DISUSUN OLEH :
ASKEP KMB
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN NY. P
DENGAN KASUS ABSES PERITONSIL
I. LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Abses leher dalam terbentuk dalam ruang potensial diantara fasia leher
dalam sebagai akibat dari penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti
gigi, mulut, tenggorokan, sinus paranasal, telinga tengah dan leher
tergantung ruang mana yang terlibat. Abses peritonsil (quinsy ) mrupakan
salah satu dari abses leher dalam dimana selain itu abses leher dalam dpat
juga abses retrofiring, abses parafaring, abses submandibular, dan angina
ludovici ( Ludwig Angina ). (Adams, G.L. 2015)
Peritnsillar abscess ( PTA ) merupakan kumpulan / timbunan
( accumulation ) pus ( nanah ) yang terokalisir / terbatas ( localized ) pada
jaringan peritonsiller yang terbetuk sebagai hasil dari suppurative
tonsilitis. (Soepardi,E.A Iskandar, H.N. 2011)
Ruang submandibula dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot miohioid.
Ruang submaksila selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental dan ruang
submaksila ( lateral ) oleh otot digastricus anterior. (Snell, S Richard. 201)
Namun ada pembagian lain yang tidak menyertakan ruang submandibular
dan membagi ruang submandubulla atas ruang submental dan ruang
submaksila saja. Abses dapat terbentuk di ruang submandibulla atau salah
satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah kepala leher.
(Darnila. 2013)
B. ETIOLOGI
Infiltrasi kelenjar submandibular terjadi sebagai akibat komplikasi
tonsilitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar mucus weber di
kutub atas tonsil. Biasanya kuman penyebabnya sama dengan kuman
penyebab tonsilitis. Proses ini terjadi karena komplikasi tonsilitis akut atau
infeksi yang bersumber dari kelenjar mucus weber di kutub atas tonsil.
Biasanya kuman penyebab sama dengan penyebab tonsilitis, dapat
ditemukan kuman aerob dan anaerob. (Soepardi,E.A Iskandar, H.N. 2011)
Organisme aerob yang paling sering menyebabkan abses adalah
Sreptococcus pyogenes ( Group A Beta-hemolitik streptoccus),
Straphylococcus aureus, dan Haemophilus influenzae. Sedangkan
organisme anaerob yang berperan adalah Fusobacterium. Pravotella,
Porphyromonas, Fusobacterium, dan Peptostreptococcus spp. Untuk
kebanyakan abses peritonsil diduga disebabkan karena kombinasi antara
organisme aerobic dan anaerobic. (Soepardi,E.A Iskandar, H.N.2011)
ASKEP KMB
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dari abses perionsil belum diketahui dengan jelas. Ada
beberapa teori yang mendukung, diantaranya teori mengenai progresivitas
episode eksudatif tonsilitas yang menjadi peritinsil lalu terjadi
pembentukan abses. Daerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan
jaringan ikat longgar, oleh karena itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial
tersering menempati daerah ini, sehingga tampak palatum mole
membengkak. Abses peritonsil juga dapat terbentuk di bagian inferior,
namun jarang. Pada stadiumpermulaan, (stadium infiltrate), selain
pembengkakan tampak juga permukaan yang hiperemis. Bila proses
berlanjut, daerah tersebut lebih lunak dan berwarna kekuningan. Tonsil
terdorong ke tengan, depan, dan bawah, uvula bengkak dan terdorong ke
sisi kontra lateral. Bila proses terus berlanjut, peradangan jaringan di
sekitarnya akan menyebabkan iritasi pada m.pterigoid interna, sehingga
timbul trismus. Abses dapat pecah spontan, sehingga dapat terjadi aspirasi
ke paru. (Darnila. 2013)
Perluasan proses inflamasi dapat terjadi baik pada pasien tonsilitis yang
diobati maupun yang tidak diobati. Abses peritonsil juga terjadi secara de
novu tanpa adanya riwayat tonsiliis kronis atau tonsilitis berulang. Abses
peritonsil juga dapat terjadi akibat infeksi mononucleosis, virus Epstein-
barr. Teori lain menyatakan hubungan abses peritonsil dengan glandula
weber. Kelenjar – kelenjar ludah minor ini ditemukan pada daerah
peritonsil dan diperkirakan membantu membersihkan debris dari tonsil.
Jika terjadi obstruksi akibat adanya infeksi tonsil, jaringan nekrosis, dan
terjadi pembentukan abses maka terjadilah abses peritonsil.(Soepardi,E.A
Iskandar, H.N.2011)
D. PATHWAY
Jaringan terinfeksi
peradangan
Sel darah putih mati
Demam
Jaringan menjadi abses
dan berisi pus ( abses
Hipertermi peritonsil )
Pembedahan
Pecah
Reaksi peradangan
( rubor, kalor, tumor,
dolor, Resiko penyebaran
Luka insisi
fungsionalaesea infksi ( pre dan post
op )
Nyeri ( post op )
ASKEP KMB
E. MANIFESTASI KLINIS
Pasien umunya datang dengan riwayat faringitis akut Bersama tonsilitis dan nyeri
faring unilateral yang semakin bertambah. Pasien juga mengalami malaise, lemah
dan sakit kepala. Mereka juga mengalai demam dan rasa penuh pada Sebagian
tenggorokan. Nyeri bertambah sesuai dengan perluasan timbunan pus. Otot
pengunyah diselusupi oleh abses sehingga pasien sulit untuk membuka mulut
yang cukup lebar (trismus) untuk pemeriksaan tenggorokan. Menelan mejadi
sukar dan nyeri. Penyakit ini biasanya hanya pada satu sisi. Air ludah menetes
dari mulut dan ini merupakan salah satu penampakan yang khas. Pergerakan
kepala ke lateral menimbulkan nyeri, akibat ifiltrasi ke jaringan leher di regio
tonsil. Selain gejala dan tanda tonsilitis akut dengan odinofagia ((nyeri menelan)
yang lebih hebat biasanya pada satu sis, juga terdapat nyeri telinga (otalgia),
muntah (regurgitasi), mulut berbau (foetor ex ore), banyak ludah (hipersalivasi),
suara sengau (rinolalia) dan pembengkakkan kelenjar submandibuladenga nyeri
tekan..(Soepardi,E.A Iskandar, H.N.2011)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Prosedur diagnosis dengan melakukan aspirasi jarum (needle aspiration). Tempat
aspiration dibius / dianestesi menggunakan lidocaine dengan epinephrine dan
jarum besar (berukuran 16-18) yang biasa menempe pada syringe berukuran
10cc. aspirasi material yang bernanah (purulent) merupakan tanda khas, dan
material dapat dikirim untuk dibiakkan. (Engram, Barbra. 2011)
Pemeriksaan penunjang lainnya :
1. Hitung darah lengkap (complete blood count), pengukuran kadar elektrolit
(electrolyte level measurement), dan kultur darah (blood cultures).
2. Tes monospot (antibody heterophile) perlu dilakukan pada pasien dengan
tonsilitis dan bilateral cervical lymphadenopathy. Jika hasilnya positif,
penderita memerlukan evaluasi/penilaian hepatosplenomegaly. Liver function
test perlu dilakukan pada penderita dengan hepatomegaly.
3. “Trhoat culture” atau “throat swab and culture” : diperlukan untuk
identifikasi organisme yang infeksius. Hasilnya dapat digunakan untuk
pemilihan antibiotic yang tepat dan efektif, untuk mencegah timbulnya
resistesi antibiotic.
4. Plain radiographs : pandangnan jaringan lunak lateral ( lateral soft tissue
views) dari nasopharynx dan oropharynx dapat membantu dokter dalam
menyingkirkan diagnosis abses retropharyngeal.
5. Computerized tomography (CT Scan) : biasanya tampak kumpulan cairan
hypodense di apex tonsil yang terinfeksi (the affected tonsil), dengan
“peripheral rim enchancement.”
6. Ultrasound, contohnya : intraoral ultrasonography
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pada stadium infiltrasi, diberikan antibiotika dosis tinggi dan obat simtimatik.
Juga perlu kumur – kumur dengan air hangat dan kopres dingin pada leher
ASKEP KMB
antibiotic yang diberikan ialah penisilin 600.000 – 1.200.000 unit atau ampisilin /
amoksilin 3-4 x 250-5—mg atau sefalosporin 3-4 x 250.000 mg, metronidazole
3-4 x 250-500 mg2. Bila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi pada daerah
abses, kemudian diinsisi untuk mengeluarkan nanah. Tempat insisi adalah daerah
yang paling menonjol dan lunak, atau pada pertengahan garis yang paling
menonjol atau lunak diinsisi untuk mengeluarkan nanah. Tempat inisisi ialah
daerah yang paling menonjol dan lunak, atau pada pertengahan garis yang
menghubungkan dasar uvula dengan geraham atas terakhir. Intraoral incision dan
drainase dilakukan dengan mengiris mukosa overlying abses, biasanya diletakkan
di lipatan supratinsillaar. Drainase atau aspirate yang sukses menyebabkan
perbaikan segera gejala – gejala pasien. ( Adrianto, Petrus. 2014)
Bila terdapat trismus, maka untuk mengatasi nyeri, diberikan analgesia local di
ganglion sfenopalatum. Kemudian pasien dianjurkan untuk operasi tonsilektomi
“a” chaud. Bila tonsilektomi dilakukan 3 – 4 hari setelah drainase abses disebut
tonsilektomi “a” tiede, dan bila tonsilektomi 4 – 6 minggu sesudah drainase abses
disebut tonsilektomi “a” froid. Pada umumnya tonsilektomi dilakukan sesudah
infeksi tenang, yaitu 2 -3 minggu sesudah drainase abses. (Engram, Barbra.
2011)
Tonsilektomi merupakan indikasi abosolut pada orang yang menderita abses
peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya.
Abses peritosil mempunyai kecenderungan besar untuk kambuh. Sampai saat ini
belum ada kesepakatan kapan tonsilektomi dilakukan pada abses peritonsil.
Sebagian penulis menhanjurkan tonsilektomi 6 – 8 minggu kemudian mengingat
kemungkinan terjadi perdarahan atau sepsis, sedangkan sebagian lagi
menganjurkan tonsilektomi segera. (Soepardi,E.A Iskandar, H.N.2011)
Penggunaan steroids masih kontroversial. Penelitian tebaru yang dilakukan
Ozbek mengungkapkan bahwa penambahan dosis tunggal intravenous
dexamethasone pada antibiotic parenteral telah terbukti secara signifikan
mengurangi waktu opname rumah sakit ( hours hospitalized ), nyeri tenggorokan
( throat pain ), demam, dan trismus dibandingkan dengan kelompok yanh hanya
diberi antibiotic parental. (Adams, G.L. 2015)
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut (Soepardi,E.A Iskandar, H.N.2011)
adalah :
1. Abses pecah spontan, megakibatkan aspirasi paru, atau piema.
2. Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses
parafaring. Kemudian dapat terjadi penjalaran ke mediastinum menimbulkan
mediastinitis.
3. Bila terjadi penjalaran ke daerah intrcarnial dapat mengakibatkan thrombus
sinus kavernosus, mengingitis, dan abses otak.
ASKEP KMB
Sejumlah komplikasi klinis lainnya dapat terjadi ika diagnosis diabaikan.
Beratnya kompliksi tergantung dari kecepatan progress penyakit. Untuk
itulah diperlukan penaganan dan intervensi sejak dini.
I. PROGNOSIS
Abses peritonsil hampir selalu berulang bilatidak diikuti dengan tonsilektomi.
Tonsilektomi ditunda sampai 6 minggu setelah dilakukan insisi, pada saat
tersebut peradangan telah mereda, biasanya terdapat jaringan fibrosa dan
granulasi pada saat operasi. (Soepardi,E.A Iskandar, H.N.2011)
ASKEP KMB
Beberapa diagnose yang mungkin dapat ditegakkan dari data yang ada
menurut PPNI (2016) antara lain :
1. Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ( abses )
3. Hipertermia berhubungan dengan infeksi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan menelan berhubungaj dengan gangguan neuromuskuler
Luaran utama : status menelan (L.06053)
Intervesi utama : dukungan perawatan diri : makan / minum
Observasi :
- Monitor kemampuan menelan
Terapeutik :
- Atur posisi yang nyaman untuk makan / minum
- Berikan bantuan saat makan / minum sesuai tingkat
kemandirian
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgesic sesuai indikasi
2. Nyeri akut berhubunga dengan agen pencedera fisik (abses)
Luaran utama : tingkat nyeri (L.08066)
Intervensi utama : manajemen nyeri
Observasi :
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri ( kompres hangat / dingin )
Edukasi :
- Jelaskan penyebab nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetic
3. Hipertermia berhubungan dengan infeksi
Luaran utama : termoregulasi (L.14134
Intervesi itama : manajemen hipertermia
Observasi :
- Identifikasi penyebab hipertermia ( proses infeksi )
- Monitor suhu tubuh
ASKEP KMB
Terapeutik :
- Berikan cairan oral
- Lakukan pendinginan eksternal ( kompres dingin pada
dahi, dada, leher, abdomen, aksila )
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
ASKEP KMB
DAFTAR PUSTAKA
ASKEP KMB
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
I. IDENTITAS
1. Nama : Ny. P
2. Umur : 18 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : islam
5. Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
6. Bahasa : Jawa
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : mahasiswi
9. Alamat : Sekaran Ponorogo
10. Alamat yg mudah dihubungi : Jalan Pilangsari Sekaran Ponorogo
11. Ditanggung oleh : Askes / Astek / Jamsostek / JPS /
Sendiri
ASKEP KMB
II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1. Keluhan utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :
a. Alasan Masuk Rumah Sakit :
Ny. P mengeluh merasakan nyeri pada tenggorokan sejak 1
minggu yang lalu, merasakan seluruh badannya panas. Pada
tanggal 01 agustus malam, keluhan Ny. P bertambah parah. Ny.
P mengatakan demam tidak kunjung reda dan nyeri semakin
menjadi. Kemudian pada tanggal 2 agustus pagi ibu dari Ny. P
membawanya ke RSU AISYIYAH
b. Keluhan Utama :
Klien mengatakan nyeri pada daerah tenggorokan
ASKEP KMB
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular /
menahun
III. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI
B. Pola Eliminasi
1. B A B
- Warna Kuning khas feses -
- Bau Khas feses -
- Konsistensi Lembek -
- Jumlah Tidak terkaji -
- Frekwensi 2-3 hari sekali -
- Kesulitan BAB Tidak ada masalah Selama MRS belum BAB
- Upaya mengatasi - Banyak minum air putih
2. B A K
- Warna Jernih kekuningan Jernih kekuningan
- Bau Khas urin Khas urin
- Konsistensi Cair Cair
- Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
- Frekwensi 3-4 kali sehari 5 kali sehari
- Kesulitan BAK Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi - -
ASKEP KMB
- Frekwensi 2 x sehari 3x sehari (tidak habis)
- Jenis Nasi lemas, lauk pauk Bubur (makanan halus)
- Diit - -
- Pantangan Pedas, gorengan Pedas, makanan berminya
- Yang Disukai - -
- Yang Tdk disukai - -
- Alergi - -
- Masalah makan Nyeri Ketika menelan Nyeri Ketika menelan
- Upaya mengatasi Makan makanan yang lembut Makanan halus
2. Minum
- Frekwensi Tidak terkaji Minum jika dipaksa
- Jenis Air putih, minuman manis Air putih, susu
- Diit - -
- Pantangan - Air es (minuman dingin)
- Yang Disukai Susu, minuman manis -
- Yang Tdk disukai - -
- Alergi - -
- Masalah minum - Sakit untuk menelan
- Upaya mengatasi - Minum sedikit sedikit tapi
sering
E. Pola Kegiatan / Aktifitas Pasien dapat beraktifitas sendiri Tirah baring dengan
Lain aktifitas dibantu
F. Kebiasaan
- Merokok Tidak Tidak
- Alkohol Tidak Tidak
- Jamu, dll Tidak Tidak
ASKEP KMB
C. Rekreasi : pergi berwisata setiap ada
hari libur
Hobby : bernyanyi
Penggunaan Waktu Senggang : waktu senggang
digunakan untuk membantu ibu
D. Dampak dirawat di Rumah Sakit : berbaring di tempat tidur
karena merasa nyeri
E. Hubungan dengan orang lain / interaksi sosial : dapat
berinteraksi dengan baik
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : ibu
V. KONSEP DIRI
A. Gambaran Diri
Pasien menerima keadaannya dengan sabar
B. Harga Diri
Pasien tetap percaya diri dengan keadaanya
C. Ideal Diri
Pasien ingin segera sembuh dan beraktivitas kembali
D. Identitas Diri
Pasien dapat menyebutkan nama, alamat lengkap, serta nama
keluarga
E. Peran
Anak tunggal perempuan dalam keluarga
VI. DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah :
Pasien selalu solat 5 waktu
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit :
Pasien yakin bahwa sakit adalah ujian dari allah SWT
C. Keyakinan terhadap penyembuhan :
Pasien sangat yakin akan sembuh
ASKEP KMB
Tinggi Badan : 160 cm Berat Badan : 50 kg
C. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala : oval, tidak ada benjolan
Ubun-ubun : normal
Kulit kepala : bersih, tidak ada luka
b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rata
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : simetris, tidak ada
pembengkakan
ASKEP KMB
c. Cuping hidung : tidak terdapat pernapasan cuping hidung
4. Telinga
a. Bentuk telinga : simetris kanan dan kiri
Ukuran telinga : normal
Ketenggangan telinga : normal
6. Leher
a. Posisi trakhea : simetris
b. Tiroid : tidak ada pembesaran
c. Suara : serak
d. Kelenjar Lymphe : tidak ada pembesara
e. Vena jugularis : tidak ada pembesaran
:
f. Denyut nadi coratis : teraba
:
D. Pemeriksaan Integumen ( Kulit )
a. Kebersihan : bersih
b. Kehangatan : panas
c. Warna : nampak kemerahan
ASKEP KMB
d. Turgor : baik
e. Tekstur : kering
f. Kelembaban : cukup
g. Kelainan pada kulit : tidak ada
:
E. Pemeriksaan payudara dan ketiak
a. Ukuran dan bentuk payudara :
simetris antara kanan dan kiri
b. Warna payudara dan areola :
payudara kuning langsat, aerola coklat
c. Kelainan-kelainan payudara dan puting :
tidak ada kelainan
d. Axila dan clavicula :
tidak terdapat benjolan
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara ( vocal fremitus ) : normal
terdengar simetris
b. Perkusi : sonor
c. Auskultasi
Suara Nafas : normal / vesikuler
3. Pemeriksaan Jantung
ASKEP KMB
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulsasi : teraba denyutan di ICS V midclav
sinistra
- Ictus cordis : teraba di ICS V midclav sinistra
b. Perkusi
Batas-batas jantung : - batas kiri atas : ICS II sternalis
sinistra, batas kiri bawag : ICS V midclav sinistra, batas kanan
atas : ICS II stwrnlis dextra, batas kanan bawah : ICS III sternalis
dextra
c. Auskultasi
- Bunyi jantung I : lup
- Bunyi jantung II : dup
- Bunyi jantung Tambahan : tidak ada
- Bising / Murmur : tidak ada
- Frekwensi denyut jantung : 100 x / menit
G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : normal
- Benjolan / Massa : tidak ada
- Bayangan pembuluh darah pada abdomen : tidak ada
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : 15x / menit
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
- Benjolan / massa: tidak ada benjolan / massa
- Tanda-tanda ascites : tidak terdapat tanda tanda ascites
- Hepar : normal, tidak ada pembengkakan
- Lien : normal, tidak ada pembengkakan
- Titik Mc. Burne : normal, tidak ada nyeri
d. Perkusi
- Suara Abdomen
tympani
- Pemeriksaan Ascites : tidak ada ascites
ASKEP KMB
a. Kelainan – kelainan pada genetalia eksterna dan daerah
inguinal
tidak ada kelainan
2. Anus dan Perineum
a. Lubang anus : normal
J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS : GSC 4,5,6 /
composmentis
6. Refleks :
a. Refleks Fisiologis : normal
- Reflek biseps : ++/++
- Refleks triseps : ++/++
- KPR : ++/++
- APR : ++/++
ASKEP KMB
K. Pemeriksaan Status Mental
a. Kondisi Emosi / Perasaan
Pasien gelisah
b. Orientasi
mengerti akan tempat waktu dan lingkungan
c. Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan )
memiliki ingatan baik
d. Motivasi ( Kemauan )
kemauan untuksembuh sangat tinggi
e. Persepsi
mengenali lingkungan
f. Bahasa
Menggunakan Bahasa dengan baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : abses peritonsil
B. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis :
1. Laboratorium
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
2. Rontgen
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
3. E C G
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
4. U S G
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
5. Lain – lain
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
ASKEP KMB
Mahasiswa
RETNO PUSPITORINI
NIM. A2R18036
ANALISA DATA
Nama pasien : Ny. P
Umur : 18 Tahun
No. Register : 123456789
ASKEP KMB
1 Data mayor Riwayat tonsilitis Nyeri akut
. S:
Pasien mengatakan ↓
merasa nyeri pada
tenggorokannya Bakteri
O: ↓
-Pasien tampak
meringis Jaringan terinfeksi
-Pasien tampak
↓
gelisah
-Sulit untuk tidur
Sel darah putih mati
Data minor ↓
S:-
O: Jaringan menjadi
-Tekanan darah abses berisi pus
meningkat ( abses peritonsil )
-TD : 120 / 80 mmHg
-Nafsu makan beubah ↓
karena merasakan
nyeri ketika menelan Resiko terinfeksi
-Skala nyeri 6
↓
Nyeri akut
ASKEP KMB
2 Data mayor Riwayat tonsilitis Hipertermi
. S:
Pasien mengeluh ↓
badannya panas
Bakteri
O:
-Suhu tubuh diatas ↓
nilai normal
-S : 39,5º C Jaringan infeksi
Data minor ↓
S: -
Peradangan
O:
-Kulit tampak
↓
memerah
-Kulit teraba hangat
Reaksi peradangan
Hipertermi
ASKEP KMB
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL
ASKEP KMB
1 2 AGUSTUS - Nyeri akut berhubungan dengan
. 2021 agen pencedera (abses) dibuktikan dengan pasien
mengeluh nyeri, tampak meringis, frekuensi nadi
2 2 AGUSTUS meningkat, gelisah
. 2021 - Hipertermi berhubungan dengan
infeksi dibuktikan dengan suhu tubuh diatas normal,
kulit memerah, teraba hangat
ASKEP KMB
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny. P
Umur : 18 Tahun
No. Register : 123456789
DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
ASKEP KMB
1 Nyeri akut TINGKAT NYERI Intervensi utama :
. berhubungan dengan (L.08066) manajemen nyeri
abses dibuktikan Setelah dilakukan Observasi :
dengan pasien asuhan
Identifikasi lokasi,
mengeluh nyeri, keperawatan selama
karakteristik, durasi,
tampak meringis, 2x24 jam
frekuensi nadi diharapakan tingkat frekuensi, kualitas,
meningkat, gelisah nyeri menurun intensitas nyeri
dengan kriteria R : untuk menegetahui
hasil : lokasi nyeri
Keluhan nyeri Identifikasi skala nyeri
menurun R : untuk mengetahui
Meringis menurun tingkat keparahan nyeri
Gelisah menurun
Terapeutik :
Kesulitan tidur
Berikan teknik
menurun
TD membaik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
( kompres hangat / dingin )
R : untuk mengurangi rasa
nyeri
Edukasi :
Jelaskan penyebab nyeri
R : supaya px tau penyebab
dari nyeri yang dirasakan
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
R : untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetic
R : untuk mengatasi nyeri
Intervesi utama :
ASKEP KMB
manajemen hipertermia
2 Hipertermia Observasi :
. berhubungan dengan TERMORGULASI Identifikasi penyebab
infeksi dibuktikan (L.14131)
hipertermia ( proses infeksi
dengan suhu tubuh Setelah dilakukan
Monitor suhu tubuH
diatas normal, kulit asuhan
memerah, teraba keperawatan selama Terapeutik :
hangat 2x24 jam Berikan cairan oral
diharapkan Lakukan pendinginan
termoregulasi eksternal ( kompres dingin
membaik dengan pada dahi, dada, leher,
kriteria hasil : abdomen, aksila )
Suhu tubuh Anjurkan tirah baring
membaik
Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena
ASKEP KMB
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN
PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Ny.P Umur : 18 Tahun. No. Register : 123456789 Kasus : abses
peritonsil
ASKEP KMB
1. 1 2 agustus 2021 1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik nyeri RETNO 3 AGUSTUS S :
10.00 T : mengidentifikasi lokasi nyeri di leher 2021 pasien masih mengeluh nyeri pada ten
dengan karakteristik nyeri snagat kuat dan 10.00
dalam terasa menusuk hingga mengganggu O:
proses menelan. - pasien tam
2. Mengidentifikasi skala nyeri - pasien tam
T : mengidentifikasi skala nyeri 6 - sulit untu
3. memberikan teknik nonfarmakologis untuk - TD : 120
mengurangi rasa nyeri - Skala nye
T : mengompres dengan air hangat / dingin - Nafsu ma
4. menjelaskan penyebab nyeri A:
T : menjelaskan kepada pasien bahwa nyeri - Masalah b
yang dirasakan adalah efek dari proses P:
infeksi pada luka bekas pegangkatan - intervensi
amandel dilanjutkan
5. menjelaskan strategi meredakan nyeri
T : menjelaskan kepada pasien cara
meredakan nyeri dengan cara teknik ditrajsi
relaksasi, kompres hangat / dingin, lalu
menganjurkan untuk istirahat tidur
6. berkolaborasi pemberian analgetik
T : berkolaborasi dengan tim medis
pemberian analgetik novalgin 3x1/2 amp.
ASKEP KMB
2. 2 2 agustus 2021 1. mengidentifiksasi penyebab hipertermi RETNO 3 AGUSTUS S :
10.00 T : mengidentifikasi penyebab hipertermi 2021 - pasien masih mengeluh badan
adalah proses dari infeksi 10.00 O:
2. memonitor suhu tubuh - S : 37,5ºC
T : mengecek suhu dengan menggunakan - Kulit nampak memerah
termometer - Kulit teraba hangat
H : 37,5º C A:
3. memberikan cairan oral - Masalah belum teratasi
T : menganjurkan untuk sering minum air P:
putih - Intervensi 1-6 dilanjutkan
4. melakukan pendinginan eksternal
T : kompres dingin pada dahi, dada, leher,
abdomen, aksila
5. menganjurkan tirah baring
T : menganjurkan pasien untuk tirah baring
dengan tujuan untuk mengurangi aktivitas
pasien
6. berkolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
T : berkolaborasi dengan tim medis
pemberian cairan infuse D1/4 NS 16 tts/mt
ASKEP KMB
3. 1 3 AGUSTUS 1. mengidentifikasi skala nyeri RETNO 4 AGUSTUS S :
2021 T : mengidentifikasi skala nyeri, hasil 2021 - pasien mengatakan rasa nyeri
O9.00 pemeriksaan skala nyeri 6 09.00 berkurang banyak
2. memberikan teknik nonfarmakologis untuk O:
mengurangi rasa nyeri - Keluhan nyeri menurun, deng
T : mengompres dengan air hangat / dingin - Meringis menurun
3. berkolaborasi pemberian analgetik - Gelisah menurun
T : berkolaborasi dengan tim medis - Kesulitan tidur menurun
pemberian analgetik novalgin 3x1/2 amp - Tekanan darah membaik 110/
A:
- Masalah teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
ASKEP KMB
T : berkolaborasi dengan tim medis
pemberian cairan infuse D1/4 NS 16
tts / mt
ASKEP KMB