Anda di halaman 1dari 22

TAHAPAN KETERAMPILAN MENULIS1,2

Oleh
Sadieli Telaumbanua

1. Jika ingin menuangkan gagasan/ide/pikiran/perasaan dalam wujud tulisan, apa saja


tahapan yang harus dilalui?

Pertanyaan inilah yang sering diajukan oleh (calon) penulis. Apakah pertanyaan ini haram?
Tentu saja tidak. Maksud pertanyaan ini agar tidak salah langkah sekaligus mampu
menuangkan gagasan/pikirannya dengan baik. Namun, mengetahui tahapan dalam menulis
tidak serta-merta mampu menghasilkan sebuah tulisan dalam waktu singkat. Hal utama yang
patut diingat adalah menulis itu sebuah proses panjang dengan sikap yang tidak mudah
mengalah. Kendati demikian, sebagai bahan kajian berikut ini dipaparkan tahapan yang mesti
dilalui dalam menuangkan gagasan/ide/pikiran/ perasaan melalui tulisan.
Secara umum, tahapan menulis meliputi (1) perencanaan, planning, (2) penulisan awal,
drafting, (3) perevisian, editing, (4) penulisan kembali, re-writing, dan (5) penyebaran,
publishing. Kelima tahapan ini, bagi mereka yang telah terbiasa menulis, tidaklah linier. Namun,
bagi penulis pemula perlu mengikuti tahapan dimaksud agar tidak kehilangan kendali.

2. Berkaitan dengan perencanaan tulisan, hal-hal apa yang perlu diperhatikan?

Para penulis buku keterampilan menulis pada umumnya sepakat (beberapa pakar menulis
memiliki pendapat yang berbeda) bahwa hal-hal yang perlu dilakukan dalam tahapan
perencanaan tulisan seperti paparan berikut ini.

1) Menetapkan topik
Topik (bahasa Yunani:topoi) adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak
disampaikan atau lebih dikenal dengan topik pembicaraan. Topik adalah hal yang pertama kali
ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan. Topik yang masih awal tersebut, selanjutnya
dikembangkan dengan membuat cakupan yang lebih sempit atau lebih luas. Terdapat beberapa
kriteria untuk sebuah topik yang dikatakan baik. Topik tersebut harus mencakup keseluruhan isi
tulisan, yakni mampu menjawab pertanyaan akan masalah apa yang hendak ditulis. Ciri utama
dari topik adalah cakupannya atas suatu permasalahan masih bersifat umum dan tidak
diuraikan secara lebih mendetail.
(periksa https://id.wikipedia.org/wiki/Topik, diunduh 12 Agustus 2018).

Topik biasa terdiri atas satu kalimat pendek. Istilah ini sering dikacaukan dengan tema.
Oleh karena itu, perlu diberi batasan yang jelas. Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”,
berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan
persoalan utama yang diungkapkan oleh seorang pengarang dalam sebuah karya sastra,
1
Pertemuan kesebelas Mata Kuliah Bahasa Indonesia di STT BNKP Sunderman
2
Sumber: Telaumbanua, Sadieli. 2019. Buku Ajar Kompetensi Berekpresi I. Ponorogo-Jateng: Uwais Inspirasi
Indonesia, halaman 61 – 99.

1
seperti cerpen, novel, ataupun suatu karya tulis. Tema juga dapat dikatakan sebagai suatu
gagasan pokok atau ide dalam membuat suatu tulisan.
Topik dan tema memiliki persamaan serta perbedaan. Persamaannya adalah baik topik
maupun tema keduanya sama-sama dapat dijadikan sebagai judul karangan. Sedangkan,
perbedaannya ialah topik masih mengandung hal yang umum,sementara tema akan lebih
spesifik dan lebih terarah dalam membahas suatu permasalahan. Pernyataan ”Kualitas sumber
daya manusia”, misalnya baru berupa topik. Pernyataan ini akan dikembangkan yang hipotesis
sifatnya, misalnya ”Kualitas sumber daya manusia pada era industri 4.0 ini menjadi kunci
kemajuan bangsa”. Pernyataan ini tergolong tema (band. Wahab dan Lestari, 1999; Suparno,
2011).
Akhadiah (1999) berpendapat bahwa kegiatan yang mula-mula dilakukan jika akan
menulis suatu karangan ialah menentukan topik. Hal yang sama dikatakan oleh Syafiie (1988)
dengan istilah menentukan perihal yang akan ditulis. Dalam menentukan topik perlu
dipertimbangkan beberapa hal. Perhatikan tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Pertimbangan Menentukan Topik


Indikator Tidak disarankan Disarankan
Bermanfaat dan Jumlah kabupaten di Indonesia Perkembangan kosakata anak-anak balita
layak dibahas
Hari lahir para pengarang di Indonesia Usaha menolong anak-anak yang kesulitan
membaca

Perayaan HUT ke-73 di desa saya Meningkatkan kemampuan menulis paragraf


dengan model imitasi

Kerja bakti untuk membersihkan Katekisasi sidi pada era industri 4.0
lingkungan
Menarik, terutama Peran generasi muda dalam Membina kreatifitas pemuda gereja dalam
bagi penulis, pembangunan bangsa meningkatkan pendapatan
Dikenal atau dikuasai Industri pesawat terbang yang Pembelajaran menulis yang menggairahkan
dengan baik oleh menggiurkan mahasiswa teologi
penulis, (tidak dikuasai/ dikenal oleh mahasiswa
FKIP)
Bahan yang Peran neurolinguistik dalam Pembelajaran keterampilan berbahasa di
diperlukan dapat pembelajaran bahasa sekolah teologi
diperoleh dan cukup
memadai
Tidak terlalu luas dan Kesulitan membaca yang dialami oleh Kesulitan membaca yang dialami oleh siswa
terlalu sempit siswa yang beretnis Batak di SMA 1 kelas 10 SMA Negeri 1 Gunungsitoli
Gunungsitoli (terlalu sempit)

Kemampuan menulis mahasiswa Kemampuan menulis karangan ilmiah


(terlalu luas) mahasiswa Program Studi PAK STT BNKP
Sundermann
(Diadaptasi dari Akhadiah, 1999 dengan penyesuaian)

Selain hal tersebut di atas, seorang penulis dapat melakukan pembatasan topik agar tulisan yang
dikembangkan itu tetap fokus pada tujuan. Akhadiah (1999) memberikan dua tips dalam membatasi topik
tulisan, yakni (1) diagram jam dan diagram pohon.

2
Gambar 1 Diagram Jam (diadaptasi seperlunya)

ilmu laut
kelautan sebagai
kehidupan sumber
dalam laut renegri
masa
depan peranan
laut dalam
laut di
hubungan
Indonesia
antarbang
sa

lautan laut
bagi
bangsa
Indonesia
laut sebagai
lapangan
kerja

laut
Lautan
teritorial
Atlantik
Indonesia

kandunga
kekayaan
n kimia air
di lautan
rriwayat laut
lautan

Dari diagram jam tersebut didapatkan dua belas topik yang lebih sempit dari laut. Selanjutnya,
penulis dapat membatasi topik tersebut dengan mengajukan sejumlah pertanyaan untuk mempersempit
pembahasan. Laut sebagai sumber lapangan kerja, misalnya, dapat dimulai dengan pertanyaan (1) laut di
mana dan (2) pekerjaan yang relevan diungkapkan. Berdasarkan kedua pertanyaan ini, penulis dapat
menetapkan topik yang terbatas, misalnya, ”Memberdayakan Pemuda dengan Membudidayakan Udang
Windu di Sepanjang Pantai Cermin, Sumatera Utara.”
Selain diagram jam, topik tulisan dapat dibatasi dengan diagram pohon dan piramida terbalik.

Gambar 2 Diagram Pohon

(http://resturamadhanrestu.blogspot.com/2013/11/tulisan-bahasa-indonesia-1-membatasi.html, diunduh pada 13


Agustus 2018)

3
Gambar 3 Pembatasan Topik Menggunakan Bagan Pohon

(https://www.slideshare.net/mutaqodaswaja/bab-tentang-tema-topik-dan-judul diunduh pada 13 Agustus


2018)

Gambar 4 Piramida Terbalik

(http://resturamadhanrestu.blogspot.com/2013/11/tulisan-bahasa-indonesia-1-membatasi.html, diunduh pada 13


Agustus 2018)

Apabila dicermati lebih mendalam, sebutan diagram jam, diagram pohon, dan piramida terbalik
oleh Akhadiah (1999) sebenarnya bersumber dari pendapat pakar pembelajaran Ausubel (1963) yang
lebih dikembangkan lebih lanjut oleh Novak dan Gowin (1984) dengan sebutan peta pikiran (map mind,
mapping). Dalam konteks menulis digunakan oleh Flower and Hayes‟ (1981) dengan sebutan cognitive
process model of writing. Selanjutnya para peneliti di bidang pendidikan menggunakan istilah mapping
(band. Telaumbanua, 1993; Ojima, 2006; Kozminsky, et al, 2012). Perhatikan gambar berikut ini.

4
Gambar 5 Mapping

(https://www.inspirasi.co/siprianusangin/33349_model-pembelajaran-berbasis-peta-pikiran, diakses pada


13 Agustus 2018)

Selain dengan teknik mapping, Syafi‟ie (1988) mengemukakan lima cara yang dapat dilakukan
untuk membatasi dan/atau mengembangkan topik, yakni (1) brainstorming, (2) perenungan, (3) formula
jurnalistik, 5 W dan 1 H, (4) pertanyaan klasik, dan (5) problem solving. Uraian berikut diarahkan untuk
mengulas cara membatasi/ mengembangkan topik tulisan.

Tabel 3 Cara Membatasi/Mengembangkan Topik


Cara Penjelasan
Brainstorming Konsep:
Berupa kegiatan berpikir berdasarkan asosiasi yang bebas dalam menemukan hal-hal apa saja
yang berkaitan dengan topik karangan. Apa yang dipikirkan tentang perihal pokok karangan
didaftarkan begitu saja secara acak berupa frasa atau kalimat pendek.

Langkah:
a. Pikirkan secara selintas dan menyeluruh untuk mendapatkan gambaran tentang topik tulisan
b. Tuliskan apa saja yang berhubungan dengan topik karangan
c. Baca kembali seluruh butir temuan dalam daftar
d. Susun kembali urutan butir-butir temuan berdasakan penalaran logis sesuai dengan prinsip
keilmuan
e. Kelompokkan butir-butir yang behubungan
f. Tentukan butir-butir yang akan ditulis berdasarkan pertimbangan: tujuan penulisan, kondisi
pembaca, dan kemampuan yang dimiliki penulis.

Perenungan Konsep:
Cara ini hampir sama dengan brainstorming, bedanya terletak pada intensitas proses penemuan
butir-butir yang akan dikemukakan. Dalam perenungan diperlukan intensitas berpikir yang
sungguh-sungguh, konsentrasi pada masalah, membangkitkan gagasan/konsep/ide. Penalaran
sangat diperlukan dalam perenungan.

Langkah:
a. Pikirkan secara menyeluruh untuk mendapatkan gambaran secara utuh tentang perihal
pokok karangan
b. Pikirkan secara asosiasi yang bebas untuk membangkitkan gagasan/ide/konsep perihal topik

5
karangan
c. Konsentrasikan pikiran setiap menemukan konsep/gagasan/ide yang berkaitan dengan topik
karangan

d. Lakukan penalaran sungguh-sungguh terhadap konsep/ gagasan/ide yang berkaitan


dengan topik karangan
e. Susun butir konseo/gagasan/ide dalam urutan yang sesuai dengan prinsip keilmuan

Formula Konsep:
jurnalistik Model ini dikenal dengan formula jurnalistik karena dalam melaporkan peristiwa (berita) diawali
(5 W + 1 H) dengan siapa (who) yang terlibat dalam peristiwa itu. Dilanjutkan dengan apa (what), kapan
(when), di mana (where), mengapa (why) dan bagaimana (how) peristiwa tersebut. Bagian yang
didahulukan bergantung urgensinya.

Langkah:
a. Deskripsikan perihal pokok karangan untuk menjawab who dengan mengemukakan ciri-
cirinya, unsur-unsurnya, dan fungsinya.
b. Pikirkan perihal pokok karangan untuk menjawab what dengan melihat kemungkinan
hubungan antar-unsur dan aspek lain.
c. Deskripsikan waktu kejadian untuk menjawab when dengan mengemukakan kronologi
kejadian.
d. Deskripsikan tempat kejadian untuk menjawab pertanyaan where dengan mengemukakan
tempat kejadian.
e. Pikirkan mengapa perihal pokok karangan dapat terjadi untuk menjawab why dengan
mengemukakan analisis hubungan antar-unsur dan dengan aspek lain.
f. Pikirkan dan/atau deskripsikan bagaimana hal-hal perihal pokok karangan dapat terjadi
untuk menjawab pertanyaan how dengan mengemukakan proses terjadinya.

Pertanyaan Konsep:
retorika klasik Retorika klasik menuntun kita memahami sesuatu yang baru dengan mengajukan empat
pertanyaan, yaitu (a) apakah itu/ini? (2) apakah itu/ini sama atau berbeda? (3) apa yang
menyebabkan itu/ini? Dan (4) apa yang dapat dikatakan mengenai hal itu/ini?

Langkah:
a. Rumuskan sejumlah pertanyaan perihal pokok karangan berupa objek fisik (apa ciri-cirinya,
strukturnya, dan sebagainya)
b. Rumuskan beberapa pertanyaan berupa kejadian atau peristiwa (apa kejadiannya,
penyebabnya, dan sebagainya)
c. Rumuskan beberapa pertanyaan berupa konsep-konsep yang abstrak (bagaimana
pengertian, hubungan dengan konsep lain, dan sebagainya)
d. Rumuskan beberapa pertanyaan berupa pendapat penulis (buktinya, kata kunci,
argumentasi, dan sebagainya)

Pemecahan Konsep:
masalah Pemecahan masalah pada hakikatnya adalah proses penemuan sesuatu yang dijadikan materi
tulisan. Pemecahan masalah inherent dengan kehidupan manusia yang sarat akan masalah.
Manusia senantiasa mencari dan menemukan solusi atas persoalan yang mereka hadapi.
Dalam konteks menulis karangan pemecahan masalah tentu dapat diterapkan. Pendekatan
ilmiah (saintifik) menjadi pilihan pemecahan masalah.

Langkah:
a. Identifikasi dan spesifikasi masalah
b. Analisis masalah
c. Cari sejumlah informasi atau data
d. Rumuskan hipotesis (jawaban sementara)
e. Uji hipotesis dengan mengemukakan informasi atau data dan fakta.

6
Pertanyaan lain yang perlu diklarifikasi adalah ”Kapan judul karangan diberikan?” Judul
karangan adalah perincian atau penjabaran dari topik. Judul tidak sama dengan topik. Topik adalah
“”payung besar” yang bersifat umum dan belum menggambarkan pikiran penulisannya, sedangkan judul
lebih spesifik dan telah mengandung permasalahan yang lebih jelas atau lebih terarah dan sering telah
menggambarkan sudut pandang penulisnya (Finoza, 2008). Akan tetapi, dalam karya fiksi, judul justru
sering abstrak. Roman yang mengisahkan kawin paksa, misalnya, diberi judul oleh penulisnya dengan
mengambil salah satu nama tokoh, sebut saja Siti Nurbaya. Jadi, judul dalam karya tulis ilmiah dan karya
fiksi memiliki kekhasan masing-masing. Dalam karya ilmiah telah terlihat persoalan yang ditulis
sedangkan dalam karya fiksi sebaliknya.
Pemberian judul atau sering juga disebut kepala karangan ini tidak ada keterikatan kaku.
Adakalanya judul diberikan pada awal, kadang di pertengahan, bahkan setelah tulisan selesai. Jadi,
penulis memiliki keleluasaan. Perhatikan perbedaan topik dan judul pada tabel berikut.

Tabel 4 Topik dan Judul


Topik Judul
Memperingati hari 1. Percepat Pendidikan yang Merata dan Berkualitas
pendidikan nasional
tahun 2017 2. Meneguhkan Komitmen Pendidikan Merata dan Berkualitas

3. Pendidikan Merata dan Berkualitas, Sebatas Wacanakah?

4. Kapan Terwujud Pendidikan Merata dan Berkualitas?

5. Pendidikan Merata dan Berkualitas Tanggung Jawab Kita Semua

Catatan:
Topik dan judul di atas merupakan pengalaman penulis. Dalam penetapan judul terdapat keleluasaan waktu dan
kemungkinan calon judul yang akan diberikan. Setelah tulisan saya selesai, akhirnya judul (1) yang dipilih dan
diterbitkan pada Harian Analisa Medan, 2 Mei 2017.

2) Menetapkan tujuan
Setelah penulis menetapkan topik karangan (telaah kembali butir 1) di atas, langkah kedua yang
perlu dilakukan oleh penulis adalah menetapkan tujuan. Akhadiah (1999) berpendapat, perumusan tujuan
penulisan sangat penting dan harus ditentukan lebih dahulu karena akan menjadi titik tolak dalam seluruh
kegiatan menulis tersebut. Rumusan tujuan penulisan adalah suatu gambaran yang mungkin berada
dalam benak penulis untuk dibentangkan kepada pembaca atau khalayak.
Pada saat merumuskan tujuan penulisan perlu dibedakan dengan maksud dan manfaat. Tujuan
penulisan berupa perubahan tingkah laku seperti apa yang diharapkan dari pembaca (Syafi‟ie, 1988)
seperti menghibur, memberi tahu atau menginformasikan, mengklarifikasi, membuktikan, ataupun
membujuk (Suparno, 2011). Sedangkan maksud penulisan adalah motivasi yang mendorong seseorang
menulis seperti mendapatkan keuntungan berupa uang, popularitas, atau mengaktualisasikan diri. Di sisi
lain, harapan atau manfaat berkaitan dengan dampak tulisan tersebut setelah dibaca oleh publik.

Tabel 5 Tujuan, Maksud, dan Manfaat Tulisan


Topik Tulisan Membebaskan Generasi Muda Kita dari Gempuran Pascakebenaran (Sadieli
Telaumbanua, Analisa, 6 Juli 2018, halaman 21)
Tujuan Menjelaskan kepada pembaca bahwa dewasa ini pernyataan yang dikemukakan oleh
masyarakat terutama politisi termasuk kalangan akademisi mengabaikan data dan fakta
yang sahih. Oleh karena itu perlu ketelitian dan kehati-hatian dalam membaca berbagai
pernyataan yang disebarkan melalui berbagai media.
Maksud Penulis bermaksud mendapatkan honor penulisan, popularitas, dan kredit poin bidang
kegiatan ilmiah

7
Manfaat Bermanfaat bagi pembaca agar terhindar dari konten informasi yang tidak akurat.

Untuk merumuskan tujuan penulisan, perlu kita mengajukan pertanyaan pada diri sendiri,
misalnya, (1) apa tujuan saya menulis topik karangan ini? (2) Mengapa saya menulis karangan dengan
topik ini? (3) Dalam rangka apa saya menulis karangan ini? dan seterusnya.Dalam kaitan ini, Syafi‟ie
(1988) mengemukakan sejumlah tujuan penulisan sebagaimana tertera pada tabel 3.6 berikut.

Tabel 6 Tujuan Penulisan


Tujuan Penulisan Deskriptor
Mengubah keyakinan pembaca a. Mempercayai sesuatu perihal pokok tulisan
b. Memikirkan sesuatu perihal pokok tulisan
c. Memperhatikan sesuatu yang sebelumnya pembaca tidak sependapat
d. Menyetujui hal-hal yang dikemukakan penulis
Menanamkan pemahaman Memahami perihal pokok tulisan
Merangsang proses berpikir Terangsang memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan pokok tulisan
Menyenangkan Memperoleh kesenangan sehingga mereka terhibur
Memberitahu Mengetahui sesuatu hal yang berkaitan dengan perihal pokok tulisan
Memotivasi Terdorong melakukan sesuatu hal yang berkaitan dengan pokok tulisan

3) Menetapkan Tesis
Tesis adalah gagasan sentral mengenai pokok tulisan dan merupakan landasan bagi seluruh
kegiatan dalam proses penulisan karangan (band. Syafi‟ie, 1988; Akhadiah, 1999; Suparno, 2011). Lebih
jauh, Akhadiah (1999) menegaskan bahwa tesis adalah kunci untuk seluruh tulisan yang perlu
dirumuskan terbatas, utuh, dan tepat.
Dalam menetapkan tesis perlu diperhatikan tahapan yang dilakukan. Pada uraian sebelumnya
telah diungkapkan bahwa langkah pertama dalam menulis adalah menetapkan topik dan dilanjutkan
dengan menetapkan tujuan sebagai langkah kedua. Setelah kedua langkah itu, perlu diajukan
pertanyaan berkaitan dengan butir-butir atau pokok-pokok pikiran yang menarik perhatian untuk
dikembangkan. Langkah ketiga yakni menetapkan/menentukan tesis dengan mengemukakan beberapa
kalimat sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.
Bagaimana menyusun tesis yang memenuhi persyaratan? Akhadiah (1999) memberikan hal yang
perlu diperhatikan dalam menyusun tesis sebagaimana tertera pada tabel berikut.

Tabel 7 Penulisan Tesis yang Memenuhi Syarat


Syarat Deskriptor
1. Tesis harus dapat meramalkan, a. Dirumuskan dalam kalimat pernyataan yang memerlukan
mengendalikan, dan mengarahkan pembahasan
penulis dalam mengembangkan b. Diusahakan agar dapat mengendalikan penulis
tulisannya c. Diupayakan agar pembaca dapat meramalkan arah
pembicaraan penulis

2. Tesis harus memenuhi kaidah bahasa a. Dinyatakan dalam kalimat lengkap


Indonesia b. Dirumuskan dalam kalimat pernyataan
c. Bagian-bagian harus saling berhubungan
d. Harus terbatas, tidak boleh terlalu luas
e. Hindari ungkapan menurut ”pendapat saya, saya duga, dan
saya kira”
f. Hindari bahasa yang tidak jelas
g. Hindari kata kiasan atau ungkapan

Dalam praktik menulis karangan, tahapan menetapkan tujuan dan tesis sering digabung dengan
menggunakan sebutan pernyataan maksud (periksa Akhadiah, 1999). Makalah dan artikel umumnya
menggunakan konsep pernyataan maksud. Beberapa contoh diberikan di bawah ini.

8
a. Dalam makalah ini akan dibahas penerapan kearifan lokal masyarakakat dalam memperkuat
pendidikan karakter.
b. Tulisan ini dimaksudkan menjelaskan trisaksi dan nawacita guru Indonesia.
c. Dalam tulisan ini aka diuraikan beberapa proses belajar-mengajar yang dapat merangsang daya
kreatif siswa.
d. Artikel ini berusaha membahas sepuluh kompetensi yang harus dimiliki seseorang pada era industri
4.0.

Perhatikan contoh berikut ini!

Politik Emak-emak, Sebuah Renungan


Ani Soetjipto
Pengajar Departemen Hubungan Internasional FISIP UI dan Prodi Kajian Gender SKSG UI

Belakangan ini, politik emak-emak ramai memenuhi pemberitaan di media sosial, elektronik, ataupun
media cetak. Pemberitaan yang terekam adalah ibu-ibu yang berdemo soal kenaikan harga kebutuhan
pokok di istana, aksi menuntut Presiden Jokowi mundur, dan mengusung tagar 2019# Ganti Presiden.
...................................................................................................
Tulisan ini merefeksikan fenomena yang marak sejak Pilkada DKI tahun lalu agar kita bisa
membedakan politik perempuan pada konteks elektroral sebelumnya (pemilu 2004, 2009, 2014). (Kompas, 8
September 2018, hal. 7)

4) Menyusun kerangka karangan


Kerangka karangan (outline) merupakan rencana penataan materi tulisan secara garis besar.
Dapat juga dikatakan sebagai rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan. Seorang
penulis yang sudah berpengalaman pun tidak akan memulai bekerja (menulis) tanpa membuat rencana
penulisan (kerangka karangan). Penyusunan kerangka karangan adalah sebuah keharusan,
keniscayaan.
Setidaknya ada tiga alasan mengapa seseorang membuat kerangka karangan. Pertama,
pembuatan kerangka karangan dapat meyakinkan penulis bahwa ia tidak akan memasukkan hal-hal yang
relevan. Kedua, pembuatan kerangka karangan akan mempercepat proses penulisan. Manfaat terakhir
dari kerangka karangan adalah adanya kualitas bahasa yang tinggi (band. Wahab dan Lestari, 1999).
Terkait kerangka karangan yang baik, Keraf (1988) berpendapat bahwa terlepas dari besar kecilnya
kerangka karangan yang dibuat, tiap kerangka karangan yang baik harus memenuhi syarat-syarat ( a)
Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas, (b) Tiap unit dalam kerangka karangan hanya
mengandung satu gagasan, (c) Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis (d)
Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten. Sedangkan prinsip penulisannya perlu
diperhatikan (a) persamaan nilai dan (b) pengelompokan (band. Syafi‟ie, 1988 dan Wahab dan Lestari,
1999). Lalu, dilihat dari rumusan teks dikenal (a) kerangka karangan topik dan (b) kerangka karangan
kalimat. Bila ditilik dari rinciannya dikenal (a) kerangka karangan sementara dan (b) kerangka karangan
formal. Dari sisi pola penyusunan dibagi menjadi (a) pola alamiah: urutan ruang dan waktu serta (b) pola
logis: urutan klimaks-anti klimaks, sebab-akibat, pemecahan masalah, umum-khusus, familiaritas,
akseptabiltas (Keraf, 1988; Finoza, 2008). Berikut ini disajikan contoh yang dapat memudahkan untuk
memahami kerangka karangan tersebut.

9
Tabel 8 Syarat Kerangka Karangan/Prinsip Penulisan

Syarat Contoh
1. Tesis atau pengungkapan Tidak Jelas:
maksud harus jelas Pendidikan telah menjadi kunci kemajuan bangsa

Jelas:
Pendidikan dapat menjadi elevator dan vaksin sosial. Elevator sosial
dimaknai sebagai upaya pengangkatan derajat kemanusiaan sedangkan
vaksis sosial dimaksudkan sebagai salah satu solusi memberantas penyakit
kemasyarakatan (kebodohan, keterbelakangan, dan kemiskinan)
2. Tiap unit dalam kerangka Banyak Gagasan:
karangan hanya mengandung 1. Pembelajaran Menulis dapat dilakukan dengan imitasi dilanjutkan
satu gagasan, dengan mereproduksi lalu berlatih menulis karangan pendek

Satu Gagasan:
1. Teknik Pembelajaran Menulis
1.1 Imitasi
1.2 Mereproduksi Tulisan
1.3 Menulis Karangan Pendek
3. Pokok-pokok dalam kerangka Tidak Logis:
karangan harus disusun secara 1. Manfaat Membaca
logis 1.1 Meningkatkan Daya Nalar
1.2 Mendapatkan Informasi
2. Meningkatkan kemampuan menulis

Logis:
1. Manfaat Membaca
1.1 Mendapatkan Informasi yang Akurat
1.2 Meningkatkan Daya Nalar
1.3 Meningkatkan Kemampuan Berbahasa
1.3.1 Berbicara
1.3.2 Menulis
4. Harus menggunakan pasangan Tidak Konsisten:
simbol yang konsisten I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. ...................................

II. Kajian Teoretis


1. Konsep Dasar Menulis
2. Pembelajaran Menulis
3. .................................

Konsisten:
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. ...................................

II. Kajian Teoretis


A. Konsep Dasar Menulis
B. Pembelajaran Menulis
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Penilaian

10
Tabel 9 Kerangka Karangan Berdasarkan Rumusan Teks

Bentuk Contoh
1. Kerangka karangan topik A. Bentuk Karangan
1. Narasi
2. Eksposisi
3. Deskripsi
4. Argumentasi
5. Persuasi
B. ...
6. Kerangka karangan kalimat A. Karangan ditinjau dari sisi bentuknya
1. Karangan Berbentuk Narasi
2. Karangan Berbentuk Deskripsi
3. Karangan Berbentuk Eksposisi
4. Karangan Berbentuk Argumentasi
5. Karangan Berbentuk Persuasi
B. .........................................................

Tabel 10 Kerangka Karangan Berdasarkan Rincian


Rincian Contoh
1. Kerangka karangan sementara Kelor sebagai Bahan Pangan Alternatif
A. Malnutrisi
B. Kaya Vitamin
C. Cocok di Daerah Kering
D. Tumbuh di ketinggian 1.000 meter
E. Biaya perawatan murah
F. Semua bagian dapat dimanfaatkan
G. Direkomendasikan WHO
2. Kerangka karangan formal Daun Kelor sebagai Bahan Pangan Alternatif untuk Mencapai Pemenuhan Gizi
I. Pemenuhan Gizi
A. Mengatasi Soal Malnutrisi
B. Menghambat Pertumbuhan Sel Kanker
1. Kaya Serat
2. Mengandung Vitami A, B, dan C
3. Kaya Mineral
4. Memiliki senyawa pati, beta katoten,
yodium, dan antioksida
C. Mendapat Rekomendasi dari WHO

II. Pembudidayaan
A. Tumbuh di Ketinggian 1.000 meter di atas Permukaan Laut
B. Cocok di Daerah Kering
C. Biaya Perwatan Murah
D. Semua Bagian dapat Dimanfaatkan

Tabel 11 Kerangka Karangan Berdasarkan Pola Penyusunan


Pola Contoh
1. Alamiah
a. Urutan ruang Tingkat Kejahatan di Kota Sumatera Utara

I. Tingkat Kejahatan di Kota Medan


A. Di Kecamatan Medan Barat
B. Di kecamatan Medan Baru
C. Di Kecamatan Medan Selayang

II. Tingkat Kejahatan di Kota Binjai


A. .........................

11
B. .........................
C. ........................

III. ................................

b. Urutan waktu Perkembangan Sastra Indonesia


A. Angkatan Balai Pustaka
B. Angkatan Pujangga Baru
C. Angkatan 45
D. Angkatan 66
E. Angkatan 80
F. ...................
2. Logis
a. Klimaks Tahapan Pelaksanaan Pemilihan Umum
A. Pendataan Penduduk
B. Penetapan Daftar Pemilih
C. Pendaftaran Calon Legislatif
D. Penetapan Calon Legislatif Tetap
E. Pelaksanaan Kampanye
F. Pelaksanaan Pemilihan Calon Legislatif
G. Perhitungan Suara
H. Penetapan Pemenang/Terpilih
I. Pelantikan Anggota Legislatif

b. Anti-Klimaks Runtuhnya Orde Baru


A. Kejatuhan Suharto
B. Tuntutan Reformasi
C. Kerusuhan Sosial
D. Keresahan Masyarakat
E. Praktik KKN Merajalela

c. sebab-akibat Kekeringan Melanda Daerah Jawa Timur


A. Semua Areal Pertanian Dilanda Kekeringan
B. Penyebab Kekeringan
C. Kerugian yang Dialamai Petani
D. Rencana Aksi oleh Masyarakat dan Pemerintah
Pola Contoh
d. Pemecahan masalah Strategi Menghadapi Krisis Global
A. Gejolak Ekonomi Internasional
B. Dampak Krisis Ekonomi
C. Strategi Pembangunan Ekonomi Indonesia
1. Meningkatkan pemantauan kesehatan lembaga keuangan
2. Mengembalikan operasi lembaga keuangan pada fungsi semula
3. Kembalikan fungsi BRI sebagai bank rakyat dan pengusahan kecil
menengah
4. Meningkatkan penerimaan pajak
5. Mengubah strategi pembangunan ekonomi ke arah ekspor
D. Kesimpulan dan Saran

Komunikasi Lisan
I. Komunikasi dan Bahasa
II. Komunikasi Lisan dan Perangkatnya
A. Kemampuan Kebahasaan
e. Umum-khusus 1. Olah Vokal
2. Volume dan Nada Suara
B. Kemampuan Akting
1. Mimik Muka
2. Gerakan Anggota Tubuh
III. Praktik Komunikasi Lisan
IV......

12
(Sumber: Finoza, 2008)
f. Familiaritas (dimulai Industri 4.0
dari yang diketahui I. Sejarah Revolusi Industri
untuk menjelaskan hal 1. Revolusi Industri Pertama (1784)
2. Revolusi Industri Kedua (1900-an)
yang belum dipahami) 3. Revolusi Industri Ketiga (1970-an)
II. Definisi Industri 4.0 (2011)
III. Model Kerangka Industri 4.0
IV. Riset Berbasis Industri 4.0
V. Menyiapkan SDM Melek Industri 4.0
VI. Kesimpulan dan Saran

g. Akseptabiltas Selamat Tinggal Sekolah


I. Hakikat Pendidikan
(dimulai dari konsep II. Pendidikan dan Pengajaran
yang diterima untuk III. Pendidikan dan Persekolah
menerima konsep yang IV. Tinggalkan Perkolahan Raih Pendidikan
diperkenalkan) V. Kesimpulan dan Saran

Bagaimana menerapkan penyusunan kerangka karangan dimaksud dikaitkan dengan topik, tujuan, dan
tesis? Menjawab pertanyaan ini, pendapat Syafi‟ie (1988) yang dimodifikasi oleh Telaumbanua (1993)
dapat dijadikan pijakan.

Tabel 12 Topik, Tujuan, Tesis, dan Kerangka Karangan


Topik Peranan pemuda dalam menyukseskan keluarga berencana.
Tujuan penulisan Menjelaskan peranan pemuda dalam menuseskan program keluarga berencana.
Diharapkan setelah membaca karangan ini, pembaca mengetahui pernan pemuda
dalam menyukseskan program keluarga berencana.
Tesis Pemuda memiliki peranan strategis dalam menyukseskan program keluarga
berencana karena mereka sendiri adalah lapisan masyarakat yang juga
berkepentingan dengan keluarga berencana
Kerangka karangan Kata Pengantar
I. Keluaarga berencana dalam pembangunan nasional
A. Tinjauan secara menyeluruh masalah kependudukan di Indonesia

B. Pertambahan penduduk dalam hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi


C. Keluarga berencana dalam GBHN

II. Pemuda dan program keluarga berencana


A. Keberhasilan program keluarga berencana adalah tanggung jawab seluruh
masyarakat
B. Pemuda perlu memahami pentingnya program keluarga berencana
C. Pendidikan seksual untuk pemuda

III. Peranan pemuda dalam menyukseskan program keluarga berencana


A. Pemuda sebagai subjek dan objek pelaksana keluarga berencana
B. Menunda pernikahan sampai matang baik secara biologis maupun mental
C. Paguyuban pemuda keluarga berencana
D. Organisasi-organisasi kepemudaan dan keluarga berencana

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menyusun kerangka karangan adalah penggunaan simbol atau
pengodean (kodifikasi). Ada dua teknik pengodean yang umum digunakan, yakni (1) gabungan angka
dan huruf serta (b) angka arab, digit.

13
Contoh:
Gabungan angka dan huruf
II. KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Penerapan Mapping dalam menulis
1. Clustering
2. Listing
3. Outlining
B. Penilaian Karangan
C. Penelitian yang Relevan
III. METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Disain Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Variabel Penelitian
D. Instrumen Penelitian
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
F. Teknik Analisis Data
(Telaumbanua, 1993)

Angka Arab
2. KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Penerapan Mapping dalam menulis
2.1.1 Clustering
2.1.2 Listing
2.1.3 Outlining
2.2 Penilaian Karangan
2.3 Penelitian yang Relevan
3. METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Disain Penelitian
3.2 Subjek Penelitian
3.3 Variabel Penelitian
3.4 Instrumen Penelitian
3.5 Prosedur Pelaksanaan Penelitian
3.6 Teknik Analisis Data
(Modifikasi dari Telaumbanua, 1993)

Perhatikan notasi kerangka karangan yang lebih luas/lengkap berikut ini!

Gabungan angka dan huruf


I. .....
A. ......
1. .....
a. ......
(1) .....
(a) . ....

Angka Arab
1. .....
1.1 .....
1.1.1 ......

14
1.1.1.1 ....
1.1.1.1.1 .....
1.1.1.1.1.1 ....

(Wahab dan Lestari, 1999)

5) Mengumpulkan Bahan atau Materi Penulisan


Tahap terakhir dalam perencaaan tulisan adalah mengumpulkan bahan atau materi. Ibarat
seseorang yang membangun rumah. Rencana gambar telah disiapkan, biaya yang dibutuhkan telah
tersedia, pertapakan telah dipatok, dan tukang telah ditetapkan. Si empunya rumah wajib menyediakan
bahan bangunan atau material sesuai dengan kebutuhan. Demikian juga penulis, wajib mencari atau
mengumpulkan bahan berupa referensi.
Berkaitan dengan pengumpulan bahan tulisan ini, terdapat pendapat lain, yakni dilakukan sebelum
pengembangan/ penetapan kerangka karangan. Pendapat ini ada benarnya. Namun, jika kita berpaling
pada prinsip dasar menulis yaitu sebagai sebuah proses maka tahapan perencanaan tulisan memiliki
keleluasaan. Menurut penulis kita tidak perlu terpaku pada tahapan yang kaku. Ingat, menulis adalah
proses yang “maju-berulang.”
Pengumpulan bahan penulisan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain observasi,
wawancara, membaca. Pertama, observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi yang ada di sekitar
kita dengan menggunakan indra (penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba). Pada saat
saya menulis “Pariwisata Nias” (1993) terpaksa melakukan observasi di daerah tujuan wisata (saat itu di
Lagundi – Sorake, Nias Selatan). Ketika itu saya mengamati dan sedikit wawancara dengan penduduk
setempat. Hasil observasi itu dihimpun menjadi sebuah catatan yang digunakan sebagai bahan
penulisan. Judul yang saya berikan dan diterbitkan Harian Sinar Indonesia Baru (sayang, kliping koran
tidak ditemukan lagi, alat pengetikan juga mesin ketik manual) adalah, ”Kejuaraan Surfing Internasional di
Nias Hanya Bagi Pemodal.” Jadi, observasi dapat digunakan untuk mendapatkan informasi/data dalam
mengembangkan sebuah karya tulis.
Kedua, wawancara berupa penggalian informasi dari sejumlah informan yang mengetahui perihal
pokok tulisan. Hal ini pernah saya lakukan ketika menulis, masih tentang pariwisata Nias, dengan
melakukan wawancara kepada Wakil Bupati Nias (Agus Hardyan Mendrofa) periode 2001 – 2005, yang
berasal dari pelaku dunia pariwisata. Informasi yang diberikan dijadikan materi artikel yang diterbitkan
oleh Harian Sinar Indonesia Baru (2002) dengan judul “Ada Apa dengan Pariwisata Nias?” (sayang,
kliping koran tidak ditemukan lagi, alat pengetikan juga mesin ketik manual). Berdasarkan pengalaman ini
dapat disimpulkan bahwa wawancara efektif sebagai alat mendapatkan bahan penulisan.
Ketiga, membaca referensi yang tersedia. Tidak dapat dimungkiri bahwa buku adalah sumber utama
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Saat ini referensi berjubel, terutama di dunia maya. Demikian juga
di ruang perpustakaan cukup banyak referensi yang dapat membantu para penulis. Pengalaman saya
dalam menulis skripsi – disertasi, makalah, artikel terwujud berkat kegigihan membaca ratusan buku. Para
penulis besar biasanya menjadikan buku sebagai sumber materi tulisan mereka. Buku itu dapat berwujud
digital atau non-digital.
Permasalahan yang sering dihadapi terkait sumber informasi (digital dan non-digital) adalah
kualitasnya (informasi yang baik). Dalam hal ini, para penulis yang berpengalaman dapat membedakan
referensi yang “baik” dan yang “jelek”. Ini bukan berarti bahwa penulis pemula tidak dapat membedakan
kedua sumber informasi tersebut. Wahab dan Lestari (1999) mengemukakan kriteria yang dapat
digunakan untuk menilai kualitas sumber informasi yang kita perlukan. Perhatikan tabel berikut.

15
Tabel 13 Kriteria Sumber Informasi
Krieria Pertanyaan yang perlu dijawab
1. Keterandalan a. Apakah pengarangnya tekenal dalam bidangnya? Jika tidak terkenal, apakah ia memiliki
kualifikasi untuk menulis topik yang disajikan?
b. Apakah penerbitnya cukup handal?
c. Jika suatu karya ilmiah terdapat pada jurnal, hendaknya diteliti apakah jurnal yang
memuat karya itu benar-benar jurnal ilmiah di bidangnya?
d. Apakah waktu penerbitan suatu karya ilmiah itu tidak ketinggalan zaman pada saat
masalah yang dibahas itu disajikan?
2. Kualitas materi a. Apakah karya yang dibaca itu memang berkaitan langsung dengan subjek yang akan
ditulis?
b. Apakah pandangan penulisnya objektif atau memihak? Apakah ia menyajikan masalah
yang dibahas dari berbagai aspek atau dari satu aspek saja?
c. Apakah bahasa yang digunakan pengarang tidak mengandung emosi?
d. Apakah pendapat dan fakta pendukung terhadap pendapat yang diungkapkan
seimbang?
e. Apakah pendapat yang disajikan diutarakan dengan logika yang baik?
f. Jika diperlukan, apakah pernyataan-pernyataan yang diungkapkan dilengkapi dengan
catatan atau catatan kaki?

Sejalan dengan kemajuan teknik informatika berupa internet, sumber informasi cukup melimpah.
Dapat ditemukan dalam bentuk website dan blog pribadi. Terkait hal ini, penulis perlu kecermatan dan
kehati-hatian agar tidak terjebak. Apabila sumber informasi yang ditemukan dalam website ataupun blog
tertentu hendaknya dikaji lebih dahulu sebelum dijadikan bahan penulisan. Jika perlu, periksa daftar
pustaka yang digunakan pada tulisan tersebut. Tidak sedikit pula karya itu dalam wujud tugas-tugas
perkuliahan dan diadaptasi oleh banyak penulis. Jadi, cermatlah dalam mencari bahan penulis melalui
website agar tidak tergelincir pada sumber informasi yang jelek.
Bagi yang masih senang dengan „teknologi‟ manual, sumber informasi yang diperoleh dapat
dibuat catatan dalam bentuk kartu (7.5 x 12.5 cm). Berikut ini diberikan satu contoh.

Telaumbanua, Sadieli. 2017. Menyibak Makna Lokusi Tradisi Lisan Nias. Medan: Penerbit Mitra.

Berdasarkan pandangan tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa ungkapan yang mengekspresikan keberagaman
pada hakikatnya telah menjadi world view (pandangan dunia) masyarakat pendukungnya. Tugas kita saat ini adalah
merawat prinsip kebersamaan ini dengan menjadikannya sebagai semboyan atau motto hidup sehari-hari (halaman
23)

3. Setelah melakukan kegiatan perencanaan tulisan, apa kegiatan selanjutnya?

Apabila penulis telah meyakini dan memastikan bahwa kegiatan perencanan tulis telah memadai
dan memenuhi syarat, langkah selanjutnya adalah melakukan penulisan draft awal. Kegiatan ini sering
‟macet‟ karena terbentur dengan kata atau kalimat pertama yang akan ditulis. Banyak penulis pemula
yang melakukan tulis – hapus sehingga berlama-lama di depan komputer atau di depan meja. Hasilnya
sering mengecewakan. Oleh karena itu, pendapat Brown dalam Suparno (2011) berikut perlu
direnungkan.

16
Segeralah memulai menulis! Jangan berlama-lama dengan judul atau tulisan awal yang baik.
Keduanya dapat Anda kerjakan belakangan. Apabila Anda memiliki suatu tulisan awal dalam pikiran, hal
itu merupakan gagasan yang baik dan segera tuliskan. Kemudian, jika gagasan Anda sudah jelas dalam
tulisan, Anda dapat kembali ke tulisan awal dan menuliskan yang lebih baik. Tulisan yang paling awal
adalag tuisan yang bertele-tele dan kaku yang harus ditulis kembali. Tuliskan saja segera jika dipandang
perlu. Tuliskan draft awal spenuh meungkin, bahkan Anda mungkin memasukkan bahan-bahan ekstra
atau berlebih. Bahan-bahan yang berlebih itu lebih mudah membuangnya daripada menambahnya.
Sekali lagi, jangan memiliki rasa enggan untuk memulai dan meneruskan kegiatan draf karangan.
Anda tidak perlu memiliki idealisme bahwa karangan Anda langsung jadi. Karangan Anda dalam bentuk
teks awal adalah sebatas draft yang masih perlu direvisi dan diperbaiki.

Sebelum memulai menulis draf hal yang perlu diperhatikan adalah:


(1) Bacalah semua kartu catatan atau referensi yang telah dikumpulkan
(2) Pertimbangkan semua materi yang sudah dipersiapkan
(3) Perhatikan kerangka tulisan
(4) Kelompokkan bahan-bahan dan catatan bahan tulisan berdasarkan topik dan tempatkan
kelompok-kelompok bahan tulisan itu dalam kerangka tulisan
(5) Tulislah draf awal sekalipun masih kasar.

Contoh tulisan awal (pengalaman penulis)

(a)
Kesetrumnya Pendidikan Berkualitas
Oleh Sadieli Telaumbanua

Ketika salah satu stasiun televisi swasta nasional memberitakan bahwa kepala sekolah menyentrum
siswanya gara-gara sering ribut di kelas, saya teringat ketika menjadi penduduk sementara di Kota Malang (1990 –
1993; 2002 – 2006) dalam rangka merampungkan pendidikan pascasarjana di Universitas Negeri Malang. Atmosfir
pendidikan yang teduh, ramah, nyaman, dan menyenangkan serta mengedepankan nilai-nilai akademik menjadikan
Malang sebagai salah satu kota pendidikan terbaik di Indonesia. Saya tidak percaya bahwa SD Negeri Lowokwaru 3
Malang menjadi biang kerok tragedi pendidikan di tanah air. Lagi pula, peristiwa yang mencoreng wajah dunia
pendidikan ini terjadi (25/4/2017) menjelang bangsa ini sedang memperingati Hardiknas. Percepat pendidikan yang
merata dan berkualitas sebagai tema Hardiknas 2017 menjadi kehilangan makna. Semboyan malangkuçeçwara
(kebaikan menghancurkan kebatilan) justru sebaliknya.
Peristiwa yang menyedot perhatian masyarakat ini dilakukan oleh kepala sekolah berpendidikan magister
(sejatinya telah memiliki multikecerdasan). Penyetruman ini dilakukan sebagai terapi kebohongan kepada anak-anak.
Namun informasi yang disampaikan kepada publik dan orang tua dilakukan sebagai terapi kesehatan (meningkatkan
daya ingat). Apakah alat tersebut memang bermanfaat untuk mengungkap kebohongan atau meningkatkan daya
ingat tentu diperlukan uji klinis atau laboratorium.
Tragedi SD Lowokwaru 3 Malang yang mengejutkan dunia pendidikan ini menambah daftar hitam
perlakukan sekolah (baca: pendidik) kepada anak didiknya. Hal ini dapat menjadi sinyal kuat bagi pemerintah dan
pemangku kepentingan untuk melakukan kajian kritis terhadap konsep manajemen pendidikan di negeri ini.
Kualifikasi pendidikan dan kompetensi yang telah dimiliki oleh guru patut dipertanyakan urgensinya dalam
membelajarkan peserta didik. Pendidik profesional sebagai sebutan terhormat kepada guru yang telah lulus
Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) perlu digugat signifikansinya dalam mendidik generasi bangsa.
Apakah program yang telah menghabiskan uang rakyat ratusan miliyar ini tidak tergolong pekerjaan “menambak
gunung?”
.......................................................................................................
(belum selesai)

17
(b)

MENTALNYA REVOLUSI MENTAL APARATUR SIPIL NEGARA


Oleh
Dr. Sadieli Telaumbanua, M.Pd., M.A.

“Belasan warga mengeluhkan susahnya pengurusan admninistrasi kependudukan di Kantor Camat Pancur
Batu” demikian bunyi salah satu berita dalam Harian Analisa (14 April 2016). Lebih lanjut diberitakan, “Di halaman
samping kantor Camat, beberapa warga yang hendak mengurus pembuatan Kartu Keluarga dan Kartu Penduduk
juga masih terus menunggu. Sementara, sejumlah pegawai di kantor Camat malah sibuk mengobrol”. Ketika
membaca berita ini, teringat akan pengalaman berurusan dengan Aparatur Sipil Negara (ASN) di negeri ini.
Fenomena seperti ini tidak sulit ditemukan pada hampir semua kantor pemerintah di negeri ini. Para ASN masih
mengidap penyakit kudis (kurang disiplin) dan kurap (kurang pelayanan). Melayani masyarakat sebagai tugas pokok
ASN belum sepenuhnya terlaksana. Apakah fenomena ini sebagai pertanda mentalnya revolusi mental yang
digulirkan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kala?
Revolusi mental pertama kali disuarakan oleh Jokowi melalui artikel yang dimuat pada Harian Kompas (10
Mei 2014). Tidak keliru jika dikatakan bahwa frasa ini merupakan salah satu isu positif pendulang suara sehingga
pasangan Jokowi-Jusuf Kala menjadi pemimpin di negara ini. Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (2015 – 2019), tercatat arah induk tentang revolusi mental dalam bingkai sistematika Trisakti.
Persoalannya adalah apakah gagasan akbar ini telah mulai terlihat pada tataran praksisnya?

Revolusi Mental dan Keserakahan


Pada saat mulai mengurus surat-surat terkait dengan mutasi antar-instansi (pindah dari Pemerintah Kota
Gunungsitoli, Provinsi Sumatera Utara ke Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi)saya berhubungan
dengan sejumlah ASN. Bukan rahasia lagi jika setiap meja mesti disiapkan “amplop” untuk memuluskan urusan.
Apabila hal ini tidak dilakukan jangan harap urusan dapat selesai segera. “Pimpinan tidak masuk kantor, banyak
pekerjaan yang mesti didahulukan, memerlukan waktu yang lama” demikian beberapa ungkapan para ASN ketika
masyarakat berurusan. Mendengar uraian ini, masyarakat menangkap sasmita para ASN. Transaksional pun tidak
terelakkan. Revolusi mental tergerus oleh “keserakahan”.
Pemerintah di bawah kepemimpinan Jokowi-JK hampir berusia dua tahun. Gaung revolusi mental pun
sayup-sayup terdengar. Kompas (5/9/2015 halaman 4) memberitakan bahwa pelayanan negara kepada rakyat belum
optimal. Reformasi birokrasi belum mampu menciptakan ASN yang bekerja keras, bekerja tangkas, dan gigih untuk
meraih mutu terbaik melayani rakyat. Nilai-nilai luhur seperti kejujuran, amanah, dan bersih masih kerap diabaikan.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa revolusi mental ASN barus sebatas jargon.
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan memasang iklan layanan
masyarakat terkait Gerakan Nasional Revolusi Mental di media cetak(Kompas, 2 – 12 /12/2015) termasuk pada media
elektronik. Usaha ini sebatas himbauan, belum menyentuh sistem dan manusianya. Tidaklah heran ketika Musa
Asy‟arie menyimpulkan bahwa revolusi mental yang diusung Jokowi-JK dalam praktiknya kian tergerus (Kompas,
31/8/2015) karena masih terbatas imbauan dan program sebuah kementerian serta hanya digelorakan melalui iklan
atau laman situs web (Djayadi Hanan, Kompas 3/2/2016).
..................................................................................................
(belum selesai)

(c)
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL MENUJU SUMUT BERMARTABAT
Oleh
Dr. Sadieli Telaumbanua, M.Pd.

Pendahuluan
Pertarungan menjadi orang nomor 1 di Sumatera Utara telah berlalu. Pasangan Edi Ramayadi dan Musa
Rajekshah (Eramas) akan menjadi nakhoda propinsi yang memiliki motto, “tekun berkarya, hidup sejahtera, mulia
berbudaya” ini untuk periode 2018 – 2023. Sebagai warga Sumut menyampaikan ucapan selamat menjadi pemimpin
yang amanah bagi seluruh warga Sumatera Utara.
Selama kampanye pasangan Eramas selalu mengusung rema “Sumut Bermartabat”. Gagasan ini semakin
signifikan jika dikaitkan dengan kondisi Sumut saat ini. Berbagai isu tentu akan mewarnai kepemimpinan Eramas ke
depan. Oleh karena itu diperlukan ketangguhan dan kegigihan mewujudkan Sumut Bermartabat. Salah satu hal yang
patut dipertimbangkan adalah model kepemimpinan yang dianggap dapat mengeksekusi visi – misi Eramas yang
sekaligus juga visi-misi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara selama lima tahun ke depan.

Kepemimpinan Transformasional
.....................................................................................................
(belum selesai)

18
4. Setelah melakukan penulisan awal, hal apa yang harus dilakukan oleh penulis?
Pertanyaan ini ibarat pantun, ”Sudah gaharu cendana pula, sudah tahu bertanya pula; Kura-kura
dalam perahu, pura-pura tidak tahu.” Yah, apalagi kalau bukan melakukan revisi. Ya, sekali lagi, revisi.
Setelah penulisan naskah awal, kini tugas Anda adalah memperbaiki atau merivisi. Sekali lagi,
perlu diingat, kegiatan revisi ini setelah semua gagasan/ide dalam tulisan telah selesai dimasukkan.
Dengan kata lain, revisi dilakukan mulai dari bagian pendahuluan hingga penutup. Pada tahap revisi ini,
Anda puaskan diri melakukan koreksi, perbaikan, tulis-hapus, dan kegiatan sejenis asal tidak merobek-
robek kertas atau menekan delete (setelah diblok) pada tuts laptop/komputer Anda.
Dalam melakukan kegiatan revisi, Suparno (2011) mengemukakan empat aspek yang menjadi
perhatian. Keempat aspek itu dapat dicermati pada tabel 3. 10

Tabel 14 Aspek Revisi


Aspek Revisi Pertanyaan Pemandu
1. Aspek Isi a. Apakah isi karangan Anda sudah sistematis, baik dari segi hubungan logis maupun
dari segi hubungan kronologis?
b. Apakah isi karangan Anda sudah lengkap dalam arti bahwa gagasan yang terungkap
sudah memenuhi kebutuhan?
c. Apakah isi karangan Anda sudah akurat dalam arti butir-butir gagasan Anda sudah
benar-benar diukur dari gagasan yang dibutuhkan?
d. Apakah isi karangan Anda sudah memadai diukur dari kebutuhan infromasi yang
diperlukan oleh calon pembaca?
2. Aspek Bahasa a. Apakah ragam bahasa yang Anda gunakan sudah sesuai dengan ragam yang
dibuthkan dalam karangan?
b. Apakah kata-kata yang Anda gunakan sudah termasuk kata-kata yang tepat diukur dari
pemilihan kata atau diksi?
c. Apakah kalimat-kalimat sudah termasuk kalimat yang efektif baik diukur dari kejelasan
gagasan, variasi kalimat, maupun diukur dari kaidah struktur kalimat?
3. Aspek Ejaan a. Apakah ejaan yang Anda gunakan dalam draft sudah sesuai dengan kaidah
dan Tanda penggunaan ejaan yang berlaku sebagaimana diatur dalam Pedoman Ejaan Bahasa
Baca Indonesia?
b. Apakah tanda baca yang Anda gunakan sudah mengikuti kaidah Ejaan Bahasa
Indonesia?
4. Aspek Teknik a. Apakah nomor yang Anda gunakan telah dilakkan sesuai penomoran yang benar?
Penulisan b. Apakah penulisan daftar pustaka sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku?
c. Apakah kutipan sudah sesuai dengan keterntuan yang berlaku?
d. Apakah penampilan visual telah sesuai dengan kaidah yang berlaku?

Di bawah ini terdapat sebuah teks yang tergolong “draf”. Tugas mahasiswa adalah
merevisi berdasarkan pemandu pada tabel 14

Menjadikan Sumut Daerah Tujuan Wisata Pendidikan

Pendahuluan
Pendidikan telah menjadi salah satu indikator kemauan bangsa. Tidak dapat dimungkiri bahwa
sektor yang satu ini telah dimajukan oleh pemerintah RI. Setiap daerah (kabupaten & kota) di Sumut
berlomba-lomba memajukan kualitas pendidikan di daerahnya. Hasilnya telah sama-sama kita lihat.
Slah satu hal yang perlu diperjuangkan pada masa mendatang adalah supaya Sumut dapat
menjadi daerah wisata pendidikan. Artinya orang-orang yang ingin melihat kemauan pendidikan akan
melirik Sumatera Utara. Daerah lain di Indonesia mengagendakan kedarangan ke sumatera utara.
Bukankah pada tahun 70-an negeri jiran, Malaysia pernah mengirim sejumlah mahasiswa untuk belajar
di IKIP medan (kini unimed) dan di Universitas sumatera Utara. Apakah peristiwa ini tidak dapat diulang
sehingga Sumut menjadi daerah tujuan wisata untuk belajar?

19
Kondisi Sekarang Ini
Sering nyali kita terciut ketika orang-orang di luar sumut termasuk orang sumut sendiri yang
memplesetkan kata Suut dengan Semua Urusan Mesti Uang Tunai. Apabila fenomena ini belum dapat
diatassi mimpi menjadi kota pendidikan yang berkaliber nasional/internasional hanyalah isapan jempol.
Ternyata sinyelamen tersebut telah berurat berkar dalam hidup masyarakat Sumut. Para
anggota legislatif yang sedagn diperiksa KPK (sebagian telah dijadikan tersangka dan mengenakan
rompi oranye) terbanyak dari Sumut. Para eksekutif (gubernur, bupati, walikota dan pegawai negeri sipil)
banyak yang telah diciduk KPK karena korupsi. Demikian juga para yudikatif tidak mau kalah juga
melakukan perbuatan tercela ini, menerima suap dan korupsi. Apabila hal ini tidak segera diberantas
gagasan menjadikan Sumut sebagai destinasi wisata pendiddikan hanyalah mimpi di siang bolong.
Jadi gubernur dan wakil gubernur yang baru saja terpilih diharapkan memberi perhatian utama
pada fenomena uang suap dan korupsi ini. Tempatkan orang-orang yang relatif bersif pada jajaran
birokrasi. Demikian juga masyarakat yang pada bulan april 2019 mendatang, memilih wakil rakyat yang
punyai integritas moral yang tangguh.
Belum lagi kesungguhan para pelayan masyarakta di semua lini termasuk di lembaga yag
melayani dunia pendidikan. Tidak dapat disembunyikan bahwa mereka masih tergolong pasukan 84.
Mereka datang ke kantor pukul delapan pagi dan pulang ke rumah pukul empat sore tanpa kreativitas.
Amati saja kantin di sekitar kantor pemerintah. Selama jam kerja tidak pernah kosong. Semua didisi oleh
mereka-mereka yang berpakaian kheki dan saat tertentu berkemeja putih. Kapan mereka melayani
masyarakat?
Kondisi ini perlu menjadi perhatian Pak Gubernur yang baru terpilih. Disiplin para aparatur sipil
negara ini perlu ditegakkan. Mereka ini pelayan masyarakat, bukan sebaliknya, dilayani masyarakat.
Apabila gubernur dan para bupati/walikota memberi perhatian pada dua aspek ini (berantas
korupsi/suap sampai keakar-akarnya dan mendisiplinkan para ASN) dirmalkan kinerja pemerintah
mwnjadi modal dasar dalam memajukan Sumut bermartabat.

Benahi Pendidikan
Uandang-undang nomor 23 tahun 2014 dan peraturan pemerinta yang membhas tetang
pemerintah daerah secara nyata membagi tanggung jawab provinsi dan kabupetn/kota di bidang
pendidikan. Pememrintah provinsi menangani pendidikan menengah sedangkan kabupoaten/kota diberi
tanggung jawab menangani pendidikan dasar dan pendidikan non-formal. Kendati demikian jika di dalam
hati para penyelenggaran negara ini telah terpatri “pendidikan berkualitas, adil, dan merata” apa pun
tanggung jawabnya akan tetap menjadi perhatian.
Oleh karena itu guberur dan bupati/walikota perlu duduk bersama dan berkomitmen membenahi
pendidikan di Sumatera Utara. Potensi yang dimiliki harus diberdayakan. Para pakar pendidikan dan
perantau asal Sumut dilibatkan. Raja Inal Siregar (alm.) telah memberi contoh dengan konsep
marsipature huta na be. Tampaknya gagasan ini perlu digemakan kembali, terutama dalam membenahi
dunia pendidikan di Sumatera Utar.
Ego sektoral dan geografis harus dikikis habis agar tidak menjadi kendala. Terminologi “dia,
aku, dan kami” perlu diganti dengan istilah “kita”. Prinsip kebersamaan perlu dikedepankan. Bersatu kita
teguh, bercerai kita runtuh perlu digelorakan dalam sanubari seluruh warga Sumut.

Pendidikan Dasar
Tidak bermaksud mengabaikan pendidikan prasekolah (PAUD dan TK). Juga tidak meremehkan
Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Ankga Partisipasi Murni (APM). Sekali-sekali tidak. Pendidikan dasar
(SD dan SMP) yang menjadi kewenangan kabupaten/kota wajib ditingkatkan kualitasnya. Indikator mutu
yang telah ditetapkan pemeritah pusat perlu s egera dipenuhi. Standar nasional pendidikan yang telah
menjadi program nasional harus direspon positif opeh pemerintah kabupaten/kota. Mari kita beri
perhatian dalam memenuhi SNP ini. Jika perlu melampaui SNP yang telah berlaku di seluruh negeri ini.
Hanya dengan demikian wilayah Sumut akan menajdi darah tujuan wisata pendidikan.
Para bupati/waikota berlomba-lomba membenahi pendidikan dasar dengan mengalokasikan dan
sesuai ketentuan undang-undang. Para “raja” di daerah akan selalu dikenang apabila memberi perhatian
untuk menajdikan aanak-anak kita menjadi generasi emas. Mereka inlah yang akan menggantikan kita
pada masa mendatang, Jika mreka berkualitas akan berdampak pada kemajuan daerah.

20
Pendiiiakan Menengah
Stealah pendidikan menengah (SMA/SMK) menjadi kewenangan pemerintah provinsi semestinya
akan berdampak pada kualitas. Tidak ada lagi rintangan birokrat untuk membenahi pendidikan
menangah ini. Mudah-mudahan pada awal ini saja terjadi kesemrawutan pembinaan. Banyak guru
SMA/SMK yang mengeluh setelah mereka menjadi pegawai provinsi. Urusan kepagawaian dan lainnya
sering terkendala karena harus datang ke Medan (Dinas Pendidikan Provnsi Sumut) untuk beruursan.
Biaya yang mereka keluarjan cukup membebani. Mereka lebih senang ketika dikelola oleh pemerintah
kabupaten/kota. Termasuk urusan administrasi dan biaya operasional lainnya.
Beberapa sekolah (SMA/SMK) yang semula dibantu oleh pemerintah kabupaten/kota dalam hal
pendanaan. Setelah menjadi kewenangan provinsi dukungan dana dihentikan. Sekolah unggulan yang
digagas kabpaten/kota termasuk beasiswa bagi anak-anak yang berprestasi tidak lagi dikucurkan.
Termasuk dukungan dana bagi guru-guru.
Memang sudah dibentuk Cabang Dinas Pendidikan Provinsi di beberapa kabipatenkota hingga kini
belum banyak membantu para guru. Bahkan cendeung birokratis.
Jadi gubernur dan wakil gubernur Sumut perlu berjibaku mendongkrak kualitas pendidikan
menengah ini. Jika tidak ada komitmen, Sumut bermartabat hanya bergema pada saat kampanye
pilkada. Oleh karena itu sekali lagi jadikanlah sumut sebagai daerah tujuan wisata edukasi. Kita perlu
bermimpi bahwa orang dari Sabang sampai Merauke berbondong-bondong menyekolahkan putra-
putrinya di Sumut karena kualitas yan bertaraf internasiona. Mengapa tidak?

Pendidikan Tinggi
Memang pendidikan tinggi menjadi kewenangan pemerintah pusat. Namun jika para pimpinan
PTN dan Koordinator Kopertis Wilayah I (kini Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi) memiliki komitmen
yang tidak mudah patah arang, kulaitas PT (negri/swasta) akan menjadi referensi
nasional/internasional.
Apakah kita biarkan anak-anak lebih memilih Pulau Jawa termsuk Malaysia, Thailand, Singapura,
dan negara tetangga lainnya menjadi tempat mereka menuut ilmu? Apakah kita tidak ingin mengulang
masa keemasan Sumut (khusunya Medan) menjadi tempat orang/negeri jiran belajar di PT?
Mari kita jauhkah mental menerobos yaitu keiingian untuk mendapatkan ijazah tanpa proses yang
benar. Termasuk kemudahan lulus dengan embel-embel “kasihan” plus “amplop”. Standar nasional
perguran tinggi wajib menjadi referensi. Hanya dengan demikian PT di Sumut menjadi dambaan orang-
orang luar Sumut. Sinergitas antara PT, pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota menjadi syarat
utama. Kolaborasi menjadi panglima utama.

Penutup
Menjadikan Sumut menjadi destinasi wisata pendidikan harus menjadi visi semua. Pemenrintah
pusat dan daerah harus berkomitman mendngkark kualtas pendidikan bertaraf plus. Bila perlu
berkualitas internasional. Hanya dengan kualitas ini orang lain melirik kita di Sumut. Jadikan agenda
utama pembenahan pendidikan dasar hingga pt supaya negeri jiran berduyun-duyun mendatangi
Sumut. Setidak-tidaknya orang-orang diluar Sumut menjadikan darha tujuan studi banding karena
kualitas pendidikannya. Semoga.
(Ditulis oleh Sadieli Telaumbanua, 28 Agustus 2018)

5. Apa lagi yang perlu dilakukan setelah melakukan kegiatan revisi draf awal?

Apa lagi, ya? Oh, baru ingat. Tulis kembali hasil perbaikan itu dengan baik dan benar. Oleh
karena penulis telah menelisik semua bagian karangan, diharapkan karangan tersebut telah memenuhi
syarat karya tulis. Tahap ini tidak hanya dimaksudkan untuk menulis kembali, juga sebagai kesempatan
terakhir dalam memperbaiki/merevisi tulisan.

21
Sebagai karya tulis hasil revisi, tentu saja telah terhindar dari ragam kesalahan terutama
kaidah bahasa dan ejaan. Isi dan organisasi tulisan juga telah sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Pendek kata, sebuah tulisan yang bernas dan berkualitas. Selamat!

6. Masih ada lagi yang perlu dilakukan oleh penulis setelah menulis kembali karangannya?

Tahap terakhir adalah menyebarluaskan atau mensosialisasikan. Penulis yang telah


menunjukkan kesungguhannya dalam menulis tentu tidak hanya berhenti pada penulisan kembali. Agar
orang lain memiliki tambahan pengetahuan, tulisan tersebut perlu disebarluaskan.
Ada sejumlah sarana menyebarluaskan hasil pemikiran. Karya tersebut, misalnya,
diikutsertakan dalam kegiatan seminar, workshop, ataupun simposium. Dalam kegiatan ilmiah ini, penulis
mempresentasikan karya tulisnya di depan peserta seminar. Dalam kegiatan ini, penulis mendapatkan
banyak masukan untuk menyempurnakan karya tulis tersebut.
Karya tulis yang telah direvisi-ditulis ulang dapat juga dikirim ke berbagai jurnal ilmiah di dalam
dan di luar negeri. Tentu saja apabila karya tulis tersebut bersumber dari hasil penelitian. Akan menjadi
kebanggaan tersendiri apabila karya tulis dimuat pada salah satu jurnal ilmiah. Para pembaca dari
kelompok keahlian tertentu mendapatkan pengetahuan dari rekan seprofesi. Karya tulis mahasiswa
program studi Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, misalnya, yang diterbitkan pada Jurnal Ilmiah
Sekolah Tinggi Teologi, (sekedar contoh) tentu memiliki kualitas nasional. Tulisan tersebut dapat
menambah khazanah di bidang teologi dan PAK.
Selain dalam forum ilmiah dan jurnal ilmiah, karya tulis dapat dipublikasikan melalui majalah
atau koran. Biasanya, karya tulis yang dimuat pada majalah atau koran akan mendapatkan honorarium
dari penerbit atau redaksi. Lumayan. Tambahan uang jajan.
Seiring dengan membanjirnya media online termasuk media sosial, tulisan dapat
disebarluaskan melalui sarana komunikasi ini. Apalagi jika kita memiliki domain personal website (contoh
www.sadielitelaumbanua.com), tulisan dapat disebarluaskan melalui laman ini. Jadi, media atau sarana
menyebarluaskan tulisan yang bernas cukup beragam. Dus, Saudara mahasiswa dapat memilih sarana
yang relevan dengan karya tulis Anda.

22

Anda mungkin juga menyukai