Anda di halaman 1dari 9

Tugas Individu

Resume Materi Keperawatan Jiwa


Nama: SYARIPUDIN

Nim: 2019C08b0179
1. Peran Perawat Jiwa
Perawat kesehatan jiwa mempunyai peran yang bervariasi dan spesifik
(Dalami, 2010). Aspek dari peran tersebut meliputi kemandirian dan kolaborasi
diantaranya adalah yang pertama yaitu sebagai pelaksana asuhan
keperawatan, yaitu perawat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan
jiwa kepada individu, keluarga dan komunitas. Dalam menjalankan perannya,
perawat menggunakan konsep perilaku manusia, perkembangan kepribadian
dan konsep kesehatan jiwa serta gangguan jiwa dalam melaksanakan asuhan
keperawatan kepada individu, keluarga dan komunitas. Perawat melaksanakan
asuhan keperawatan secara komprehensif melalui pendekatan proses
keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan,
perencanaan tindakan keperawatan, dan melaksanakan tindakan keperawatan
serta evaluasi terhadap tindakan tersebut.

Perawat jiwa memiliki peran dalam tingkat pelayanan kesehatan jiwa yaitu:

1. Peran dalam prevensi primer

2. Peran dalam prevensi sekunder

3. Peran dalam prevensi tersier

2.2.1 PERAN DALAM PREVENSI PRIMER

 Memberikan penyuluhan tentang prinsip-prinsip sehat jiwa


 Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tingkat
kemiskinan, & pendidikan
 Memberikanpendidikankesehatan
 Melakukan rujukan yang sesuai dengan sebelum gangguan jiwa terjadi
 Membantu klien di RSU untuk menghindari masalah psikiatri dimasa
mendatang
 Bersama-sama keluarga memberi dukungan pada anggota keluarga &
meningkatkan fungsi kelompok
 Aktif dalam kegiatan masyarakat & politik yang berkaitan dengan
kesehatan jiwa

2.2.2 PERAN DALAM PREVENSI SEKUNDER


 Melakukan skrining & pelayanan evaluasi kesehatan jiwa
 Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan
 Memberikan konsultasi
 Melaksanakan intervensi krisis
 Memberikan psikoterapi individu, keluarga, dan kelompok pada berbagai
tingkat usia
 Memberikan intervensi pada komunitas & organisasi yang telah
teridentifikasi masalah yang dialaminyananganan dirumah
 4. Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di RSU
 5. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
 Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan
 Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri

2.2.3 PERAN DALAM PREVENSI TERSIER

 Melaksanakan latihan vokasional & rehabilitasi


 Mengorganisasi “after care” untuk klien yang telah pulang dari fasilitas
kesehatan jiwa untuk memudahkan transisi dari rumah sakit ke
komunitas
 Memberikan pilihan “partial hospitalization” (perawatan rawat siang)
pada klien

2. Pelayanan Keperawatan Jiwa Dalam Situasi Bencana

Bencana adalah sesuatu peristiwa atau kejadian yang tidak


menyenangkan, menimbulkan korban dan kerugian, serta identik dengan
sesuatu yang buruk. Bencana yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah disaster berasal dari kata “dis” yang berarti sesuatu yang tidak
enak (unfavorable) dan ”astro” yang berarti bintang (star). Dis-astro berarti
peristiwa jatuhnya bintang-bintang ke bumi (www.wikimedia.com).
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana pada bab 1: Ketentuan umum, Pasal 1 bahwa
yang dimaksud dengan: bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
Salah satu peran penting perawat kesehatan jiwa adalah
melakukan intervensi psikososial. Intervensi psikososial merupakan
pemberian layanan kesehatan mental yang tidak hanya berbasis pada
layanan yang diberikan di rumah sakit jiwa, namun lebih mengarah pada
layanan yang diberikan dalam komunitas yang sifatnya lebih informal.
Intervensi psikososial selain diberikan kepada masyarakat yang
mengalami bencana, juga perlu diberikan kepada para relawan atau
pekerja kemanusiaan (yang bukan profesional kesehatan mental) yang
memberi pertologan kepada masyarakat korban
Menurut Iskandar dkk (2005), untuk dapat melakukan intervensi
psikososial secara baik dan efektif maka langkah-langkah di bawah ini
perlu diperhatikan:
a. Mengembangkan kepercayaan (trust). Terapis perlu membina
hubungan saling percaya kepada korban. Apalagi korban dalam
kondisi emosi yang labil atau masih dalam fase berkabung dan
kehilangan sehingga sangat sensitif terhadap keberadaan orang
lain. Terapis perlu memperkenalkan diri dengan sopan,
mendengarkan, menghormati cara-cara dan keyakinan lokal
dalam berhubungan dengan masyarakat.
b. Menunjukkan empati, terutama apabila memberikan pertolongan pertama
dan bantuan tanggap darurat, sehingga masyarakat korban tidak merasa
menjadi obyek tetapi subyek dari intervensi yang dilakukan. Prosedur
untuk memberitahukan tahap-tahap yang dilakukan dalam memberi
bantuan dan mendapatkan informed consent atau izin sebelum
memberikan pertolongan wajib dilakukan.
c. Membantu atau memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan fisik dasar,
misalnya penampungan darurat, bantuan sandang dan pangan. Dapat
juga memastikan perlindungan kelompok-kelompok yang rentan
kekerasan seperti perempuan dan anak-anak
d. Tetap tenang meski orang yang dihadapi sangat gelisah, agresif, ataupun
situasi mengagetkan/berbeda tak seperti dugaan sebelumnya.
e. Dalam menghadapi individu-individu khusus, upayakan menempatkan
individu pada situasi yang aman, meminimalkan kemungkinan ia melukai
diri sendiri atau orang lain
f. Mendorong dilakukannya kegiatan-kegiatan kelompok.
g. Mengembangkan rutinitas yang positif
h. Menghadiri kegiatan meskipun sekadar ada bersama, mendengar,
mengamati, menunjukkan kepedulian.
i. Melakukan kunjungan-kunjungan rumah.
j. Mengidentifikasi masalah-masalah psikososial khusus dan orang-orang
yang menunjukan gejala-gejala trauma lebih dalam.
3. Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa

Ada 6 macam model :

1. Psikoanalisa
2. Interpersonal
3. Social
4. Existensial
5. Supportive therapy
6. Medical

Model psikoanalisis (Freud, Ericson) Gangguan jiwa terjadi akibat :

 Perkembangan diri: Artinya gangguan jiwa dapat terjadi karena perkembangan


seseorang ketika masih kecil/kanak –kanak atau kasus yang terjadi adalah
akibat masa lalu

 Resolusi konflik perkembangan yang inadequate : Artinya gangguan jiwa terjadi


karena seseorang tidak dapat menyelesaikan masalahnya di masa lalu dengan
baik, sehingga muncul ketidakpuasan

 Ego (akal) tidak dapat mengontrol id (kehendak nafsu atau insting)

Gejala – gejala yang muncul adalah hasil usaha untuk berkompromi dengan
kecemasan dan berhubungan dengan konflik yang tidak teratasi
Psikoanalisa sampai saat ini dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner
dibidang psikologi
Hipotesis psikoanalisis menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar
ditentukan oleh motif – motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak
penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia

Proses terapi
Asosiasi bebas
Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran dan perasaan
dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannnya tanpa penyuntingan atau
penyensoran (Akinson, 1991). Pada teknik ini penderita disupport untuk bias berada
dalam kondisi relaks baik fisik maupun mental dengan cara tidur di sofa. Ketika
penderita dinyatakan sudah berada dalam keadaan relaks maka pasien harus
mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat itu secara verbal

Analisa mimpi
Terapi dilakukan dengan mengkaji mimpi – mimpi pasien, karena mimpi timbul
akibat respon/memori bawah sadarnya. Mimpi umumnya timbul akibat
permasalahan yang selama ini disimpan dalam alam bawah sadar yang selama ini
ditutupi oleh pasien. Dengan mengkaji mimpi dan alam bawah sadar klien maka
konflik dapat ditemukan dan diselesaikan

Transferen
Untuk memperbaiki traumatik masa lalu
Peran pasien dan perawat
Klien mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya
Perawat melakukan assessment atau pengkajian tentang keadaan traumatic atau
stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu (pernah disiksa orang tua,
diperkosa pada masa kanak – kanak, ditelantarkan dll) dengan pendekatan
komunikasi traumatic setelah terjalin trust (saling percaya)

Interpersonal Model

(Sullivan, Peplau)

Gangguan jiwa bias muncul karena adanya ancaman, ancaman menimbulkan


kecemasan (anxiety). Ansietas timbul dan dialami seseorang akibat adanya konflik
saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal)

Perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh
orang disekitarnya misalnya : unwanted child

Proses terapi
Build Feeling Security

 Berupaya membangun rasa aman bagi klien


 Trusting relationship and interpersonal satisfaction
 Menjalin hubungan saling percaya dan membina kepuasan dalam bergaul
dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.

Peran pasien dan perawat


Klien melakukan share anxieties (sharing kepada perawat tentang apa – apa yang
dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan
orang lain)
Perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa – apa yang dirasakan
klien. Perawat memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam
berhubungan dengan orang lain

Social Model
(Caplan, Szasz)

Gangguan jiwa/penyimpangan perilaku karena banyaknya factor social dan factor


lingkungan yang memicu munculnya stress pada seseorang
Akumulasi stressor yang ada dilingkungan (bising, macet, iklim sangat dingin/panas
dll) akan mencetuskan stress pada individu
Stressor dari lingkungan diperparah oleh stressor dalam hubungan social (misalkan :
anak nakal, atasan galak, istri cerewet dll).
Proses terapi
Environment manipulation and social support
Modifikasi lingkungan dan adanya dukungan social missal : rumah harus bersih,
teratur, harum, tidak bising, ventilasi cukup, penataan alat dan perabot yang teratur

Peran pasien dan perawat


Klien menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat
melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami istri
Perawat berupaya menggali system social klien seperti suasana rumah, kantor,
sekolah, masyarakat atau tempat kerja

Existensial model
(Ellis, Roger)

Gangguan jiwa atau gangguan perilaku terjadi bila individu gagal menemukan jati
dirinya dan tujuan hidupnya, individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya
membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam body imagenya
Seringkali individu merasa asing dan bingung dengan dirinya sendiri, sehingga
pencarian makna kehidupannya (eksistensinya) menjadi kabur

Individu tidak bisa menjawab pertanyaan


- siapakah saya ini sebenarnya?
- Apa tujuan saya lahir ke dunia ini?
- Apa kelebihan dan kekurangan saya?
- Bagaimana seharusnya saya bersikap agar orang lain menyukai saya?
- Apa pegangan hidup saya?
- Norma mana yang saya anut?

Proses terapi
Experience in relationship
Mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami
riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dianggap bias menjadi panutan

Self assessment
Memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi

Conducted in group
Bergaul dengan kelompok social dan kemanusiaan

Encourage to accept self and control behavior


Mendorong untuk menerima jati dirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback
tentang perilakunya dari orang lain

Peran pasien dan perawat


Klien berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari
dirinya dan mendapatkan feedback dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas
kelompok
Perawat berusaha memperluas kesadaran diri klien melalui feedback, kritik, saran
atau reward dan punishment.
Supportive therapy model
Wermon, Rockland

Gangguan jiwa disebabkan oleh factor biopsikososial dan respon maladaptive


terhadap stressor saat ini
Aspek biologis : sering sakit maag, migraine, batuk –batuk
Aspek psikologis : mudah cemas, kurang percaya diri, pemarah, perasaan bersalah
Aspek social : susah bergaul, menarik diri, tidak disukai, tidak mampu mendapat
pekerjaan
Stressor saat ini : PHK, test masuk kerja

Manifestasi gangguan jiwa muncul akibat ketidakmampuan dalam beradaptasi pada


masalah – masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Ketidakmampuan beradaptasi dan menerima apapun hasilnya setelah berupaya
maksimal, menyebabkan individu menjadi stress.

Proses terapi
Menguatkan respon koping adaptif individu diupayakan mengenal terlebih dahulu
kekuatan dirinya dan kekuatan mana yang bias dipakai alternative pemecahan
masalahnya.

Peran pasien dan perawat


Klien terlibat dalam identifikasi koping yang dimiliki dan biasa dipakai klien
Perawat berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk
menyiapkan koping klien yang adaptif.

Medical model
(Meyer, Kraeplin)

Gangguan jiwa muncul akibat multifactor yang kompleks meliputi : aspek fisik,
genetic, lingkungan dan factor social
Focus penatalaksanaan harus lengkap meliputi pemeriksaan diagnostic, terapi
somatic, farmakologik dan teknik interpersonal
Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur
diagnostic dan terapi jangka panjang
Terapis berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi,
menentukan jenis pendekatan terapi yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai