Anda di halaman 1dari 8

KEPERAWATAN JIWA

DOSEN : SONY HENDRA SITINDAON,


S.Kep, NS, M.Kep

Oleh :
NAMA: PUTRI NURFITAFERA
NIM : 162212023

SI KEPERAWATAN NON REGULER ANAMBAS


STIKES HANG TUAH TANJUNG PINANG

2023

1. MENGANALISA PELAYANAN KEPERAWATN JIWA PADA SITUASI


BENCANA

Bencana merupakan peristiwa traumatis dan menimbulkan dampak yang merugikan


bagi manusia dan lingkungannya.Ada bencana yang terjadi akibat alam maupun ulah
manusia. Akibat dari bencana tersebut dapat menimbbulkan kehilangan nyawa, harta
benda dan menimbulkan masalah kesehatan jiwa.Kejadian bencana alam dapat
menimbulkan permasalahan di bidang kesehatan antara lain lumpuhnya ketersediaan air
bersih, masalah sanitasi lingkungan, stres atau gangguan kejiwaan (Alzahrani & Kyratsis,
2017). Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah strategis misalnya kesiapsiagaan dari
perawat itu sendiri (Labrague et al., 2016). Kesiap siagaan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya (Seyedin, Abbasi Dolatabadi, & Rajabifard, 2015).
Strategis kesiapsiagaan ini sangat penting, khususnya perawat untuk penanggulangan
bencana (Tzeng et al., 2016). Perawat sebagai lini terdepan pada pelayanan kesehatan
mempunyai tanggung jawab dan peran yang besar dalam penanganan korban bencana
alam (Ahmadi, Rahimi Foroushani, Tanha, Bolban Abad, & Asadi, 2016). Saat ini
kebutuhan tenaga perawat untuk menangani korban bencana di masyarakat merupakan
kebutuhan terbesar yaitu sebanyak 33 % dari seluruh tenaga kesehatan yang terlibat (Yan,
Turale, Stone, & Petrini, 2015). Tenaga perawat merupakan tonggak pertama yang akan
dicari oleh masyarakat yang terkena musibah bencana. Fenomena inilah yang membuat
penulis tertarik untuk mengetahui apa yang harus disiapkan perawat pada aspek
psikologis dalam menghadapi bencana alam.
Persepsi perawat tentang aspek psikologis adalah perawat harus mampu mengatasi
berbagai masalah kesehatan pasien termasuk masalah psikologisnya, perawat tidak hanya
berfokus pada masalah fisik saja yang dialami pasien. Kegagalan dalam mengatasi
masalah psikologis pasien bisa berdampak pada semakin memburuknya keadaan pasien
karena pasien mungkin akan mengalami kecemasan yang semakin berat dan menolak
pengobatan (Fuad Alzahrani dan Yiannis Kyratsis., 2016; Moghaddam, N.M et al 2014;
Seyedin, H et al., 2015; Luo, Y et al., 2013). Ketika merawat pasien, perawat dituntut
untuk secara seimbang memenuhi kebutuhan fisik dan emosional dirinya maupun pasien
dan keluarganya. Untuk mencapai keseimbangan ini perawat harus mempunyai
pengetahuan tentang bagaimana keperawatan yang dialami mempengaruhi kesehatan
psikososial pasien, keluarga dan petugas kesehatan.
Aspek psikologis harus dimiliki dan membutuhkan kesiapsiagaan pada diri seorang
perawat (Ayuba et al., 2015), khususnya perawat jiwa dalam menghadapi bencana, aspek
psikologis yang dimaksud berupa pengetahuan (kognitif), keterampilan, intelektual,
ketelitian dan kecepatan kerja, kerjasama, percaya diri, kemandirian, ketekunan,
kemampuan bahasa, kemampuan berpikir logis, kemampuann verbal, motivasi berprestasi
dan memahami perasaan orang lain. Aspek psikologis ini sangat penting yang harus
disiapkan oleh tenaga perawat dalam menghadapi situasi kejadian bencana (Abdelghany
Ibrahim, 2014), sehingga mencegah timbulnya dampak psikologis baik pada diri perawat
sendiri maupun pada korban yang ditangani berupa gangguan kejiwaan (depresi,
kecemasan dan gangguan mental lainnya) akibat bencana yang terjadi. Aspek psikologis
merupakan langkah strategis dalam upaya penanggulangan bencana pada bidang kejiwaan
dan menghindari timbul gangguan kejiwaan lainnya yang tidak diinginkan.

2. KONSEP RECOVERY DAN SUPPORTIVE ENVIRONMENT DALAM


PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA DAN APLIKASINYA
konsep Recovery
Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan transformasi
yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna di komunitas
yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya (USDHHS, 2006 dalam Stuart,
2013). Recovery merupakan proses dimanaseseorang mampu untuk hidup, bekerja, belajar
dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Kekuatan diri merupakan pondasi dari
Individu menerima dukungan pemulihan melalui aktivitas yang didefinisikan
sebagairehabilitasi, yang merupakan proses menolong seseorang kembali kepada level fungsi
tertinggi yang dapat dicapai. Recovery gangguan jiwa merupakan gabungan pelayanansosial,
edukasi, okupasi, perilaku dan kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan
memaksimalkan kecukupan diri (Stuart, 2013)Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung
dan meningkatkan pemulihan meliputi : tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan
bekerja, manajemen dan pemulihan penyakit .

Dukungan pemulihan dalam asuhan keperawatan jiwa meliputi bekerjadengan tim
tritmen multidisiplin yang meliputi psikiater, psikolog, pekerja sosial,konselor, terapis
okupasi, pakar konsumen dan teman sejawat, manajer
kasus, pengacara keluarga, pakar pengambil kebijakan. Dukungan ini juga membutuhkan per
awat untuk berfokus pda tiga elemen yaitu : individu, keluarga dan komunitas(Stuart, 2013)

Manfaat & Peran Perawat Pada Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan
Berbagai pendekatan penenganan klien gangguan jiwayang bervariasi, yang bertujuan
untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan jiwadengan perilaku mal adaptifnya
menjadi perilaku yang adaptif. Perawat sebagai terapismendasarkan potensi yang dimiliki
pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhandengan memberikan berbagai macam
terapi Generalis maupun Spesialis.
 Terapi alternatif komplementer (CAM) dapat dilakukan oleh perawat (Stuart,2013).Keperaw
atan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan perawatandengan menggabungkan
banyak terapi CAM untuk mengatasi gejala yang dialami oleh klien dengan gangguan jiwa.
Disamping itu terapi CAM yang memberdayakan kliendapat memperkuat hubungan antar
perawat dan klien dalam meningkatkan proses pemulihan (Stuart, 2013).
1. Terapi Psikofarmakologi
Psikofarmakologi merupakan sebuah standar yang telah ditetapkan dalammenangani
penyakik-penyakit neurobiologis. Namun, obat tidak dpat berjalan sendiri dalam
menangani masalah personal, social atau komponen lingkungan klien atau respon
terhadap penyakit. Kondisi-kondisi tersebut membutuhkan
pendekatan yang terintegrasi dan komperensif dalam merawat individu dan gangguan
jiwa.
 
Peran perawat dalam psikofarmakologia.
 Pengkajian Klien
Pada proses kolaborasi pemberian obat sangat penting
melakukan pengkajian dasar klien termvsuk riwayat, kondisi fisik dan asil laboratoriu
m ,evaluasi kesehatan jiwa, pengkajian social budaya dan yang paling utama adalah
riwayat pengobatan untuk dilengkapi pada setiap klien sebelum diberikan pengobatan. 
 Kordinasi Tritmen.
 Pemberian Obat
 Monitor Efek
 Edukasi
 
2. Terapi Kejang Listrik (Elektroconvulsive Therapis)
Terapi Kejang listrik adalah pengobatan dengan pemberian kejang yang
cukup berat melalui alat yang diindukdi pada klien yang yang dibius dengan memberikan
arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada klien (Mankedet al,2010).ECT merupakan
tritmen gangguan jiwa yang efektif dan umumnya dapat ditoleransi dengan baik oleh klien.
Dalam beberapa kasus, stelah program awal tritmen sukses, pemiliharaan ECT ditambah
dengan pemberian obat antridepresan: untuk bulan pertama setelah remisi program remisi
trigmendilakukan seminggu sekali, kemudian berkurang secara bertahap menjadisebulan
sekali (perbulan) (APA, 2001).Indikasi utama ECT adalah depresi berat (Weiner dan
Falcone,2011). Beberapa ahli menganggap terapi ini digunakan sebagai standar emas untuk
mengatasikodisi depresi yang bertahan (Nahas dan Anderson,2011).
 
Peran perawat

Peran ini meliputi tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi.Dukungan Emosi dan
Pendidikan.. Peran paling penting perawat adalah memberikan kesempatan bagi klien untuk
untuk
mengespresikan perasaan, termasuk masalah yang terkait dengan mitos atau yang berkaitan
dengan ECT.
3. Terapi Tindakan Pada Keluarga
Adalah terapi ditujukan untuk melibatkan keluarga dan mendorong mereka untuk menjadi
peserta aktif dalam treatment dan pemulihan,sehingga meningkatkan keterampilan koping
pada klien dan kelurga mereka

Peran perawat

yaitu untuk mendorongh hubungan keluarga yang seaht melalui psikoedukasi,penguatan


kekuatan,konseling sportif dan rujukan utuk terapi dukungan

4. Iktisas Terapi Kelompok


Adalah kelompik menawarkan berbagai hubungan antara anggota karena setiap
anggota kelompok akan berinteraksi satu sama lain dengan pimpinan kelompok.

Peran Perawat

yaitu sebgai pemimpin kelompok yang harus mengkoordinir dan mempelajari


kelompok dan berpartisipasi didalamnya pada waktu bersamaan.

5. TERAPI SPESIALIS
 Guided Image
Yaitu merupakan program yang mengarahkan pikiran dengan memandu imajinasi
seseorang terhadap situasi santai,focus pada kondisi untuk mengurani stress dan
meningkatkan kenyamanan serta suasana hati (Stuart,2013)
 Music intervention
Intervensi music memberikan pasien stimulus menghibur yang dapat
membangkitakan sensasi menyenangkan sambal memfokuskan perhatian individu ke
musik bukanpada pikiran stress,nyeri,ketidaknyamanan,atau ransangan lingkungan
lainnya(Lindquist,2014)

 Humor
Humor terapi didefenisikan sebagai setiap intervensi yang mempromosikan Kesehatan
dan kesejahteraan dengan meransang ekspresi .
 Yoga
Tehnik pernapasan yang digunakan dalam yoga dapat berhubungan dengan stimulasi
saraf vagus dan menyeimbangkan system saraf otonom.
 Biofeedback
Merupakan suatu Tindakan dimana respon fisiologis,seperti detak jantung,hantaran
kulit,suu kulit,dan aktivitas otot dipantau dengan tujuan mengajarkan klienuntuk secara
sadar mengatur proses tersebut.
 Meditation
Meditasi kesadaran (Mindfulness meditation) mengajarkan klien berfokus
padapengalaman mereka,klien diajarkan menyadari sensasi,pikiran dan perasaan yang
dialami yang dialami saat ini yang bertujuan untuk memungkinkan diri mengamati
pengalaman membuat tujuan,tidak menghakini,serta menrima cara dan menemukan sifat
yang lebih dalam dari pengalaman (Tusaie dan Edds,2009 dalam Stuart,2013)
 Prayer
Stabile(2013) Mendefinisikan doa sebagai sebagai komunikasi antara manusia dan
Tuhan,komunikasi timbal balik yang meliputi berbicara kepada Tuhan (Lindquist,2014)
 Journaling

Istilah journal,buku harian,menulis reflektif dan menulis ekspresif sering digunakan


secara bergantian

 Storytelling : Mendongeng/bercerita.
 Animal – Assisted Therapy : Terapi dengan bantuan heawan
 Massage :Pijat
 Tai Chi yaitu seni bela diri tradisonal cina dan Latihan pikiran tubuh
 Terapi Relaksasi (Terapi pijat)
 Execise (olahraga)
 Aromaterapi.
 Obat Herbal
 Functional Foods dan Nutraceutical
 Terai Cahaya.
6. Suportive Environment
Terapi lingkunan adalah suatu Tindakan penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa
melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap
penyembuhan pasien gangguan jiwa.

Tujuannya
-Meningkatkan pengalaman positif pasien dengan cara membantu individu dalam
mengembangkan harga diri

-Meningkatakan kemampuan berhubunga dengan orang lain.

-Menumbuhkan sikap percaya diri Kembali kemasyarakat.

-Mencapai perubahan yang positif.

Jenis -Jenis terapi lingkungan

a.Terapi Rekreasi.

b. Terapi Kreasi Seni.

c.Pet Terapy

d.Plant terapi.

Peran Perawat dalam terapi lingkungan

1.Menciptakan linkungan yang aman dan nyaman.

2.Menyelenggarakan proses sosialisasi.

3.Sebagai teknis perwatan

4.Leader atau Pengelola.

Peran Keluaraga dalam terapi lingkungan

1.Keluarga harus memeiliki pengetahuan,pengalaman tentang kejiwaan dangangguan serta


terapi agar pasien mendapatkan kebutuhan yang terbaik.

2. Komunikasi yang terbuka antara penderita dan anggota keluarga.

3. Keluarga juga harus bersikap bersahabat atau berteman.

4. Pencipta linkungan yang aman dan nyaman.

Anda mungkin juga menyukai