Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

DI DESA KASRI KEC. BULULAWANG KAB. MALANG WILAYAH


KERJA PUSKESMAS BULULAWANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Profesi Ners Departemen Jiwa
CI Akademik: Dr. Ns. Retno Lestari, S.Kep., M.Nurs
CI Lahan: Siti Asia, A.Md.Keb

Kelompok 4B:

Radan Angkasa Putra G. 220170100111033


Niken Mustika Dyah H. 220170100111037
Marcella Dhea Anastasya 220170100111036
Arih Wardah Chanifah 220170100111046

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang
lain. Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial
individu secara optimal, dan yang selaras dengan perkembangan orang
lain (Kemenkes, 2016). Kesehatan jiwa dalam sehat jiwa terbagi dalam
beberapa aspek, diantaranya sehat jiwa pada anak usia sekolah. Anak usia
sekolah menurut Erikson Wong (2009) berada dalam fase industri. Anak
mulai mengarahkan energi untuk meningkatkan pengetahuan dari
kemampuan yang ada (Santrock, 2008). Anak belajar berkompetisi dan
bekerjasama dari aturan yang diberikan. Anak mulai ingin bekerja untuk
menghasilkan sesuatu dengan mengembangkan kreativitas, keterampilan,
dan keterlibatan dalam pekerjaan yang berguna secara sosial (Santrock,
2008; Wong, 2009). Namun, pada saat ini banyak anak diusia sekolah,
khususnya pelajar yang akan melewati ujian akhir kelulusan akan
mengalami resiko gangguan jiwa, ansietas, stress, isolasi sosial dan
bahkan sampai resiko bunuh diri dikarenakan adanya tekanan dalam
kompetisi.
Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola psikologis atau
perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan
dikaitkan dengan adanya distress atau disabilitas (yaitu kerusakan pada
satu atau lebih area fungsi yang penting) atau di sertai peningkatan resiko
kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan
kebebasan (Videbeck, 2013). Penyebab terjadinya gangguan jiwa,
Biologis: Stresor yang berhubungan dengan respon neurobiologis,
Lingkungan: Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara
biologis berinteraksi dengan stresor lingkungan untuk menentukan
gangguan perilaku, Sosial budaya: Stres yang menumpuk dapat
menunjang terjadinya skizorfenia dan gangguan psikotik lain (Stuart,
2012).
Pada pasien gangguan jiwa, awal gejala pasien lebih memilih untuk
berdiam diri dan mengurung diri sehingga kerap kali mengalami
hambatan dalam bersosialisasi, Salah satu penanganannya yaitu dengan
melakukan Terapi Aktivitas Kelompok. Terapi aktivitas kelompok
mempermudah psikoterapi dengan sejumlah pasien dalam waktu yang
sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok yaitu agar pasien dapat belajar
kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan
kebutuhannya memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang
sederhana dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain
sehingga pasien dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan
arti berhubungan dengan orang lain (Bayu, 2011).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada kelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi
dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan
menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif
untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
Pada pasien dengan masalah psikososial: ansietas menimbulkan
dampak baik secara fisik maupun psikologis. Aspek fisik, pasien dengan
ansietas akan muncul perubahan ADL (activity daily living) karena
pasien akan terus memikirkan masalah yang ada pada dirinya yang
mengakibatkan pasien lupa akan membersihkan dirinya, lupa atau
terlambat untuk makan dan minum, dan tidak melakukan aktivitas fisik.
Aspek psikologis, pasien dengan ansietas jika tidak tertangani akan
mengembangkan gejala-gejala menarik diri dan akan mengarah pada
kondisi depresi.
Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok (TAK)
pasien dengan masalah psikososial: ansietas dapat diatasi dengan
stimulasi persepsi, dengan harapan setelah pasien mengikuti kegiatan
terapi ini dapat menyingkirkan pikiran atau masalah yang sedang dihadapi
menjadi aktivitas yang bermanfaat serta pasien akan mendapat manfaat
dari latihan yaitu peningkatan pada aspek kognitif.
Berdasarkan uraian diatas, salah satu terapi aktivitas aktivitas yang
dapat diberikan kepada pasien untuk mengatasi ansietas dengan teknik
distraksi melalui latihan hipnosis 5 jari.
1.2 Tujuan Kegiatan
1.2.1 Tujuan Umum
Klien dapat memahami dan mempraktikkan teknik relaksasi nafas
dalam dan distraksi dengan menggunakan latihan hipnosis 5 jari.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Klien mampu memperkenalkan diri
2. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
3. Klien mampu bekerjasama dan menyelesaikan aktivitas
4. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat
kegiatan yang telah dilakukan
5. Klien mampu mengembangkan aspek psikomotor, afektif,
dan kognitif
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Klien
Sebagai cara untuk klien dengan gangguan psikososial: ansietas dengan
metode pengalihan perhatian, harapannya setelah pasien mengikuti kegiatan
terapi ini pikiran pasien tidak berfokus dengan masalah yang sedang
dihadapi dan pasien merasa lebih tenang dan ansietas berkurang.
1.3.2 Manfaat Bagi Terapis
 Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara
holistic pada anak usia sekolah.
 Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan
Strategi Pelaksanaan dalam implementasi rencana tindakan
keperawatan klien.
1.3.3 Manfat bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi untuk pihak akademisi, pengelola dan sebagai bahan
kepustakaan, khususnya bagi mahasiswa profesi ners sebagai aplikasi dari
pelayanan Mental Health Nursing yang optimal.
1.3.4 Manfaat Bagi Puskesmas
Sebagai masukkan dalam implementasi asuhan keperawatan yang
holistik, sehingga diharapkan keberhasilan terapi lebih optimal.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1
2
2.1 KONSEP DASAR ANSIETAS
2.1.1 Definisi
Kecemasan adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menhadapi ancaman
(PPNI, 2016). Ansietas merupakan perasaan tidak tenang yang samar–samar
karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons
(penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) (Yusuf, 2019).
Perasaan takut dan tidak menentu dapat mendatangkan sinyal peringatan
tentang bahaya yang akan datang dan membuat individu untuk siap
mengambil tindakan menghadapi ancaman. Adanya tuntutan, persaingan,
serta bencana yang terjadi dalam kehidupan dapat membawa dampak
terhadap kesehatan fisik dan psikologi. Salah satu dampak kesehatan
psikologi yaitu ansietas atau kecemasan (Sutejo, 2019).
2.1.2 Etiologi
Blacburn & Davidson (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra,
2012: 51) menjelaskan faktor-faktor yang menimbulakan kecemasan, seperti
pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai situasi yang sedang
dirasakannya, apakah situasi tersebut mengancam atau tidak memberikan
ancaman, serta adanya pengetahuan mengenai kemampuan diri untuk
mengendalikan dirinya (seperti keadaan emosi serta fokus
kepermasalahannya). Kemudian Adler dan Rodman (dalam M. Nur
Ghufron & Rini Risnawita, S, 2014: 145-146) menyatakan terdapat dua
faktor yang dapat menimbulkan kecemasan, yaitu:
1. Pengalaman negatif pada masa lalu
Sebab utama dari timbulnya rasa cemas kembali pada
masa kanak kanak, yaitu timbulnya rasa tidak menyenangkan
mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa
mendatang, apabila individu menghadapi situasi yang sama
dan juga menimbulkan ketidaknyamanan, seperti
pengalaman pernah gagal dalam mengikuti tes.
2. Pikiran yang tidak rasional
Pikiran yang tidak rasional terbagi dalam empat bentuk,
yaitu:
a. Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari individu
bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya.
Individu mengalami kecemasan serta perasaan
ketidakmampuan dan ketidaksanggupan dalam mengatasi
permaslaahannya.
b. Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada dirinya
untuk berperilaku sempurna dan tidak memiliki cacat.
Individu menjadikan ukuran kesempurnaan sebagai
sebuah target dan sumber yang dapat memberikan
inspirasi.
c. Persetujuan
d. Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang
berlebihan, ini terjadi pada orang yang memiliki sedikit
pengalaman.
2.1.3 Rentang Respon
1. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas
menumbuhkan motivasi belajar serta menghasilkan pertumbuhan
dan kreativitas.
2. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan
perhatian pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain,
sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif tetapi
dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Adanya kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang
terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan
merasa diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun
dengan pengarahan. Panik meningkatkan aktivitas motorik,
menurunkan kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi
menyimpang, serta kehilangan pemikiran rasional.
2.1.4 Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping yaitu sebagai berikut:
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari
dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik
tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk
mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.
Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stres. Kompromi
untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan
dan sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan
diri, distorsi realitas, dan bersifat maladaptif
2.1.5 Proses Terjadinya Masalah

Effect Harga diri rendah



Gangguan citra tubuh

Core Problem Ansietas

Causa Koping individu tidak efektif

Perubahan fisik/operasi/stressor
fisik
2.1.6 Tanda dan Gejala
Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 164) ada beberapa ciri-ciri
kecemasan, yaitu:
1. Ciri-ciri fisik dari kecemasan, diantaranya: 1) kegelisahan,
kegugupan, 2) tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau
gemetar, 3) sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi,
4) kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada, 5) banyak
berkeringat, 6) telapak tangan yang berkeringat, 7) pening atau pingsan,
8) mulut atau kerongkongan terasa kering, 9) sulit berbicara, 10) sulit
bernafas, 11) bernafas pendek, 12) jantung yang berdebar keras atau
berdetak kencang, 13) suara yang bergetar, 14) jari-jari atau anggota
tubuh yang menjadi dingin, 15) pusing, 16) merasa lemas atau mati
rasa, 17) sulit menelan, kerongkongan merasa tersekat, 19) leher
atau punggung terasa kaku, 20) sensasi seperti tercekik atau
tertahan, 21) tangan yang dingin dan lembab, 22) terdapat
gangguan sakit perut atau mual, 23) panas dingin, 24) sering
buang air kecil, 25) wajah terasa memerah, 26) diare, dan 27)
merasa sensitif atau “mudah marah”
2. Ciri-ciri behavioral dari kecemasan, diantaranya: 1) perilaku
menghindar, 2) perilaku melekat dan dependen, dan 3) perilaku
terguncang.
3. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, diantaranya: 1) khawatir tentang
sesuatu, 2) perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi
terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, 3) keyakinan bahwa
sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan
yang jelas, 4) terpaku pada sensasi ketubuhan, 5) sangat waspada
terhadap sensasi ketubuhan, 6) merasa terancam oleh orang atau
peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat
perhatian, 7) ketakutan akan kehilangan kontrol, 8) ketakutan akan
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, 9) berpikir bahwa
dunia mengalami keruntuhan, 10) berpikir bahwa semuanya tidak
lagi bisa dikendalikan, 11) berpikir bahwa semuanya terasa sangat
membingungkan tanpa bisa diatasi, 12) khawatir terhadap hal-
hal yang sepele, 13) berpikir tentang hal mengganggu yang sama
secara berulang-ulang, 14) berpikir bahwa harus bisa kabur dari
keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan, 15) pikiran terasa bercampur
aduk atau kebingungan, 16) tidak mampu menghilangkan pikiran-
pikiran terganggu, 17) berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak
menemukan sesuatu yang salah secara medis, 18) khawatir akan
ditinggal sendirian, dan sulit berkonsentrasi atau memfokuskan
pikiran
2.2 TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
2.1.2 Definisi Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah salah satu terapi
modalitas yang dilakukan oleh seorang perawat pada sekelompok
klien dengan masalah keperawatan yang sama (Keliat &
Pawirowiyono, 2014). Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus
dan terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah (Keliat &
Pawirowiyono, 2014).
2.1.3 Tujuan dan Fungsi Terapi Aktivitas Kelompok
Tujuan dari TAK ialah meningkatkan kemampuan subyek
dalam membina hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
Adapun tujuan kususnya adalah antara lain:
1. Subyek mampu memperkenalkan diri
2. Subyek mampu berkenalan dengan anggota kelompok
3. Subyek mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
4. Subyek mampu menyampaikan dan membicarakan topic
percakapan
5. Subyek mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi
pada orang lain
6. Subyek mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi
kelompok
7. Subyek mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan
tentang TAKS yang telah dilakukan.

2.1.4 Jenis-jenis terapi aktivitas kelompok

1) Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi


2) Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensori

3) Terapi aktivitas kelompok (TAK) orientasi realita

4) Terapi aktivitas kelompok (TAK) sosialisasi


BAB 3
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
3.1 Karakteristik Klien dan Proses Seleksi
1. Klien yang tidak mengalami gangguan fisik
2. Klien yang mudah mendengarkan dan mempraktekannya
3. Klien yang mudah diajak berinteraksi
4. Klien yang tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk, dalam
keadaan tenang
5. Klien dapat diajak kerjasama (cooperative)
6. Klien dengan gangguan psikosisoal: Ansietas
3.2 Tugas dan Wewenang
1. Tugas Leader dan Co-Leader
a. Memimpin acara: menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan.
b. Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan klien
c. Memberikan motivasi kepada klien
d. Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan
e. Memberikan reinforcement positif terhadap klien
2. Tugas Fasilitator
a. Ikut serta dalam kegiatan kelompok
b. Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi klien
c. Menghindarkan klien dari distraksi selama kegiatan berlangsung
d. Memberikan stimulus/motivasi pada klien lain untuk berpartisipasi
aktif
e. Memberikan reinforcement terhadap keberhasilan klien lainnya
f. Membantu melakukan evaluasi hasil
3. Tugas observer
a. Mengamati dan mencatat respon pasien
b. Mencatat jalannya aktivitas terapi
c. Melakukan evaluasi hasil
d. Melakukan evaluasi pada organisasi yang telah dibentuk
4. Tugas Klien
a. Mengikuti seluruh kegiatan
b. Berperan aktif dalam kegiatan
c. Mengikuti proses evaluasi
3.3 Peraturan Kegiatan
1. Klien diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hinggga akhir.
2. Klien dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai
dilaksanakan.
3. Klien yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi:
a. Peringatan lisan.
b. Menyanyi menari
3.4 Teknik Pelaksanaan
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Tema : Terapi Aktivitas Kelompok Ansietas Sesi 1&2 Distraksi
menggunakan nafas dalam dan latihan hipnosis 5 jari
Hari/ tanggal : Kamis, 4 Mei 2023
Waktu : 45 menit
Tempat : SDN 2 Kasri, Bululawang, Kabupaten Malang
Tahapan sesi :
SESI 1 (Latihan nafas dalam)
1. Leader : Radan Angkasa Putra Giarto
2. Co Leader : Arih wardah
3. Fasilitator : Niken
4. Observer : Marcella

1. Tujuan
a. Klien mampu untuk melakukan teknik distraksi dengan nafas dalam
2. Sasaran
a. Siswa yang kooperatif
b. Siswa kelas 6 SD
c. Siswa yang sehat jasmani dan rohani
3. Setting
a. Fasilitator dan klien duduk bersama
b. Ruangan nyaman dan tenang
4. MAP
O
L C

F K K K

Keterangan :
L : Leader
C: Co Leader
F : Fasilitator
K : Klien
5. Alat dan Bahan
a. Musik box
6. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Praktik dan tanya jawab
c. Saling bersosialisasi dan bekerja sama
7. Langkah-Langkah Kegiatan
a. Persiapan
- Memilih klien sesuai dengan indikasi
- Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan untuk kegiatan
TAK
b. Orientasi
- Memberi salam terapeutik
1) Leader mengucapkan salam terapeutik, memulai kegiatan
dengan doa
2) Leader memperkenalkan seluruh tim terapis
- Evaluasi/validasi:
1) Leader menanyakan perasaan klien saat ini
2) Leader menanyakan masalah yang dirasakan
3) Leader menanyakan penerapan TAK kegiatan yang lalu
- Kontrak:
1) Menjelaskan tujuan kegiatan
2) Menjelaskan aturan TAK, yaitu:
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
 Bila ingin keluar kelompok klien harus seijin
pemimpin TAK
 Lama kegiatan yaitu 45 menit
c. Tahap kerja
- Leader meminta klien duduk di tempat yang sudah disediakan
- Leader menjelaskan langkah berikutnya:
1) Leader menjelaskan bagaimana cara melakukan latihan
teknik relaksasi nafas dalam
2) Leader mencontohkan langkah-langkah latihan teknik
relaksasi nafas dalam
3) Co Leader ikut mencontohkan langkah-langkah teknik
relaksasi nafas dalam dan menjelaskan manfaatnya
4) Observer mencatat dan menilai respon klien
5) Leader dan fasilitator memberikan pujian, saat klien
selesai dalam menjalankan tugasnya
d. Tahap terminasi
- Evaluasi
1) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK.
2) Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
- Tindak lanjut.
1) Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas dan
interaksi sosial yang asertif
2) Mengupayakan klien untuk melakukan teknik distraksi
sesuai jadwal yang telah disepakati
e. Evaluasi Hasil
Evaluasi dilakukan pada saat proses tidak berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Askep yang dievaluasi adalah
kemampuan pasien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
distraksi dengan menggunakan latihan teknik relaksai nafas
dalam, dievaluasi kemampuan nonverbal dengan menggunakan
formulir evaluasi

No Aspek yang dinilai Nama klien


Ny. A Ny. I Ny. E
1. Klien mengikuti kegiatan V V V
sampai
selesai
2. Klien tampak V V V
senang
3. Klien antusias V V V
mengikuti kegiatan
4 Klien mampu berkomunikasi V V V
baik
dengan orang lain
5 Klien mampu V V V
melakukan kegiatan dengan
baik

f. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki pasien ketika
TAK pada catatan proses keperawatan tiap pasien. Anjurkan
latihan ulang diruang ataupun di rumah secara mandiri (buat
jadwal) (Prabowo, 2014).
DOKUMENTASI KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai