Anda di halaman 1dari 9

HAND OUT

Materi : Asuhan Keperawatan Klien dengan


Ansietas
Dosen : Wenny Nugrahati Carsita, S.Kep., Ns., M.Kep
Mata Kuliah : Keperawatan Kesehatan Jiwa 1

1. Pengertian
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan inividu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (PPNI, 2017).
2. Tanda dan Gejala
Manifestasi gejala ansietas tergantung pada tingkat ansietas yang dialami oleh
individu:
a. Respon Fisiologis
1) Peningkatan frekuensi napas
2) Peningkatan frekuensi nadi
3) Peningkatan tekanan darah
4) Diaphoresis
5) Sering buang air kecil
6) Wajah pucat
7) Sesak napas
8) Insomnia
9) Palpitasi
10) Tremor
11) Wajah tegang
12) Anoreksia
13) Mual
14) Diare
15) Perut tidak nyaman
16) Kelopak mata berkedut
17) Merasa mau pingsan
18) Gerakan kaku
19) Merasa panas dan dingin
20) Kelemahan umum
21) Reaksi terkejut
b. Respon Afektif/Emosional
1) Merasa gelisah
2) Tidak sabaran
3) Ketegangan
4) Gugup
5) Takut
6) Frustasi
7) Ketidakberdayaan
8) Perasaan bersalah
9) Malu
c. Respon Kognitif
1) Gangguan perhatian
2) Konsentrasi yang buruk
3) Lupa
4) Kesalahan penilaian
5) Kebingungan
6) Kreativitas berkurang
7) Lapang persepsi menurun
8) Kehilangan objektivitas
9) Preokupasi
10) Takut cedera atau kematian
11) Takut kehilangan kontrol
d. Respon Perilaku
1) Kegelisahan
2) Bicara cepat
3) Penarikan interpersonal
4) Ketegangan fisik
5) Temor
3. Tingkatan Ansietas
Peplau (1963) dalam Stuart, Keliat, dan Pasaribu (2016) mengidentifikasi empat
tingkatan ansietas meliputi:
a. Ansietas ringan
Ansietas ringan terjadi saat ketegangan hidup sehari-hari. Pada tingkatan ini
seseorang menjadi waspada dan lapang persepsi meningkat. Kemampuan untuk
melihat, mendengar, dan menangkap lebih dari sebelumnya.
b. Ansietas sedang
Ansietas sedang terjadi dimana seseorang hanya berfokus pada hal penting saja,
lapang persepsi menyempit sehingga kurang melihat, mendengar, dan
menangkap. Seseorang akan memblokir area tertentu namun masih mampu
mengikuti perintah jika diarahkan untuk melakukannya.
c. Ansietas berat
Ansietas berat ditandai dengan penurunan lapang persepsi secara signifikan.
Seseorang cenderung memfokuskan pada hal yang detail dan tidak berpikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ansietas dan banyak
arahan yang dibutuhkan untuk focus ke area lain.
d. Panik
Panik dikaitkan dengan rasa takut dan terror. Sebagian orang yang mengalami
panik tidak dapat melakukan hal-hal yang diarahkan. Gejala panik adalah
peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyempit, dan kehilangan pemikiran rasional.
Orang yang panik tidak mampu berkomunikasi dan berfungsi secara efektif.
Kondisi panik yang berkepanjangan akan menghasilkan kelelahan dan kematian.
4. Rentang Respon Ansietas
Perawat harus mampu mengidentifikasi tingkat ansietas yang dialami klien melalui
pengamatan perilaku. Rentang respon ansietas dari respon paling adaptif antisipasi ke
respon yang paling maladaptive yaitu panik digambarkan pada gambar 1. Tingkat
anisetas pada rentang respon koping yang relevan dengan diagnosis keperawatan akan
mempengaruhi jenis tindakan keperawatan.

Respon Adaptif Respon Malada ptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 1. Rentang Respon Ansietas (Stuart, 2013)


5. Pengkajian
Menurut Stuart (2013) proses terjadinya kecemasan dapat dijelaskan melalui
psikodimanika dengan menggunakan pendekatan Model Stuart Stres Adaptasi.
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
a) Teori Genetik
Teori genetik menekankan pada keterlibatan komponen genetik terhadap
berkembangnya perilaku ansietas. Studi statistik mengindikasikan bahwa
factor gen dapat menyebabkan perbedaan 3-4% derajat ansietas yang dialami
seseorang (Wuryaningsih dkk., 2018). Seseorang yang memiliki Riwayat
keluarga dengan gangguan jiwa, tiga kali lebih mungkin untuk mengalami
PTSD setelah persitiwa traumatik (Stuart, Keliat & Pasaribu, 2016).
b) Teori Biologi
Teori biologi menekankan perilaku ansietas dengan melihat struktur
fisiologis meliputi fungsi saraf, hormon, anatomi, dan kimia saraf. Teori
biologi menjelaskan proses terjadinya ansietas yaitu adanya keterkaitan
system GABA, norepinefrin, dan serotonin (Stuart, 2013).
2) Psikologis
a) Teori psikoanalitik
Ansietas merupakan hasil dari ketidakmampuan menyelesaikan masalah,
konflik yang tidak disadari, serta pengakuan terhadap ego dari kerusakan
eksternal yang berasal dari kepuasan. Contoh konflik yang tidak disadari
yaitu seseorang pada masa kanak-kanak takut tidak mendapatkan perhatian
dari orang tua, menimbulkan perasaan tidak nyaman atau ansietas pada masa
selanjutnya (Wuryaningsih dkk., 2018).
b) Teori belajar
Teori belajar mempercayai bahwa seseorang yang telah terpapar
kekhawatiran yang intens dalam kehidupan awal lebih cenderung mengalami
ansietas di kemudian hari, sehingga pengaruh orang tua adalah penting.
1) Anak-anak yang melihat orang tua mereka merespon kekhawatiran pada
stress ringan segera mengembangkan pola yang sama
2) Tingkat harga diri seseorang merupakan fackor penting yang berhubungan
dengan ansietas. Seseorang yang mudah merasa terancam atau yang
memiliki harga diri yang rendah akan lebih rentan terhadap ansietas.
3) Ketahanan (resilience) terhadap stress. Ketahanan merupakan
kemampuan seseorang untuk mempertahankan fungsi normal meskipun
kesulitan. Seseorang yang sudah berhasil mengelola stress di masa kecil,
akan lebih tahan terhadap stress pada usia dewasa (Stuart, Keliat &
Pasaribu, 2016).
c) Teori Perilaku
Teori perilaku memandang ansietas sebagai hasil pengalaman yang
dipelajari oleh individu sepanjang hidupnya. Teori perilaku menekankan
ansietas sebagai hasil frustasi segala sesuatu yang menggangu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Wuryaningsih dkk.,
2018).
3) Sosial Budaya
1) Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini
dikaitkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan,
perpisahan yang menyebabkan ketidakberdayaan.
2) Teori sosial budaya
Teori ini meyakini pengalaman seseorang sulit beradaptasi terhadap
lingkungan dikarenakan konsep diri dan mekanisme koping. Konsep diri
yang negatif sejak kecil dan kemampuan berkomunikasi yang rendah akan
menimbulkan kesulitan menyesuaikan diri terhadap kelompok sosialnya,
sehingga beresiko mengalami ansietas (Wuryaningsih dkk., 2018).
b. Faktor Presipitasi
faktor presipitasi merupakan situasi atau faktor pencetus yang dapat
menyebabkan ansietas.
1) Kebutuhan tidak terpenuhi seperti makanan, kenyamanan, keamanan
2) Ancaman terhadap konsep diri seperti perubahan status dan kehormatan,
kegagalan atau kesuksesan, kehilangan pengakuan dari orang lain
3) Situasi yang berkaitan dengan kehilangan orang yang dicintai akibat dari
kematian, perceraian, perpisahan akibat mobilisasi baik menetap atau
sementara
4) Situasi yang berkaitan dengan ancaman integritas fisik seperti kondisi
menjelang ajal, prosedur invasive, penyakit, kekerasan fisik, kecacatan,
rencana tindakan operasi, diagnosis penyakit yang tidak jelas
5) Situasi yang berhubungan dengan perubahan lingkungan seperti pencemaran
lingkungan, pengungsian, bencana alam
6) Situasi yang berhubungan dengan perubahan status sosial ekonomi seperti
pengangguran, promosi jabatan, pekerjaan baru, mutasi pekerjaan
7) Situasi yang berkaitan dengan harapan yang tidak realistis
8) Disfungsi sistem keluarga
9) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
10) Penyelahgunaan zat
11) Kurang terpapar informasi
12) Peruabahan tahap perkembangan (PPNI, 2017; Wuryaningsih dkk., 2018)
c. Penilaian terhadap Stressor
Tingkatan ansietas berdasarkan tanda dan gejala penting diketahui sebagai dasar
pertimbangan untuk menentukan tindakan keperawatan.
d. Sumber koping
Individu dapat mengatasi ansietas dengan menggunakan sumber koping internal
dan eksternal. Sumber koping terdiri dari kemampuan personal, dukungan sosial,
asset material, dan keyakinan.
e. Mekanisme koping
Mekanisme koping dikelompokkan menjadi dua yaitu mekanisme koping yang
berfokus pada tugas (problem or task focused coping) dan mekanisme koping
verfokus pada emosi/ego (emotional or ego focused coping). Mekanisme koping
yang biasa digunakan oleh individu yang mengalami ansietas ringan antara lain:
menangis, mengupa, makan berlebihan, tidur, tertawa, latihan fisik, melamun,
mengumpat, merokok, minum alcohol, mengurangi interkasi dengan orang lain,
kontak mata kurang, membatasi untuk mengungkapkan perasaan. Individu
dengan anisetas sedang, berat, dan panik mememerlukan sumber daya yang lebih
besar untuk mengatasinya.
Beberapa pertanyaan yang dapat dikembangkan untuk melakukan pengkajian pada
klien dengan ansietas.
a. Bagaimana perasaan Saudara?
b. Apakah yang menyebabkan Saudara merasa khawatir?
c. Bagaimana situasi yang Saudara alami ketika merasa khawatir?
d. Bagaimana upaya yang Saudara lakukan untuk mengatasinya?
e. Bagaimana hasilnya setelah Saudara berusaha mengatasinya dengan cara yang
telah digunakan?
f. Bagaimana dampak dari perasaan cemas ketika belum teratasi?
Observasi respon on verbal dan lingkungan sekitar klien (Wuryaningsih dkk.,
2018).
6. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
7. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Menurunkan tingkat ansietas atau meminimalkan gejala ansietas
b. Pengetahuan dan keterampilan klien mengenal masalah dan cara
penananganannya eningkat sehingga mampu menggunakan koping yang adaptif
(Wuryaningsih dkk., 2018).
8. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Ansietas berat dan panik
1) Lindungi klien dari bahaya
a) Upayakan penerimaan dan dukungan pada klien
b) Jangan bertanya “Mengapa gejala tersebut bisa muncul?”
c) Identifikasi bahwa respon fisiologis dari panik disebabkan oleh
mekanisme koping maladaptif klien saat ini
d) Berikan umpan balik terhadap perilaku, stressor, tanda dan gejala yang
dialami, sumber koping yang dimiliki
e) Berikan edukasi dan dukungan positif tentang keterkaitan kesehatan fisik
dengan kesehatan emosional
2) Ciptakan lingkungan yang kondusif
a) Bersikap tenang ketika berinteraksi dengan klien
b) Minimalkan stimulus dari lingkungan sekitar
c) Batasi interaksi dengan orang lain yang dapat meningkatkan gejala
ansietas
d) Identifikasi dan modifikasi lingkungan yang dapat memicu kondisi panik
e) Berikan tindakan untuk menurunkan anisetas seperti mandi air hangat,
relaksasi, pijatan
3) Kolaborasi pemberian medikasi, jika diperlukan:
a) Bantu kepatuhan pengobtan dengan prinsip 8 benar obat (benar nama
klien, benar nama obat, benar manfaat obat, benar dosis, benar frekuensi,
benar cara, benar tanggal kadaluarsa, dan benar dokumentasi)
b) Monitor efek samping dari pengobatan
b. Ansietas sedang – ringan
1) Bantu klien menegnal ansietas yang dialami (penyebab, tanda dan gejala,
dampak yang dirasakan)
2) Latih untuk koping adaptif: mekanisme koping berfokus pada masalah
3) Latihan relaksasi: meditasi, relaksasi nafas dalam, teknik distraksi, guided
imagery, terapi musik, hypnosis 5 jari, latihan spiritual, latihan relaksasi otot
progresif
(Wuryaningsih dkk., 2018).
9. Tindakan Keperawatan
Berikut langkah-langkah tindakan keperawatan pada klien dengan asnietas:
a. Membantu pasien mengenal masalah ansietas (penyebab, tanda dan gejala, upaya
yang telah dilakukan, akibat dari ansietas)
b. Melatih cara mengatasi ansietas
1) Tarik nafas dalam
2) Teknik distraksi
3) Hypnosis lima jari
4) Kegiatan spiritual
(Wuryaningsih dkk., 2018; Keliat et al., 2019).
10. Tindakan Keperawatan pada Keluarga
a. Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang mengalami
ansietas
b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya ansietas serta
mengambil keputusan merawat klien
c. Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien mengatasi ansietas sesuai
dengan tindakan keperawatan pada klien
d. Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang mendukung klien mengatasi
ansietas
e. Diskusikan tanda dan gejala ansietas yang memerlukan rujukan atau follow up ke
fasilitas pelayanan kesehatan (Keliat et al., 2019).
11. Evaluasi
a. Penurunan tanda dan gejala
b. Peningkatan kemampuan klien mengatasi ansietas
c. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan ansietas
(Keliat et al., 2019).
12. Dokumentasi
IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl, jam: Tanggal 22 Maret 2021, Jam 14.00 S :
WIB - Pasien mengatakan merasa lebih
tenang
Data Subjektif O:
Pasien mengatakan sulit tidur, merasa khawatir, - Pasien mampu mengenal
takut jika operasinya tidak berjalan lancar, penyebab ansietas dengan
jantung berdebar-debar bantuan
- Pasien mampu memperagakan
Data Objektif: cara latihan tarik nafas dalam
Ekstremitas dingin, sering bertanya hal yang
sama, wajah tampak tegang, sering merams- A : Ansietas teratasi Sebagian
remas tangan, konsentrasi menurun ditandai dengan kemampuan
mengenal ansietas dan
Dx Kep: Ansietas mengontrolnya

P:
Tindakan Latihan tarik nafas dalam 3 kali
1. Memmbantu pasien mengenal anisetas sehari dan saat ansietas muncul
(penyebab, tanda dan gejala, upaya yang
dilakukan, akibat/dampak)
2. Melatih pasien mengnotrol ansietas dengan
cara latihan tarik nafas dalam

RTL : latih pasien mengontrol ansietas dengan


teknik distraksi

Referensi:
1. Keliat, B.A., Hamid, A.Y.S., Putri, Y.S.E., Daulima, N.H.C., Wardani, I.Y., Susanti,
H., … Panjaitan, R.U. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
2. PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indoneisa: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
3. Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (10th ed).
Missouri: Elsevier Mosby
4. Stuart, G.W.T., Keliat B.A., Pasaribu J. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan
Kesehatan Jiwa Stuart. Edisi Indonesia 10. Mosby: Elsevier (Singapore) Pte Ltd.
5. Wuryaningsih, E. W., Windarwati, H.D., Dewi, E.I., Deviantony, F., & Hadi, E.
(2018). Buku Ajar: Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Jember: UPT Percetakan &
Penerbitan Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai