Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat merupakan suatu kondisi maksimal baik dari segi fisik, mental, dan

sosial yang didambakan oleh setiap orang. Kesehatan merupakan kebutuhan setiap

manusia dalam menjalani hidupnya. Sayangnya, memelihara kesehatan di era

milenial sekarang ini bukanlah suatu hal yang mudah. Banyaknya faktor penyebab

penyakit serta diimbangi dengan minimnya kesadaran masyarakat dalam menjaga

pola hidup sehat menyebabkan orang rentan terserang penyakit. Bahkan penyakit

yang sulit disembuhkan, salah satunya kanker payudara.

Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara,

merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita, meskipun berdasarkan

penemuan terakhir kaum priapun bisa terkena kanker payudara tergantung dari tingkat

pertumbuhannya (Purwoastuti, 2008).

Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama didunia.

Tercatat 8,2 juta orang meninggal akibat penyakit kanker pada tahun 2012. Dimana ca

mammae menjadi penyebab kematian terbesar akibat kanker setiap tahunnya

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Data dari Kemenkes RI (2015)

estimasi jumlah penderita kanker payudara di Indonesia pada tahun 2013 adalah

sebanyak 61.682 kasus, 11.511 diantaranya adalah penderita yang berada di daerah

Jawa Tengah.

Seseorang yang didiagnosa menderita kanker payudara biasanya diketahui

sudah masuk tahap lanjut diakibatkan kurangnya skrinning awal. Terdeteksinya

kanker payudara yang sudah memasuki tahap lanjut serta ditambah ancaman kematian
2

sering kali menyebabkan penderitanya mengalami ansietas. Menurut Jong (1997)

dikutip dari Agusnawati (2013), mengungkapkan bahwa kecemasan timbul pada

pasien dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain cemas berkaitan dengan

penyakitnya, pengobatan dan pemeriksaan diagnosis yang dihadapi. Kecemasan

sangat mempengaruhi kesehatan seseorang. Jika seseorang merasa cemas berlebihan

maka kecemasan tersebut akan dikonversi menjadi sebuah pesan ke otak. setelah itu

otak akan memerintahkan tubuhnya untuk memproduksi hormon kortisol plasma

(hormon stres). Hal ini membuat proses metabolisme dalam tubuhnya akan terganggu,

sehingga organ tubuhnya tidak bisa bekerja dengan optimal dan berakibat pada

timbulnya berbagai macam penyakit (Nico Manggala, 2015). Hubungan antara

kesehatan fisik dengan psikis dapat dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hall dan koleganya. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada pasien yang sakit

secara fisik menunjukan adanya gangguan mental (Moeljono, 2005).

Ansietas terjadi karena adanya perasaan takut tidak diterima dalam satu

lingkungan tertentu, atau karena adanya ancaman terhadap integritas diri,meliputi

ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar; bahkan karena

ancaman terhadap konsep diri: identitasdiri, harga diri, dan perubahan peran

(Keliat,2011). Ansietas dapat dicegah dengan mengenali ansietasnya, meningkatkan

kemampuan dalam mengatasi ansietas dengan cara tarik nafas dalam, distraksi,

kegiatan spiritual dan teknik lima jari (Keliat, 2011). Menurut Rozalino (2009) dalam

Rahmayati, Siloban, Fatah (2018) salah satu upaya dalam intervensi keperawatan

untuk mencegah ansietas adalah dengan terapi spiritual. Terapi spiritual merupakan

suatu pengobatan alternatif dengan cara pendekatan keagamaan melalui doa dan

dzikir yang merupakan unsur penyembuhan penyakit atau sebagai psikoterapeutik

yang mendalam, bertujuan untuk membangkitkan rasapercaya diri dan optimisme


3

yang paling penting selain obat dan tindakan medik. Sangatlah tepat bila pasien

diberikan penjelasan mengenai penyakitnya serta bahayanya agar pasien menjadi

optimis yaitu dengan cara memberikan bimbingan spiritual atau kerohanian yaitu

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Sang Maha Ada, Sang Maha

Kuasa (Sundari, 2005 dalam

Melihat uraian diatas tentang masalah kanker payudara dengan fokus masalah

ansietas, penulis memperoleh gambaran bahwa jika masalah ini tidak mendapatkan

penanganan segera maka akan mengakibatkan semakin buruknya kondisi kesehatan

fisik dan mental pasien. Untuk penanganan masalah ansietas dapat dilakukan asuhan

keperawatan menggunakan terapi spiritual. Perawat berusaha untuk menyelesaikan

masalah ansietas guna perbaikan kualitas kesehatan dan juga pelayanan kesehatan di

masa mendatang.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

masalah ini menjadi masalah keperawatan dengan pembuatan Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Payudara Stadium III

dengan Fokus Studi Pengelolaan Ansietas Menggunakan Terapi Spiritual di

Ruang Bougenvil RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo”.


4

B. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Pasien yang

Mengalami Kanker Payudara dengan Ansietas di Rumah Sakit Margono Soekarjo

C. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pasien yang mengalami ansietas menggunakan terapi

spiritual pada pasien kanker payudara di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Menggambarkan Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Payudara Stadium III dengan

Ansietas yang Diberikan Terapi Spiritual pada di RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami kanker

payudara dengan ansietas di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.

b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada pasien yang mengalami kanker payudara

dengan ansietas.

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien yang mengalami kanker

payudara dengan ansietas.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami kanker

payudara dengan ansietas.

e. Melakukan evaluasi pada pasien yang mengalami kanker payudara dengan

ansietas.
5

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi pendidikan

Memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan

masalah dalam bidang atau profesi keperawatan.

2.Bagi Penulis

Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan dalam mengelola kasus

keperawatan dengan masalah ansietas.

3. Bagi Masyarakat

Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ansietas pada

klien dengan kanker payudara stadium III.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ansietas

1. Pengertian Ansietas

Menurut Kusumawati dan Hartono, 2010 ansietas adalah keadaan yang

membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam berbagai tingkatan.

Ansietas merupakan respon emosional dan penilaian individu yang subjektif

yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan belum diketahui secara khusus

faktor penyebabnya. (Ernawati, dkk 2009 dalam Pieter, Janiawarti, Saragih

2011)

Stuart, 2013 dalam Sutejo 2014 mendefinisikan bahwa ansietas adalah

perasaan tidak tenang yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau

ketakutan yang disertai dengan ketidakpastian, keberdayaan, isolasi, dan

ketidaknyamanan. Sedangkan menurut Tomb, 2016 ansietas adalah suatu

perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang

disertai dengan gejala fisiologis.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan ansietas

adalah respon seseorang berupa rasa khawatir , was-was dan tidak nyaman

dalam menghadapi suatu hal tanpa objek yang jelas.

2. Tingkat Ansietas

Peplau, 1963 dalam Stuart 2013 mengidentifikasi empat tingkat ansietas

dengan penjelasan efeknya :

a. Ansietas ringan terjadi saat ketegangan hidup sehari-hari.


7

Selama tahap ini seseorang waspada dan lapang persepsi meningkat.

Kemampuan seseorang untuk melihat, mendengar, dan menangkap lebih

dari sebelumnya . Jenis ansietas ringan dapat memotivasi belajar dan

menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

b. Ansietas sedang, di mana seorang hanya berfokus pada hal yang penting

saja . Lapang persepsi menyempit sehingga kurang melihat, mendengar,

dan menangkap . Seseorang memblokir area tertentu tetapi masih

mengakui perintah jika diarahkan untuk melakukannya.

c. Ansietas berat, ditandai dengan penurunan yang signifikan di lapang

persepsi. Cenderung memfokuskan pada hal yang detail dan tidak

berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

ansietas, dan banyak arahan yang dibutuhkan untuk fokus pada area lain.

d. Panik dikaitkan dengan rasa takut dan teror, sebagian orang yang

mengalami kepanikan tidak dapat melakukan hal-hal bahkan dengan

arahan. Gejala panik adalah peningkatan aktivitas motorik, penurunan

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang

menyempit, dan kehilangan pemikiran rasional. Orang panik tidak

mampu berkomunikasi atau berfungsi secara efektif. Tingkat ansietas ini

tidak dapat bertahan sampai batas waktu, karena tidak kompatibel dengan

kehidupan. Kondisi panik yang berkepanjangan akan menghasilkan

kelelahan dan kematian. Tapi panik dapat diobati dengan aman dan

efektif.

3. Faktor Penyebab

a. Faktor Predisposisi
8

Ansietas diperantarai oleh suatu sistem kompleks yang melibatkan

(sedikitnya) sistem limbik(amigdala, hipokampus), talamus, korteks

frontal secara anatomis dan norepinefrin (lokus seruleus) , serotonin, dan

GABA (reseptor GABAA berpasangan dengan reseptor benzodiazepin

pada sistem neurokima. (Thomb, 2016)

Sedangkan menurut Stuart (2013) adalah

1. Biologis

a). Sistem GABA

Pengaturan ansietas berhubungan dengan aktivitas

neurotransmitter gamma-aminobutyric acid (GABA), yang

mengontrol aktivitas atau tingkat pembakaran, dari neuron di

bagian otak yang bertanggung jawab untuk menghasilkan kondisi

ansietas. GABA adalah neurotransmitter penghambat paling umum

di otak. Ketika melintasi sinaps dan menempel dengan reseptor

GABA pada membran postsinaptik, saluran respon terbuka

sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran ion. Hasil

pertukaran ini adalah penghambatan atau pengurangan rangsangan

sel dan dengan demikian memperlambat aktivitas sel. Secara

teoritis orang dengan ansietas mengalami masalah dengan efisiensi

proses neurotransmisi ini.

Ketika seseorang dengan ansietas menggunakan pbat

benzodiazepin (BZ), yang berasal dari kelas obat anti ansietas, obat

ini terikat sistem GABA. Hal ini membuat reseptor postsinaptik

lebih sensitif terhadap efek GABA, meningkatkan neurotransmisi

dan menyebabkan lebih banyak penghambatan aktivitas sel.


9

Pengaruh GABA dan BZ pada reseptor GABA di berbagai bagian

otak mengakibatkan berkurangnya laju pembakaran sel-sel di

daerah yang terlibat dengan gangguan ansietas. Hasil klinis

menunjukkan bahwa ansietas orang tersebut menurun.

Daerah otak dimana reseptor GABA yang digabungkan pada

reseptor BZ mencakup amigdala dan hipokampus, kedua struktur

dari sistem limbik yang berfungsi sebagai pusat emosi (misalnya,

kemarahan, gairah, takut dan memori. Klien dengan gangguan

ansietas mungkin memiliki penurunan kapasitas anti ansietas dari

reseptor GABA di daerah sistem limbik, yang membuat mereka

lebih sensitif terhadap ansietas dan panik.

b). Sistem Norepinefrin

Sistem Norepinefrin (NE) dianggap menengahi respon fight or

flight. Bagian dari otak yang memproduksi NE adalah lokus

sureulus. Hal ini dihubungkan dengan jalur neurotransmiter ke

struktur lain dari otak yang berhubungan dengan ansietas, seperti

amigdala, hipokampus, dan korteks serebral (bagian pemikiran,

penafsiran, dan perencanaan dari otak). Obat-obatan yang

menurunkan aktivitas dari lokus serileus (antidepresan seperti

trisiklik) efektif mengobati beberapa gangguan ansietas. Hal ini

menunjukkan bahwa ansietas dapat disebabkan oleh aktivasi tidak

tepat dari sistem NE dan sistem neurotransmiter lainnya.

c). Sistem Serotonin

Gangguan regulasi neurotransmisi serotonin (5-HT) juga

memainkan peran sebagai penyebab ansietas, karena klien yang


10

mengalami gangguan ini mungkin memiliki reseptor 5-HT. Obat-

obatan yang mengatur serotonin, seperti selective serotonin

reuptake inhibitor (SSRI), telah terbukti sangat efektif dalam

mengobati beberapa gangguan ansietas, hal ini menunjukkan

bahwa peran utama 5-HT dan menyeimbangkan sistem

neurotransmiter lainnya sebagai etiologi gangguan ansietas.

2. Pengalaman Traumatik

Pengalaman traumatik dapat mengubah otak dan cara-cara dalam

beresepon terhadap stresor berikutnya. Efek trauma melibatkan

banyak perubahan pada daerah otak , terutama sistem limbik.

3. Kesehatan umum

Kesehatan umum seseorang memiliki afek yang besar sebagai

predisposisi ansietas . Ansietas dapat menyertai beberapa gangguan

fisik. Mekanisme koping juga dapat terganggu oleh pengaruh racun,

kekurangan makanan, berkurang suplai darah, perubahan hormonal,

dan penyebab fisik lainnya (Strine et al, 2008). Selain itu gejala dari

beberapa gangguan fisik dapat memperburuk ansietas.

4. Keluarga

Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan jiwa ,

tiga kali lebih mungkin untuk mengalami PTSD setelah peristiwa

traumatik.

5. Psikologis

Teori belajar mempercayai bahwa seseorang yang terpapar

kekhawatiran yang intens dalam kehidupan awal lebih cenderung

mengalami ansietas di kemudian hari, sehingga pengaruh orang tua


11

adalah penting. Respon emosional yang tepat dari orang tua

memberikan anak-anak rasa aman dan membantu mereka belajar

metode koping yang konstruktif.

Tingkat harga diri seseorang merupakan faktor penting yang

berhubungan dengan ansietas. Seseorang yang mudah merasa

terancam atau memiliki tingkat harga diri yang rendah akan lebih

rentan terhadap ansietas.

Sifat psikologis yang paling penting adalah ketahanan terhadap

stress. Ketahanan adalah kemampuan untuk mempertahankan fungsi

normal meskipun kesulitan. Ketahanan dikaitkan dengan sejumlah

faktor psikososial pelindung, termasuk gaya aktif koping, pandangan

positif keterkaitan interpersonal, pedoman moral, dukungan sosial,

panutan, dan fleksibilitas kognitif. Memiliki tujuan hidup dan usaha

serta menguasai tugas-tugas sulit adalah cara efektif untuk

meningkatan ketahana seseorang terhadap stress (Alim et al, 2008

dalam Stuart 2013).

6. Perilaku

Ansietas dapat menjadi produk frustasi yang disebabkan oleh

sesuatu yang mengganggu pencapaian tujuan yang diinginkan.

Contoh dari frustasi eksternal adalah kehilangan pekerjaan.

Pandangan mereka tentang diri terancam oleh tujuan realistis mereka

dan mereka mungkin akan mengalami perasaan gagal, tidak penting,

dan kekhawatiran. Ansietas juga mungkin timbul melalui konflik

yang terjadi ketika seseorang mengalami dua dorongan persaingan

dan harus memilih di antara mereka. Hubungan timbal balik terjadi


12

antara konflik dan kekhawatiran. Konflik menghasilkan ansietas dan

kekhawatiran meningkatkan persepsi konflik dengan menghasilkan

perasaan tidak berdaya.

b. Faktor Presipitasi

1. Mengalami atau menyaksikan trauma telah dikaitkan dengan berbagai

gangguan ansietas, terutama Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).

Individu yang paling mengalami trauma mengalami lebih dari satu

trauma dalam hidup mereka, dan risiko PTSD meningkat dengan

setiap peristiwa (Nayback Dokter et al, 2011 dalam Stuart 2013).

Individu yang terlibat dalam peristiwa traumatik hanya 5 dari 10%

yang berkembang menjadi PTSD ( Synder, 2008 dalam Stuart 2013).

2. Ancaman terhadap Integritas Fisik

Ancaman terhadap integritas fisik melibatkan potensial cacat fisik

atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Ancaman ini mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.

Sumber eksternal dapat berupa paparan terhadap infeksi virus, bakter,

polusi lingkungan, bahaya keamanan. Sedangkan sumber internal

diantaranya kegagalan sistem tubuh seperti jantung, sistem kekebalan

tubuh, dan sebagainya. Nyeri adalah indikasi pertama bahwa

integritas fisik sedang terancam. Nyeri menciptakan ansietas yang

sering memotivasi orang untuk mencari perawatan kesehatan.

3. Ancaman terhadap Sistem Diri

Ancaman terhadap sistem diri seseorang melibatkan bahaya

identitas seseorang, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi.

Kedua sumber eksternal dan internal dapat mengancam harga diri


13

4. Sumber dan Mekanisme Koping

Seseorang dapat mengatasi stres dan ansietas dengan memobilisasi

sumber koping yang dimiliki secara internal dan eksternal di lingkungan.

Sumber daya seperti aset keuangan, kemampuan pemecahan masalah,

dukungan sosial, dan keyakinan budaya dapat membuat seseorang

mengintegrasikan pengalaman stres dalam hidup mereka dan belajar untuk

mengadopsi strategi koping yang efektif. Semua ini dapat membantu

seseorang menemukan makna dari pengalaman stres dan mempertimbangkan

strategi alternatif untuk menangani peristiwa yang penuh stres.

Peningkatan ansietas menjadi tingkat berat dan panik,

menampilkan perilaku seseorang yang cenderung dan berpotensi merugikan

serta menurut=nkan kualitas hidup. Seseorang berusaha untuk menghindari

ansietas dan keadaan yang memacu ansietas. Ketika mengalami ansietas,

seseorang menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba

menghilangkan ansietas. Ketidakmampuan untuk mengatasi ansietas secara

konstruktif merupakan penyebab utama dari masalah psikologis (Stuart,

2013).

Menurut Kusumawati, dan Hartono, 2010 ada dua sistem koping yang

digunakan pada seseorang yang mengalami kecemasan.


14

a. Task Oriented Reaction : individu menilai secara objektif

b. Ego Oriented Reaction : melindungi diri sendiri, tidak menggunakan

secara realitas.

Sedangkan menurut Stuart, 2013 mekanisme koping dikategorikan

sebagai berfokus pada masalah atau tugas dan berfokus pada emosi atau ego.

a. Koping Berfokus pada Masalah atau Tugas

Mekanisme koping berfokus pada masalah atau tugas merupakan upaya

yang disengaja untuk memecahkan masalah, menyelesaikan konflik, dan

memuaskan kebutuhan. Mekanisme koping bertujuan untuk memenuhi

tuntutan situasi stres realistis yang telah dinilai secara objektif. Reaksi-

reaksi ini mencakup serangan, penarikan, dan kompromi.

1). Perilaku menyerang merupakan usaha seseorang mencoba untuk

menghilangkan atau mengatasi hambatan dalam rangka memenuhi

kebutuhan. Cara yang dilakukan bersifat destruktif dan konstruktif.

Pola destruktif biasanya disertai kemarahan dan permusuhan yang

sangat besar, sedangkan pola konstruktif mencerminkan pendekatan

pemecahan masalah.

2). Perilaku menarik diri dapat dinyatakan secara fisik dan psikologis.

Secara fisik, menarik diri melibatkan penghindaran diri dari sumber

ancaman. Reaksi ini dapat berlaku untuk stressor biologis, seperti

kamar penuh asap, atau kontak dengan penyakit menular. Sedangkan

menarik diri dengan cara psikologis, seperti dengan mengakui

kekalahan, menjadi apatis, atau menurunnya aspirasi dan parstisipasi.


15

3). Kompromi melibatkan perubahan cara berfikir seseorang yang biasa

tentang hal-hal tertentu, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek

kebutuhan pribadi. Hal ini diperlukan dalam situasi yang tidak dapat

diselesaikan melalui serangan atau menarik diri. Reaksi kompromi

biasanya bersifat konstruktif dan sering digunakan dalam situasi

pendekatan-pendekatan dan penghindaran-penghindaran. Seiring

waktu terkadang seseorang menyadari bahwa kompromi tidak dapat

lagi diterima; sehingga perlu adanya negosiasi ulang solusi atau

mengadopsi mekanisme koping yang berbeda.

b. Koping Berfokus pada Emosi atau Ego

Mekanisme koping yang berfokus pada emosi atau ego, dikenal sebagai

mekanisme pertahanan, melindungi orang dari perasaan tidak mampu dan

tidak berharga serta mencegah kesadaran ansietas.

Mekanisme Pertahanan Ego

1). Kompensasi merupakan proses dimana seseorang menggunakan

kelemahan yang dirasakan dengan penekanan yang kuat atas ciri yang

diamggap lebih menyenangkan.

2). Pengingkaran merupakan menghindari realitas yang tidak

menyenangkan dengan mengabikan atau menolak untuk mengakuinya,

mekanisme pertahanan yang paling sederhana dan paling primitif dari

semua mekanisme pertahanan ego.


16

3). Pengalihan merupakan pengalihan emosi yang seharusnya diarahkan

kepada objek atau orang tertentu ke objek atau orang yang kurang

berbahaya.

4). Disasosiasi adalah proses pemisahan dari proses kelompok jiwa atau

perilaku dari sisa kesadaran atau identitas orang tersebut.

5). Identifikasi adalah proses dimana orang mencoba untuk menjadi

seperti seseorang yang mereka kagumi dengan mengambil pikiran, tingkah

laku, atau selera orang itu.

6). Intelektualisasi merupakan penalaran yang berlebihan atau logika yang

digunakan untuk menghindari pengalaman perasaan yang mengganggu.

7). Introjeki adalah mengidentifikasi dengan kuat dimana seseorang

menggabungkan kualitas atau nilai-nilai orang lain atau kelompok lain ke

dalam struktur egonya sendiri. Ini adalah salah satu mekanisme paling dini

pada anak sehingga penting pembentukan hati nurani.

8). Isolasi adalah memisahkan komponen emosional dari pikiran, yang

mungkin bersifat sementara atau jangka panjang.

9). Proyeksi adalah menghubungkan pikiran atau impuls ke orang lain.

Melalui proses ini seseorang dapat menghubungkan keinginan tak

tertahankan , perasaan emosional atau motivasi kepada orang lain.

10). Rasionalisasi adalah menawarkan penjelasan yang dapat diterima

secara sosial atau tampaknya logis untuk menbenarkan atau membuatnya

dapat diterima walau impuls , perasaan, perilaku, dan motif tidak dapat

diterima.
17

11). Reaksi Formasi merupakan pengembangan pola sikap dan perilaku

yang berlawanan dengan apa yang benar-benar dirasakan atau ingin

dilakukan.

12). Regresi merupakan kemunduran karakteristik atau perilaku pada

tingkat perkembangan awal.

13). Represi merupakan penekanan secara tak sadar hal-hal yang

menyakitkan atau konflik peran, impuls atau memori dari kesadaran.

14). Disosiasi adalah mengamati orang dan situasi sebagai semua baik atau

semua buruk , gagal mengintergrasikan kualitas positif dan negatif dari diri

sendiri.

15). Sublimasi adalah penerimaan tujuan pengganti yang disetujui secara

sosial untuk dorongan penyaluran ekspresi normal yang dihambat.

16). Surpresi merupakan suatu proses sering didengar sebagai mekanisme

pertahanan, tapi sebenarnya adalah sama dengan represi yang disadari.

17). Undoing merupakan tindakan atau komunikasi sebagian meniadakan

kejadian sebelumnya, mekanisme pertahanan primitif.

5. Alat Ukur Ansietas

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah

ringan, sedang, berat, seseorang seringkali menggunakan alat ukur atau

instrumen yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety

(HRS-A). Alat ukut ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing

kelompok dirinci lagi dengan gejala –gejala yang lebih spesifik. Masing-
18

masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4 yang

artinya adalah :

Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)

1 = gejala ringan

2 = gejala sedang

3 = gejala berat

4 = gejala berat sekali

No Gejala kecemasan Nilai angka ( Score )

1 Perasaan cemas (ansietas) 0 1 2 3 4

- Cemas

- firasat buruk

- takut akan pikiran sendiri

- mudah tersinggung

2. Ketegangan 0 1 2 3 4

- merasa tegang

- lesu

- tidak bisa istirahat tenang

- mudah menangis

- gemetar

- Gelisah
19

3. Ketakutan 0 1 2 3 4

- pada gelap

- Pada orang asing

- ditinggal sendiri

- pada binatang besar

- pada keramaian lalu lintas

- pada kerumunan orang banyak

4. Gangguan tidur 0 1 2 3 4

- sukar masuk tidur

- terbangun malam hari

- tidur tidak nyenyak

- bangun dengan lesu

- banyak mimpi-mimpi

- mimpi buruk

- mimpi menakutkan

5. Gangguan kecerdasan 0 1 2 3 4

- sukar konsentrasi

- daya ingat menurun

- daya ingat buruk

6. Perasaan depresi (murung) 0 1 2 3 4

- hilangnya minat

- berkurangnya kesenangan pada

hobi

- bangun dini hari

- perasaan berubah-ubah
20

sepanjang hari

7. Gejala somatik/fisik (otot) 0 1 2 3 4

- sakit dan nyeri di otot-otot

- kaku

- kedutan otot

- gigi gemurutuk

- suara tidak stabil

8. Gejala somatik/fisik (sensorik) 0 1 2 3 4

- tinitus (telinga berdenging)

- penglihatan kabur

- muka merah atau pucat

- merasa lemas

- perasaan ditusuk-tusuk

9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan 0 1 2 3 4

pembuluh darah)

- takikardia (denyut jantung

cepat)

- berdebar-debar

- nyeri di dada

- denyut nadi mengeras

- rasa lesu/lemas seperti mau

pingsan

- detak jantung menghilang

(berhenti sekejap)
21

10. Gejala respiratori (pernafasan) 0 1 2 3 4

- rasa tertekan atau sempi di dada

- rasa tercekik

- sering menarik nafas

- nafas pendek/sesak

11. Gejala gastointestinal (pencernaan) 0 1 2 3 4

- sulit menelan

- perut melilit

- gangguan pencernaan

- nyeri sebelum dan sesudah

makan

- perasaan terbakar diperut

- rasa penuh atau kembung

- mual

- muntah

- sukar buang air besar

(konstipasi)

- kehilangan berat badan

12. Gejala urogenital (perkemihan dan 0 1 2 3 4

kelamin)

- sering buang air kecil

- tidak dapat menahan air seni

- tidak datang bulan (tidak ada

haid)

- darah haid berlebihan


22

- darah haid amat sedikit

- masa haid bekepanjangan

- masa haid amat pendek

- haid beberapa kali dalam

sebulan

- menjadi dingin (frigid)

- ejakulasi dini

- ereksi melemah

- ereksi hilang

- impotensi

13. Gejala autonom 0 1 2 3 4

- mulut kering

- muka merah

- mudah berkeringat

- kepala pusing

- kepala terasa berat

- kepala terasa sakit

- bulu-bulu berdiri
23

14. Tingkah laku(sikap)


Masing-masing nilai angka pada wawancara
(score) 0 kelompok
dari ke 14 gejala 1 2 tersebut
3 4
dijumlahkan dan

- gelisah

- tidak tenang

- jari gemetar

- kerut kening

- muka tegang

- otot tegang/ mengeras

- nafas pendek dan cepat

- muka merah

Jumlah Nilai Angka (Total score)=

Alat ukur HRS-A ini bukan dimaksudkan untuk

menegakan diagnosa gangguan cemas. Diagnosa gangguan cemas

ditegakkan dari pemeriksaan klinis oleh dokter (psikiater);

sedangkan untuk mengukur derajat berat ringannya gangguan untuk

mengukur derajat ringan atau beratnya kecemasan maka digunakan

alat ukur HRS-A.


24

B. Kanker Payudara
1. Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara yang juga disebut dengan carcinoma (ca) mammae

merupakan pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol karena terjadi

perubahan abnormal dari gen yang berperan dalam pembelahan sel.

Kankerpayudara sampai sekarang masih menjadimasalah karena merupakan

jenis kanker yangangka kejadiannya paling tinggi di Indonesia (Depkes RI,

2011). Menurut Irianto (2015) kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel

yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya

(epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar seperti

jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara. Sedangkan

Brunner Sudarth dalam Wijaya (2013) kanker payudara adalah suatu penyakit

seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara dengan manifesti yang

mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pengertian kanker payudara adalah perkembangan jaringan pada payudara yang

abnormal yang bersifat menyebar dan merupakan penyakit yang paling ditakuti

dan banyak di alami kaum wanita.

2. Tahapan Kanker Payudara


Tahapan atau biasa disebut dengan stadium adalah proses mencari tahu

seberapa luasnya kanker tersebut pada saat ditemukan. Stadium kanker

merupakan faktor terpenting dalam menentukan pilihan pengobatan kanker

payudara(Irianto, 2015). Salah satu cara yang digunakan dokter untuk

menggambarkan stadium dari kanker adalah sistem TNM. Sistem ini

menggunakan tiga kriteria untuk menentukan stadium kanker(Pamungkas,

2012). Menurut Wijaya (2013) tahap-tahapnya adalah sebagai berikut :


25

TUMOR SIZE (T)

1. Tx = Tak ada tumor

2. To = Tak dapat ditunjukan adanya tumor primer

3. T1 = Tumor dengan diameter kurang dari 2 cm

4. T2 = Tumor dengan diameter 2-5 cm

5. T3 = Tumor dengan diameter lebih dari 5 cm

6. T4 = Tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukan perluasan

secara langsung ke dinding thorak atau kulit

REGIONAL LIMPHO NODUS (N)

1. Nx = Kelenjar ketiak tidak teraba

2. No = Tidak ada metastase kelenjar ketiak homolateral

3. N1 = Metastase kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa digerakan

4. N2 = Metastase kelenjar ketiak homolateral, melekat terfiksasi satu sama

lain atau jaringan sekitarnya

5. N3 = Metastase kelenjar ketiak homolateral suprklavikuler/infraklavikuler

atau odem lengan

METASTASE JAUH (M)

1. Mo = Tak ada metastase

2. M1 = Metastase jauh termasuk perluasan ke dalam kulit di luar payudara

Sedangkan stadium kanker payudara menurut Pamungkas (2012) adalah :

a. Stadium 0

Pada stadium ini kanker tidak atau belum menyebar ke luar pembuluh darah

atau saluran payudara dan kelenjar-kelenjar susu pada payudara. Stadium ini

disebut stadium kanker yang tidak infasiv.

b. Stadium I (Stadium dini)


26

Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada

pembuluh getah bening. Besarnya rumor tidak lebih dari 2-2,5 cm, tidak ada

metastase pada kelenjar getah bening ketiak. Kemungkinan penyembuhan

secara sempurna adalah 70 %.

c. Stadium IIa

Pada stadium ini pasien akan mengalami hal-hal sebagai berikut :

- diameter tumor kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan pada

titik-titik kelenjar getah bening di ketiak.

- diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm. Belum

menyebar ke titik-titik pemuluh getah bening pada ketiak

- tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara tapi ditemukan pada

pembuluh getah bening pada ketiak.

d. Stadium Iib

Pada stadium ini penderita akan mengalami kondisi:

- Diameter tumor lebih dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm

- Telah menyebar pada pembuluh getah bening ketiak

- Diameter tumor lebih dari 5 cm tapi belum menyebar

e. Stadium IIIa

Pada stadium ini penderita akan mengalami kondisi :

- Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik

pembuluh getah bening ketiak

- Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik

pembuluh getah bening ketiak


27

f. Stadium IIIb

Tumor telah menyebar ke dinding dada, menyebabkan pembengkakan dan

bisa juga terdapat luka bernanah di payudara atau didiagnosis sebagai

inflamatory breast cancer. Bisa jadi telah menyebar ke titik-titik pembuluh

getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain

dari organ tubuh.

g. Stadium IIIc

Pada stadium ini hampir sama dengan stadium IIIb namun kanker telah

menyebar lebih dari 10 titik di saluran getah bening di bawah tulang

selangka.

h. Stadium IV

Pada tahap ini kondisi penderita sudah sangat parah yang sangat kecil

kemungkinannya bisa disembuhkan. Tumor telah menyebar atau

bermetastasis ke lokasi yang jauh seperti tulang, paru-paru, liver, tulang

rusuk atau bagian tubuh lainnya.

3. Etiologi Kanker Payudara

Sebab keganasan paya kanker payudara masih belum jelas, namun menurut

Wijaya (2013) ada beberapa faktor yang berkaitan erat dengan munculnya

keganasan penyakit ini yaitu : virus, faktor lingkungan faktor hormonal dan

familia yang diantaranya adalah jenis kelamin (99% perempuan), usia (resiko

tinggi umur >30 tahun), riwayat keluarga dengan kanker payudara, riwayat

menstruasi (early menarche atau late menopouse), riwayat kesehatan (individu

yang mempunyai riwayat kanker payudara), riwayat reproduksi, sering

terpapar radiasi, life style (mengkonsumsi alkohol, obesitas, merokok).


28

4. Manifestasi Klinis Kanker Payudara

Menurut Wijaya (2013) gejala awal kanker payudara berupa sebuah

benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di

sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan pinggiran yang tidak beraturan. Fase

awal : asimtomatik. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan ,

benjolan bisa digerakan dengan mudah di bawah kulit.

Tanda umum : benjolan/penebalan pada payudara

Tanda/gejala lanjut : kulit cekung, retraksi puting susu, nyeri tekan/raba, kulit

tebal dan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk, ulserasi pada payudara.

Sedangkan metastase ditandai dengan : nyeri pada bahu dan pinggang, batuk

menetap, anoeksia, berat badan menurun, gangguan pencernaan, kabur, dan

sakit kepala.

Pada stadium lanjut, terdapat tanda-tanda :

a. Benjolan yang melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya, kadang

kulit di atas benjolan mengkerut seperti kulit jeruk

b. Terdapat masaa utuh kenyal di kwadran atas bagian dalam, dibawah

ketiak bentuknya tidak beraturan.

c. Nyeri di daerah massa

d. Adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi pada area mammae

e. Pengelupasan papilla mamae

f. Kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar cairan spontan, kadang

disertai darah

g. Ditemukan lessi pada pemriksaan mamograf.


29

C. Terapi Spiritual

Tujuan penerapan teknik pada manajemen penyakit adalah untuk mengurangi

kecemasannya sebab kecemasan dapat meningkatkan rasa sakit. Oleh sebab itu

relaksasi dapat menurunkan kecemasan sehingga rasa sakit dapat berkurang salah

satunya terapi spiritual (Subekti dan Utami, 2011). Menurut Hamid (2008) spiritual

adalah keyakinan dalam hubungan dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta.

Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan

dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika

sedang menghadapi stres emosional, penyakit fisik, atau kematian

(Blais&Wilklinson, 1995 dalam Hamid 2008).

Lukman (2012) yang menyatakan bahwa secara fisiologis, terapi spiritual

dengan berdzikir atau mengingat asma Allah menyebabkan otak akan bekerja,

ketika otak mendapat rangsangan dari luar, maka otak akan memproduksi zat kimia

yang akan memberi rasa nyaman yaitu neuropeptida. Setelah otak memproduksi

zat tersebut, maka zat ini akan menyangkut dan diserap didalam tubuh yang

kemudian akan memberi umpan balik berupa kenikmatan atau kenyamanan.

Munzir (2008) menunjukkan bahwa kata-kata dzikir itu dapat menjadi salah satu

frasa fokus (kata-kata yang menjadi titik fokus perhatian) dalam proses

penyembuhan diri klien dari kecemasan, ketakutan bahkan dari keluhan fisik

seperti sakit kepala, nyeri dada dan hipertensi.

Sehingga dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa terapi

spiritual adalah terapi yang digunakan untuk mempertahankan keharmonisan,

keselarasan dan ketenangan dari dalam diri seseorang dengan lebih mendekatkan

diri kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk membuat perasaan lebih tenang yang

dapat mempercepat proses penyembuhan suatu penyakit.


30

D. Penatalaksanaan Terapi Spiritual

Dalam penatalaksanaan terapi spiritual pada pasien kanker payudara dengan

ansietas, penulis menggunakan NIC dan NOC sebagai acuan. Penulis memillih

spiritual supportn dengan beberapa intervensi, diantaranya gunakan komunikasi

terapeutik untuk membangun kepercayaan dan kepedulian empatik, perlakukan

individu dengan bermartabat dan hormat, dorong partisipasi dalam interaksi

dengan anggota keluarga maupun teman, selalu siap untuk mendengarkan perasaan

individu, dan sediakan privasi dan cukup waktu untuk kegiatan spiritual.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Perawat menggunakan komunikasi terapeutik untuk berkomunikasi dengan

pasien agar pasien merasa nyaman, dan percaya dengan perawat. Sehingga

pasien mau mengikuti perintah yang diberikan perawat.

2. Pasien dibimbing untuk memilih kalimat spiritual (lafal doa/asmaul husna)

yang akan digunakan sesuai dengan ide, harapan, dan maknanya.

3. Pasien dianjurkan untuk duduk di tempat yang nyaman dan dalam keadaan

santai.

4. Pasien dianjurkan untuk rileks, dan melakukan napas dalam.

5. Pasien dimbing untuk melafalkan kalimat spiritual (lafal doa/asmaul husna)

secara berulang-ulang, dan mengingatkan pasien untuk memaknai artinya lebih

dalam

6. Bila pasien dalam melaksanakan terapi spiritualnya, lupa atau mengalami

gangguan konsetrasi perawat hendaknya mengingatkan, dan memfokuskan

kembali pikirannya.

7. Kegiatan spiritual ini dilakukan 10 sampai 30 menit sehari atau sesuai dengan

keinginan.
31

8. Setelah melakukan teknik terapi spiritual, pasien dianjurkan untuk duduk dan

istirahat terlebih dahulu.

9. Selalu libatkan keluarga dalam pelaksanaan terapi spiritual ini agar pasien

merasa tidak sendiri dan bersemangat dalam menjalani terapinya.

10. Menganjurkan keluarga untuk selalu mendengarkan keluh kesah pasien dan

senantiasa untuk memberikan dukungan kepada pasien agar pasien merasa

lebih berharga yang mana itu akan membuat pengobatan semakin maksimal.

E. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Konsep pengkajian pasien dengan kanker payudara menurut Brashers

(2008:130), antara lain riwayat medis kanker payudara, riwayat reproduksi,

riwayat keluarga yang menderita kanker payudara, alkohol dan merokok.

Pemeriksaan: masa payudara (ukuran, lokasi); perubahan kulit (eritema,

jerawat); perubahan puting (penebalan, keluar cairan); pemeriksaan penunjang

(mamografi, biopsi, ronsen dada).

Sedangkan menurut Hamid (2009) Pengkajian data subjektif berupa:

konsep tentang tuhan dan ketuhanan, sumber harapan dan kekuatan, praktik

agama dan ritual, hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan

(pasien mengatakan agama adalah hal yang tidak penting, penyakit merupakan

hukuman baginya, pasien mengatakan takut mengenai kondisinya,

mengatakan cemas). Untuk pengkajian data objektif berupa afek dan sikap

(pasien tampak murung, berdiam diri, marah, tak banyak bicara); perilaku

(pasien membaca kitab suci dan buku keagamaan, pasien mengekspresikan

kemarahan terhadap agama); verbalisasi (pasien menyebut tuhan, meminta


32

dikunjungi pemuka agama, takut akan kematian); hubungan interpersonal

(siapa pengunjung pasien, respon pasien terhadap pengunjung).

2. Diagnosa Keperawatan

Pada pasien dengan kanker payudara mengalami banyak masalah

keperawatan, akan tetapi penulis lebih menekankan pada diagnosa

keperawatan Anietas berhubungan dengan penyakit.

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah setiap tindakan berdasarkan penilaian klinis dan

pengetahuan, yang perawat lakukan untuk menignkatkan hasil pada klien

(Kozier, 2011)

Perencanaan pada pasien dengan ansietas dengan NOC : Kesehatan

Spiritual. Sedangkan untuk NIC menggunakan spiritual support dengan

beberapa intervensi.............................

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah suatu tahapan dalam proses

keperawatan dimana perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan

yang telah dibuat dengan maksud untuk mencapai tujuan yang diharapkan

(Asmadi, 2008).

Pada tahap ini penulis mengaplikasikan beberapa rencana keperawatan

yang telah di rancang. Implementasi dilakukan dengan jumlah pertemuan

sebanyak 3 x 24 jam dan dalam 1 hari diharapkan minimal 1 kali pertemuan.

Penulis menggunakan komunikasi terapeutik saat berinteraksi, mendorong

agar pasien mampu berpartisipasi saat berinteraksi dengan anggota keluarga

dan juga dengan teman, memperlakukan pasien secara bermartabat dan

hormat, menyediakan waktu untuk mendengarkan perasaan pasien,


33

menyediakan privasi dan waktu yang cukup untuk kegiatan spiritual pasien.

5. Evaluasi

Menurut Harmoko (2012) evaluasi merupakan tahap penilaian untuk

melihat keberhasilan dari rencana tindakan yang telah diberikan. Bila

tidak/belum berhasil, maka perlu disusun rencana baru yang sesuai.

Evaluasi dengan diagnosa asietas menurut NANDA (2015), antara lain

NOC anxiety self-control dengan indikator mengurangi penyebab ansietas,

menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan, mengurangi

penyebab kecemasan, mempertahankan hubungan sosial dan mengendalikan

respon kecemasan. Dengan memperlihatkan skala mulai dengan skala 1-5

dengan keterangan tidak pernah dilakukan, jarang dilakukan, kadang-kadang

dilakukan, sering dilakuka, dilakukan secara konsisten.


34

BAB III

METODA

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan oleh penulis dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien Kanker

Payudara Stadium III dengan Fokus Studi Pengelolaan Ansietas

Menggunakan Terapi Spiritual di Ruang Bougenvile RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo” adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif

yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara

realita dan obyektif terhadap sesutu kondisi tertentu yang sedang terjadi

dalam kelompok masyarakat (Imron, 2010). Kemudian studi kasus ini


35

adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien

kanker payudara yang mengalami ansietas.

B. Batasan Istilah

Karya tulis ilmiah ini berjudul asuhan keperawatan pada pasien kanker

payudara dengan ansietas menggunakan terapi spiritual adalah serangkaian

tindakan atau proses keperawatan yang diberikan kepada pasien ansietas

yang dilakukan secara berkesinambungan untuk pemecahan masalah

ansietas melalui tahapan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa

keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi terhadap tindakan

keperawatan serta pendokumentasian.

Kanker payudara payudara adalah keganasan pada sel-sel yang

terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya

(epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar

seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara

(Irianto, 2015).

Dari beberapa masalah keperawatan yang dapat muncul saat seseorang

di diagnosa terkena penyakit kanker payudara, pasti akan banyak sekali

masalah yang muncul pada pasien baik itu secara fisik maupun secara psikis

dan salah satu masalah yang muncul adalah ansietas. Ansietas adalah

perasaan tidak tenang yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau

ketakutan yang disertai dengan ketidakpastian, keberdayaan, isolasi, dan

ketidaknyamanan (Stuart, 2013). Dengan adanya keadaan yang seperti ini

maka, dibutuhkan tindakan segera untuk mengatasi kondisi pasien agar idak

menyebabkan keadaan pada diri pasien yang semakin parah.


36

Penanganan ansietas dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dan

pada studi kasus ini penulis memilih untuk menggunakan teknik terapi

spiritual untuk mengurangi ansietas yang dirasakan oleh pasien. Teknik

terapi spiritual merupakan suatu cara yang digunakan untuk

mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar,

berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika seseorang

sedang menghadapi stres emosional, penyakit fisik, atau bahkan kematian

(Blais&Wilklinson, 1995 dalam Hamid 2008).

C. Partisipan

Unit analisis atau partisipan dalam keperawatan umumnya adalah

pasien. Subyek yang digunakan pada studi kasus dengan pendekatan asuhan

keperawatan ini ada 2 klien atau 2 kasus dengan diagnosa medis yang sama

dan masalah keperawatan yang sama.

Pada studi kasus ini subyek penelitian yang digunakan adalah 2 pasien yang

memiliki masalah keperawatan yang sama, dengan kriteria :

1. Pasien berjenis kelamin perempuan dan didiagnosa kanker payudara

stadium III.

2. Pasien yang telah dirawat minimal 3 hari.

3. Pasien sadar penuh dan bersedia menjadi responden.

4. Pasien yang mengalami ansietas dengan penyakit kanker payudara.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dipilih penulis untuk membuat studi kasus “Asuhan

Keperawatan Kanker Payudara Stadium III dengan Fokus Studi Pengelolaan

Ansietas Menggunaka Terapi Spiritual di Ruang Bougenvile RSUD Prof.

Dr. Margono Soekarjo” yaitu di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Lama
37

waktu perawatan adalah sejak pasien pertama kali masuk rumah sakit dan

atau pasien yang dirawat paling tidak selama 3 hari.

E. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu :

1. Wawancara
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bercakap-cakap secara
langsung atau berhadapan muka dengan responden untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan dan pemberian pre serta post test pada pasien.
2. Studi Pustaka
Pengumpulan data yang dilakukan dengan menemukan berbagai literatur
seperti buku, jurnal, artikel, internet ataupun laporan penelitian yang
berhubungan dengan kasus.
3. Observasi
Suatu perbuatan jiwa yang aktif dan penuh perhatian untuk menyadari
adanya suatu rangsangan atau gejala nyata (Imron & Munif, 2010).

F. Uji Keabsahan Data


Dalam study kasus ini, untuk uji keabsahan data yang dilakukan oleh penulis
adalah sebagai berikut :
1. Uji keabsahan data dilakukan untuk menguji kualitas data yang diperoleh
penulis dan informasi yang penulis peroleh selama proses pengambilan
data, hal ini dapat dilakukan dengan cara memperpanjang waktu
pengamatan apabila data yang diperoleh oleh penulis dirasa belum
lengkap.
2. Dengan melakukan wawancara terhadap sumber yang dianggap mampu
diandalkan yaitu wawancara dengan keluarga pasien dan juga pada
perawat untuk mendapatkan data yang dirasa akurat dan benar sesuai
dengan keadaan pasien sesungguhnya.
G. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara sebagai berikut: Pengumpulan
data Pengumpulan data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan
dokumen pada pasien Kanker Payudara yang mengalami Ansietas.
38

Kemudian penulis akan rencana tindakan keperawatan atau (Nurse


Intervention Classification) dan hasil yang diharapkan akan sesuai dengan
NOC (Nurse Of Classification), dan selanjutnya melakukan implementasi
dengan rencana yang sudah direncanakan dan tahap akhir yaitu evaluasi.
H. Etik Penelitian
Menurut Hidayat (2014) etika yang mendasari penyusunan kasus, terdiri dari
:
1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan reponden penelitian dengan memberikan persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
membrikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Beberapa
informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain :
partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang
dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang
akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi,
dan lain-lain.
2. Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disampaikan.
3. Confidentially (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.

Anda mungkin juga menyukai