Anda di halaman 1dari 3

KONSEP MODEL KEPERAWATAN JIWA

Dosen Pengampu :
Ns. Nehru Nugroho, S. Kep., M. Kep

Disusun oleh :
Nama : Shelvia Purnama Pratiwi
NIM : P05120221094
Kelas : 2B
Prodi : DIII Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023

1. Pengertian
Menurut Fawcett, 2008 dalam McEwen & Willis, 2007, Konseptual model adalah kumpulan
filosofi yang berdasarkan realita dalam keperawatan dan lebih abstrak. Sedangkan grand Theories
sebaliknya merupakan kumpulan dari konseptual model dan lingkupnya lebih kompleks dan luas
daripada teori; lebih menjelaskan issue- issue keperawatan yang lebih luas.

2. Konseptual Dasar Model Kep. Jiwa


Psyhoanalytical (freud, erickson) Teori psikoanalisis merupakan teori yang berusaha untuk
menjelaskan tentang hakikat dan perkembangan kepribadian manusia. Unsur-unsur yang
diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya.
Interpersonal (sulivan,peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisa muncul akibat adanya ancaman.
Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (ansietas). Ansietas timbul dan dialami seseorang
akibat. Adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal).
a. Sosial (caplan,szasz)
Menurut konsep ini, seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku
apabila banyaknya faktor sosial dan faktor lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada
seseorang (social and environmental factors create stress, which cause anxity and syptom).
b. Existential (Ellis, Roger)
Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal
menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya,
membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dala bodi imagenya.
c. Supportive therapy (wermon, rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep. model ini adalah faktor biopsikososial dan respon
ladadtif saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batu-
batu. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti: mudah cemas, kurang percaya diri,
rasa bersalah, rasa ragu, pemarah.

3. Peningkatan Dan Pencegahan Penyakit Kesehatan Jiwa


Kesehatan jiwa sebagai bidang kegiatan banyak menggunakan kerangka berpikir yang berasal dari
ilmu kesehatan masyarakat. Dalam garis besar kegiatannya dapat dibagi menjadi tiga kelompok
pencegahan atau prevensi yaitu prevensi primer, sekunder dan tersier.
a. Prevensi Primer
Prevensi primer adalah upaya kesehatan yang bertujuan untuk menurunkan insiden penyait di
masyarakat dengan memengaruhi factor penyebab. Upaya ini meliputi upaya peningkatan derajat
kesehatan dan pencegahan penyakit. Dalam hal ini perawat mempunyai fungsi independen untuk
menurunkan kerentanan individu terhadap penyakit dan meningkatkan individu untuk
menghadapi stressor psikososial.
Peran perawat dalam prevensi primer adalah:
1) Memberikan penyuluhan tentang prinsip-prinsip sehat jiwa
2) Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tingkat kemiskinan dan pendidikan
Memberikan pendidikan kesehatan
3) Melakukan rujukan yang sesuai dengan sebelum gangguan jiwa terjadi
4) Membantu klien di RSU untuk menghindari masalah psikiatri dimasa mendatang
5) Bersama-sama keluarga memberi dukungan pada anggota keluarga & meningkatkan fungsi
kelompok
6) Aktif dalam kegiatan masyarakat & politik yang berkaitan dengan kesehatan jiwa
b. Prevensi sekunder
Bertujuan mempercepat proses penyembuhan gangguan jiwa yang sudah ada dalam suatu
populasi hingga demikian jumlah gangguan jiwa berkurang. Sasaran prevensi sekunder adalah
pencegahan gangguan mental yang lebih berat, usaha pencegahan gangguan ditunjukkan pada
gangguan kesehatan jiwa yang lebih ringan yang menghinggapi individu yang pada dasarnya
normal.
Peran perawat dalam prevensi sekunder :
1) Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa
2) Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan dirumah
3) Menciptakan lingkungan yang terapeutik
4) Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan
5) Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri
6) Melaksanakan intervensi krisis
7) Memberikan psikoterapi individu, keluarga, dan kelompok pada berbagai tingkat usia
8) Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yang telah teridentifikasi masalah
yang dialaminya
c. Prevensi tersier
Prevensi tertier bertujuan mengurangi defek residual, yakni cacat tersisa dalam fungsi mental
pada suatu popolasi, dan yang merupakan akibat suatu gangguan mental. Secara populer dapat
dikatakan bahwa dalam prevensi tertier ini mau dicegah, jangan sampai individu yang sudah sakit
menjadi kronis dibiarkan begitu saja. Harus diusahakan agar mereka jadi produktif kembali
dengan sebaik mungkin. Hal ini diusahakan melalui rehabilitasi pasien mental secara besar-
besaran.
Ada beberapa prinsip dasar yang dapat dijadikan pedoman usaha rehabilatasi :
1) Rehabilitasi sebaiknya dimulai saat diagnostic ditegakkan dan terapi dimulai.
2) Penciptaan lingkungan terapeutik di lingkungan rumah sakit jiwa, perawatan jangka panjang
dalam rumah sakit sering menimbulkan gejala hospitalisasi yang merupakan bentuk deprivasi
emosional.
3) Penciptaan usaha rehabilitasi kejuruan atau vokasional.
4) Tempat penampungan khusus
5) Rumah sakit sebaiknya berdekatan dengan rumah pasien.
6) Perlu dijadikan hubungan akrab dengan badan sosial dalam masyarakat.
7) Penyelenggaraan program pendidikan kesehatan jiwa dan konsultasi kesehatan jiwa bagi
tenaga badan sosial.

Anda mungkin juga menyukai