0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
69 tayangan16 halaman
Konsep recovery dan lingkungan pendukung dalam keperawatan kesehatan jiwa membahas pemulihan orang dengan gangguan jiwa berat melalui dukungan individual dan sistem recovery berpusat pada diri sendiri serta partisipasi penuh di komunitas. Peran perawat penting dalam mendukung proses pemulihan dengan bekerja sama tim multidisiplin dan fokus pada individu, keluarga, dan komunitas.
Konsep recovery dan lingkungan pendukung dalam keperawatan kesehatan jiwa membahas pemulihan orang dengan gangguan jiwa berat melalui dukungan individual dan sistem recovery berpusat pada diri sendiri serta partisipasi penuh di komunitas. Peran perawat penting dalam mendukung proses pemulihan dengan bekerja sama tim multidisiplin dan fokus pada individu, keluarga, dan komunitas.
Konsep recovery dan lingkungan pendukung dalam keperawatan kesehatan jiwa membahas pemulihan orang dengan gangguan jiwa berat melalui dukungan individual dan sistem recovery berpusat pada diri sendiri serta partisipasi penuh di komunitas. Peran perawat penting dalam mendukung proses pemulihan dengan bekerja sama tim multidisiplin dan fokus pada individu, keluarga, dan komunitas.
Definisi Konsep Recovery Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat dan secara individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang memuaskan serta produktif. Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna di komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya (USDHHS, 2006 dalam Stuart, 2013). Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja, belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al, 2008 dalam Stuart 2013). Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery didefinisikan oleh setiap individu dengan pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa dan orangorang yang sangat penting dalam kehidupannya (Stuart, 2010). Individu menerima dukungan pemulihan melalui aktivitas yang didefinisikan sebagai rehabilitasi, yang merupakan proses menolong seseorang kembali kepada level fungsi tertinggi yang dapat dicapai. Recovery gangguan jiwa merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan memaksimalkan kecukupan diri (Stuart, 2013) Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan pemulihan meliputi : tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan bekerja, manajemen dan pemulihan penyakit, tritmen terintegrasi untuk mendampingi kejadian berulang gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat, psikoedukasi keluarga, manajemen pengobatan. Dukungan pemulihan dalam asuhan keperawatan jiwa meliputi bekerja dengan tim tritmen multidisiplin yang meliputi psikiater, psikolog, pekerja sosial, konselor, terapis okupasi, pakar konsumen dan teman sejawat,manajer kasus, pengacara keluarga, pakar pengambil kebijakan. Dukungan ini juga membutuhkan perawat untuk berfokus pda tiga elemen yaitu : individu, keluarga dan komunitas (Stuart, 2013. Mental Health Recovery Model & The Recovery Model in Psychiatric Nursing Selama ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan kembali sehat atau sembuh terhadap suatu penyakit, tetapi dalam kesehatan jiwa kita sepakati bahwa recovery memiliki arti yang berbeda. Recover Model pada kesehatan jiwa tidak berfokus pada pengobatan, tetapi sebagai gantinya lebih menekankan dapat hidup beradaptasi dengan sakit jiwa yang sifatnya kronis. Pada model ini lebih menekankan kepada hubungan sosial, pemberdayaan, strategi koping, dan makna hidup. Peplau (1952 dalam Varcarolis 2013) menciptakan teori bahwa pentingnya hubungan interpersonal terapeutik, model recovery berubah dari hubungan nurse- patient menjadi nurse-partner. Berdasarkan penelitian Hanrahan et al (2011 dalam Varcarolis 2013) menyatakan pentingnya meningkatkan peran individu dan keluarga dalam proses recovery. Caldwell et al (2010 dalam Varcarolis 2013) menegaskan perawat jiwa harus mengajarkan tenaga kesehatan lain tentang konsep recovery dan menyarankan cara memberdayakan pasien dan memajukan proses recovery. Models, Theories, and Therapies in Current Practice Theorist Dorothy Johnson Model/Theory Behavioral system Focus of Nursing Membantu pasien kembali pada keadaan seimbang ketika mengalami stess pengurangan melalui atau menghilangkan sumber stress dan mendukung proses adaptif (Johnson, 1980) Imogene KingGoal attainment Membangun hubungan interpersonal dan membantu pasien untuk mencapai tujuan nya berdasakan peran nya dalam konteks sosial (King, 1981) Betty Neuman System Model Membangun perawat-pasien hubungan untuk membantu menghadapi respon stres (1982) Dorothes Orem Self-Care Deficit Mengatasi defisit perawatan diri dan mendorong pasien untuk terlibat secara aktif pada perawatan diri mereka (Orem, 2001) Hildegard Peplau Interpersonal Menggunakan Relations interpersonal terapeutik menyembuhkan mengurangi hubungan sebagai alat untuk dan kecemasan (Peplau, 1992) Jean Watson Transpersonal Caring Caring merupakan prosedur dan tugas penting; membangun hubungan perawat- pasien sehingga menghasilkan Therapeutic Outcome (Watson, 2007) Manfaat & Peran Perawat Pada Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien gangguan jiwa yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan jiwa dengan perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan dengan memberikan berbagai macam terapi Generalis maupun Spesialis. Dalam pemberian terapi perawat seabagai terapis senantiasa berdasarkan pada kompetensi yang dia miliki dan kondisi pasien yang menjadi titik tolak terapi atau penyembuhan. Efektivitas terapi komplementer dan alternatif (CAM) telah banyak dibuktikan oleh klinisi yang merujuk klien ke praktisi CAM baik sebagai terapi tunggal ataupun terapi tambahan dalam terapi konvensional. Terapi CAM dapat memberi dampak penting dalam praktik keperawatan kesehatan jiwa. Terapi alternatif telah banyak dirasakan bermanfaat, aman, hemat biaya, dan mudah dilaksanakan di tatanan kesehtan jiwa. Terapi alternatif komplementer (CAM) dapat dilakukan oleh perawat (Stuart, 2013). Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan perawatan dengan menggabungkan banyak terapi CAM untuk mengatasi gejala yang dialami oleh klien dengan gangguan jiwa. Disamping itu terapi CAM yang memberdayakan klien dapat memperkuat hubungan antar perawat dan klien dalam meningkatkan proses pemulihan (Stuart, 2013). 1. Terapi Generalis Terapi Psikofarmakologi Psikofarmakologi merupakan sebuah standar yang telah ditetapkan dalam menangani penyakik-penyakit neurobiologis. Namun, obat tidak dpat berjalan sendiri dalam menangani masalah personal, social atau komponen lingkungan klien atau respon terhadap penyakit. Kondisi-kondisi tersebut membutuhkan pendekatan yang terintegrasi dan komperensif dalam merawat individudan gangguan jiwa. Peran perawat dalam psikofarmakologi a. Pengkajian Klien Pada proses kolaborasi pemberian obat sangat penting melakukan pengkajian dasar klien termvsuk riwayat, kondisi fisik dan asil laboratorium , evaluasi kesehatan jiwa, pengkajian social budaya dan yang paling utama adalah riwayat pengobatan untuk dilengkapi pada setiap klien sebelum diberikan pengobatan. b. Kordinasi Tritmen Modalitas Perawat memiliki peran penting dalam merancang program tritmen yang komprehensif. Pilihan tritmen yang paling tepat pada setiap klien bersifat individu dan merupakan gambaran dari rencana tritmen. Kordinasi dalam melakukan perawatan merupakan tanggung jawab utama perawat yang bersamasama dengan klien dalam membina hubungan terapiutik sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan c. Pemberian Obat Perawat memiliki peran penting terhadap pengealaman klien dalam mendapatkan pengobatan psikofarmakologi. Pada beberapa pelayanan perawat bertugas menentukan jadwal dosis berdasarkan dosis kebutuhan obat seta kebutuhan klien, mengatur pemberian obat dan selalu waspada terhadap efek serta penanganan efek obat. d. Monitor Efek Obat Perawat berperan penting dalam memantau efek obat psikofarmaka. Peran dalam memantau efek obat seperti membuat standarisasi pengukuran efek obat terhadap target gejala, mengevaluasi dan meminimalisasi efek samping, mengatasi reaksi berlawanan dan mencatat efek obat terhadap konsep diri klien, kepercayaan serta keyakinannya terhadap perawatan. Obat harus diberikan sesuai dengan dosis yang direnkomendasikan dan dalam jumlah yang tepat sebelum menentukan apakah memiliki dampak terapiutik yang adekuat pada klien. e. Edukasi Pengobatan Perawat merupakan pemegan posisi utama dalam memberikan edukasi pada klien dan keluarga tentang pengobatan. Edukasi meliputi pemberian informasi lengkap kepada klien dan keluarga sehingga mereka dapat memahami, mendiskusikan dan menerimanya. Edukasi tentang obat merupakan kunci penting agar efektif dan aman dalam mengonsumsi obat-obat psikotropika, kolaborasi klien dalam merencanakan tritmen dan kepatuhan klien terhadap regimen terapi obat. 2 Terapi Kejang Listrik (Elektroconvulsive Therapis) Terapi kejang listrik (elektroconvulsive therapis / ECT) pertama kali dilakukan pada tahun 1938 sbagai tritmen untuk klien skizofrenia, ketika diyakini bahwa klien epilepsy jarang mengalami skizofrenia, dan dianggap bahwa pemberian kejang biasa menyembuhkan skizofrenia. Terapi Kejang listrik adalah pengobatan dengan pemberian kejang yang cukup berat melalui alat yang diindukdi pada klien yang yang dibius dengan memeberikan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada klien (Manked et al,2010). ECT merupakan tritmen gangguan jiwa yang efektif dan umumnya dapat ditoleransi dengan baik oleh klien. Dalam beberapa kasus, stelah program awal tritmen sukses, pemiliharaan ECT ditambah dengan pemberian obat antridepresan: untuk bulan pertama setelah remisi program remisi trigmen dilakukan seminggu sekali, kemudian berkurang secara bertahap menjadi sebulan sekali (perbulan) (APA, 2001). Indikasi utama ECT adalah depresi berat (Weiner dan Falcone,2011). Beberapa ahli menganggap terapi ini digunakan sebagai standar emas untuk mengatasi kodisi depresi yang bertahan (Nahas dan Anderson,2011). Tingkat respon terhadap ECT 80% atau lebih untuk sebagian besar klien lebih baik daripada tingkat respon terhadap obat antidepresan, sehingga terapi dianggap sebai antidepresan yang paling efektif (Keltner dan Boschini,2009). Peran perawat Perawat kesehatan jiwa memiliki peran penting dalam melakukan ECT. Peran ini meliputi tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi. Dukungan Emosi dan Pendidikan. Asuhan keperawatan diberikan kepada klien dan keluarga setelah dijelaskan bahwa ECT merupakan pilihan program tritmen. Peran paling penting perawat adalah memberikan kesempatan bagi klien untuk untuk mengespresikan perasaan, termasuk masalah yang terkait dengan mitos atau yang berkaitan dengan ECT. Perawat dapat mengajarkan klien dan keluarga, mempertimbangkan ansietas, kesiapan untuk belajar, dan kemampuan untuk memahami penjelasan yang diberikan. Asuhan Keperawatan Sebelum Prosedur Tritmen, pemberian asuhan keperawatan ini meliputi peninjauan kembali proses konsultasi, memastikan bahwa setiap kelainan hasil tes laboratorium telah ditangani, dan memeriksa bahwa peralatan dan perlengkapan yang diperlukan telah memadai dan berfungsi. Asuhan keperawatan selama prosedur, klien harus dibawah ke ruan tritmen, baik dengan berjalan kaki atau dibawah dengan menggunakan kursi roda, didampingi seorang perwat dan dengan siapapun klien merasa nyaman. Perawat harus tetap mendapingi klien selama pelaksanaan terapi untuk memberikan dukungan pada klien. Asuhan keperawatan setelah prosedur, ruang pemulihan harus berdekatan dengan dengan ruang tritmen untuk memudahkan akses staf anastesi keluar masuk dalam keadaan darurat. Setelah klien berada diruan pemulihan perawat harus harus mengobservasi klien sampai benar-benar pulih. Perawat harus meyakinkan kodisi klien dan secara periodic mengorentasikan klien. Pemberian penjelasan yang singkat, sangat membantu klien dalam proses pemulihan. Perawat harus menjelaskan bahwa sebagian besar masalah memori akan hilang dalam beberapa minggu. 3. Terapi Tindakan Pada Keluarga Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk melibatkan keluarga dan mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif dalam ritmen dan pemulihan, sehingga meningkatkan keterampilan koping pada klien dan keluarga mereka. Peran Perawat dalam terapi keluarga yaitu untuk mendorong hubungan keluarga yang sehat melalui psikoedukasi, penguatan kekuatan, konseling sportif, dan rujukan untuk terapi dan dukungan. Perawat sudah dipersiapkan dengan baik untuk meningkatkan fungsi keluarga dalam pengaturan klinis tradisional dan nontradisional. Perawat harus mengintegrasikan teori berbasis keluarga dengan ilmu tindakan pada keluarga dalam program klinis, memberikan dan mempromosikan tindakan pada keluarga berbasis-bukti, dan advokasi untuk keluarga dan penggantian pihak ketiga untuk tindakan pada keluarga. Advokasi Keluarga merupakan model bekerja dengan orang tua dan anggota keluarga untuk membantu mereka bertindak sebagai advokat dengan dan atas nama anggotakeluarga yang memiliki ketidakmampuan Praktik yang berorientasi pada keluarga mengacu pada tindakan tertentu pada keluarga dan kerangka konseptual yang lebih luas untuk tindakan yangmencakup asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga. Ilmu tindaka keluarga merupakan area keilmuan yang didefinisikan dengan penelitian dalam mengubah perilaku keluarga. 4. Iktisas Terapi Kelompok Kelompok menawarkan berbagai hubungan antara anggota karena setiap anggota kelompok akan berinteraksi satu sama lain dengan pemimpin kelompok. Anggota kelompok berasal dari berbagai latar belakang dan masing-masing memiliki kesempatan untuk belajar dari orang lain diluar lingkaran sosialnya.mereka dihadapkan dengan rasa iri hati, daya tarik, daya saing, dan banyak emosi lainnya dan perasaan yang diungkapkan oleh orang lain (Yalom,2005). Kelompok terapiutik memiliki tujuan bersama yaitu kelompok memiliki tujuan kelompok untuk membantu anggota yang secara konsisten terlibat dalam engidentifikasi hubungan destruktif dan mengubah perilaku maladaptive mereka. Peran Perawat Perawat sebagai pemimpin kelompok harus dapat mengkordinir dan mempelajari kelompok dan berpartisipasi di dalamnya pada waktu bersamaan. Pemimpin harus selalu memantau kelompok dan bila diperlukan, membantu kelompok mencapai tujuannya. Kualitas pemimpin perawat yang efektif merupakan kualitas yang sama pentingnya dalam hubungan terapiutik, secara khusus kemampuan perawat meliputi sikap responsive dan aktif berimpati, ketulusan, dan kemampuan konfrontasi. TERIMAKASIH