Anda di halaman 1dari 18

Paper Psikiatri

GANGGUAN ANSIETAS PERPISAHAN

Oleh:
Hanna Christin Mutiara Zebua
130100127
Pembimbing :
Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked (KJ)., Sp.KJ (K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Paper Psikiatri

Gangguan Ansietas Perpisahan

Diajukan sebagai salah satu syarat kegiatan Program Pendidikan Profesi


Dokter (P3D) Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh:

Oleh:
Hanna Christin Mutiara Zebua
130100127
Pembimbing :
Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked (KJ)., Sp.KJ (K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Hanna Christin Mutiara Zebua


NIM : 130100127
Judul : Gangguan Ansietas Perpisahan

Koordinator P3D
Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa
Pembimbing Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

Dr.dr.Elmeida Effendy, M.Ked (KJ).,Sp.KJ(K) dr. Vita Camellia, M.Ked(KJ),Sp. KJ)


NIP. 19720501 199903 2 004 NIP. 19780404 200501 2 002
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
dengan judul “Gangguan Ansietas Perpisahan”.
Penyelesaian penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
pembimbing yaitu Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked (KJ)., Sp.KJ (K), atas
bimbingan dan arahannya selama mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter
(P3D) di Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari dalam penyelesaian makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari
semua pihak di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap kiranya paper ini dapat memberikan manfaat
dan sumbangsih bagi institusi dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya tentang Gangguan Ansietas Perpisahan.

Medan, Januari 2018


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
1.3. Manfaat Penulisan ............................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3
2.1. Definisi.................................................................................................. 3
2.2. Epidemiologi ......................................................................................... 3
2.3. Etiologi.................................................................................................. 4
2.4. Gambaran Klinis dan Diagnosis ........................................................... 5
2.5. Diagnosis Banding ................................................................................ 9
2.6. Perjalanan Penyakit dan Prognosis ....................................................... 9
2.7. Terapi .................................................................................................... 10
BAB 3 KESIMPULAN ............................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ansietas atau gangguan kecemasan adalah kelainan yang paling umum
terjadi pada masa kecil, yang mempengaruhi lebih dari 10 persen anak-anak dan
remaja.1 Gangguan cemas perpisahan (separation anxiety) adalah fenomena yang
universal, dan merupakan bagian yang telah diperkirakan pada perkembangan
anak yang normal. Ciri diagnostik yang terpenting ialah ansietas yang berlebihan
yang terfokus dan berkaitan dengan perpisahan dari tokoh yang akrab
2
hubungannya dengan si anak (lazimnya orang tua atau kerabat akrab lainnya).
Hal ini terjadi pada bayi berusia kurang dari 1 tahun, bayi menunjukkan cemas
terhadap orang asing (stranger anxiety) jika bayi dan ibunya dipisahkan. Beberapa
cemas perpisahan juga normal pada anak-anak kecil yang masuk sekolah untuk
pertama kalinya. Sering terlihat anak-anak yang tidak mau ditinggal oleh ibunya
ketika diantar ke sekolah, mereka menempel pada ibunya dan menolak setiap
upaya untuk menempatkan mereka ke sekolah.1,3
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi
keempat (DSM-IV), gangguan cemas perpisahan memerlukan adanya
sekurangnya tiga gejala yang berhubungan dengan kekhawatiran berlebihan
tentang perpisahan dari tokoh perlekatan utama. Kriteria diagnostik DSM-IV
memasukkan durasi sekurangnya empat minggu dan onset sebelum usia 18
tahun.1,4
Separation Anxiety Disorder (SAD) memiliki potensi untuk berdampak
negatif terhadap fungsi sosial dan emosional anak saat mengarah pada
penghindaran tempat, aktivitas dan pengalaman tertentu yang diperlukan untuk
perkembangan yang baik. Diantara mereka yang memiliki gejala parah, SAD
dapat mengakibatkan penolakan sekolah dan gangguan pada pencapaian
pendidikan.5 Meskipun kebanyakan anak-anak segera cenderung lupa bahwa
orang tua mereka tidak dekat mereka dan bergabung dengan lingkungan sekitar
mereka, ada beberapa yang menderita gangguan kecemasan pemisahan. Anak-

1
2

anak seperti ini akan terus merenung dan menampilkan rasa ketakutan untuk diri
mereka sendiri dan orang yang mereka cintai. Jika kita memberikan nasihat yang
tapat kepada anak, anak dapat mengatasi rasa takut ini. Namun, jika kita
mengabaikannya, maka kondisi ini dapat memiliki efek pada perkembangan anak
dan pandangan masa depan.1,4

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk menguraikan teori-teori
mengenai gangguan ansietas perpisahan, dimulai dari pembahasan definisi,
epidemiologi, etiologi, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan, serta
prognosisnya. Penyusunan paper ini sekaligus untuk memenuhi persyaratan
kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3. Manfaat Penulisan


Paper ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan penulis maupun
pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih memahami tentang berbagai
penyakit Psikiatri yang umum terjadi, dan mampu melaksanakan diagnosis dan
pengobatan yang tepat terhadap penyakit tersebut sesuai dengan standar
kompetensi dokter Indonesia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Gangguan kecemasan berpisah (separation anxiety disorder) adalah
bentuk kecemasan berlebihan yang dialami anak ketika berpisah dari orang-orang
yang dekat dengannya (major attachment figure), misalnya ibu, atau ketika jauh
dari rumah. Diperkirakan bahwa beberapa jenis gangguan kecemasan masa kanak-
kanak mempengaruhi hingga 10% dari anak usia sekolah.1,2
Suatu tingkat cemas perpisahan (separation anxiety) adalah fenomena
yang universal, dan merupakan bagian yang diperkirakan pada perkembangan
anak yang normal. Bayi menunjukkan cemas perpisahan dalam bentuk cemas
terhadap orang asing (stranger anxiety) pada usia kurang dari 1 tahun jika bayi
dan ibunya dipisahkan. Beberapa cemas perpisahan juga normal pada anak-anak
kecil yang masuk sekolah untuk pertama kalinya. Tetapi gangguan cemas
perpisahan, ditemukan jika secara perkembangannya adalah tidak sesuai dan
kecemasan yang berlebihan timbul dalam hal perpisahan dari tokoh perlekatan
yang utama. Penghindaran sekolah (school avoidance) dapat terjadi.1,2,3
Menurut Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders edisi
keempat (DSM-IV), gangguan cemas perpisahan memerlukan adanya
sekurangnya tiga gejala yang berhubungan dengan kekhawatiran berlebihan
tentang perpisahan dari tokoh perlekatan utama. Ketakutan mungkin mengambil
bentuk penolakan sekolah, ketakutan dan ketegangan akan perpisahan, keluhan
berulang gejala fisik tertentu seperti nyeri kepala dan nyeri perut jika akan
dihadapi perpisahan, dan mimpi buruk tentang masalah
perpisahan. Kriteria diagnostik DSM-IV memasukkan durasi sekurangnya empat
minggu dan onset sebelum usia 18 tahun.1,4

2.2. Epidemiologi
Gangguan cemas perpisahan adalah lebih sering terjadi pada anak kecil
dibandingkan remaja dan dilaporkan terjadi sama seringnya pada anak laki-laki

3
4

dan anak perempuan. Onset dapat terjadi pada tahun-tahun pra sekolah tetapi yang
tersering ditemukan pada usia 7 sampai 8 tahun. Prevalensi gangguan cemas
perpisahan diperkirakan 3 sampai 4 persen dari semua anak usia sekolah dan 1
persen dari semua remaja.1,3

2.3. Etiologi1,3
 Faktor Psikososial
Anak kecil, imatur dan tergantung pada tokoh ibu, adalah yang terutama rentan
terhadap kecemasan yang berhubungan dengan perpisahan. Karena anak
mengalami urutan ketakutan perkembangan takut kehilangan ibu, takut
kehilangan cinta ibu, takut cedera tubuh, takut akan impulsnya, dan takut akan
cemas hukuman (punishing anxiety) dari superego dan rasa bersalah sebagian
besar anak mengalami cemas perpisahan didasarkan pada salah satu atau lebih
ketakutan-ketakutan tersebut. Tetapi, gangguan cemas perpisahan terjadi jika anak
memiliki ketakutan yang tidak sesuai akan kehilangan ibu. Dinamika yang sering
adalah penyangkalan dan pengalihan perasaan kemarahan anak terhadap tokoh
orang tua kepada lingkungan, yang selanjutnya menjadi sangat mengancam. Rasa
takut akan luka terhadap diri sendiri dan bahaya pada salah satu orang tua adalah
preokupasi yang menetap; anak dapat merasa aman dan yakin hanya dengan
kehadiran orang tua. Sindrom sering ditemukan pada masa anak-anak, terutama
dalam bentuk ringan yang tidak mencapai tempat periksa dokter. Hanya jika
gejala menjadi ditegakkan dan mengganggu adaptasi umum anak dalam
kehidupan keluarga, teman sebaya, dan sekolah, mereka datang untuk
mendapatkan perhatian profesional.
Pola struktur karakter pada banyak anak dengan gangguan adalah barhati-hati,
hasrat untuk menyenangkan, dan kecenderungan ke arah kecocokan. Keluarga
cenderung erat dan mengasuh, dan anak sering tampak manja atau sasaran
perhatian orang tua secara berlebihan. Stress kehidupan luar sering bersamaan
dengan perkembangan gangguan. Kematian seorang sanak saudara, penyakit pada
anak, perubahan lingkungan anak, atau pindah ke rumah baru atau sekolah baru
sering kali ditemukan dalam riwayat anak dengan gangguan.
5

 Faktor Belajar
Ansietas fobik dapat ditularkan dari orang tua ke anaknya melalui pemberian
model secara langsung. Jika orangtua penuh ketakutan, anak kemungkinan
memiliki adaptasi fobik terhadap situasi baru, terutama pada lingkungan sekolah.
Beberapa orangtua tampaknya mengajari anak-anaknya untuk cemas dengan
melindungi mereka secara berlebihan (overprotecting) dari bahaya yang
diharapkan atau dengan membesar-besarkan bahaya. Sebagai contoh, orang tua
yang ngeri di ruangan selama kilatan cahaya mengajarkan anaknya untuk
melakukan hal yang sama. Orangtua yang ketakutan terhadap tikus atau serangga
menyampaikan afek takut kepada anaknya. Sebaliknya, orangtua yang menjadi
marah pada anak selama awal permasalahan fobik tentang binatang dapat
menanamkan permasalahan fobik pada anak-anak dengan intensitas kemarahan
yang diekspresikan.

 Faktor Genetik
Kumpulan inhibisi perilaku temperamental, rasa malu yang berlebihan,
kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan yang tidak akrab, dan ansietas
perpisahan semuanya cenderung memiliki peran serta genetik. Penelitian keluarga
telah menunjukkan bahwa keturunan biologis dari orang dewasa dengan gangguan
kecemasan adalah rentan terhadap gangguan cemas perpisahan pada masa anak-
anak. Orang tua yang memiliki gangguan panik dengan agorafobia tampaknya
memiliki risiko tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan cemas perpisahan.
Gangguan cemas perpisahan dan depresi pada anak-anak adalah bertumpang
tindih, dan beberapa klinisi memandang gangguan cemas perpisahan sebagai
varian dari gangguan depresif.

2.4. Gambaran Klinis dan Diagnosis


Gangguan cemas perpisahan adalah gangguan kecemasan yang tersering
pada masa anak-anak. Untuk memenuhi kriteria diagnostik, menurut DSM-IV,
gangguan harus ditandai oleh tiga dari empat gejala berikut untuk sekurangnya
empat minggu: 1,3
6

(1) Ketakutan persisten dan berlebihan tentang kehilangan atau kemungkinan


bahaya yang jatuh pada tokoh perlekatan yang utama; (2) Ketakutan yang
persisten dan berlebihan bahwa peristiwa yang tidak diharapkan akan
menyebabkan perpisahan dari tokoh perlekatan utama; (3) Keengganan atau
penolakan yang persisten untuk bersekolah atau tempat lain karena takut akan
perpisahan; (4) Ketakutan yang persisten dan berlebihan atau keengaganan untuk
sendirian atau tanpa tokoh perlekatan utama di rumah atau tanpa orang dewasa
yang penting pada lingkungan lain; (5) Keengganan atau penolakan yang persisten
untuk tidur tanpa dekat dengan tokoh perlekatan yang utama atau tidur jauh dari
rumah; (6) Mimpi buruk berulang kali dengan tema perpisahan; (7) Keluhan
berulang gejala fisik, termasuk nyeri kepala dan nyeri perut, jika perpisahan dari
tokoh perlekatan utama dihadapi; (8) Penderitaan yang berlebihan dan berulang
jika perpisahan dari rumah atau tokoh perlekatan utama dihadapi atau dilibatkan.
Menurut DSM-IV, gangguan harus juga menyebabkan penderitaan
bermakna atau gangguan dalam fungsi (Tabel 1.1).1,3
Tabel 1.1. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR untuk gangguan ansietas
perpisahan
A. Ansietas berlebihan dan tidak sesuai perkembangan akan perpisahan dari
rumah atau dari orang-orang tempat individu melekat, yang dilihat dari tiga
(atau lebih) hal berikut ini:
1) Terdapatnya penderitaan berlebihan dan berulang ketika terpisah dari rumah
atau figur kelekatan utama atau diantisipasi.
2) Kekhawatiran persisten dan berlebihan mengenai kehilangan, atau mengenai
kemungkinan bahaya yang akan menimpa, figur kelekatan utama.
3) Kekhawatiran persisten dan berlebihan bahwa suatu peristiwa yang tidak
diinginkan akan menyebabkan perpisahan dari figur kelekatan utamanya
(misalnya diculik, atau tersesat)
4) Keenganan persisten atau penolakan untuk pergi ke sekolah atau tempat
lain karena takut akan berpisah.
5) Rasa takut yang persisten dan berlebihan atau keengganan untuk sendiri
7

atau tanpa figur kelekatan utamanya di rumah atau tanpa orang dewasa yang
signifikan di lingkungan lain.
6) Keengganan persisten atau penolakan untuk tidur tanpa berada di dekat
figur kelekatan utama atau tidur jauh dari rumah.
7) Mimpi buruk berulang yang meliputi tema perpisahan.
8) Keluhan gejala fisik berulang (seperti sakit kepala, sakit perut, mual atau
muntah) ketika perpisahan dengan figur kelekatan utama terjadi atau
diantisipasi.
B. Lama gangguan ini sedikitnya 4 minggu.
C. Onsetnya sebelum usia 18 tahun.
D. Gangguan ini menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau
gangguan dalam fungsi sosial, akademik (pekerjaan), atau fungsi penting lain.
E. Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan
perkembangan pervasif, skizofrenia, atau gangguan psikotik lain dan pada
remaja dan dewasa, tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan panik dengan
agrofobia.

Ciri diagnostik yang terpenting ialah ansietas yang berlebihan yang


terfokus dan berkaitan dengan perpisahan dari tokoh yang akrab hubungannya
dengan si anak (lazimnya orang tua atau kerabat akrab lainnya), yang bukan hanya
bagian dari ansietas umum berkenaan dengan aneka situasi.2
Menurut PPDGJ III, ansietas dapat berbentuk sebagai berikut:2
1) Tidak reslidtik, kekhawatiran yang mendalam kalau-kalau ada bencana yang
akan menimpa tokoh yang lekat atau kekhawatiran orang itu akan pergi dan
tidak kembali lagi.
2) Tidak realistik, kekhawatiran mendalam akan terjadi peristiwa buruk, seperti
misalnya anak akan kesasar, diculik atau dimasukkan dalam rumah sakit, atau
terbunuh, yang akan memisahkan dari tokoh yang lekat dengan dirinya.
3) Terus menerus enggan atau menolak masuk sekolah, semata-mata karena
takut akan terpisah (bukan karena alasan lain seperti kekhawatiran tentang
peristiwa di sekolah).
8

4) Terus menerus enggan atau menolak untuk tidur tanpa ditemani atau
didampingi oleh tokoh kesayangannya;
5) Terus menerus takut yang tidak wajar untuk ditinggalkan seorang diri, atau
tanpa ditemani oarang yang akrab di rumah pada siang hari.
6) Berulang mimpi buruk tentang perpisahan.
7) Sering timbulnya gejala fisik (rasa mual sakit perut, sakit kepala, muntah-
muntah, dsb) pada peristiwa perpisahan dari tokoh yang akrab dengan
dirinya, seperti keluar rumah untuk pergi ke sekolah.
8) Mengalami rasa susah berlebihan (yang tampak dari ansietas, menangis,
mengadat, merana, apatis, atau pengunduran sosial), pada saat sebelum,
selama atau sehabis berlangsungnya perpisahan dengan tokoh yang akrab
dengannya.
Diagnosis ini mensyaratkan tidak adanya gangguan umum pada perkembangn
fungsi kepribadian.2
Ciri penyerta adalah ketakutan akan kegelapan dan ketakutan yang
dikhayalkan dan aneh. Anak-anak mungkin melihat mata memandang pada diri
mereka dan menjadi asyik dengan tokoh atau monster mitos yang akan
mengambil mereka dari tempat tidurnya.1
Banyak anak menuntut dan mengganggu ke dalam hubungan orang
dewasa dan memerlukan perhatian terus-menerus untuk menghilangkan
kecemasan mereka. Gejala timbul jika perpisahan dari tokoh orang tua yang
penting menjadi diperlukan. Jika perpisahan diancamkan, banyak anak dengan
gangguan tidak mengalami kesulitan interpersonal. Tetapi, mereka mungkin
terlihat sedih dan mudah menangis. Mereka kadang-kadang mengeluh bahwa
mereka tidak dicintai, mengekspresikan keinginan untuk mati, atau mengeluh
bahwa sanak saudara mereka adalah lebih disukai daripada mereka. Mereka
seringkali menunjukkan gejala gastrointestinal mual, muntah, dan nyeri perut dan
mengalami rasa sakit pada berbagai bagian tubuh, sakit tenggorok, dan gejala
mirip flu. Pada anak-anak yang lebih besar, dilaporkan gejala kardiovaskular dan
respirasi yang tipikal berupa palpitasi, pusing, pingsan dan tercekik.1
9

Gangguan kecemasan yang paling sering bersamaan dengan gangguan


cemas perpisahan adalah fobia spesifik, yang terjadi pada kira-kira sepertiga dari
semua kasus gangguan cemas perpisahan yang dirujuk. 1

2.5. Diagnosis Banding


Suatu tingkat cemas perpisahan adalah fenomena yang normal dan harus
digunakan pertimbangan klinis dalam membedakan kecemasan normal tersebut
dari gangguan cemas perpisahan. Pada gangguan kecemasan umum, kecemasan
tidak dipusatkan pada perpisahan. Pada gangguan perkembangan pervasif dan
skizofrenia, kecemasan tentang perpisahan mungkin terjadi tetapi dipandang
disebabkan oleh kondisi tersebut, bukan suatu gangguan yang terpisah. Pada
gangguan depresif yang terjadi pada anak-anak, diagnosis gangguan cemas
perpisahan harus juga dibuat jika kriteria untuk kedua gangguan dipenuhi; dua
diagnosis sering terjadi bersamaan. Gangguan panik dengan agoraobia adalah
jarang sebelum usia 18 tahun dan ketakutan ditandai oleh serangan
panik,bukannya perpisahan dari tokoh orangtua; tetapi pada beberapa kasus
dewasa, banyak gejala gangguan cemas perpisahan dapat ditemukan. Pada
gangguan konduksi, membolos adalah sering, tetapi anak pergi dari rumah dan
tidak memiliki kecemasn tentang perpisahan. Penolakan sekolah merupakan
gejala yang sering ditemukan pada gangguan cemas perpisahan tetapi bukan
patognomonik untuk gangguan. anak – anak dengan diagnosis lain, seperti fobia,
dapat tampak dengan penolakan sekolah; pada gangguan tersebut, usia onset
mungkin lebih lambat dan penolakan sekolah adalah lebih parah dibandingkan
gangguan cemas perpisahan.1,3

2.6. Perjalanan Penyakit dan Prognosis


Perjalanan penyakit dan prognosis gangguan cemas perpisahan adalah
bervariasi dan berhubungan dengan onset usia, lamanya gejala, dan perkembangan
gangguan kecemasan dan depresif komorbid. Anak-anak kecil yang mengalami
ganguan tetapi mampu mempertahankan kehadirannya di sekolah biasanya
memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan remaja dengan gangguan yang
10

menolak hadir di sekolah untuk periode waktu yang panjang. Laporan telah
menyatakan adanya tumpang tindih yang bermakna gangguan cemas perpisahan
dan gangguan depresif. Pada kasus yang sulit tersebut, prognosisnya adalah
terbatas.
Sebagian besar penelitian follow-up meiliki masalah metodologis dan
adalah anak-anak fobik sekolah yang dirawat di rumah sakit, bukan anak dengan
gangguan cemas perpisahan sendiri. Sedikit yang dilaporkan tentang hasil akhir
dari kasus yang ringan, apakah anak ditemukan dalam terapi rawat jalan atau tidak
mendapatkan terapi. Terlepas dari keterbatasan penelitian, penelitian menyatakan
bahwa beberapa anak dengan fobia sekolah yang parah terus menolak masuk
sekolah selama bertahun-tahun.
Selama tahun 1970-an telah dilaporkan bahwa banyak wanita dewasa
agorafobik menderita gangguan cemas perpisahan pada masa anakanaknya.
Walaupun penelitian menyatakan bahwa banyak anak dengan gangguan
kecemasan memiliki risiko tinggi untuk suatu gangguan kecemasan dewasa,
hubungan spesifik antara gangguan cemas perpisahan pada masa anak-anak dan
agorafobia pada masa dewasa belum ditegakkan dengan jelas. Penelitian memang
menyatakan bahwa orang tua yang penuh kecemasan memiliki risiko tinggi untuk
memiliki anak dengan gangguan kecemasan. Di samping itu, pada tahun-tahun
belakangan beberpa kasus telah melaporkan aak-anak yang datang dengan
gangguan panik dan gangguan cemas perpisahan.

2.7. Terapi3
Rencana terapi multimodal – termasuk terapi kognitif-perilaku, edukasi
keluarga, dan intervensi psikososial keluarga dianjurkan dalam penatalaksanaan
awal gangguan ansietas perpisahan. Intervensu farmakologik dianjurkan ketika
strategi tambahan diperlukan untuk mengendalikan gejala. Terapi kognitif-
perilaku saat ini direkomendasikan secara luas sebagai terapi lini pertama untuk
berbagai gangguan ansietas pada anak, termasuk gangguan ansietas perpisahan.
Strategi kognitif spesifik dan latihan relaksasi juga merupakan komponen terapi
untuk beberapa anak untuk memberikan mereka mekanisme yang dapat mereka
11

gabungkan untuk mengendalikan ansietasnya. Intervensi keluarga dapat menjadi


sangat penting di dalam penatalaksanaan gangguan ansietas perpisahan, terutama
untuk anak yang menolak untuk hadir di sekolah.
Farmakoterapi dengan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
terlihat efektif di dalam gangguan ansietas pada anak. Diphenhydramine
(Benadryl) dapat digunakan dalam jangka pendek untuk mengendalikan gangguan
tidur pada anak dengan gangguan ansietas.
Penolakan sekolah yang terkait dengan gangguan ansietas perpisahan
dapat dipandang sebagai gawat-darurat psikiatrik. Rencana terapi yang
komprehensif meliputi anak, orang tua dan sebaya serta sekolah. Anak harus
didorong untuk hadir di sekolah. Pada beberapa kasus berat penolakan untuk
sekolah, perawatan rumah sakit bisa diperlukan. Modalitas kognitif-perilaku dapat
digunakan di dalam psikoterapi, termasuk pajanan pada perpisahan yang ditakuti
dan strategi kognitif.
BAB 3
KESIMPULAN

Gangguan kecemasan berpisah (separation anxiety disorder) adalah


bentuk kecemasan berlebihan yang dialami anak ketika berpisah dari orang-orang
yang dekat dengannya (major attachment figure), misalnya ibu, atau ketika jauh
dari rumah. Diperkirakan bahwa beberapa jenis gangguan kecemasan masa kanak-
kanak mempengaruhi hingga 10% dari anak usia sekolah. Gangguan cemas
perpisahan adalah gangguan kecemasan yang tersering pada masa anak-anak.
Untuk memenuhi kriteria diagnostic, meurut DSM-IV, gangguan harus ditandai
oleh tiga dari empat gejala berikut untuk sekurangnya empat minggu.
Perjalanan penyakit dan prognosis gangguan cemas perpisahan adalah
bervariasi dan berhubungan dengan onset usia, lamanya gejala, dan perkembangan
gangguan kecemasan dan depresif komorbid.
Rencana terapi multimodal – termasuk terapi kognitif-perilaku, edukasi
keluarga, dan intervensi psikososial keluarga dianjurkan dalam penatalaksanaan
awal gangguan ansietas perpisahan. Intervensu farmakologik dianjurkan ketika
strategi tambahan diperlukan untuk mengendalikan gejala. Terapi kognitif-
perilaku saat ini direkomendasikan secara luas sebagai terapi lini pertama untuk
berbagai gangguan ansietas pada anak, termasuk gangguan ansietas perpisahan
Farmakoterapi dengan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
terlihat efektif di dalam gangguan ansietas pada anak. Diphenhydramine
(Benadryl) dapat digunakan dalam jangka pendek untuk mengendalikan gangguan
tidur pada anak dengan gangguan ansietas.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H, Sadock B. Gangguan Lain pada Masa Bayi, Masa Anak-anak, atau
Masa Remaja. Dalam Sinopsis Psikiatri. Jilid II. Jakarta: ECG, 808-812.
2. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Dalam: Maslim,
Rusdi, editor. 2001:141.
3. Sadock B, Kaplan H. Gangguan Masa Bayi, Masa Kanak, dan Remaja
Lainnya. Dalam: Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2.
Jakarta: ECG,2012: 621-629
4. Jellinek MS, Kearns ME. Separation anxiety. American Academy of
Pediatric. 16;57.
5. Ehrenreich JT, Santucci LC. Separation anxiety disorder in youth:
phenomenology, assessment, and treatment. Psicol Conductual. 2008 January
1; 16(3): 389-412.

13

Anda mungkin juga menyukai