M
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HALUSINASI
PENDENGARAN DI RSJ KALAWA ATEI
PALANGKARAYA
Disusun Oleh :
Nama : Rama
NIM : 2018.C.10a.0981
Semester VI/Tingkat III B
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1
Keperawatan, Pembimbing Akademik
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011)
dalam Zelika, (2015). Sedangkan Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya
tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang
positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
Data dari Departemen Kesehatan tahun 2009, jumlah penderita gangguan
jiwa di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori
gangguan jiwa ringan 11,6 persen dan 0,46 persen menderita gangguan jiwa berat.
Hasil penelitian WHO di Jawa Tengah tahun 2009 menyebutkan dari setiap 1.000
warga Jawa Tengah terdapat 3 orang yang mengalami gangguan jiwa. Sementara
19 orang dari setiap 1.000 warga Jawa Tengah mengalami stress Depkes RI,
(2009) dalam Zelika, (2015). Data kunjungan rawat inap Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta pada bulan Januari - April 2013 didapat 785 orang.
Pasien dengan halusinasi menempati urutan pertama dengan angka kejadian
44 persen atau berjumlah 345 orang, pasien isolasi sosial menempati urutan kedua
dengan angka kejadian 22 persen atau berjumlah pasien 173 orang, pasien dengan
resiko perilaku kekerasan menempati urutan ketiga dengan angka kejadian 18
persen atau berjumlah pasien 141 orang pasien, pasien dengan harga diri rendah
menempati urutan keempat dengan angka kejadian 12 persen atau berjumlah 94
orang, sedangkan pasien dengan waham, defisit perawatan diri 4 persen atau 32
orang Zelika, 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis mengambil
rumusan masalah bagimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasein
dengan khususnya pada Tn. A dengan diagnosa medis Risiko Perilaku Kekerasan
Di RSJ Kalawa Atei Palangka Raya
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien
Ny. M dengan diagnosa medis Risiko Perilaku Kekerasan Di RSJ Kalawa
Atei Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
diberikan.
1.3.2.2 Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
1.3.2.3 Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang
diberikan.
1.3.2.4 Mampu mengetahui manajemen keperawatan untuk mengarahkan seluruh
kegiatan yang direncanakan dan mengatasai permasalahan.
2.1.1 Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011)
dalam Zelika, (2015). Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau
pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan Sheila L Vidheak,
( 2001) dalam Darmaja (2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015) halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran)
dan rangsangan eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan
dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia,
2001).Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi
adalah gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui
panca indera tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi,
dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi
pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus
internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.
2.1.3 Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015), faktor-faktor
yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-
kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%.
Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia
berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang
tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak
yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal,
khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di
rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan
hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan
orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja,
kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan,
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus
asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa
punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang
lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan
sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan pengobatan,
ketidakadekuatan penanganan gejala
2.1.4 Klasifikasi
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang
luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Klien dapat Setelah 3x Intervensi : 3. Identifikasi bersama klien Deteksi dini sehingga
mengontrol 3. klien menyebutkan cara atau tindakan yang dapat mencegah
halusinasinya tindakan yang biasanya dilakukan jika terjadi tindakan yang dapat
dilakukan untuk halusinasi (tidur, marah, membahayakan klien
mengendalikan menyibukan diri dll) dan lingkungan sekitar
halusinasinya
4. Klien dapat dukungan Setelah 3x Intervensi 4.1 Diskusikan pentingnya Melihat mekanisme
dari keluarga dalam 4. keluarga menyebutkan peran serta keluarga sebagai koping klien dalam
mengontrol pengertian, tanda dan pendukung klien untuk menyelesaikan masalah
halusinasinya gejala, proses mengatasi halusinasi yang dihadapi
terjadinya halusinasi 4.2 Diskusikan potensi keluarga
dan tindakan untuk untuk membantu klien
mengendali kan mengatasi perilaku kekerasan
halusinasi 4.3 Jelaskan pengertian
penyebab, akibat dan cara
merawat klien halusinasi
5. Klien menggunakan Setelah 3x Intervensi 5. 1 Jelaskan manfaat Menyukseskan
obat sesuai program 5. Klien menjelaskan menggunakan obat secara program pengobatan
yang telah ditetapkan - Manfaat minum obat teratur dan kerugian jika klien
- Kerugian tidak minum tidak menggunakan obat
obat 5.2 Jelaskan kepada klien :
- Nama obat - Jenis obat (nama, warna,
- Bentuk dan warna dan bentuk obat)
obat - Dosis yang tepat untuk
- Dosis yang diberikan klien
kepadanya - Waktu pemakaian
- Waktu pemakaian - Cara pemakaian
- Cara pemakaian - Efek yang akan dirasakan
- Efek yang dirasakan klien
6. Klien menggunakan 5.3 Anjurkan klien
obat sesuai program - Minta dan menggunakan
obat tepat waktu
- Lapor ke perawat/dokter
jika mengalami efek yang
tidak biasa
- Beri pujian terhadap
kedisplinan klien
menggunakan obat
2.2.5 Implementasi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi). Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan
dan perwujudan dan rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Pada tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu
melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan
(Setiadi, 2010).
SP V p
1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya.
2. Menjelaskan cara kontrol perilaku
kekerasan dengan minum obat (prinsip 5
benar minum obat)
3. Membimbing pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak, Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Buruh tani
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Jl. Rta. Milono Km 7
Tgl MRS : 10 Maret 2021
Diagnosa Medis : Perilaku Kekerasan
Pasien masuk melalui IGD RSJ Kalawa Atei Pada tanggal 10 Maret 2021
diantar keluarganya untuk pengobatan. Alasan masuk dikarenakan melempar batu
ke rumah tetangga dan marah-marah.
3.2.1 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 10 Maret 2021 pasien
dibawa oleh keluarganya ke IGD RSJ Kalawa Atei, pasien datang ke RSJ
pukul 14:00 WIB. Keluarganya mengatakan alasan membawanya karena pasien
melempar batu ke rumah tetangga dan marah-marah. Setelah dilakukan
pengkajian didapatkan , pasien tampak tidak rapi, pasien berbicara sendiri sambil
mondar mandir, dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan TD : 120/90 mmHg,
Nadi : 88x/menit, RR : 16x/menit. Serta penampilan kurang rapi, rambut tampak
acak-acakan, pasien tidak meminum obat sejak kurang lebih 1 tahun, pasien
diberikan terapi Haloperidol 2x1, Trazodone 2x1, Aprazolam 1x1
3.4 Fisik
1. Tanda Vital : TD : 120/90 mmHg, N : 88x/menit, RR : 20x/menit,
S : 36,5 0C
2. Ukur : TB : 1550cm BB : 80kg
3. Keluhan Fisik : Tidak
Jelaskan : Pasien tidak ada keluhan fisik
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah
3.5 Psikososial
1. Genogram Keluarga
Keterangan :
1. Meninggal Dunia
2. Klien
3. Laki-laki
4. Tinggal Serumah
5. Perempuan
2. Konsep Diri
3. Hubungan Sosial :
4. Spritual :
1. Penampilan
Jelaskan : Penampilan klien selama dirawat dirumah sakit cukup rapi, klien
menganti bajunya 1x sehari dan mandi 2x sehari
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah
2. Pembicaraan
Jelaskan : Klien berbicara dengan tidak jelas serta mengepal-ngepal
tangannya.
Masalah Keperawatan : Kerusakan Komunikasi
3. Aktivitas Motorik
Jelaskan : Pasien melakukan aktivitas mandiri seperti mandi, makan,
beribadah, kadang-kadang menyapu. Saat ini pasien merasa tenang tapi
jarang bersosialisasi dengan teman satu ruangan nya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah
4. Alam Perasan
Jelaskan : Alam perasaan klien saat ini cukup tenang dan tidak ada yang
ditakutkan
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah
5. Afek
Jelaskan : Klien memiliki afek yang tumpul karena ekspresi perasaan yang
berkurang
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah
7. Persepsi
Jelaskan : Klien mengatakan tidak ada yang bermasalah pada persepsinya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah
8. Proses Pikir
Jelaskan : Saat diberikan pertanyaan dari perawat klien mampu
menjawab, akan tetapi pembicaraannya sering melantur. Klien tidak
menutup nutupi yang akan di bicarakannya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah
11. Memori
Jelaskan : Klien masih dapat mengingat kejadian masa lalu dan sekarang
(saat dibawa ke berobat dan diantar oleh keluarga dan klien dapat
mengingat nama perawat saat berkenalan)
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Jelaskan : Klien mampu konsentrasi dan dapat berhitung secara
sederhana
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum Alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya........ Lainnya.........
Jelaskan :
Jelaskan :
Masalah keperawatan : Gangguan Konsep Diri
2. Kerusakan Komunikasi
Resiko Perilaku
Effect
kekerasan
Gangguan persepsi
sensori : halusinasi Core problem
pendengaran
Isolasi sosial :
Cause
menarik diri
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Palangka Raya, 11 Maret 2021
Mahasiswa
( Rama )
Analisa Data
NO DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ds : Resiko Perilaku Kekerasan
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien melempar batu ke
rumah tetangga dan marah-marah
Do :
- Pasien tampak tidak rapi
- Pasien berbicara sendiri sambil mondar mandir
- Pasien sudah tidak meminum obat sejak 5 bulan yang lalu
- TTV : Td :120/90mmHg, N : 88x/menit, RR : 16x/menit, S :
36,50C
- Terapi obat yang diberikan : Haloperidol 2x1, Trazodone,
Aprazolam 1x1