Anda di halaman 1dari 18

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN STROKE PRE DSA

DI PAVILIYUN KARTIKA RSPAD GATOTO SOEBROTO

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


Pada Program Studi Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh:

NILLA PRAMIDA
202113018

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI PKP DKI JAKARTA


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat, Rahmat dan Karunia-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul “Gambaran
Tingkat Kecemasan Pasien Stroke Pre Dsa Di Paviliyun Kartika Rspad Gatoto
Soebroto” sebagai syarat untuk mencapainya gelar Sarjana Keperawatan di Institut
Kesehatan dan Teknologi PKP DKI Jakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari
berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Ketua Institut Kesehatan dan Teknologi PKP DKI Jakarta Prof. DR. drg. Yaslis
Ilyas, MPH, HIA, MHP
2. Ns. Nedra Wati Zaly, S.Kep, M.Kep. selaku koordinator mata kuliah skripsi
Institute Kesehatan dan Teknologi PKP DKI Jakarta.
3. Dosen pembimbing Ns. Ratna Sari Dewi,S.Kep,M.kep yang selalu sabar
dalam memberikan bimbingan dan arahan demi kelancaran proses
penyelesaian skripsi ini.
4. Kedua orang tua tercinta yang selalu mendoakan serta keluarga yang selalu
memberikan keceriaan dan semangat dalam menjalani program studi
keperawatan.
5. Seluruh teman-teman seangkatan kelas Reguler B Institute Kesehatan dan
Teknologi PKP DKI Jakarta yang selalu mensuport satu sama lain, semoga
kita kompak selalu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dikarenakan


keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang keperawatan.

Jakarta, 04 Agustus 2023

Penulis
7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kecemasan adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menhadapi ancaman (PPNI,
2016). Berdasarkan World Health Organization (WHO, 2019) kecemasan
merupakan gangguan jiwa umum yang prevalensinya paling tinggi. Lebih dari
200 juta orang (3,6% dari total populasi) di seluruh dunia menderita kecemasan.
Data prevalensi dari studi kecemasan menunjukkan hingga 9,1% orang Amerika
berusia 13-18 memiliki kecemasan sosial, data lain menunjukkan bahwa 7,7%
memiliki kecemasan sosial pada kelompok tahun 13-14, 9,7% pada usia 15-16
dan 10,1% pada usia 17-18. Diperkirakan kecemasan sosial pada kalangan remaja
di Amerika akan terus meningkat (Merikengas et al., 2010). Kemudian,
Kemenkes (2013) melaporkan prevalensi penduduk Indonesia yang mengalami
gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan
kecemasan adalah sebesar 6%. Sedangkan hasil laporan Kemenkes (2018),
prevalensi gangguan mental emosional di Indonesia meningkat menjadi 9,8%.
Gangguan kecemasan ini dapat di alami oleh siapa saja dan tidak mengenal
batasan usia.
Cemas juga dapat dialami oleh pasien dengan stroke. Menurut World
Health Organization (WHO) stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak
yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun
global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian,
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Sebagian besar kasus dijumpai
pada orang-orang yang berusia di atas 40 tahun. Makin tua umur, resiko terkena
stroke semakin besar (Aliah dkk., 2007).
Ada banyak terapi stroke, mulai dari terapi medis hingga terapi
tradisional. Beberapa tahun belakang Digital Substraction Angiography (DSA)
menjadi salah satu pilihan terapi medis dalam proses penyembuhan stroke. DSA
awalnya adalah teknik yang dilakukan untuk menggambar pembuluh darah,
dengan menyemprotkan zat kontras (iodine) agar bisa dideteksi oleh alat X-ray

8
melalui film. Penggunaan iodine dikarenakan cairan tersebut terlihat jelas pada X-
ray, serta dapat dengan mudah diserap dan dikeluarkan oleh tubuh.
Pada umumnya kecemasan dapat dialami oleh pasien yang akan dilakukan
tindakan medis, tak terkecuali oleh pasien stroke yang akan menjalankan terapi
(DSA). Kecemasan yang terus meningkat dapat menyebabkan prognosis yang
buruk terhadap penyakit yang diderita, sehingga pengontrolan kecemasan perlu
dilakukan (Semium, 2006). Dalam pemberian asuhan keperawatan penting untuk
memberikan rasa aman dan nyaman bagi pasien sehingga prosedur perawatan dan
pengobatan bisa dilaksanakan tanpa adanya hambatan sehingga penting untuk
perawat mengetahui tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani terapi DSA
sehingga bisa memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Tingkat kecemasan
pasien stroke pre DSA sangat menarik untuk diteliti mengingat belum adanya
penelitian tentang gambaran tingkat kecemasan pada pasien stroke pre DSA.
Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti gambaran tingkat kecemasan pada
pasien stroke pre DSA di paviliyun kartika RSPAD Gatot Soebroto.
B. Perumusan masalah
Bagaimana gambaran tingkat kecemasan pada pasien stroke pre DSA di RSPAD
Gatot Soebroto?
C. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pasien
stroke yang akan dilakukan tindakan DSA.
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu gambaran data tentang tingkat
kecemasan pasien stroke pre tindakan DSA untuk peneliti selanjutnya.
Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi pasien yang akan di dilakukan
Tindakan DSA sehingga mendapatkan asuhan keperawatan yang tepat, serta
bermanfaat untuk rumah sakit sebagai bahan referensi peneliatan

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar teori kecemasan


1. Definisi kecemasan
Menurut Sutejo (2019), kecemasan merupakan perasaan takut dan tidak
menentu dapat mendatangkan sinyal peringatan tentang bahaya yang akan
datang dan membuat individu untuk siap mengambil tindakan menghadapi
ancaman. Adanya tuntutan, persaingan, serta bencana yang terjadi dalam
kehidupan dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan
psikologi. Salah satu dampak kesehatan psikologi yaitu kecemasan atau
kecemasan .
Stuart (2012) mendefinisikan kecemasan sebagai perasaan tidak tenang
yang samar–samar karena ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai
dengan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan.
Kecemasan merupakan perasaan tidak tenang yang samar–samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) (Yusuf, Fitryasari, &
Tristiana, 2019). Kecemasan adalah kondisi emosi dan pengalaman
subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menhadapi ancaman (PPNI, 2016)

2. Etiologi
Stuart & Suddent (2014) menyatakan bahwa kecemasan dapat
diekspresikan secara langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
koping yang dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan yaitu :
A) Faktor Predisposisi:
1. Faktor Psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian Id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi

10
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi
kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Faktor Interpersonal, bahwa kecemasan timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma,
seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah
mengalami perkembangan kecemasan yang berat.
3. Faktor Perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan
biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga
tumpang tindih antara gangguan kecemasan dengan depresi.
5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus untuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulatory inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang
berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan
dengan kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan
riwayat kecemasan pada keluarga memiliki efek nyata sbagai
predisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu
untuk mengatasi stressor.
B) Faktor Presipitasi
Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori:
1. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi
yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan indentitas,
harga diri, dan fungsi social yang terintegrasi pada individu.

11
3. Tanda dan gejala
Menurut SDKI (2016) tanda dan gejala kecemasan sebagi berikut ini:

Tabel 2.1 Gejala dan Tanda Mayor Kecemasan

Subyektif Objektif

1. Merasa bingung 1. Tampak gelisah


2. Merasa khawatir dengan 2. Tampak tegang
akibat dari kondisi yang 3. sulit tidur
dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi

Tabel 2.2 Gejala dan Tanda Minor Ansietas


Subyektif Objektif

1. Mengeluh pusing 1. Frekuensi napas meningkat


2. Anoreksia 2. Frekuensi nadi meningkat
3. Palpitasi 3. Tekanan darah meningkat
4. Merasa tidak 4. Diaphoresis
berdaya 5. Tremor
6. Muka tampak pucat

7. Suara bergetar

8. Kontak mata buruk

9. Sering berkemih

10. Berorientasi pada masa lalu

12
4. Rentang Respon Tingkat Kecemasan

Rentang respon individu terhadap kecemasan berfluktuasi antara respon


adaptif dan maladaptif seperti pada gambar :

Gambar 2.1 Rentang Respon Tingkat Kecemasan

Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat panik

Sumber : (Stuart, G.W, Buku Saku Keperawatan Jiwa, 2013)


5. Tingkat kecemasan

Menurut Donsu (2017) adapun tingkat kecemasan adalah :

a) Kecemasan ringan (Mild Anxiety), berhubungan dengan


ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
b) Kecemasan sedang (Moderate Anxiety), memusatkan perhatian
pada hal – hal yang penting dan mengesampingkan yang lain.
Perhatian seseorang menjadi selektif, namun dapat melakukan
sesuatu yang lebih terarah lewat arahan dari orang lain.
c) Kecemasan berat (Severe Anxiety), kecemasan berat ditandai
lewat sempitnya persepsi seseorang. Selain itu, memiliki perhatian
terpusat pada hal yang spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal
– hal lain, di mana semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi
ketegangan.
d) Panik, setiap seseorang memiliki kepanikan. Hanya saja,
kesadaran dan kepanikan itu memiliki kadarnya masing –masing.
Kepanikan muncul disebabkan karena kehilangan kendali diri dan
detail perhatian kurang. Ketidakmampuan melakukan apapun

13
meskipun dengan perintah menambah tingkat kepanikan
seseorang.

14
18

6. Dampak Kecemasan
Ketakutan, kekhawatiran dan kegelisahan yang tidak beralasan pada akhirnya
menghadirkan kecemasan, dan kecemasan ini tentu akan berdampak pada
perubahan perilaku seperti, menarik diri dari lingkungan, sulit fokus dalam
beraktivitas, susah makan, mudah tersinggung, rendahnya pengendalian emosi
amarah, sensitive, tidak logis, susah tidur. (Jarnawi 2020).
Menurut Yustinus (2006) dalam (Arifiati and Wahyuni 2019), membagi beberapa
dampak dari kecemasan ke dalam beberapa simtom, antara lain :
a) Simtom Suasana Hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya
hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak
diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan
demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.
b) Simtom Kognitif
Simtom kognitif yaitu kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan
keprihatinan pada individu mengenai hal yang tidak menyenangkan yang
mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah yang ada,
sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya
akan menjadi lebih merasa cemas.
c) Simtom Motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup,
kegiatan motorik menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari kaki mengetuk-
ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom
motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu
dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya
mengancam.
7. Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A)
Beberapa skala penelitian dikembangkan untuk melihat seberapa besar
tingkat kecemasan seseorang, salah satunya yaitu Hamilton Anxiety Rating Scale
(HARS), pertama kali dikembangkan oleh Max Hamilton pada tahun 1956.
HARS menggunakan serangkaian pertanyaan dengan jawaban yang harus diisi
18

oleh pasien sesuai dengan kondisi yang dirasakan oleh pasien tersebut. Jawaban
yang diberikan merupakan skala (angka) 0, 1, 2, 3, atau 4 yang menunjukan
tingkat gangguan dan setelah pasien menjawab sesuai apa yang dirasakannya,
maka hasilnya dapat dihitung dengan menjumlahkan total skor yang didapat dari
setiap soal (pernyataan) (Wahyudi et al. 2019).
HAM-A atau disebut juga HARS adalah salah satu skala peringkat
pertama yang dikembangkan untuk mengukur tingkat keparahan gejala
kecemasan pada orang dewasa, dan remaja, serta masih banyak digunakan saat ini
baik dalam pengaturan klinis dan penelitian. Skala terdiri dari 14 item, masing-
masing ditentukan oleh serangkaian gejala, dan mengukur kecemasan psikis
(mental agitasi dan tekanan psikologis) dan kecemasan somatik (keluhan fisik
yang berhubungan dengan kecemasan) (American Thoracic Society 2021).
Menurut (Kautsar, Gustopo, & Achmadi,2015) dalam (Wahyudi et al. 2019) telah
menyimpulkan validitas instrumen HARS ditunjukkan pada bagian Corrected
Item-Total Correlation seluruh soal memiliki nilai positif dan lebih besar dari
syarat 0.05, sedangkan reliabilitas ditunjukan dengan nilai Cronbach’s Alpha
adalah 0.793 dengan jumlah item 14 butir lebih besar dari 0.6, maka kuisoner
yang digunakan 22 terbukti reliabel (0.793>0.6). Sehingga HARS dianjurkan
untuk mengukur tingkat kecemasan.
Berdasarkan penelitian (Ramdan 2018) HAM-A versi bahasa Indonesia
memiliki sifat psikometri yang memuaskan dengan validitas dan reliabilitas,
sehingga dapat digunakan untuk mengukur kecemasan. Menurut (Clark &
Donovan, 1994) dalam (Ramdan 2018) penerjemahan HAM-A ke dalam versi
bahasa lain telah dilakukan beberapa kali dan mendapatkan hasil yang valid dan
reliabel. Dalam pengaturan penelitian klinis, HAM-A adalah ukuran yang andal
dan valid untuk penilaian kecemasan global pada populasi remaja. Penilaian
kecemasan berdasarkan HAM-A terdiri dari 14 item, meliputi :
a) Perasaan cemas (merasa khawatir, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,
cepat marah, mudah tersinggung).
b) Ketegangan (merasa tegang, merasa lelah, merasa gelisah, merasa gemetar,
mudah menangis, tidak mampu untuk rileks, mudah terkejut).
18

c) Ketakutan (takut terhadap gelap, takut terhadap orang asing, takut bila
ditinggal sendiri, takut pada hewan, takut pada keramain lalu lintas, takut pada
kerumunan orang banyak).
d) Insomnia (kesulitan tidur, tidur tidak memuaskan, merasa lelah saat bangun,
mimpi buruk, terbangun tengah malam).
e) Intelektual (sulit berkonsentrasi, sulit mengingat).
f) Perasaan depresi (kehilangan minat, kurangnya kesenangan dalam hobi,
perasaan bersedih/depresi, sering terbangun dini hari saat tidur malam).
g) Gejala somatik (otot) (nyeri atau sakit otot, kedutan, otot terasa kaku, gigi
gemertak, suara tidak stabil, tonus otot meningkat).
h) Gejala sensorik (telinga terasa berdenging, penglihatan kabur, muka memerah,
perasaan lemah, sensasi ditusuk-tusuk).
i) Gejala kardiovaskuler (takikardi, palpitasi, nyeri dada, denyut nadi meningkat,
perasaan lemas/lesu seperti mau pingsan, denyut jantung serasa berhenti
sekejap).
j) Gejala pernapasan (nafas terasa sesak/dada terasa ditekan, perasaan tercekik,
sering menarik napas dalam, napas pendek/tersengal-sengal).
k) Gejala gastrointestinal (kesulitan menelan, nyeri perut, perut terasa kembung,
sensasi terbakar, perut terasa penuh, merasa mual, muntah, sulit
BAB/sembelit, kehilangan berat badan.
l) Gejala genitourinari (frekuensi berkemih meningkat, tidak dapat menahan air
seni, tidak datang bulan, darah haid lebih banyak dari biasanya).
m) Gejala otonom (mulut kering, muka kemerahan, muka pucat, sering
berkeringat, merasa pusing, kepala terasa berat, merasa tegang, rambut terasa
menegang).
n) Tingkah laku (gelisah, tidak tenang/mondar-mandir, tangan gemetar, alis
berkerut, wajah tegang, pernafasan cepat, wajah pucat, sering menelan ludah,
dll).

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan


kategori sebagai berikut :
18

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = ringan/satu gejala yang ada

2 = sedang/separuh gejala yang ada

3 = berat/ lebih dari separuh gejala yang ada

4 = sangat berat

semua gejala ada Penentuan derajat atau tingkat kecemasan dengan cara
menjumlahkan skor 1- 14 dengan hasil antara lain :

Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

Skor 14-20 = kecemasan ringan

Skor 21-27 = kecemasan sedang Skor

28-41 = kecemasan berat

Skor 42-56 = kecemasaan berat sekali (panik)


18

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan
variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).
Kerangka konsep adalah kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan
dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Nursalam, 2017). Penelitian ini
melibatkan variabel independen (bebas) yaitu tingkat kecemasan, serta variabel dependen
(terikat) yaitu pasien stroke pre DSA. Berdasarkan landasan teori yang diuraikan pada
tinjauan kepustakaan maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat di gambarkan
sebagai berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Penelitian

Var Independent Var Dependent

Tingkat kecemasan
Pasien stroke pre DSA
18

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian
Metode penelitian adalah metode atau cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan
data-data dalam bentuk hasil penelitian yang terdapat pada literature sebelumnya
(Notoatmodjo, 2018). Kajian literatur merupakan langkah pertama dan sangat penting
dalam penyusunan sebuah rencana penelitian. Penelitian ini menggunakan literatur
review yaitu melakukan satu penelusuran dan penelitian kepustakaan dengan membaca
berbagai buku, artikel ilmiah, dan terbitan-terbitan yang berkaitan dengan topik
penelitian, untuk menghasilkan suatu tulisan berkenanan dengan satu topik atau issue
tertentu (Marzali, 2016). Metode literatur review dapat disimpulkan serangkaian kegiatan
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, mencatat, serta
mengelola suatu tulisan yang terdapat didalam satu artikel.
B. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil-hasil dari
penelitian yang dilakukan serta diterbitkan dalam jurnal online. Dalam studi literature
review ini menggunakan tiga database yaitu, Pubmed, google scholar, dan Ebscohost
dengan kata kunci yang relevan P (Patient atau populasi), I(Intervention atau tindakan
atau pokok persoalan yang menarik), C(Comparison intervention atau intervensi yang
dibandidngkan), O(Outcome atau hasil) serta T(Time frame atau kerangka waktu)
disingkat (PICOT) dan kombinasi “AND”. Kata kunci /keyword yang digunakan
“kecemasan”
“OR” tingkat kecemasan “OR” stroke “AND” DSA. Lebih spesifik lagi penulis
membatasi tahun publikasi 10 tahun terakhir dengan tahun publikasi 2013 hingga
2023.
Artikel yang sudah didapatkan dan sesuai dengan kriteria inklusi kemudian dianalisa
serta dituangkan dalam bentuk dinarasikan. Hasil data yang didapatkan dari artikel
dikumpulkan dilakukan penyelesaian kembali dengan menentukan kriteria inklusi dan
eksklusi, adalah sebagai berikut :
18

1. Kriteria Inklusi
a. Tahun publikasi artikel dalam rentan waktu 10 tahun terakhir
b. Tahun publikasi 2013 hingga 2023
c. Artikel yang Berbahasa Inggris
d. Artikel yang berbahasa indonesia
e. Tingkat kecemasan pasien stroke
f. Topik artikel terkait kecemasan pasien stroke
g. Artikel dalam bentuk full-text pdf (dapat diakses penuh)
h. Terdapat nomor DOI
2. Kriteria Eksklusi
a. Artikel yang hanya memiliki abstrak
b. Tidak mendapatkan hasil full-text
c. Artikel yang menggunakan desain penelitian kualitatif
d. Tidak sesuai dengan rumusan masalah PICOT
C. Pengolahan data dan metode analisa data
Proses pengolahan data adalah kegiatan olah data yang dilakukan untuk menyaring
artikel berdasarkan dengan kriteria inklusi yang sudah ditetapkan oleh penulis
guna mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan. Pencarian literature
menggunakan flowchart PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic
Reviews and Meta Analyses) yaitu bagan yang memiliki beberapa simbol-simbol
tertentu untuk menggambarkan urutan proses penelitian secara mendetail dan
menghubungkan satu proses (intruksi) dengan proses lainnya dalam suatu program
untuk memecahkan masalah (Handayani, Hidayanto & Indra, 2017).
D. Etika penelitian
Menurut Notoatmodjo (2014), Etika dalam penelitian merupakan salah satu hal yang
paling penting dalam melaksanakan penelitian, karena penelitian melibatkan banyak
pihak atau institusi. Etika penelitian ini harus sangat diperhatikan karena menunjukkan
pada prinsip dan norma-norma kemanusiaan yang harus diterapkan dalam tujuan
penelitian, proses penelitian sampai hasil akhir pada penelitian. Hasil dari artikel yang
ditemukan dicantumkan sumbernya kedalam daftar pustaka untuk menghindari adanya
plagiarisme (Tarjo, 2019). Plagiarisme adalah perbuatan secara sengaja atau tidak
18

sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya
ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain
yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan
memadai (Surahman, Rachmat & Supardi, 2016).

Sebuah penelitian harus memperhatikan prinsip-prinsip etik untuk memberikan


jaminan bahwa keuntungan yang didapat dari peneliti jauh melebihi resiko atau
efek samping yang mungkin terjadi (Dharma, 2011). Sebagai pertimbangan etika
dalam penelitian ini, peneliti meyakini bahwa kerahasian artikel dilindungi dengan
menerapkan 4 prinsip etik, yaitu autonomy, beneficience, non-maleficience, justice
(Andrews & Lorraine, 2012).
1. Autonomy
Autonomy adalah kebebasan yang dimiliki individu dalam mengambil suatu
keputusan yang terbaik bagi dirinya. Kebebasan dalam studi literature memiliki
arti yang sedikit berbeda pada saat melakukan literature review peneliti tidak
perlu melakukan permohonan izin kepada pemilik artikel karena, pada saat
melakukan literature review yang peneliti lakukan hanyalah mereview atau
menilai artikel saja sehingga jurnal yang sudah masuk kedalam kriteia inklusi
langung dilakukan analisa.
2. Beneficience
Prinsip ini menegaskan, supaya peneliti melakukan kebaikkan dengan
mengusahakan manfaat yang bisa dirasakan oleh pembaca dan peneliti
selanjutnya. penelitian ini mencari artikel yang full text dan lengkap agar lebih
mempermudah pada saat menganalisa jurnalnya.
3. Non-maleficience
Prinsip ini berarti tidak menimbukan kerugian atau bahaya bagi orang lain.
Pada saat melakukan analisa artikel peneliti diharapkan tidak merusak nama
baik penulis, tidak menuliskan hal-hal negatif, tidak menjatuhkan artikel yang
sedang dianalisa dan tidak plagiat tulisan yang terdapat didalam artike yang
sedang direview.
4. Justice
18

Prinsip keadilan yang harus dimiliki setiap orang untuk menjunjung tinggi
prinsip-prinsip kemanusian. Semua artikel yang direview memiliki kesempatan
yang sama, akan tetapi dalam proses analisa artikel peneliti mempunyai
kesempatan menganalisa artikel dengan baik yaitu menggunakan “Flow Chart
PRISMA”, agar lebih ditekankan kembali prinsip keadilan dalam artikel yang
sudah ditentukan dari data base.

Anda mungkin juga menyukai