung atau kendaraan melalui kaca, dapat ditemukan
pecahan kaca pada baju atau alat yang digunakan untuk memecahkan kaca tersebut.
Pada kedua situasi tersebut, partikel kaca yang ditemukan pada baju kemudian
dibandingkan dengan partikel yang dikumpulkan dari lokasi kejadian untuk
menentukkan asal dari kaca tersebut.15
4. Serat
Serat merupakan bentuk trace evidence yang dapat dipindahkan dari pakaian
tersangka ke pakaian korban selama tindakan criminal terjadi. Serat tekstil juga
dapat pindah dari selimut atau karpet; antara dua individu; antara individu dengan
objek atau antara dua objek. Cross transfer dari serat sering tejadi dalam kasus
dimana terdapat kontak antara korban dan pelaku, dan penyidik berharap serat yang
berasal dari penyerang dapat ditemukan di lokasi kejadian. 16
Pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop dan diamati ukuran, warna,
kecerahan, penampang melintang dari serat, kerusakan, tanah dan debris-debris
lainnya yang menempel, kemudian semua penemuan tersebut didokumentasikan.
Kemudian dilakukan klasifikasi terhadap serat tersebut menjadi serat alami atau
buatan pabrik.16
Kendala dari bukti serat ini adalah serat mempunyai sifat yang tidak khas,
tidak seperti DNA atau sidik jari yang dapat langsung mengarahkan ke penyerang.
Harus ada faktor-faktor lain yang terlibat misalnya bukti atau sesuatu yang unik dari
serat tersebut.16
Serat didapatkan dari lokasi kejadian dengan menggunakan pinset, selotip,
atau vakum. Biasanya serat tersebut terdapat di baju, gorden, karpet, perabotan, dan
selimut. Dalam analisis, serat tersbut pertama digolongkan menjadi serat alami,
buatan pabrik, atau campuran.16
Serat alami berasal dari tumbuhan (cotton) atau binatang (wool). Serat buatan
pabrik adalah serat sintetik seperti rayon, asetat dan polister yang terbuat dari
molekul rantai panjang yang disebut polimer. Kemudian serat apapun yang
ditemukan di lokasi kejadian kemudian dibandingkan dengan serta yang didapatkan
dari tersangka (misalnya dari mobil atau rumah tersangka) dan serat-serat tersebut
ditempatkan satu sama lain untuk pengamatan visual menggunakan mikroskop.16

22
5. Cat
Sampel cat merupakan sampel mikro yang banyak diperiksa di laboratorium
criminal. Golongan transfer evidence ini memainkan peranan penting dalam
investigasi. 16
Sampel cat biasanya digunakan dalam kecelakaan lalu lintas dimana terjadi
kontak antara dua objek. Sampel ini penting untuk mendapatkan informasi mengenai
pembuatan, model, dan warna kendaraan terutama dalam kasus tabrak lari.16
6. Tanah
Tanah mempunyai nilai dalam forensik. Tanah pada benda-benda lain yang
terkontaminasi yang dapat memberikan informasi berharga mengenai suatu tindakan
kriminal. Secara umum, tanah digolongkan ke dalam organik atau inorganik.17
Tanah merupakan suatu trace evidence. Tanah disusun dari bahan-bahan yang
terdiri dari bahan organic, mineral atau bahan sintetik. Rasio dari kandungan mineral
dibandingkan dengan bahan-bahan lain dalam tanah dapat sangat spesifik pada
tempat-tempat tertentu. Tanah yang berpasir mempunyai sifat-sifat yang berbeda
dengan tanah yang lunak atau tanah subur.17
Dengan mengetahui karakteristik dari tanah, biasanya memungkinkan untuk
mengetahui lokasi tertentu. Sampel tanah biasanya dapat memberikan banyak
informasi mengenai lokasi korban atau tersangka. Analisis sampel tanah dari
kendaraan juga dapat meberikan informasi terhadap penyidik tempat yang telah
dikunjungi oleh kendaraan tersebut. Begitu pula dengan analisis tanah dari sepatu,
pakaian, dan ban.17
Pengumpulan sampel tergantung dari lokasi kejadian. Lokasi kejadian indoor
biasanya meninggalkan jejak berupa tanah pada alas kaki. Sampel tersebut dapat
dikumpulkan dengan menggunakan metode vakum. Sampel tersebut dapat divakum
dengan menggunakan portable vacuum cleaner atau dengan menggunakan alat
khusus. Alat khusus yang dimaksud mempunyai layar yang terbuat dari metal
dimanaterdapat kertas penyaring yang melekat diatasnya. Area yang akan diambil
sampelnya divakum menggunakan alat tersebut, kemudian alat penyaring
dikeluarkan dan diberi label berdasarkan tanggal, lokasi, waktu dan nama teknisi
yang menjalankan alat tersebut.17
7. Residu senjata
Residu senjata merupakan bahan material organik dan inorganik yang berasal
dari proyektil, tempat peluru, pelontar Tujuan dari pemeriksaan residu senjata

23
adalah untuk menentukan residu tersebut memang berasal dari residu tembakan
senjata tersebut. Analisis masalah tersebut dilakukan dengan mengumpulkan sampel
dari tangan tersangka dan menganalisisnya. Analisis dari residu senjata ialah
mencari bahan metal yang penting, termasuk barium, antimony, dan karbon.
Scanning electron microscope dapat membentuk gambar dari partikel tersebut, dan
dapat digunakan untuk dianalisis secara kimia. 16

8. Darah
Pemeriksaan darah di tempat kejadian perkara kasus kriminal dapat
memberikan informasi yang berguna bagi proses penyidikan. Pemeriksaan yang
sederhana dan dapat dilakukan oleh setiap penyidik adalah:11
a. Dari bentuk dan sifat bercak dapat diketahui:11
 Perkiraan jarak antara lantai dengan sumber perdarahan
 Arah pergerakan dari sumber perdarahan baik dari korban maupun dari si
pelaku kejahatan
 Sumber perdarahan, darah yang berasal dari pembuluh balik (pada luka
yang dangkal), akan berwarna merah gelap sedangkan yang berasal dari
pembuluh nadi (pada luka yang dalam) akan berwarna merah terang.
 Darah yang berasal dari saluran pernapasan atau paru-paru berwarna merah
terang dan berbuih (jika telah mongering tampak seperti gambaran sarang
tawon).
 Darah yang berasal dari saluran pencernaan akan berwarna merah coklat
sebagai akibat dari bercampurnya darah dengan asam lambung.
 Darah dari pembuluh nadi akan memberikan bercak kecil-kecil
menyemprot pada daerah yang lebih jauh dari daerah perdarahan;
sedangkan yang berasal dari pembuluh balik biasanya membentuk
genangan (ini karena tekanan dalam pembuluh nadi lebih tinggi dari
tekanan atmosfer sedangkan tekanan dalam pembuluh balik lebih rendah
hingga tidak mungkin dapat menyemprot)
 Perkiraan umur/tuanya bercak darah. Darah yang masih baru bentuknya cair
dengan bau amis, dalam waktu 12-36 jam akan mongering sedangkan
warna darah akan berubah menjadi coklat dalam waktu 10-12 hari.

24
b. Dari distribusi bercak darah pada pakaian dapat diperkirakan posisi korban
sewaktu terjadinya perdarahan. Pada orang yang bunuh diri dengan memotong
leher pada posisi tegak atau pada kasus pembunuhan di mana korbannya sedang
berdiri, maka bercak/aliran darah akan tampak berjalan dari atas ke bawah.11
c. Dari distribusi darah yang terdapat di lantai dapat diduga apakah kasusnya kasus
bunuh diri (tergenang, setempat), ataukah pembunuhan (bercak dan genangan
darah tidak beraturan, sering tampak tanda-tanda bahwa korban tampak
berusaha menghindar atau tampak bekas diseret).11
d. Pada kasus tabrak lari, pemeriksaan bercak darah dalam hal ini golongan
darahnya yang terdapat pada kendaraan yang diduga sebagai penabrak
dibandingkan dengan golongan darah korban akan bermakna dan memudahkan
proses penyidik.11

2.10 Pengumpulan dan Cara Pengiriman Bahan Pemeriksaan Analisis DNA

Pada dasarnya bahan-bahan untuk pemeriksaan analisa DNA diambil dari bagian-
bagian atau cairan tubuh manusia yang mengandung sel-sel yang berinti, karena diketahui
bahwa DNA berada pada inti sel.

Cara pengumpulan dan pengambilan bahan untuk pemeriksaan analisa DNA :

1) Darah dan bercak darah 18


i) Sampel darah cair
a) Darah dari seseorang
(i) Diambil oleh petugas yang berpengalaman dengan menggunakan spuit.
(ii) Siapkan dua buah tabung yang telah diberi antikoagulan EDTA, dapat
pula memakai antikoagulan lain tetapi harus diingat bahwa heparin dapat
mempengaruhi enzim restriksi tertentu.
(iii) Isi tabung dengan lebih kurang 5 ml darah, walaupun sebenarnya 1 ml
darah biasanya sudah cukup
(iv) Tiap tabung ditutup kemudian diberi label
(v) Simpan di tempat dingin
(vi) Dipak kemudian dikirim ke laboratorium
b) Darah cair di tempat kejadian perkara

25
(i) Isap dengan spuit yang bersih, jika memungkinkan dengan spuit steril
atau dengan pipet disposable
(ii) Pindahkan dalam tabung yang steril
(iii) Dapat pula menggunakan kain katun yang bersih untuk menyerap darah
cair. Darah yang sudah beku dapat diambil dengan spatel yang bersih.
(iv) Sampel darah cair diberi antikoagulan
(v) Diberi label disimpan di pendingin
(vi) Dipak kemudian kirim ke laboratorium
c) Darah cair di dalam air atau salju/es
(i) Sesegera mungkin diambil untuk menghindari pengenceran lebih lanjut
(ii) Dalam jumlah yang cukup dimasukkan ke dalam tempat yang bersih
(iii) Hindari kontaminasi
(iv) Simpan di pendingin kalau mungkin dapat dibekukan
(v) Diberi label
(vi) Dipak kemudian kirim ke laboratorium
ii) Bercak darah basah
a) Di pakaian
(i) Pakaian dengan noda darah diletakkan pada permukaan bersih, lalu
keringkan di udara
(ii) Jangan diletakkan pada tempat tertutup, kedap udara atau tas plastik. Hal
ini dapat menyebabkan bahan pemeriksaan menjadi basah dan tibul
bakteri yang dapat merusak barang bukti
(iii) Setelah kering masukkan dalam kantong kertas (amplop)
(iv) Beri label dan segera kirim ke laboratorium
b) Benda dengan bercak darah basah
(i) Benda kecil biarkan kering di udara, lalu dikumpulkan
(ii) Pada benda besar dan tidak dapat dipindahkan, maka hisap bercak
tersebut dengan kain katun bersih kemudian keringkan di udara
(iii) Masukkan dalam kantong kertas
(iv) Beri label dan segera kirim ke laboratorium
iii) Bercak darah kering
a) Pada benda yang dapat dipindahkan, misal senjata, kain, sprei
(i) Kumpulkan benda tersebut
(ii) Tiap item masukkan dalam kantong kertas

26
(iii) Beri label
(iv) Dibungkus kemudian dikirim ke laboratorium.
b) Pada benda padat dengan permukaan yang tidak dapat diserap dan tidak dapat
dipindahkan, misalnya pada lantai.
(i) Bercak tersebut dikerok engan alat yang bersih
(ii) Kerokan dimasukan ke dalam amplop kantong kertas
(iii) Diberi label
(iv) Di bungkus kemudian dikirim ke laboratorium.
c) Pada benda besar yang tidak dapat dipindahkan, dipotong atau dikerok
(i) Bercak dapat dilarutkan dengan kapas bersih yang dibasahi cairan satin
steril atau air steril yang digosokkan pada area bercak.
(ii) Kapas dikeringkan di udara
(iii) Setelah kering dmasukkan ke dalam kantong kertas
(iv) Beri Label
(v) Dibungkus kemudian dikirim ke laboratorium.
d) Pada karpet, alat rumah tangga, atau pada benda yang dapat dipotong
(i) Potong bagian yang ada bercaknya dengan alat yang bersih
(ii) Tiap potongan diberi label dan dibungkus
(iii) Sertakan sebagai kontrol, potongan benda yang tidak ada bercaknya
(iv) Kirim ke laboratorium.
2) Sperma dan bercak sperma 18
i) Sperma cair
a) Hisap dengan semprit basah /pipa disposable
b) Masukan ke dalam tabung steril
c) Beri label
d) Simpan di pendingin
ii) Bercak sperma pada benda yang dapat dipindahkan, missal pada celana,
pakaian, sprei, dll
a) Bila bercak masih basah dikeringkan di udara
b) Kalau perlu benda-benda yang ada bercaknya dipotong
c) Masukan ke dalam kantong kertas
d) Dibungkus dan dikirim ke laboratorium
e) Bercak sperma pada benda besar yang masih bias dipotong, misalnya pada
karpet, tempat tidur, dll.

27
f) Potong daerah yang terkena bercak degan pisau atau gunting yang bersih
g) Masukkan tiap potongan pada kantong kertas
h) Hindari kontaminasi
i) Beri label
j) Dibungkus kemudian dikirim ke laboratorium
iii) Bercak sperma pada benda yang tidak dapat dipindahkan dan permukaanya
tidak menyerap, misalnya pada lantai, logam, kayu, dll
a) Kerok bercak tersebut pada kertas yang bersih, kemudian lipatlah kertas
tersebut.
b) Masukkan ke dalam kantong ketas
c) Diberi label
d) Simpan di pendingin
e) Dibungkus kemudian dikirim ke laboratorium.

3). Jaringan, organ dan tulang 18

i) Jaringan, organ dan tulang segar,

a) Ambillah tiap jaringan, organ dan tulang dengan pinset / penjepit.


b) Tiap item dimasukkan ke dalam tempat yang bersih tanpa pengawet.
c) Beri label.
d) Simpan di pendingin.
e) Di pak kemudian di kirim ke laboratorium.

ii) Jaringan, organ dan tulang yang lama (tidak segar)

a) Ambillah sampel dengan penjepit


b) Bungkus dalam kertas alumunium, dan bekukan pada suhu -200C
c) Beri label.
d) Dipak kemudian dikirimkan ke laboratorium.
Untuk jaringan otot perlu minimal 25mg, oleh karena DNA otot sangat sedikit
sedangkan jaringan lainnya misalnya hati dan ginjal cukup 15mg saja

4) Urine, saliva dan cairan tubuh lain 18

i) Sampel Cair

28
a) Urine atau saliva cair dapat dimasukkan kedalam tempat yang steril dari
plastic/kaca (botol sesegera mungkin)
b) Beri label.
c) Simpan di pendingin.
d) Segera di pak dan kirim ke laboratorium

ii) Bercak urine dan saliva

a) Bercak urine, saliva/cairan tubuh lainnya dikumpulkan dengan mengerok


atau memotong benda yang mengandung bercak.
b) Potongan/kerokan dimasukkan ke dalam kantong kertas
c) Beri label
d) Segera di pak dan kirim ke laboratorium.

5) Rambut 18

a) Cabut beberapa helai rambut (10-15 helai) dengan pinset yang bersih
berikut dengan akarnya (folikelnya)
b) Usahakan pencabutan tidak merusak folikelnya.
c) Rambut yang tercampur dengan darah jaringan atau cairan tubuh yang lain
diperlakukan dengan hati-hati.
d) Tempatkan pada wadah yang bersih.
e) Beri label.
f) Simpan di pendingan.
g) Segera di pak dan kirim ke laboratorium.

6) Pulpa Gigi 18

a) Cabut gigi yang masih utuh (tidak rusak)


b) Masukkan ke dalam kantong plastik.
c) Beri label.
d) Segera di pak dan kirim ke laboratorium

7) Cairan amnion 18

a) Sebaiknya dilakukan oleh tenaga ahli yang terlatih (dokter spesialis


obstetry dan ginekologi)
b) Dilakukan pada kehamilan lebih dari 14 minggu.

29
c) Dengan bimbingan USG, tentukan lokasi amniosentris setinggi mungkin
di dalam uterus, menjauhi janin dan plasenta.
d) Lakukan prosedur asepsis dan antisepsis tanpa anestesi local, insersi jarum
dengan dituntun USG sampai mencapai kantong amnion yang bebas.
e) Aspirasi cairan amnion 0,5 cc, kemudian buanglah karena mungkin
terkontaminasi dengan sel maternal.
f) Aspirasi lagi 30 cc (pada prakteknya 10 cc, sudah cukup).
g) Jarum dicabut sambil janin di mionitor keadaan jantungnya.
h) Cairan amnion dimasukkan dalam tabung steril.
i) Beri label.
j) Simpan di pendingin.
k) Segera di pak dan kirim ke laboratorium.

Pelabelan

Label dapat dibuat dengan kertas tebal, dalam label tersebut tertulis tentang hal-hal : 18

a) Identitas pasien.
b) Jenis dan jumlah bahan pemeriksaan.
c) Saat dan tempat pengambilan bahan pemeriksaan.
d) Saat pengepakan / pembungkusan.
e) Tanda tangan dan nama terang petugas pengepak penyegel.
f) Stempel/cap dinas.
g) Segel dinas

Kemudian label tersebut diikatkan pada wadah bahan pemeriksaan yang akan dikirim.

Cara Pengepakan/Pembungkusan

Untuk kasus forensik perlu dijaga keaslian bahan dan jaringan jangan sampai rusak,
sehingga dapat diperiksa di laboratorium secara khusus sebagai berikut :18

a) Masukkan wadah yang berisi bahan pemeriksaan ke dalam kotak kardus.


b) Tempatkan wadah-wadah tersebut sedemikian rupa agar bahan-bahan yang
cair tidak tumpah.
c) Jagalah suhu bahan pemeriksaan yang harus dalam keadaan dingin misalnya
beri dry ice atau masukkan ke dalam termos es.

30
d) Bungkus kardus tersebut dengan rapi.
e) Ikat kerdus tersebut dengan tali tidak bersambung.
f) Pada ikatan tali diberi label dan segel.
g) Kemudian bungkuslah sekali lagi dengan kertas yang bersih.
h) Tulislah alamat laboratorium yang dituju dengan alamat pengirim yang jelas
dan lengkap.

31
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan tulisan di atas dapat kita simpulkan bahwa tidak ada pengertian yang
tegas terhadap barang bukti dari segi hukum, dari pendapat para ahli berbagai pengertian
diberikan, salah satunya adalah benda yang digunakan untuk meyakinkan atas kesalahan
terdakwa terhadap perkara pidana yang dituduhkan kepadanya. keberadaan barang bukti
sangat penting untuk mendukung dan menguatkan alat bukti yang sah serta dapat
menjadi pertimbangan hakim atas kesalahan yang didakwakan terhadap terdakwa.

Barang bukti dapat diperoleh penyidik melalui beberapa cara yaitu : pemeriksaan di
Tempat Kejadian Perkara (TKP), penggeledahan, diserahkan langsung oleh saksi pelapor
atau tersangka, diambil dari pihak ketiga, barang temuan. Terdapat lima metode dalam
pencarian barang bukti yaitu : strip method, double strip or grid method, spiral method,
zone method, dan wheel method.

Dibutuhkan pengetahuan mengenai prosedur bagi penyidik maupun ahli untuk


mengumpulkan barang bukti di tempat kejadian perkara (TKP) dan mampu mengemas
barang bukti tersebut, sehingga barang bukti tersebut dapat terkumpul dengan kualitas
yang baik dan diharapkan mampu memberi keterangan tentang apa yang telah terjadi.

3.2. Saran
Pada masa sekarang dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, orang
mendapatkan pembuktian secara ilmiah pada barang bukti. Di mana dibutuhkan peran
ahli untuk memeriksa barang bukti (corpus delicti) secara ilmiah, sehingga barang bukti
tersebut “dapat bercerita” tentang apa yang telah terjadi. Kumpulan pengetahuan yang
memeriksa barang bukti untuk kepentingan peradilan dikenal dengan nama forensic
sciences. Oleh karena itu, sebagai seorang dokter, kita harus selalu senantiasa
meningkatkan pengetahuan dan keahlian dalam hal penyelidikan maupun penyidikan
agar keterangan yang kita beri nantinya dapat secara maksimal membantu penyidik
untuk suatu kasus tindak pidana. Demikian pula terhadap penyidik, hendaknya
membantu dokter dalam hal pengumpulan barang bukti karena seringnya dokter tidak
dilibatkan dalam olah TKP terhadap suatu kasus.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Afiah, Nurul Ratna. Barang bukti dalam Proses Pidana. Jakarta: Sinar Grafika. 1988.
2. Hamzah, Andi. KUHP dan KUHAP, Cet 13. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2006. hal 231
3. HMA Kuffal, Penerapan KUHAP dalam Praktek Hukum, Cet.9. Malang: UMM press
2007. hal 113

4. Tim Penyusun pusat bahasa, kamus besar bahasa indonesia, Ed. 3 Cet 3, Jakarta: Balai
Pustaka. 2005. hal 107

5. Sasangka, Hari. Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana: Untuk Mahasiswa Dan
Praktisi. Bandung: Penerbit Mandar Maju. 2003. hal. 99-100

6. Karjadi, M, R Soesilo. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dengan Penjelasan


Resmi dan Komentar. Bogor: Politeia. 1997. hal 46

7. Sudarsono. Kamus Hukum, Cet 2. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2005. hal 47

8. Irsan, Koesparmono. Hukum Acara Pidana. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2007. hal 90

9. Idries, AM, Tjiptomartono AL. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam proses
penyidikan. Jakarta: Sagung Seto. 2008.
10. Robinson RM. Forensic scene investigation [online]. 2011 [cited 2012 July 20].
Available from: http://www.crimeandclues.com/index.php/physical-evidence/trace-
evidence/63-trace-evidence-hair
11. Tjiptomartono AL. Pemeriksaan di tempat kejadian perkara. Dalam: Penerapan ilmu
kedokteran forensik dalam proses penyidikan edisi revisi. Jakarta : Sagung Seto. 2008.
hal. 13-6, 19-20.
12. Flynn KS. Trace evidence: hair [online]. 2009 [cited 2012 July 20]. Available from: URL:
http://www.emedicine.medscape.com/article/1680358-overview
13. Houck MM. Essential of forensic science: trace evidence. United States: Facts On File.
2009. p. 2, 61-75.
14. Gurdoglanyan D. Fingerprints used in forensic investigations [online]. 2001 [cited 2012
July 20]. Available
from:http://www.bxscience.edu/publications/forensics/articles/fingerprinting/r-
fing01.htm

33
15. Flynn KS. Interpretation, Collection abd Preservation of Glass Fragments [online]. 2009
[cited 2012 July 20]. Available from: URL: http://www.crimeandclues.com/index.php/
physical-evidence/trace-evidence/122-interpretation-collection-and-preservation-of-
glass-fragments
16. Kubic TA, Petraco N. Microanalysis and examination of trace evidence [online]. 2003
[cited 2012 July 20]. Available from: URL:
http://www.bios.niu.edu/naples/geol570/microanalysis .pdf
17. Flynn KS . Analysis and Collection of Soil Samples [online]. 2009 [cited 2011 July 21].
Available From: URL: http://www.crimeandclues.com/index.php/physical-
evidence/trace-evidence/64-analysis-and-collection-of-soil-samples
18. Putu Sudjana L Hoediyanto. Pengumpulan dan Cara Pengiriman Bahan Pemeriksaan
Analisa DNA. Bagian/Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik. FK U NAIR RSU
dr.Soetomo.Surabaya.

34

Anda mungkin juga menyukai