Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rizaldi Rahman

Kelas : X MIPA 7

Tugas
Sejarah
1. Kerajaan Samudra Pasai
Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudra Darussalam, atau Samudra
Pasai, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang
lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.
Begitu banyak bukti arkeologis tentang kerajaan ini untuk dapat digunakan
sebagai bahan kajian sejarah. Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar
Sultan Malik as –Saleh, sekitar tahun 1267. Keberadaan ini juga tercantum dalam
kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) Karya Abu Abdullah ibn
Batuyhah (1304-1368). Musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada tahun 1345.
Kesultanan Pasai akhirnya runtuh setelah serangan ihsan Portugal pada tahun 1521.
a. Perekonomian
Pasai merupakan kota dagang, mengandalkan lada sebagai komoditi
andalannya, dalam catatan Ma Huan disebutkan 100 kati lada dijual dengan
harga perak 1 tahil. Dalam perdagangan Kesultanan Pasai mengeluarkan koin
emas sebagai alat transaksi pada masyarakatnya, mata uang ini disebut
Deureuham (dirham) yang dibuat 70% emas murni dengan berat 0.60 gram,
diameter 10 mm, mutu 17 karat.
Sementara masyarakat Pasai umumnya telah menanam padi di ladang, yang
dipanen 2 kali setahun, serta memilki sapi perah untuk menghasilkan keju.
Sedangkan rumah penduduknya memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat
menjadi beberapa bilik, dengan lantai terbuat dari bilah-bilah kayu kelapa atau
kayu pinang yang disusun dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan tikar rotan
atau pandan.
b. Budaya dan Agama
Islam merupakan agama yang dianut oleh masyarakat Pasai, walau pengaruh
Hindu dan Buddha juga turut mewarnai masyarakat ini. Dari catatan Ma Huan
dan Tomé Pires, telah membandingkan dan menyebutkan bahwa sosial budaya
masyarakat Pasai mirip dengan Malaka, seperti bahasa, maupun tradisi pada
upacara kelahiran, perkawinan dan kematian. Kemungkinan kesamaan ini
memudahkan penerimaan Islam di Malaka dan hubungan yang akrab ini dipererat
oleh adanya pernikahan antara putri Pasai dengan raja Malaka sebagaimana
diceritakan dalam Sulalatus Salatin.
c. Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan
– aturan dan hukum – hukum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat
persamaan dengan kehidupan sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab.
Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi
Mekkah.
d. Politik
Menurut Marco Polo, raja pertama Kerajaan Samudra Pasai adalah Marah
Silu atau Sultan Malik al Saleh (1285—1297). Raja berikutnya berturut-turut
adalah Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malik al Thahir 1(1297-1326),
Sultan Ahmad yang bergelar Sultan Malik al Thahir 1I(1346-1383), Sultan Zain
al Abidin Malik az Zahir (1383-1405), Sultanah Nahrisyah (1405—1412), Abu
Zaid Malik az Zahir (1412), dan Mahmud Malik az Zahir (1513-1524).
Catatan mengenai Kerajaan Samudra Pasai banyak berasal dari Ibnu Batutah yang
pernah datang berkunjung pada tahun 1345. Ia memberitakan bahwa Samudra
Pasai telah menjalin komunikasi dan hubungan diplomasi dengan Kerajaan Delhi.
Rajanya sangat dihormati rakyat dan menjadi pemimpin agama dengan dibantu
seorang patih yang bergelar Amir.
Pada masa pemerintahan Sultan Malik al Saleh, Samudra Pasai telah mempunyai
hubungan diplomatik dengan Cina. Hal itu diberitakan dalam sejarah Dinasi Yuan
dan Cina. Berita itu menyatakan bahwa pada tahun 1282 seorang utusan Cina
bertemu dengan salah seorang menteri dari kerajaan Sumatra. Mereka sepakat
agar raja Samudra mengirimkan dutanya ke Cina.
Hubungan luar negeri lainnya adalah dengan negara di Timur Tengah. Menurut
berita Ibnu Batutah yang berkunjung ke Samudra Pasai pada masa Sultan Malik
al Thahir II (1346-1383), menyatakan bahwa terdapat beberapa ahli agama datang
ke Samudra Pasai, di antaranya Qadi Sharif Amir Sayyid dari Persi (Iran) dan Taj
al Din dari Istahan. Adapun hubungan perdagangan dilakukan dengan banyak
negara, antara lain Turki, Iran, Gujarat, Arab, Melayu, Jawa, dan Siam.

2. Kerajaan Malaka
KerajaanMalakaatau yang lebih dikenal dengan kesultanan Malaka merupakan
sebuah kerajaan yang pernah berdiri di Malaka, Malaysia.Kerajaan ini bercorak
Melayu, dan didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-1403 M. Menurut kitab
Sulalatus Salatin, kerajaan Malaka merupakan lanjutan dari kerajaan Melayu di
Singapura. Kemudian, akibat adanya serangan dari Jawa dan Siam, maka pusat
pemerintahan berpindah ke Malaka.Parameswara sendiri merupakan seorang yang
berasal dari kerajaan Sriwijaya yang merupakan putra dari raja Sam Agi.
1. Perekonomian
Kerajaan Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai dari barang masuk dan
keluar dari pelabuhan-pelabuhan Malaka. Hal ini dapat meningkatkan kas
keuangan kerajaan. Selain itu, adanya undang-undang laut yang berisi peraturan
pelayaran dan perdagangan memungkinkan kerajaan Malaka memperoleh
keuangan dengan baik.
2. Budaya
Pada kehidupan budaya, perkembangan sastra dan budaya Melayu sangat kental di
kerajaan Malaka.Munculnya karya-karya sastra seperti hikayat Hang Tuah,
hikayat Hang Lekir, dan hikayat Hang Jabat menandai pesatnya perkembangan
budaya Melayu kerajaan Malaka.
3. Sosial
Kehidupan social kerajaan Malak dipengaruhi oleh letak geografis, keadaan alam,
dan lingkungan wilayahnya. Sebagaimana syarakat kerajaan Maritim, hubungan
social masyarakatnya sangat kurang dan bahkan menjurus ke individualisme.
4. Politik
Dalam sumber Kronik Dinasti Ming disebutkan bahwasanya Parameswara sebagai
pendiri Malaka mengunjungi Kekaisaran China dan bertemu Kaisar Yongle di
Nanjing pada tahun 1405 M untuk meminta pengakuan atas wilayah
kedaulatannya. Sebagai balasanupeti yang diserahkan oleh Parameswara, Kaisar
Yongle bersedia untuk memberikan perlindungan atas kerajaan Malaka.
Kronik Dinasti Ming juga menyebutkan bahwa telah 29 kali utusan dari Malaka
mengunjungi kaisar China. Atas dasar ini, kerajaan Malaka dapat terhindar dari
serangan kerajaan Siam dari utara, karena kaisar China telah mengabarkan kepada
penguasa Ayuthaya bahwa kekaisaran China dengan Malaka saling berhubungan.
Kerajaan Malaka juga menjadi salah satu pangkalan bagi armada Dinasti Ming.
Sampai tahun 1435, kerajaan Malaka mempunyai hubungan yang dekat dengan
Dinasti Ming. Armada Ming bertugas untuk mengamankanj alur pelayaran di
Selat Malaka yang sering diganggu oleh kawanan perompak dan bajak laut.Di
bawah lindungan Dinasti Ming, kerajaan Malaka menjadi pusat perdagangan
karena menguasai pelabuhan penting di pesisirbarat Semenanjung Malaya yang
tidak dapat disentuh oleh Majapahit dan Ayuthaya.
Raja-raja yang pernah memimpin kerajaan malaka :
1) IskandarSyahatauParameswara
2) Muhammad IskandarSyah
3) MudzafatSyah
4) Sultan MansyurSyah
5) Sultan AlaudinSyah
6) Sultan Mahmud Syah

3. Kerajaan Aceh Darussalam


Kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah
berdiri di provinsi Aceh, Indonesia. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera
dengan ibu kota Bandar Aceh Darussalam dengan sultan pertamanya adalah Sultan
Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau pada
tanggal 8 September1507. Dalam sejarahnya yang panjang itu (1496 - 1903), Aceh
mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, berkomitmen dalam menentang
imperialisme bangsa Eropa, memiliki sistem pemerintahan yang teratur dan
sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, dan menjalin
hubungan diplomatik dengan negara lain.
Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496.
Pada awalnya kerajaan ini berdiri atas wilayah Kerajaan Lamuri, kemudian
menundukan dan menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya mencakup Daya,
Pedir, Lidie, Nakur. Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian
dari kedaulatan Kesultanan Aceh diikuti dengan Aru.
Pada tahun 1528, Ali Mughayat Syah digantikan oleh putera sulungnya yang
bernama Salahuddin, yang kemudian berkuasa hingga tahun 1537. Kemudian
Salahuddin digantikan oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar yang berkuasa
hingga tahun 1571.
1. Perekonomian
Letak kerajaan Aceh Darussalam sangat strategis sehingga mneyebabkan
perdagangannya meningkat pesat. Pd bidang perdagangan yg maju tersebut telah
menjadikan Aceh Darussalam semakin makmur. Setelah bisa menaklukkan pedir
yg kaya dgn lada putih maka Aceh Darussalam semakin bertambah makmur. Dgn
adanya kekayaan yg sangat melimpah maka Aceh Darussalam berusaha untuk
mampu membangun kekuatan persenjataan yg kuat. Adapun sumber pemasukan
yg utama dari Kerajaan Aceh Darussalam ialah emas dan Lada.kemudian untuk
mata Pencaharian yg utama pd penduduk Aceh Darussalam yaitu di bidang
perdagangan, terutama pd perdagangan emas dan lada. Selain melakukan
perdagangan maka rakyat Aceh Darussalam juga mulai menggantungkan diri di
sektor pertanian dan kelautan.
2. Budaya
Pada kebudayaan masyarakat dari kerajaan Aceh Darussalam juga semakin
bertambah meningkat disebabkan adanya hubungan dgn bangsa-bangsa yg
lainnya. kemajuan tersebut telah terbukti dgn adanya hukum adat yg telah
dilandasi oleh ajaran Islam yg dikenal sebagai Hukum Adat Makuta Alam.
Berdasarkan Hukum Adat Makuta Alam bahwa pd pengangkatan Sultan itu mesti
semufakat hukum dgn adat. Didlm menjalankan kekuasaan maka sultan
mendapatkan pengawasan yg berasal dari Alim Ulama, kadi dan para dewan
kehakiman. Mereka akan bertugas untuk memberikan peringatan untuk Sultan
terkait adanya pelanggaran hukum dan adat yg sudah dilakukan.

3. Sosial
struktur sosial masyarakat Aceh terdiri atas empat golongan, yaitu golongan
teuku (kaum bangsawan yang memegang kekuasaan pemerintahan sipil),
golongan tengku (kaum ulama yang memegang peranan penting dalam
keagamaan), hulubalang atau ulebalang (para prajurit), dan rakyat biasa. Antara
golongan Tengku dan Teuku sering terjadi persaingan yang kemudian
melemahkan Aceh.
Sejak kerajaan Perlak berkuasa (abad ke-12 M sampai dengan abad ke-13 M)
telah terjadi permusuhan antara aliran Syi’ah dan Ahlusunnah wal jamaaah.
Namun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, aliran Syi’ah mendapat
perlindungan dan berkembang ke daerah kekuasaan Aceh. Aliran itu diajarkan
Hamzah Fansuri dan dilanjutkan oleh muridnya yang bernama Syamsuddin Pasai.
Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, aliran Ahlusunnah wal jamaah berkembang
dengan pesat di Aceh.

4. Politik
Sultan pertama yg telah memerintah dan sekaligus menjadi sebagai pendiri
dari kerajaan Aceh Darussalam ialah Sultan Ibrahim atau Sultan Ali Mughayat
Syah pd tahun 1514 sampai 1528. Kerajaan Aceh Darussalam itu berusaha dlm
memperluas pengaruh dgn mulai merebut beberapa daerah yg ada disekitarnya. Di
tahun 1524, Samudra Pasai dan Pedir mulai ditaklukkan. Sesudah Sultan Ali
Mughayat Syah akhirnya wafat maka tahta kerajaan Aceh Darussalam secara
berturut-turut mulai digantikan oleh Sultan Alaudin Riayat Syah al Kahar pd tahun
1537 sampai 1571, selanjutnya Sultan Alaudin Mansur Syah pd tahun 1571
sampai di tahun 1585, Kemudian dipimpin oleh Sultan Alaudin Ri’ayat Syah Ibn
Sultan Munawar Syah yg telah memerintah sampai pd tahun 1588, dan Sultan
Alaudin Riayat Syah Ibn Firman Syah. Di masa kepemerintahan Sultan Alaudi
Riayat Syah Ibn Firman Syah, orang inggris dan belanda kemudian diterima dgn
baik sebagai suatu mitra perdagangan lada. Sesudah Sultan Alaudin Riayat Syah
Ibn Firman Syah akhirnya wafat, maka sultan yg akan memerintah selanjutnya
ialah Sultan Muda dgn lama sampai pd tahun 1607. Kemudian, tahta selanjutnya
diambil alih oleh Sultan Iskandar Muda yg sudah lama memerintah selama 29
tahun yaitu dari tahun 1607 sampai pd tahun 1636.

Anda mungkin juga menyukai