Anda di halaman 1dari 13

`

SEJARAH DAN KONSEP KESEHATAN JIWA


JAMAN PURBAKALA
Penyebab gangguan jiwa : dosa, roh jahat.
Pengobatan : ritual, ramuan, mistik.
Persepsi terhadap gangguan mental : gangguan mental tidak dapat disembuhkan dan
diperlakukan tanpa peri kemanusiaan.
HIPOCRATES (460 – 357 SM ) gangguan melankolis atau kesedihan.

ABAD PERTENGAHAN ( abad 15 – 17 )


 ASYLUM ( ST . Mary hospital ) klien menjadi kronik tidak
dapat diobati, kebutuhan dasar tidak diperhatikan

 revolusi Perancis & America Human Rights ( hak dalam mendapat pengobatan )

 Benyamin Rush ( 1745 – 1813 ) Bpk. Ilmu kedokteran jiwa Moral treatment :
 Klein dapat diobati.
 Ditempatkan dilingkungan yang tenang & nyaman.

 Philipe Pinel ( 1745 – 1826 )


Model treatment humanistic

 William Tuke ( 1732 – 1822 )


Kesadaran masyarakat untuk menanggulangi masalah gangguan mental dana.
Rumah (aman, nyaman )

 Abad 15
Pergerakan dari Eropa ke Amerika .
Pendirian rumah sakit
 Perlu tenaga pendidik.
 Peran perawat psikiatrik
 Perawat berperan penting dalam asuhan, pencegahan, promosi kesehatan.

 Dorothea Lyndee Dix ( 1802 – 1887 )


Masalah pelayanan kesehatan adalah masyarakat & parlemen.
Membentuk standar asuhan.

 ABAD 20 : ERA PSIKIATRI


USA : meningkatnya sikap masyarakat dalam promosi kesehatan mental dan gangguan
mental .
Stady secara Sain dan klinis.

 ADOLF MEYER ( 1866 – 1950 ) swedia.


Teori psikolobiologi.
Dinamika konsep pelayanan psikiatri
Perubahan kematangan fisik & emosional
 Study lingkungan holistik dari individu.
 Kepribadian individu ( biokimiawi, genetika, psikososial, lingkungan )
 Pengobatan.
 Clifford Beers ( 1876 – 1943 )
 Meningkatkan upaya preventive.
 “ A MIND THAT FOUND IT SELF “ ( 1908 ) Deteksi Dini Gangguan Jiwa.

 Emil Kredelin ( 1855 – 1926 )


 Istilah “ SKIZOFRENIA )
 Menulis pelajaran psikiatri (1883 ) demensia praecox, psikosa, manik depresi.

 Sigmund Frued ( 1856 – 1939 )


 Teori Psiko Analisa , Psiko Seksual, Neurosis.

 Pengobatan : perilaku.
Perkembangan kepribadian

Psiko Analitik therapy

 Hans Selye’ s ( 1956 )


 Stress General Adaptation Syndrome

 Harry Stack Sullivan ( 1892 – 1949 )


 Teori Inter Personal.
 Pengembangan pendekatan Multi Disipliner

Psikiatrik & Terapi Lingkungan

Tokoh utama dalam keperawatan psikiatrik :


1. Florence Nightingale ( 1859 ) adalah pendiri keperawatan modern dan penulis teks
keperawatan pertama, Notes On Nursing.
2. Harriet Baily ( 1920 ) penulis buku ajar keperawatan psikiatrik pertama, Nursing in
Mental Diseases.
3. Hildegarde Peplau, (1952 ) penulis Interpersonal relations in nursing, merupakan
sebuah buku penting yang menjelaskan tentang kerangka kerja praktek keperawatan
psikiatrik. Dengan penekanan pada hubungan perawat pasien dan konstruksi teoritis
untuk menjelaskan masalah pasien me njadi dasar dalam praktek keperawatan
psikiatrik.
SEJARAH KESEHATAN JIWA DIINDONESIA.

Jaman kolonial.
Sebelum ada RSJ pasien gangguan jiwa d8itampung di RS Umum sipil, atau RS
militer, atau RS Militer di Jakarta, Semarang, Surabaya tidak
memenuhi
Akhirnya dibangun RS Jiwa
1 Juli 1882 : RSJ di Bogor.
23 Juni 1902 : RSJ Lawang.
1923 : RSJ Magelang.
1927 : RSJ Sabang dibom pada perang dunia II.
Pasien yang sudah tenang dipekerjakan dibidang pertanian tetapi masih tetap
dalam pengawasan.
RSJ ditempatkan ditempat yang sepi & terpencil untuk menghindari stikma
masyarakat.
1910 : Dicoba untuk meninggalkan penjagaan yang terlalu ketat.
1930 : Dicoba untuk terapi kerja.
1947 : Pemerintah RI membentuk Jawatan Urusan Penyakit Jiwa.
1950 :Pelaksanaan penyelenggaraan dan pembinaan kesehatan jiwa
diIndonesia
1958 : Diganti Urusan Penyakit Jiwa.
1959 : Diganti Bagian Penyakit Jiwa.
1960 : Diganti Bagian Kesehatan Jiwa.
1966 : Diganti menjadi Direktorat Kesehatan Jiwa sampai sekarang.

Dewasa Ini hanya satu jenis RSJ yaitu RSJ punya pemerintah.Sejak tahun 1910 – mulai
dicoba hindari costodial care ( penjagaan ketat) & restraints (pengikatan ).
Mulai tahun 1930 – dimulai terapi kerja seperti menggarap lahan pertanian. Selama Perang
Dunia II & pendudukan jepang – upaya kesehatan jiwa tak berkembang
FALSAFAH KEPERAWATAN JIWA
        Menurut Dep.Kes (2000)  Beberapa keyakinan yang mendasari praktek keperawatan
kesehatan jiwa,meliputi :
a. Individu memiliki harkat dan martabat yang perlu dihargai.
b. Tujuan individu adalah bertumbuh,berkembang,sehat,otonomi dan aktualisasi diri.
c. Individu berpotensi berubah.
d. Individu adalah makhluk holistik yang berinteraksi dan bereaksi dengan
lingkungan sebagai manusia utuh.
e. Setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang sama.
f. Semua perilaku individu bermakna.
g. Perilaku individu meliputi persepsi,pikiran,perasaan dan tindakan.
h. Individu memiliki kapasitas koping yang
bervariasi,dipengaruhi  genetik,lingkungan,kondisi stres dan sumber yang
tersedia.
i. Sakit dapat menumbuhkembangkan psikologis seseorang.
j. Setiap orang berhak mendapat pelayanan kesehatan yang sama.
k. Kesehatan mental adalah komponen kritikal dan penting dalam pelayanan
kesehatan.
l. Individu berhak berpartisipasi dalam pembuatan keputusan untuk kesehatannya.
m. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan kesejahtraan,memaksimalkan fungsi
dan meningkatkan aktualisasi diri.
n. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan pertumbuhan
individu.
PERAN dan FUNGSI PERAWAT

Defenisi
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial
baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang
diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam
praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi
kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara
professional sesuai dengan kode etik professional.
Fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada.
Fungsi Perawat dalam melakukan pengkajian pada Individu sehat maupun sakit
dimana segala  aktifitas  yang di lakukan  berguna  untuk  pemulihan  Kesehatan berdasarkan
pengetahuan yang di  miliki,  aktifitas  ini  di  lakukan  dengan  berbagai cara untuk
mengembalikan kemandirian Pasien secepat mungkin dalam bentuk Proses Keperawatan
yang terdiri dari tahap Pengkajian, Identifikasi masalah (Diagnosa Keperawatan),
Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.

        Peran Perawat
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan
kedudukan dan system, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan social baik dari profesi
perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.

1.   Pemberi Asuhan Keperawatan


Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada
kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan
kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada
klien dan keluarga klien dengan menggunakan energy dan waktu yang minimal.
Selain itu, dalam perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat
memberikan perawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari yang sederhana sampai yang
kompleks.
1. Pembuat Keputusan Klinis
Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk memberikan
perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berfikir kritis melalui
proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik dalam
pengkajian kondisi klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi hasil, perawat
menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi
klien. Perawat membuat keputusan sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan
keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama, dan berkonsultasi
dengan pembe ri perawatan kesehatan professional lainnya (Keeling dan
Ramos,1995).
2. Pelindung dan Advokat Klien
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi
klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta
melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan
diagnostic atau pengobatan. Contoh dari peran perawat sebagai pelindung adalah
memastikan bahwa klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan
imunisasi melawat penyakit di komunitas. Sedangkan peran perawat sebagai advokat,
perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu
klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan. Contohnya, perawat
memberikan informasi tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan
tindakan yang terbaik baginya. Selain itu, perawat juga melindungi hak-hak klien
melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau tindakan yang mungkin
membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak klien. Peran ini juga
dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpetasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi
hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi
akibat kelalaian.
3. Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas anggota
tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur
kelompok yang memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya model praktik
memberikan perawat kesempatan untuk membuat pilihan jalur karier yang ingin
ditempuhnya. Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran
sebagai manajer asuhan keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang melaksanakan
keputusan manajer (Manthey, 1990). Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan
dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan mengawasi tenaga kesehatan
lainnya.
4. Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal
setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya.
Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan
mereka. Disini, perawat berperan sebagai rehabilitator dengan membantu klien
beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut.
5. Pemberi Kenyamanan
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus ditujukan
pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka memberikan
kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan bagi klien sebagai
individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik. Dalam memberi
kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai tujuan yang
terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.
6. Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesame perawat
dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Dalam memberikan
perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan klien dan keluarga tidak
mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan
factor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan
komunitas.
7. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang
kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai
apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam
pembelajaran. Perawat menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya
keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya.
8. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar
pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
9. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi
perubahab perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
10. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
11. Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.

 Fungsi Perawat
Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. dalam menjalankan
perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:
1.   Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan
fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,
pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan
kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan
harga diri dan aktualisasi diri.
2.   Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari
perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya
silakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat
pelaksana.
3.   Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara satu
dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja
sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada
penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim
perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan
tindakan pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi onat yang telah
diberikan.
Peranan perawat sangat menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab
untuk memelihara dan mengelola asuhan keperawatan serta mengembangkan diri dalam
meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan keperawatan.

MODEL KEPERAWATAN JIWA.

Model / ilmuwan utama


1. Model psikoanalisa ( Sigmun Freud )
 Perilaku pada usia dewasa berhubungan dengan perkembangan pada masa
kanak – kanak .
 Tugas perkembangan harus tercapai pada setiap fase perkembangan.

2. Model interpersonal ( Harri Stack Sulivan ).


 Perilaku berkembang dari hubungan interpersonal.
 Individu memandang orang lain apa adanya .
 Proses terapi :
- Exploitasi proses perkembangan.
- Koreksi pengalaman interpersonal.
- Reedukasi.
- Tingkatkan hubungan saling percaya.

Hubungan perkembangan anak dengan lingkungan.


 Anak yang biasa dicela / dicacat akan terbiasa
menyalahkan orang lain.
 Anak yang biasa hidup dalam permusuhan akan terbiasa
melawan/ menentang.
 Anak yang terbiasa tercekam ketakutan akan mudah
rusak dan cemas.
 Anak yang biasa dikasihani mudah meratapi nasib.
 Anak yang biasa diolok – olok akan menjadi pemalu.
 Anak yang dikelilingi perasaan iri akan mudah merasa
bersalah.
 Anak yang serba dipahami, dimengerti akan menjadi pengajar.
 Anak yang biasa diberi semangat akan bertanggung jawab.
 Anak yang biasa reinforcement akan menghargai orang lain.
 Anak yang diterima lingkungannya akan mencintai.
 Anak yang tidak biasa disalahkan akan bangga yang terjadi pada dirinya sendiri.
 Anak yang biasa memperoleh pengakuan akan mantap dalam bertindak.
 Anak yang merasa aman akan menghargai orang lain.
 Anak yang dalam lingkungan keramah tamahan akan berpendirian.

3. Model social.
Menurut Caplain situasi sosial sebagai pencetus gangguan jiwa
 Lingkungan social akan mempengaruhi individu & pengalaman hidupnya.
 Penyimpangan perilaku bisa disebabkan karena kondisi social.
 Individu dituntut beradaptasi dengan harapan masyarakat.
Proses terapie :
- Preventif primer sebelum terjadi penyakit.
- Meningkatkan kesehatan masyarakat.
- Krisis intervensi.

4. Model exixtensional.
Penyimpangan terjadi jika terputus hubungan dirinya dan lingkungannya
 Fokus pada pengalaman individu saat ini.
 Penyimpangan perilaku terjadi jika individu berhubungan dengan diri &
lingkungan, hambatan & larangan terhadap individu.
Proses terapie:
- Rasional , emosional.
- Konfrontasi, penerimaan diri., terapie logo.
Therapie realita :
- Target kehidupan.
- Alternatif penyelesaian, dll.
5. Model perilaku.
Perubahan perilaku akan merubah kognitif dan afektif ( H.J Eysenk, J Wolpe dan
Skiner )
 Perilaku dapat dipelajari.
 Perilaku dapat diperoleh dari hasil belajar.
 Belajar Stimulus Respon.
 Respon perlu penguatan/ reinforcement.
 Self regulasi :
- Self standart.
- Self observasi.
- Self evaluasi.
6. Model medika.
Penyimpangan perilaku merupakan gangguan syaraf pusat.
 Fokus pada DX penyakit & pengobatan.
 Exploitasi penyebab
- Tetapkan DX.
- Therapie medis.
7. Model komunikasi
Gangguan perilaku terjadi apabila klien tidak dikomunikasikan dengan jelas. Bahasa
dapat digunakan merusak makna, pesan dapat disampaikan tapi tidak selaras.
 Semua perilaku mengkomunikasikan sesuatu.
 Penyimpangan perilaku karena pesan yang disampaikan tidak jelas.
Proses terapie :
- Klasifikasi dan umpan balik ditanggapi.
- Program reinforcemant.
- Analisa proses interaksi.
8. Model keperawatan.
Askep berfokus pada respon individu terhadap masalah yang aktual dan potensial
dengan model pendekatan pada :
 Teori system.
 Teori perkembangan.
 Teori interaksi.
 Teori pendekatan holistic.
 Teori keperawatan ASKEP
 Rentang : sehat - sakit.
Adaptif - maladaptif

STANDAR PRAKTEK
PERAWATAN KESEHATAN MENTAL

STANDARD I : ASSEMENT
 Perawat mengumpulkan data kesehatan klien.

STANDARD II : DIAGNOSIS
 Perawat menganalisa data dalam menentukan diagnostic.
STANDARD III : OUT COME IDETIFICATION.
 Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari klien secara individual.

STANDARD IV : PLANNING
 Ners mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang menjelaskan
intervensi – intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan.

STANDARD V : IMPLEMENTATION.
 Ners mengimplementasikan intervensi yang telah diidentivikasi dalam
perencanaan.
 Intervensi keperawatan mencakup :
pencegahan :
- primer
- sekunder.
- Tersier.

STANDARD V.a : COUNSELLING.


 Ners menggunakan intervensi konseling untuk membantu klien
meningkatkan kemampuan mekanisme koping, mencegah gangguan mental
dan kecacatan..

STANDARD V. b : MILLIEU TERAPI


 Ners mengupayakan & mempertahankan lingkungan terapeutik
bersama klien dan petugas kesehatan lain untuk mempertahankan fungsi
utamanya sebagai manusia.

STANDARDV. c : SELF CARE ACTIVITASE.


 Ners menyelenggarakan kegiatan – kegiatan yang mengarah pada self
care ( ADL ) klien baik fisik maupun mental.

STANDARD V. d : PSICO BIOLOGICAL INTERVENSI


 Ners mempunyai pengetahuan psycho biological dan menerapkan ketrampilan
klinis untuk memulihkan kesehatan klien dan mencegah ketidak mampuan
lebih lanjut.

STANDARD V. e : HEALTH TEACHING


 Ners melalui penyuluhan kesehatan, membantu klien dalam mencapai
pola kehidupan yang memuaskan, produktif dan sehat.

STANDARD V. f : CASE MANAJEMENT


 Ners melaksanakan kasus untuk mengkoordinasi pelayanan kesehatan yang
komperhensif serta memastikan kesinambungan asuhan.

STANDARD V.g : HEALT PROMOTION & HEALT MAINTENANCE


Ners menerapkan strategi dan intervensi untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan jiwa dan mencegah penyakit lebih lanjut.
Intervensi praktek tahap lanjut V.h dan V.j
Dilakukan hanya oleh spesialis yang bersertifikasi dalam keperawatan
kesehatan jiwa – psikiatri.

STANDARD V. h : PSYCHO THERAPIE


 Ners terdidik menggunakan terapie – terapie individu, kelompok, keluarga
serta pengobatan terapeutik lain untuk membantu klien memelihara kesehatan
jiwa, mencegah penyakit jiwa dan ketidak mampuan, serta memperbaiki atau
mencapai kembali status kesehatan dan kemampuan fungsional.

STANDARD V.j : CONSULTATION


 Ners memberikan konsultasi kepada pemberi pelayanan kesehatan dan
lainnya untuk mempengaruhi rencana asuhan kepada klien dan memperkuat
kemampuan yang lain untuk memberikan pelayanan kesehatan jiwa dan
psikiatri serta membawa perubahan dalam system pelayanan kesehatan jiwa
dan psikiatri.

STANDARD VI : EVALUASI
 Ners mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai hasil yang
diharapkan.

STANDARD KINERJA PROFESIONAL.

STANDARD KINERJA PROFESIONAL menguraikan tingkat kompetensi perilaku dalam


suatu peran professional, termasuk aktivitas yang berhubungan dengan kualitas asuahan,
penilaian kinerja, pendidikan, hubungan dengan sejawat, etika, kolaborasi , penelitian dan
pendaya gunaan sumber. Semua perawat kesehatan jiwa – psikiatri diharapkan untuk terlibat
dalam aktivitas peran professional yang sesuai dengan pendidikan, jabatan dan tatanan
praktek. Oleh karena itu, beberapa standar atau criteria tindakan mengidntifikasi aktivitas
tersebut.

STANDAR I : KUALITAS ASUHAN


Perawat kesehatan jiwa – psikiatri mengevaluasi secara sistimatis kualitas asuhan dan
keberhasilan praktek keperawatan kesehatan jiwa –psikiatri.

STANDARD II : PENILAIAN KINERJA.


Perawat kesehatan jiwa – psikiatri mengevaluasi praktek keperawatan kesehatan jiwa –
psikiatrinya sendiri dalam kaitannya dengan standar praktek professional dan relevan
terhadap statute dan peraturan.

STANDARD III : PENDIDIKAN.


Perawat kesehatan jiwa – psikiatri mengikuti dan mempertahankan pengetahuan dalam
praktek keperawatan.

STANDARD IV : HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEJAWAT


Perawat kesehatan jiwa – psikiatri menyumbang pada perkembangan professional rekan
sejawat dan lainnya.

STANDARD V : ETIKA
Keputusan dan tindakan keperawatan kesehatan jiwa –psikiatri atas nama klien ditetapkan
dengan sikap etis.

STANDARD VI : KOLABORASI
Perawat kesehatan jiwa – psikiatri berkolaborasi dengan klien, orang terdekat dan pemberi
pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan.

STANDARD VII : RISET


Perawat kesehatan jiwa – psikiatri menyumbang pada keperawatan dan kesehatan jiwa
melalui penggunaan riset.

STANDARD VIII : PENDAYA GUNAAN SUMBER


Perawat kesehatan jiwa – psikiatri menimbang factor – factor yang berhubungan dengan
keamanan, keefektifan dan biaya dalam perencanaan dan pemberian asuhan kepada klien.

Anda mungkin juga menyukai