Anda di halaman 1dari 3

A.

ETIOLOGI
Etiologi, faktor risiko dan patogenesis untuk kolesistitis umumnya akan berbeda-
beda menurut jenis batu empedu (batu kolesterol dan batu pigmen)
1. Batu kolesterol
Batu kolesterol berhubungan dengan sejumlah faktor risiko, antara lain adalah:

a) Jenis kelamin
Batu empedu lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dengan
perbandingan 4:1. Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena
kolelitiasis dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen
berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu
( Bloom & Katz, 2016)
b) Obesitas
Sindroma metabolik terkait obesitas, resistensi insulin, diabetes mellitus
tipe II, hipertensi, dan hiperlipidemia berhubungan dengan peningkatan sekresi
kolesterol hepar dan merupakan faktor risiko utama untuk terbentuknya batu
kolesterol ( Bloom & Katz, 2016).
c) Kehamilan
Batu kolesterol lebih sering ditemukan pada wanita yang sudah mengalami
lebih dari satu kali kehamilan. Faktor utama yang diperkirakan turut berperan
pada risiko ini adalah tingginya kadar progesteron selama kehamilan. Progesteron
dapat mengurangi kontraktilitas kandung empedu, sehingga menyebabkan
terjadinya retensi yang lebih lama dan pembentukan cairan empedu yang lebih
pekat di dalam kandung empedu (Bloom & Katz, 2016).
d) Stasis cairan empedu
Penyebab lain dari stasis kandung empedu yang berhubungan dengan
peningkatan risiko batu empedu meliputi cedera medula spinalis, puasa jangka
panjang dengan pemberian nutrisi parenteral total saja, serta penurunan berat
badan cepat akibat restriksi kalori dan lemak yang berat (seperti diet, operasi
gastric bypass). Serta dapat pula terjadi akibat Penyebab tersering obstruksi
duktus oleh batu empedu (Bloom & Katz, 2016; Sjamsuhidayat, 2012).
e) Obat-obatan
Terdapat sejumlah obat yang berhubungan dengan pembentukan batu
kolesterol. Estrogen yang diberikan untuk kontrasepsi atau terapi kanker prostat
dapat meningkatkan risiko batu kolesterol dengan meningkatkan sekresi
kolesterol empedu. Clofibrate dan obat hipolipidemia fibrat lain dapat
meningkatkan eliminasi kolesterol hepar hepatik melalui sekresi biliaris dan
nampaknya dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu kolesterol. Analog
somatostatin nampak menjadi predisposisi terbentuknya baru empedu dengan
mengurangi proses pengosongan batu empedu (Bloom & Katz, 2016).

f) Faktor keturunan
Penelitian pada kembar identik dan fraternal menunjukkan bahwa sekitar
25% kasus batu kolesterol memiliki predisposisi genetik. Terdapat sekurangnya
satu lusin gen yang berperan dalam menimbulkan risiko ini. Dapat terjadi suatu
sindroma kolelitiasis terkait kadar fosfolipid yang rendah pada individu dengan
defisiensi protein transport bilier herediter yang diperlukan untuk sekresi lecithin
[ CITATION Pou13 \l 1033 ].
2. Batu pigmen hitam dan coklat (Bloom & Katz, 2016)
Batu pigmen hitam umumnya terbentuk pada individu dengan metabolisme
heme yang tinggi. Kelainan hemolisis yang berhubungan dengan batu pigmen
meliputi anemia sel sabit, sferositosis herediter, dan beta-thalassemia. Pada sirosis,
hipertensi portal dapat menyebabkan terjadinya splenomegali. Hal ini kemudian akan
menyebabkan sekuestrasi sel darah merah dan menyebabkan terjadinya peningkatan
metabolisme hemoglobin. Sekitar separuh dari semua pasien sirosis nampak memiliki
batu pigmen.
Batu pigmen coklat dapat terbentuk bila terjadi stasis intraduktal disertai
kolonisasi bakteri kronik cairan empedu. Di Amerika Serikat, kombinasi ini paling
sering ditemukan pada pasien dengan striktura biliaris paska-pembedahan atau kista
koledokus. Di daerah pertanian Asia Timur, infestasi cacing saluran empedu dapat
menyebabkan striktura biliaris dan memicu terbentuknya batu pigmen coklat di
seluruh saluran bilier intrahepatik dan ekstrahepatik. Kelainan ini, yang disebut
sebagai hepatolithiasis, dapat menyebabkan kolangitis rekuren dan menjadi
predisposisi terjadinya sirosis biliaris dan kolangiosarkoma.
Seperti pada kolelitiasis, penyebab kolesistitis juga berbeda menurut jenisnya.
Faktor risiko untuk terjadinya kolesistitis kakulosa umumnya serupa dengan
kolelitiasis dan meliputi jenis kelamin wanita, kelompok etnik tertentu, obesitas atau
penurunan berat badan yang cepat, obat-obatan (terutama terapi hormonal pada
wanita), kehamilan dan usia. Sementara itu, kolesistitis akalkulosa berhubungan
dengan penyakit yang berhubungan dengan stasis cairan empedu, seperti penyakit
kritis, operasi besar atau trauma/luka bakar berat, sepsis, pemberian nutrisi parenteral
total (TPN) jangka panjang, puasa jangka panjang, penyakit jantung (termasuk infark
miokardium), penyakit sel sabit, infeksi Salmonella, diabetes mellitus, pasien AIDS
yang terinfeksi cytomegalovirus, cryptosporidiosis, atau microsporidiosis. Pasien
dengan imunodefisiensi juga menunjukkan peningkatan risiko kolesistitis akibat
berbagai sumber infeksi lain. Dapat dijumpai sejumlah kasus kolesistitis idiopatik.

Anda mungkin juga menyukai