PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Setiap insan
dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan organ tubuh yang canggih, seimbang dan
teratur serta diberi anugrah pikiran, supaya dapat digunakan untuk menimbang mana sesuatu
yang baik dan mana yang buruk untuk dirinya. Kesehatan adalah proses melalui mana kita
membentuk kembali dasar asumsi dan pandangan dunia tentang kesejahteraan dan melihat
kematian sebagai alami proses kehidupan (Dossey & Keegan, 2008). Ini adalah keadaan
lengkap fisik, mental, kesejahteraan sosial, dan bukan hanya ketiadaan penyakit saja.
Keadaan ini adalah satu di mana individu (perawat, klien, keluarga, kelompok, atau
masyarakat) mengalami rasa kesejahteraan, harmoni, dan kesatuan di mana pengalaman
subjektif tentang kesehatan, keyakinan kesehatan, dan nilai-nilai yang dihormati. Budaya
kerendahan hati ditujukan di mana perawat model nonjudgment, keterlibatan, dan keinginan
untuk memahami dimensi budaya dan kesehatan perawatan. Untuk menjadi budaya rendah
hati adalah untuk menunjukkan rasa hormat dan pemahaman orang lain yang mungkin
memiliki praktik, nilai, dan perspektif yang berbeda dari seseorang sendiri. Ini meliputi
kesediaan dengan budaya sendiri kritik seseorang dan motivasi untuk memahami budaya
orang lain, memberikan perhatian pada kesamaan, perbedaan, dan kekuasaan.
Terapi di keperawatan adalah konsep diri sebagai penyembuh harus dipahami dan
dialami oleh setiap perawat untuk akan pengetahuan dan terampil dalam
pengiriman,arahan,atau konseling,pasien dalam penggunaan berbagai terapi. Hal ini
mencakup pemahaman kesehatan.
Terapi Komplementer ini sudah dikenal secara luas serta telah digunakan sejak dulu
dalam dunia kesehatan. Namun, dalam beberapa survei yang telah dilakukan mengenai
penggunaan terapi komplementer, cakupan terapi komplementer sendiri masih agak terbatas.
Seperti Thomas Friedman (2005) mengatakan; saat ini, dunia kesehatan, termasuk salah
satunya praktisi keperawatan masih bingung tentang apa itu terapi komplementer.
Memperluas pengetahuan tentang perspektif obat pelengkap seperti terapi komplementer,
dilakukan oleh sebagian orang-orang dalam beberapa budaya di dunia yaitu sangat penting
untuk perawatan kesehatan yang kompeten. Dengan demikian sangat penting bagi perawat
profesional kesehatan untuk melakukan penilaian holistik pasien mereka untuk menentukan
arah yang luas dari penyembuhan praktek-praktek yang akan mereka jalankan.
Hal ini berlaku tidak hanya bagi pasien baru, tapi untuk semua pasien. Penggunaan
terapi komplementer / alternatif menjadi lebih kompleks terhadap tingkat pemahaman
pribadi. Dalam masing-masing terapi komplementer, komunikasi penyembuhan sering terjadi
antara perawat dan pasien. Ini adalah aliran bebas dari yang verbal dan nonverbal yaitu
sebagai pertukaran antara dua atau lebih orang. Terapi komplementer adalah salah satu model
terapi yang digunakan perawat dalam melakukan perawatan kepada pasien. Untuk perawat di
seluruh dunia yang menggunakan terapi komplementer kepada pasien dapat memberikan
layanan yang berkualitas holistik. Pelengkap & Alternatif Terapi di keperawatan dapat
menggambarkan bagaimana perawat dapat membantu pasien dalam penyembuhannya.
perawat mengakui bahwa penggunaan terapi komplementer dapat menyebabkan pemahaman
pribadi dan makna yang lebih komplek. Dalam masing-masing terapi komplementer,
komunikasi penyembuhan sering terjadi antara perawat dan pasien. Ini adalah aliran bebas
dari verbal dan nonverbal pertukaran antara dua atau lebih orang dan mungkin juga
memasukkan cerita terkait dengan makhluk yang signifikan, seperti hewan peliharaan, alam,
dan Tuhan atau Life Force di mana makna dan pengalaman dapat menyebabkan saling
memahami dan mengerti. Perawat harus mengintegrasikan kehadirannya. Kehadiran adalah
hal penting dalam penyembuhan dan cara mendekati seorang individu dalam cara saling
menghormati dan menghormati esensi nya. Hal ini berkaitan dengan cara yang
mencerminkan kualitas dan kolaborasi dengan orang lain. Hal ini memungkinkan perawat
untuk masuk ke dalam pengalaman yang mempromosikan potensi penyembuhan dan
pengalaman kesejahteraan pasien. Terapi di Perawatan adalah bahwa konsep diri sebagai
penyembuh harus dipahami dan dialami oleh setiap perawat untuk dia atau dia akan
berpengetahuan dan terampil dalam pengiriman, arahan, atau konseling pasien dalam
penggunaan terapi komplementer atau alternatif. Snyder Mariah adalah Profesor Emeritus di
University of Minnesota School of Nursing. Dia berkarir dalam mengajar kursus pelengkap
terapi, melakukan penelitian tentang penggunaan pelengkap terapi pada penderita demensia,
mengelola stres pada orang dengan penyakit kronis, dan membantu perawat internasional
dalam menggabungkan terapi komplementer dalam praktek dan pendidikan. Snyder adalah
anggota pendiri Pusat Spiritualitas dan Penyembuhan di Pusat Kesehatan Akademik di
University of Minnesota, dan juga merupakan kontributor utama untuk pembangunan
interdisipliner dari yang kecil-kecil yang pertama seperti di Amerika Serikat. Kegiatan ketika
dia pensiun yang dia lakukan adalah menggunakan terapi komplementer pada wanita dengan
kecanduan yang dipenjara. Minat yang kuat dalam terapi penyembuhan efektif dan praktek
dari negara dan budaya di seluruh dunia dalam penyediaan layanan kesehatan. Dunia menjadi
semakin kecil, dengan ini perlu memahami penggunaan terapi CAM dan praktek adat untuk
berbagai budaya dan populasiPerubahan ini dapat berfungsi untuk memperluas dan
memperdalam pemahaman kita tentang dasar dan penggunaan terapi komplementer.
Penggunaan terapi komplementer komplementer ini, manusia menjadi peduli dan
berpengetahuan. Ini adalah keadaan moral di mana perawat membawa pasien ke dalam
hubungan yang signifikan makhluk yang memperkuat makna dan pengalaman kesatuan dan
persatuan. Bekerja dengan pasien untuk memilih dan menerapkan terapi ini adalah hak
istimewa dan tanggung jawab. Hal ini bermanfaat bagi perawat masing-masing, yang
memiliki pengalaman terapi sebelum menggunakannya sehingga dapat mengantisipasi
berbagai emosi yang mungkin terwujud selama dan sesudah sesi. Perawat yang
mengintegrasikan komplementer atau terapi alternatif yang menunjukkan kapasitas
kepemimpinan untuk menginspirasi orang lain untuk bertindak untuk mengubah pelayanan
kesehatan yang dapat menyebabkan orang sehat dan dunia yang sehat (Nightingale Initiative
for Global Health, 2009). Untuk mengubah pelayanan kesehatan untuk memasukkan praktek
yang berpusat pada pasien dan melibatkan perawat dalam hubungan yang memadukan terapi
komplementer atau alternatif . Terapi ini menyebabkan perkembangan penyembuhan
individu, organisasi, dan masyarakat. Mayoritas masyarakat sudah menggunakan terapi ini,
dan permintaan hanya terus berkembang. Hal ini penting bagi perawat untuk memiliki
sumber daya yang tersedia dan memberikan informasi terkini tentang pengobatan
komplementer dan alternatif (CAM). Perawat perlu sumber daya untuk menyediakan pasien
dengan dasar informasi serta jawaban atas pertanyaan mereka tentang CAM terapi, termasuk
pertanyaan tentang keamanan dan kemanjuran. Perawat professional perlu informasi tentang
potensi kontraindikasi untuk terapi ini serta potensi interaksi mereka dengan bersamaan
ditentukan terapi medis konvensional. Kita juga perlu pengetahuan tentang terapi diri kita
sendiri sehingga kita dapat menawarkan pasien sebagai pilihan yang diperluas untuk
kenyamana. Perawat tidak kehilangan kesempatan untuk mempekerjakan terapi yang bisa
menguntungkan pasien yang kesakitan (dapat meringankan) atau mencegah kegelisahan, juga
penting bagi perawat untuk mengidentifikasi terapi yang mungkin disalahgunakan atau
memiliki efek samping pada pengguna. Penggunaan terapi komplementer adalah sebuah
usaha di mana perawat dapat integral terlibat. Banyak perawat telah menyediakan
kepemimpinan dalam penelitian, pendidikan, dan praktek aplikasi terapi ini. Sebagai
permintaan konsumen untuk penggunaan terapi komplementer terus meningkat, sangat
penting bahwa perawat mendapatkan pengetahuan tentang terapi pelengkap, sehingga mereka
dapat memilih dan memasukkan pasien dalam praktek, dan memberikan pasien dengan
informasi tentang terapi, dihubungi tentang penelitian dan praktek pedoman yang berkaitan
dengan pelengkap terapi, pasien waspada terhadap kontraindikasi mungkin dan bahkan
menggabungkan beberapa terapi ini ke perawatan diri mereka.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan
orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit; perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat
melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan komplementer adalah pengobatan non-
konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu
misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan
dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tetapi di Philipina misalnya, jamu
Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapi Komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan sebagai pendukung
kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan
medis yang Konvensional.
Para pengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus), dengan pemenuhan nutrisi dan ketenangan
spiritual bisa memperpanjang harapan hidup mereka. Terapi alternatif komplementer, seperti;
akupunktur, akupressur, meditasi, dan mengomsumsi tanaman obat dapat menambah daya tahan
tubuh dan pertumbuhan sel-sel imun. Pernyataan ini pernah dikemukakan oleh Putu Oka Sukanta,
akupunturis sekaligus pembicara dalam talk show yang diadakan Indonesia HIV Prevention and Care
Project (IHPCP) di Indonesia Sehat Expo 2007, Jakarta Convention Center, Rabu (24/10). Menurut
Putu Oka Sukanta, ketenangan spiritual dan nutrisi peningkat daya tahan membuat virus lebih jinak
dan memperlambat perkembangannya dalam tubuh manusia, sehingga memberi kesempatan CD4
yaitu sel pembentuk daya tahan tubuh untuk berkembang dan memperbanyak diri.
Akupunktur dan akupressur diberikan untuk memperkuat organ-organ vital, seperti; paru-paru,
ginjal, lambung, dan limpa, pada masa awal infeksi HIV. Sebelum daya tahan tubuh dan sel- sel CD4
turun karena infeksi HIV, organ penting tersebut harus kuat,” kata Putu Oka. Untuk penderita HIV,
keempat organ vital tersebut harus dijaga daya tahannya karena memiliki fungsi penting, seperti
paru-paru yang berfungsi mengikat oksigen, lambung untuk mengolah makanan yang masuk, dan
limpa yang berguna untuk menyerap sari-sari makanan. Dengan akupressur, tambah Putu Oka, titik-
titik tubuh yang berhubungan dengan organ vital tersebut dipijat untuk menguatkan fungsi organ.
Selain dengan teknik akupressur dan akupunktur, konsumsi tanaman obat juga membantu
penguatan fungsi organ vital. Pegagan misalnya, digunakan untuk regenerasi sel pembentuk daya
tahan tubuh dan juga untuk menguatkan fungsi ginjal,” kata Putu Oka yang juga mengelola Taman
Sringanis, pelestari tanaman obat dan pengembang kesehatan alami. Selain pegagan, tanaman
penguat daya tahan tubuh adalah meniran. “Reaksi pertama yang ditunjukkan pengidap HIV adalah
penyangkalan dan stres. Padahal stres merupakan penyebab vital menurunnya daya tahan tubuh,”
kata Putu Oka. Untuk mempertahankan ketenangan batin pengidap HIV, diperlukan suatu metode,
seperti meditasi dan oleh napas untuk membantu penderita menenangkan diri. Teknik olah napas
saat meditasi membantu paru-paru mengikat oksigen. Idong salah satu pasien pengidap HIV yang
telah mengikuti terapi komplementer, mengaku sangat merasakan manfaat positifnya. “Dengan
mengikuti meditasi, olah napas, dan mengonsumsi tanaman obat, CD4 saya selalu di atas 600.
Padahal umumnya penderita HIV hanya memiliki CD4 di bawah 500,” kata Idong. Dia mengaku
sampai kini belum mengonsumsi antiretroviral (ARV) karena kadar CD4-nya belum di bawah 200.
ARV sendiri hanya digunakan bagi mereka yang kadar CD4-nya di bawah 200. ujarnya.
C. Strategi dalam menjalankan terapi komplementer
Setiap melakukan tindakan atau rencana, kita sudah barang tentu akan berhadapan dengan sebuah
strategi. Strategi ini akan menentukan arah perjalanan tindakan atau rencana yang akan kita
lakukan. Termasuk salah satunya adalah bagaimana strategi kita ketika ingin mendirikan terapi
komplementer?.
Strategi merupakan suatu kelompok keputusan, tentang tujuan-tujuan apa yang akan diupayakan
pencapaiannya, tindakan-tindakan apa yang perlu dilakukan, dan bagaimana memamfaatkan
sumber-sumber daya guna mencapai tujuan tersebut” (Jones, et al., 2003:2001)
Konsep strategi merupakan sebuah konsep yang perlu dipahami dan diterapkan oleh setiap
entrepreneur maupun setiap manajer, dalam segala macam bidang usaha. Sejak beberapa tahun
yang lampau, pengertian strategi makin banyak mendapatkan perhatian dan dibahas dalam literatur
dalam menajemen. Aneka macam artikel bermunculan sehubungan dengan misalnya: strategi
asortimen, produk-strategi, permasalahan strategi, sampai dengan diversifikasi-strategi bisnis. Di
dalam mendirikan terapi komplementer sendiri, kita juga bisa berlandas pada elemen esensial
sebagai berikut:
1. Tentukan terlebih dahulu tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang paling penting yang perlu
dicapai.
3. Tahapan-tahapan tindakan pokok atau program yang akan mencapai tujuan yang ditetapkan di
dalam batas-batas yang digariskan.
CV atau Comanditaire Venootschap adalah bentuk usaha yang merupakan salah satu alternatif yang
dapat dipilih oleh para pengusaha yang ingin melakukan kegiatan usaha dengan modal yang
terbatas. Karena, berbeda dengan PT yang mensyaratkan minimal modal dasar sebesar Rp50.000,-
dan harus di setor ke kasperseroan minimal 25%nya, sedangkan untuk CV tidak ditentukan jumlah
modal minimal. Jadi, misalnya seorang pengusaha ingin berusaha di industri rumah tangga,
percetakan, biro jasa, perdagangan, catering, serta terapi komplementerdengan modal awal yang
tidak terlalu besar, dapat memilih CV sebagai alternatifbadan usaha yang memadai.
Perbedaan yang mendasar antara PT dan CV adalah, PT merupakan badanhukum yang dipersamakan
kedudukannya dengan orang dan mempunyai kekayaan yang terpisah dengan kekayaan para
pendirinya. Jadi, PT dapat bertindak keluar,di dalam maupun di muka pengadilan, sebagaimana
halnya yang memiliki harta kekayaan sendiri. Sedangkan CV, dia merupakan badan usaha yang tidak
berbadan hukum, dan kekayaan para pendirinya tidak terpisahkan dari kekayaan CV.
Karakteristik CV yang tidak dimiliki badan usaha lainnya adalah: CV didirikan minimal oleh dua orang,
dimana salah satunya akan bertindak selaku Persero Aktif (persero pengurus) yang nantinya akan
bergelar Direktur, sedangkan yang lain akan bertindak selaku Persero Komanditer (Persero diam).
Seorang persero aktif akan bertindak melakukan segala tindakan pengurusan atas Perseroan;
dengan demikian, dalam hal terjadi kerugian maka Persero Aktif akan bertanggung jawab secara
penuh dengan seluruh harta pribadinya untuk mengganti kerugian yang dituntut oleh pihak ketiga.
Sedangkan untuk Persero Komanditer, karena dia hanya bertindak selaku sleeping partner, maka dia
hanya bertanggung jawab sebesar modal yang disetorkannya ke dalam perseroan.
Perbedaan lain yang cukup penting antara PT dengan CV adalah, dalam melakukan penyetoran
modal pendirian CV, di dalam anggaran dasar tidak disebutkan pembagiannya seperti halnya PT.
Jadi, para persero harus membuat kesepakatan tersendiri mengenai hal tersebut, atau membuat
catatan yang terpisah. Semua itu karena memang tidak ada pemisahan kekayaan antara CV dengan
kekayaan para perseronya.
CV dapat didirikan dengan syarat dan prosedur yang lebih mudah daripadaPT, yaitu hanya
mensyaratkan pendirian oleh 2 orang, dengan menggunakan akta Notaris yang berbahasa Indonesia.
Walaupun dewasa ini pendirian CV mengharuskan adanya akta notaris, namun dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang dinyatakan bahwa pendirian CV tidak mutlak harus dengan akta Notaris.
Pada saat para pihak sudah sepakat untuk mendirikan CV, maka dapat datang ke kantor Notaris
dengan membawa KTP. Untuk pendirian CV, tidak diperukan adanya pengecekan nama CV terlebih
dahulu. Oleh karena itu proses nya akan lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan pendirian PT.
Namun demikian, dengan tidak didahuluinya dengan pengecekan nama CV, menyebabkan nama CV
sering sama antara satu dengan yang lainnya. Pada waktu pendirian CV, yang harus dipersiapkan
sebelum datang ke Notaris adalah adanya persiapan mengenai:
3. Siapa yang akan bertindak selaku Persero aktif, dan siapa yang akan bertindak selaku persero
diam.
4. Maksud dan tujuan yang spesifik dari CV tersebut (walaupun tentu saja dapat mencantumkan
maksud dan tujuan yang seluas-luasnya). Untuk menyatakan telah berdirinya suatu CV, sebenarnya
cukup hanya dengan akta Notaris tersebut, namun untuk memperkokoh posisi CV tersebut,
sebaiknya CV tersebut di daftarkan pada Pengadilan Negeri setempat dengan membawa
kelengkapan berupa Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP) dan NPWP atas nama CV yang
bersangkutan.
Apakah itu akta, SKDP, NPWP dan pendaftaran pengadilan saja sudah cukup?
Sebenarnya semua itu tergantung pada kebutuhannya. Dalam menjalankan suatu usaha yang tidak
memerlukan tender pada instansi pemerintahan, dan hanya digunakan sebagai wadah berusaha,
maka dengan surat-surat tersebut saja sudah cukup untuk pendirian suatu CV. Namun, apabila
menginginkan ijin yang lebih lengkap dan akan digunakan untuk keperluan tender, biasanya
dilengkapi dengan surat-surat lainnya yaitu:
Pengurusan ijin-ijin tersebut dapat dilakukan bersamaan sebagai satu rangkaian dengan pendirian
CV dimaksud, dengan melampirkan berkas tambahan berupa:
a. apabila milik sendiri, harus dibuktikan dengan copy sertifikat dan copy bukti
c. apabila sewa kepada orang lain, maka harus dibuktikan dengan adanya
d. perjanjian sewa menyewa, yang dilengkapi dengan pembayaran pajak sewa oleh pemilik
tempat. sebagai catatan berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta, untuk wilayah Jakarta, yang dapat
digunakan sebagai tempat usaha hanyalah Rumah toko, pasar atau perkantoran. Namun ada daerah-
daerah tertentu yang dapat digunakan sebagai tempat usaha yang tidak membayakan lingkungan,
asalkan mendapat persetujuan dari RT/RW setempat.
4. Pas photo ukuran 3X4 sebanyak 4 lembar dengan latar belakang warna merah.
Jangka waktu pengurusan semua ijin-ijin tersebut dari pendirian sampai dengan selesai lebih kurang
selama 2 bulan. Sebagai penutup saya sarankan agar dalam mendirikan suatu bidang usaha,
alangkah baiknya untuk dipertimbangkan dari segala segi, tidak hanya dari segi kepraktisannya,
namun juga dari segi pembagian resiko di antara para persero, agar tidak terjadi pertentangan di
kemudian hari.
Pelengkap terapi komplementer sering diberikan dalam konteks terapi lain. Hal ini membuat kita
sulit untuk membedakan efek dari terapi komplementer dari orang-orang terhadap terapi lain yang
diberikan secara bersamaan, sedangkan bedah termasuk efek dari penyakit lainnya secara proses
dan perawatannya. Terapi komplementer mungkin memiliki efek langsung dan efek tidak langsung
serta efek bermanfaat dan merugikan. Dan ini harus ditentukan melalui pengamatan sistematis dan
penelitian.Walaupun mekanisme tindakan sudah banyak dilakukan, namun terapi komplemnter
masih tetap sulit dipahami. Sulit untuk dimengerti efeknya tanpa melakukan framing terapi, baik di
dalam budaya ataupun praktek tradisi penyembuhan. Begitu juga dengan syarat serta hasil yang
mampu dicapai di seluruh budaya mungkin tidak sama, sehingga hambatan untuk
transglobalkomunikasi dan belajar dari pengalaman dan didukung bukti dasar. Sekedar mengetahui
bahwa terapi bermanfaat, tidak cukup. Pertanyaan yang harus dijawab, misalnya: Kondisi dimana
atau seperti apa yang membuat terapi komplementer efektif dilakukan? Apakah saja dosis-dosis
yang dibutuhkan? Seberapa sering terapi harus diberikan untuk mencapai manfaat? Berapa lama
efeknya? Berapa banyak asuransi terapi yang mencakup?
Kebutuhan studi pada efektivitas-biaya terapi komplementer dan untuk penelitian yang
membandingkan secara kontras tentang terapi komplementer dengan terapi konvensional lainnya
(IOM, 2002). Pertimbangan Budaya Studi terapi relevan dengan penuaan populasi, populasi
bervariasi tahap perkembangan, dan mereka yang memiliki latar belakang budaya yang beragam
juga diperlukan. Populasi ini memberikan tantangan untuk desain, perekrutan, dan pelaksanaan
studi. Subyek Lansia sering memiliki berbagai komorbiditas dan dapat mengambil beberapa obat.
Bahasa dan kurangnya pemahaman budaya dapat menimbulkan hambatan bagi masuknya imigran
baru. Akses ke anak-anak, remaja, orang dewasa yang rentan, dan isu-isu etis yang unik seputar
perekrutan dan partisipasi mereka juga dapat dianggap sebagai hambatan bagi masuknya kelompok
ini. Ada hasil lain yang ingin dicapai oleh konsumen perawatan kesehatan yaitu terapi ditampilkan
memiliki efek kesehatan yang menguntungkan serta bukanlah satu-satunya alasan yang sah untuk
penggunaannya. Imigran cenderung menggunakan terapi komplementer yang pertama saja dan
kemudian mencari bantuan medis konvensional jika ini tidak efektif (Garce's, Scarinici, & Harrison,
2006).
Terapi komplementer mungkin memiliki signifikansi budaya atau kondisi terikat dengan tradisi
penyembuhan; terapi dapat menyebabkan perdamaian pikiran pasien. Jika mereka dari negara-
negara lain datang ke Amerika Serikat, budaya kepercayaan dalam pengobatan
terapi komplementer tidak berubah. Dalam mempertimbangkan penggunaan terapi komplementer,
biaya, risiko, dan nilai untuk penerimaanya merupakan permasalahan esensial yang harus
diperhatikan terlebih dahulu.
a. Dasar Hukum
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1109 Tahun 2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut
aturan itu, pelayanan komplementer-alternatif dapat dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi, dan
mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan. Pengobatan itu harus aman, bermanfaat, bermutu, dan
dikaji institusi berwenang sesuai dengan ketentuan berlaku.
b. Konsep Keilmuan
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem-sistem tubuh, terutama
sistem kekebalan dan pertahanan tubuh, agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang
sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya
sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang
baik dan lengkap serta perawatan yang tepat. Ada banyak jenis metode dalam terapi komplementer
ini, seperti akupuntur, chiropractic, pijat refleksi, yoga, tanaman obat/ herbal, homeopati,
naturopati, terapi polaritas atau reiki, teknik-teknik relaksasi, termasuk hipnoterapi, meditasi,
visualisasi, dan sebagainya. Obat- obat yang digunakan bersifat natural/ mengambil bahan dari alam,
seperti jamu-jamuan, rempah yang sudah dikenal (jahe, kunyit, temu lawak dan sebagainya), sampai
bahan yang dirahasiakan. Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu
mempercepat proses penyembuhan, hingga menggunakan doa tertentu yang diyakini secara
spiritual memiliki kekuatan penyembuhan.
Terapi komplementer relatif aman karena menggunakan cara- cara alami yang jauh dari bahan-
bahan kimia yang jelas-jalas banyak memberikan efek samping pemakainya. Namun, walaupun alami
tetap harus dikaji dan diteliti tingkat keefektifan dan keamanannya. Memang penelitian tentang
terapi komplementer masih jarang, dikarenakan belum memiliki standar yang baku. Terapi ini tidak
selalu dirancang untuk mengobati penyakit tertentu, beberapa terapi alternatif merawat orang
secara keseluruhan, bukan suatu penyakit tertentu. Terapi ini mungkin dapat mengembalikan
keselarasan, keseimbangan, atau menormalkan aliran energi. Penelitian ilmiah sangat mahal
biayanya. Pembuat terapi alternatif seringkali tidak mampu membayar untuk sebuah penelitian
ilmiah. Pemerintah lebih cenderung untuk mendanai penelitian obat-obatan barat karena dipandang
lebih efektif. Dengan hak paten, para produsen dapat memperoleh keuntungan yang membantu
mendanai penelitian. Sedangkan kebanyakan terapi komplementer tidak dapat dipatenkan. Namun
halangan-halangan ini bukan berarti tidak ada terapi komplementer yang secara sukses diteliti,
beberapa terapi telah teruji dan terbukti kemanjurannya.
LITERATUR
http://www.odhaindonesia.org/trackback/25
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0710/25/humaniora/3940886.htm
file:///E:/Terapi%20Komplementer.htm
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0701/25/humaniora/3266911.htm
Sumber: http://irmadevita.com/2007/prosedur-cara-dan-syarat-pendirian-cv
TERAPI KOMPLEMENTER
Posted by I Gusti Ngurah Putu Jaya Antara on0
A. PENDAHULUAN
1. Penggunaan
Pengobatan konvensional berubah dan Terapi Kesehatan Alternatif yang sedang
diperkenalkan dan digunakan, pengobatan baru yang dianggap menggabungkan obat
utama denganPengobatan alternatif dalam hal penyembuhan. Teknik-teknik penyembuhan
yang obat konvensional tidak miliki dalam terapi alternative, beberapa diantaranya adalah :
diet mode, pijat, terapi musik, iman kesembuhan, obat rakyat, naturopati, homeopati,
penyembuhan chiropractic, terapi magnet, terapi herbal, dan lain-lain. Kita bisa mendapatkan
rasa kontrol atas kesehatan kita melalui terapi kesehatan alternatif yang meningkatkan
kualitas umum kehidupan dengan membuat kita merasa lebih baik tentang diri kita.
Seseorang merasa lebih tenang bila tekanan, stres, insomnia, gugup dan putus asa berkurang.
Mereka mengurangi beberapa efek samping yang biasanya melihat dalam
pengobatan Kanker yang biasa dan juga membantu dalam mengurangi beberapa gejala seperti
miskin, kelelahan nafsu makan, rasa sakit, penyakit, sembelit diare, dan sesak napas.
Sering digunakan bersama dengan obat konvensional, terapi alternatif dapat
cenderung untuk menutupi rasa sakit yang mungkin menyembunyikan masalah mendasar
yang sebenarnya sangat serius. Saat ini ada kelompok pendukung kanker dan lain-lain yang
menawarkan gratis atau dengan biaya yang sangat rendah, terapi alternatif, beberapa
penampungan dan rumah sakit mulai menyediakan terapi alternatif untuk perawatan kanker,
bersama dengan pengobatan konvensional radioterapi dan kemoterapi untuk kanker. Terapi
ini sekarang digunakan oleh banyak kanker pasien untuk mendukung diri mereka sendiri
dalam perjuangan mereka melawan kanker. Namun, terapi kesehatan alternatif tidak harus
dilihat sebagai alternatif yang akan digunakan sebagai pengganti obat-obatan ortodoks, tetapi
harus digunakan sebagai dukungan yang sangat berharga yang mengakui aspek-aspek
spiritual dan emosional dan aspek fisik.
Ada peningkatan dalam penggunaan produk-produk kesehatan
alternatif, Amerikamenggunakan banyak bumbu dan vitamin serta menghabiskan sekitar
milyaran produk-produk kesehatan alternative setiap tahunnya. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Davis, Eisenberg, Phillips dan Tindle pada 2005 ditetapkan bahwa terapi
komplementer dan alternatif yang digunakan oleh sekitar 72 juta orang di Amerika, juga
diindikasikan dari studi ini bahwa lebih dari miliaran orang per tahun dihabiskan untuk
keluar-saku-untuk terapi ini menurut Herman, Craig, &Caspi, 2005. Dalam masyarakat saat
ini, pengobatan komplementer sudah mulai diterima karena terapi alternatif membantu
mereka mengatasi dan mengelola efek pengobatan konvensional dengan mengurangi
perasaan cemas dan persaan mereka yang dapat dikontrol kembali dari kehidupan mereka
sendiri.
2. Proses
a. Penyembuhan dengan transfer energi dan pemindahan penyakit ke suatu media.
b. Terapi ketuk berbasis hypnosis, khusus untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan
dengan penyakit psikis seperti : stres, cemas, phobia, perilaku/kebiasaan buruk, emosional
dan sejenisnya. Terapi ketuk juga bisa dilakukan dari jarak jauh.
c. Tehnik penyembuhan diri sendiri (self healing) dengan yoga jari yang bisa dilakukan kapan
saja dan dimana saja dan sangat mudah dengan hasil positif yang telah teruji.
d. Tehnik penyembuhan diri sendiri (self healing) dengan metode senam tunggal penyembuh
penyakit dengan cara yang sederhana namun telah teruji menyembuhkan berbagai penyakit
medis dan non medis.
e. Penyembuhan dengan audio healing. Anda juga akan mendapatkan gratis audio-audio yang
dapat membantu menyembuhkan penyakit pasien. Beberapa contoh audio healing misalnya
penyembuhan segala penyakit, reparasi DNA, autis/adhd, kecanduan narkoba, kanker,
insomnia dll.
3. Dampak
Terapi memiliki dampak positif dan negatif. Adapun beberapa dampak positif dari
terapi, yaitu :
1. Mengurangi rasa nyeri, contohnya terapi pijat untuk orang yang mengalami keseleo atau
salah urat.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh, contohnya akupuntur, terapi pijat.
3. Produksi hormon dapat dikendalikan, contohnya akupuntur, terapi gelombang otak.
4. Membuat kulit dan selaput lendir menjadi lebih peka terhadap rangsang
5. Melancarkan sirkulasi darah, contohnya terapi magnet, akupuntur, acupressure, massage
therapy.
6. Otot yang kaku dapat terelaksasi sempurna, contohnya akupuntur, terapi pijat, dll.
7. Mengobati penyakit, contohnya terapi radiasi, terapi magnet, terapi herbal, dll.
8. Membuat penampilan orang lebih menarik, contohnya akupuntur kecantikan yang dapat
mnurunkan ataupun menaikkan berat badan.
9. Mengurngi stress dan cemas, contohnya massage therapy dengan aroma terapi.
10. Menambah tinggi badan, contohnya terapi gelombang otak.
Sementara itu, dampak negative dari terapi, diantaranya :
1. Beberapa terapi ada yang dapat menimbulkan rasa sakit ,seperti terapi pijat. Ada beberapa
orang sehari setelah dipijat merasakan nyeri pada tubuhnya.
2. Dapat menimbulkan alergi tertentu. Contohnya, pada penggunaan minyak dalam terapi pijat,
beberapa orang memiliki sensitivitas tinggi terhadap kandungan dalam minyak tersebut
sehingga dampak alergi, seperti gatal dan bercak-bercak merah.
3. Cenderung memerlukan waktu yang cukup lama dalam penggunaanya untuk menyembuhkan
suatu penyakit tertentu. Contohnya terapi radiasi dalam penyembuhan kanker tidak bias
dilakukan dalam satu kali pelaksanaan namun perlu adanya tahapan-tahapan lebih lanjut.
4. Beberapa terapi terkadang menimbulkan efek samping yang merusak salah satu bagian
tubuh. Contohnya, terapi radiasi pada penderita kanker yang menyebabkan rontoknya rambut
dan adanya resiko terjadinya kanker kulit.
5. Dapat mengganggu proses metabolisme tubuh. Contohnya, pasien setelah menjalani terapi
radiasi mengalami gangguan tidur dan berkurangnya nafsu makan.
B. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Terapi (dalam Yunani: θεραπεία), atau pengobatan, adalah remediasi
masalah kesehatan, biasanya mengikuti diagnosis. Orang yang melakukan terapi disebut
sebagai terapis. Dalam bidang medis, kata terapi sinonim dengan kata pengobatan. Di antara
psikolog, kata ini mengacu kepada psikoterapi. Terapi
pencegahan atau terapi Profilaksis adalah pengobatan yang dimaksudkan untuk mencegah
munculnya kondisi medis. Sebagai contoh adalah banyaknyavaksin untuk
mencegah infeksi penyakit. Terapi abortive adalah pengobatan yang dimaksudkan untuk
menghentikan kondisi medis dari perkembangan lebih lanjut. Pengobatan yang dilakukan
pada tanda-tanda paling awal dari munculnya penyakit, seperti gejala sakit kepala migrain,
adalah sebuah terapi abortive. Terapi supportive adalah suatu terapi yang tidak merawat atau
memperbaiki kondisi yang mendasarinya, melainkan meningkatkan kenyamanan pasien.
Terapi merupakan kaedah untuk membantu seseorang pelajar untukbergerak balas
terhadap aktiviti atau kemahiran. Menurut kamus perubatan Mosby (2001) terapi
didefinisikan dengan rawatan pemulihan ke atas pesakit yang pernah menghidapi sebarang
penyakit atau mengalami sesuatu kecederaan bertujuan mengembalikan kefungsian badan
secara normal.Definisi terapi dalam konteks pendidikan ialah kaedah untuk membantu
seseorang murid untuk bergerak-balas terhadap sesuatu aktiviti atau kemahiran.
2. Konsep
Konsep terapi dalam pendidikan khas adalah didasari dari konsep kepelbagaian
kategori individu berkeperluan khas. Murid-murid berkeperluan khas mempunyai sama ada
ketidakupayaan, kecacatan halangan atau rintangan untuk mencapai perkembangan dari segi
kognitif, emosi, sosial atau psikomotor. Sehubungan itu, kaedah terapi dapat membantu
murid-murid bermasalah pembelajaran mencapai perkembangan yang tersebut di atas.
Terapi dalam pendidikan khas adalah salah satu kaedah yang digunakan dalam
pengajaran dan pembelajaran di sekolah. Aktiviti-aktiviti dalam terapi dapat membantu murid
menguasai sesuatu kemahiran dari satu peringkat ke satu peringkat yang lebih tinggi.
Efek terapi (dampak positif) yang diinginkan dari sebuah pengobatan, terapis juga
dapat menyebabkan dampak negatif yang tidak diharapkan. Ketika dampak negatif yang
ditimbulkan lebih kecil/lemah dari dampak positifnya, maka hal itu sering disebut
sebagai Efek samping. Efek samping merupakan hasil dari dosis atau prosedur yang tidak
tepat (yang biasanya disebabkan oleh kesalahan medis). Beberapa efek samping hanya
muncul pada awal/permulaan perawatan, ketika peningkatan dan penghentian perawatan.
Penggunaan obat atau intervensi medis lainnya yang merupakan kontraindikasi dapat
meningkatkan risiko efek samping. Beberapa pasien terkadang menghentikan terapi karena
efek samping yang ditimbulkannya. Tingkat keparahan dari efek samping ini bervariasi,
mulai dari rasa mual hingga dapat mengakibatkan kematian. Efek samping yang umum
terjadi di antaranya perubahan berat badan, perubahan tingkat enzim,
perubahan patologis yang terdeteksi pada level mikroskopis, makroskopis, atau psikologis.
Efek samping dapat menyebabkan perubahan yang dapat dipulihkan kembali maupun
permanen, termasuk peningkatan atau penurunan kerentanan individu terhadap obat /
bahan kimia, makanan, atau prosedur tertentu (misalnya interaksi terhadap obat).
3. Indikasi
1. Berbagai keadaan nyeri seperti nyeri kepala, migren, nyeri bahu, nyeri lambung, nyeri sendi dan lain-lain
2. Kelainan fungsional seperti asma, alergi, insomnia, mual pada kehamilan
3. Beberapa kelainan saraf seperti hemiparesis, kesemutan, kelumpuhan muka.
4. Berbagai keadaan lain seperti mengurangi nafsu makan, menurunkan kadar gula darah,meningkatkan stamina,
efek analgesi pada operasi dan lain-lain
5. Klien Psikotik seperti kecemasan, panik, depresi ringan
6. Klien yang mengalami stress dalam kehidupan penyakit / kematian.
7. Klien dengan gangguan keluarga, ketergantungan, dan sejenisnya
4. Kontra Indikasi
1. Kontraindikasi absolut pada penderita hemofilia.
2. Kontraindikasi dapat timbul pada pasien yang baru saja menerima, sedang diberi, ataupun selesai mengalami
pengobatan dengan antikoagulan. Dalam kondisi ini dapat dilakukan hanya setelah rehat dari pengeobatan jenis
ini setidaknya dua minggu.
3. Waham
4. Depresi berat
5. Sosio / Psikopat
6. Sedang menjalani terapi lain
7. Tidak ada harapan sembuh
8. Pembosan
C. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TERAPI KOMPLEMENTER
I. PENGERTIAN
Ø Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung
kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan
medis yang konvensional.
Ø Terapi Komplementer adalah semua terapi yang digunakan sebagai tambahan untuk terapi
konvesional yang direkomendasikan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan induvidu.
Ø Pengobatan Komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan berasal dari Negara
yang bersangkutan (WHO).
II. TUJUAN
a. Akupuntur
Suatu metode tradisional Cina yang menghasilkan analgesia atau perubahan fungsi system tubuh
dengan cara memasukan jarum tipis sepanjang rangkaian garis atau jalur yang disebut meredian.
Manipulasi jarum langsung pada meridian energi akan mempengaruhi organ internal dalam dengan
pengalihan qi
b. Ayurveda
System pengobatan tradisional Hindu yang memkombinasikan obat herbal, obat pencahar dan
minyak gosok.
c. Pengobatan Homeopatic
System mengobatan medis yang didasari pada teori bahwa penyakit tertentu dapat diobati dengan
memberikan dosis kecil substansi yang ada pada individu sehat akan menghasilkan gejala seperti
penyakit.
d. Pengobatan Naturopatik
System pengobatan didasari pada makanan alami, cahaya, kehangatan, pijatan air segar, olah raga
teratur dan menghindari pengobatan, mengenali kemampuan mnyembuhkan tubuh alami.
Kumpulan tehnik dan metode sistematik termasuk akupuntur, pengobatan herbal, pijatan,
akupreser, moxibustion (menggunakan panas dari herbal yang dibakar), qigong (menyeimbangkan
aliran energi melalui gerakan tubuh).
2. Terapi Biologis
a. Zona
Progam diet yang memerlukan makanan berprotein, karbohidrat dan lemak dengan perbandingan
30:40:30.
Digunakan untuk menyeimbangkan insulin dan hormone lain untuk kesehatan yang optimal.
b. Diet Mikrobiotik
c. Pengobatan Ortomolekuler
Didasari pada manipulasi dari atau penggerakan dari satu atau lebih bagian tubuh.
a. Akupresur
Tehnik terapetik mempergunakan tekanan digital dalam cara tertentu pada titik yang dibuat pada
tubuh untuk mengurangi rasa nyeri menghasilkan analgesic atau mengatur fungsi tubuh.
b. Pengobatan Kiropratik
System terapi yang melibatkan manipulasi kolumna spinalis dan memasukan fisiotherapy dan terapi
cliet.
c. Metode Feldenkrais
Terapi alternatif yang didasarkan pada citra tubuh yang baik melalui perbaikan pergerakan tubuh.
d. Tai chi
Terapi alternatif yang menghubungkan pernafasan, pergerakan dan meditasi untuk membersihkan,
memperkuat dan sirkulasi energi dan darah kehidupan yang penting.
e. Terapi Pijat
Manipulasi jaringan ikat melalui pukulan, gosokan atau meremas untuk meningkatkan sirkulasi,
memperbaiki sifat otot dan relaxsi.
f. Sentuhan Ringan
Sentuhan pada klien dengan cara yang tepat dan halus untuk membuat hubungan menunjukkan
penerimaan dan memberikan penghargaan.
Menggunakan berbagai tehnik yang di buat untuk meningkatkan kapasitas pikiran untuk
mempengaruhi tubuh.
a. Terapi Seni
Menggunakan seni untuk mendamaikan konflik emosional, meningkatkan kewaspadaan diri dan
mengungkapkan masalah yang tidak di katakan dan didasari klien penyakit mereka.
b. Umpan balik biologis
Suatu proses yang memberikan individu dengan informasi visual dan suara tentang fungsi fisiologis
otonomi tubuh.
5. Intervensi tubuh-pikiran
Menggunakan berbagai tehnik yng dibuat untuk meningkatkan kapasitas pikiran guna
mempengaruhi fungsi dan gejala tubuh.
a. Terapi Dansa
Sarana memperdalam dan memperkuat terapi karena merupakan ekspresi langsung dari pikiran dan
tubuh.
b. Terapi Pernafasan
Menggunakan segala jenis pola pernafasan untuk merelaxasi, memperkuat atau membuka jalur
emosional.
c. Imajinasi Terbimbing
Tehnik terapiutik untuk mengobati kondisi patologis dengan berkonsentrasi pada imajinasi atau
serangkaian gambar.
d. Meditasi
Praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaxasi tubuh dan menenangkan pikiran menggunakan
ritme pernafasan yang berfokus.
e. Terapi Musik
Menggunakan music untuk menunjukkan kebutuhan fisik, psikologis, kogniti dan sosial individu yang
menderita cacat dan peny.
Berbagai tehnik yang menggunakan dalam banyak budaya yang menggabungkan pelayanan,
kesabaran, cinta atau empati dengan target doa.
g. Psikoterapi
h. Yoga
Tehnik yang befokus pada susunan otot, postur, mekanisme pernafasan dan kesadaran tubuh.
6. Terapi Energi
Melibatkan penggunaan medan energi
a. Terapi Reiki
Terapi yang berasal dari praktik budha kuno di mana praktisi menempatkan tangannya pada atau
diatas bagian tubuh dan memindahkan keharmonisan dan keseimbangan untuk mengobati
gangguan kesehatan.
b. Sentuhan terapiutik
Pengobatan melibatkan pedoman keseimbangan energi atau praktisi dalam suatu cara yang
disengaja tidak semua pasien.
Pada terapi akupuntur dapat terjadi komplikasi seperti infeksi karena sterilesasi jarum yang tidak
adekuat atau jarum yang ditinggalkan dalam tempat untuk waktu yang lama, jarum yang patah,
perasaan mengantuk pasca pengobatan. Kontraindikasi pengobatan pada individu yang memiliki
kelainan perdarahan trombositopeni, infeksi kulit atau yang memiliki ketakutan terhadap jarum.
Kontaminasi dengan herbal atau bahan kimia lain termasuk pestisida dan logam berat juga terjadi,
tidak semua perusahaan menjalankan pengawasan kualitas yang ketat dan garis pedoman pabrik
yang menentukan standar untuk kadar pestisida yang dapat diterima, bahan pelarut sisa tingkat
bacterial dan logam berat untuk alasan ini pembelian obat herbal hanya dari pabrik yang mempunyai
reputasi. Label pada produk herbal harus mengandung nama ilmiah tanaman nama dan alat pabrik
yang sebenarnya, tanggal kemasan dan tanggal kadaluarsa.
Di Indonesia ada 3 jenis tehnik pengobatan komplementer yang telah di terapkan oleh Derpartemen
Kesehatan untuk di Integrasikan ke dalam pelayanan konvensional yaitu:
1. Akupuntur Hiperbarik
2. Terapi Hiperbarik
Yaitu suatu metode terapi dimana pasien di masukan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki
tekanan udara atmosfir normal, lalu di beri pernafasan oksigen murni (100%)
Yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alami baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan
pelanyanan penelitian maupun berupa fitofarmaka.
DASAR HUKUM
1. Peraturan Menteri kesehatan RI nomor 1109 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan
komplementer-alternatif pelayanan kesehatan.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 121 tahun 2008 tentang standar pelayanan Medik Herbal.
Keperawatan holistic menghormati serta mengobati jiwa, tubuh dan pikiran klien, perawatan
menggunakan Intervensi Keperawatan holistic seperti terapi relaxasi, terapi music, sentuhan ringan
dan usaha pemulihan (doa). Intervensi seperti ini mempengaruhi Individu secara keseluruhan (jiwa,
tubuh, pikiran) dan merupakan pelengkap yang bersifat efektif ekonomis, non, invasive serta non
farmakologis untuk pelayanan medis terapi tersebut di susun dalam 2 tipe:
Di mana seorang perawat dapat mulai mempelajari dan mempergunakanya dalam pelayanan klien.
Di mana seorang perawat tidak dapat melakukan tanpa pelatihan tambahan dan atau sertifikat.
Relaksasi
Tujuan : agar individu mampu memonitor dirinya secara terus menerus terhadap indicator
ketegangan serta untuk membiarkan, melepaskan dengan sadar ketegangan yang terdapat di
bebagai tubuh.
Macam relaxsasi:
a. Relaksasi progresif
Mengajarkan individu bagaimana beristirahat dengan efektif dan mengurangi ketegangan pada
tubuh.
b. Relaksasi pasif
· Membantu klien untuk mendapatkan kenyamanan saat sedang duduk atau berbaring,minta
klien untuk tetap diam sebisa mungkin dan bergerak jika perlu agar tetap merasa nyaman.
· Menginstruksikan klien untuk bernafas kedalam dan keluar secara perlahan dan dalam
menggunakan otot perut.
· Pada awal setiap mengeluarkan nafas,minta klien untuk menyebut angka satu dalam
pikirannya,lanjutkan ketahap meditasi.
· Minta klien melakukan setiap jenis latihan selama 5,10,15 dan 20 menit
· Membantu klie untuk mendapatkan kenyamanan saat sedang duduk atau berbaring, meminta
klien untuk tetap diam sebisa mungkin dan bergerak jika perlu agar tetap merasa nyaman.
· Mengintrusikan klien untuk menutup mata dan mempertahankan sikap mau menerima.
· Menginstuksikan untuk bernafas dalam dan keluar secara perlahan dan dalam menggunakan
otot otot patu paru
· Saat klien bernafas secara perlahan dan nyaman, instrukasikanb klien untuk merelaksasikan
dan meregangkan otot sesuai urutan yang di perintahkan, menengankan dan merelasaksikan serta
merasakan tiap bagian yang berelaksasi.
· Instruksikan klien untuk menegangkan dan kemudian merelaksasikan betis, lutut, dan
seterusnya.
· Membantu klien untuk mendapatkan kenyamanan saat sedang duduk atau berbaring,
meminta klien untuk tetap diam sebisa mungkin dan bergerak jika perlu agar tetap merasa nyaman.
· Menginstruksikan klien untuk menutup mata dan mempertahankan sikap mau menerima.
· Menginstruksikan klien untuk bernafas ke dalam dan ke luar secara perlahan dan dalam
menggunakan otot otot perut.
· Instrusikan klien untuk mengulang secara perlahan lahan menyelesaikan setiap kalimat berikut
dengan suara rendah atau untuk dirinya:
· Instrusikan klien untuk mengulng dan menyelesaikan setiap kata empat kali, kemudian tiga
kali, kemudian dua kali dan terakhir satu kali.
· Meminta klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman (duduk atau berbaring dengan tangan
dan kaki di silang) dan untuk menutup mata dan mendengarkan music melalui alat pendengar.
· Instrusikan klien untuk membanyangkan terapung atau ditiup dengan music ketika sedang
mendengarkan.
Evaluasi:
Merupakan suatu kelompok prosedur terapeutik yang menggunakan alat elektronik, atau
elektromekanik untuk mengukur, memproses dan memberikan informasi bagi individu tentang
aktivitas system saraf otonom dan neuro moskuler.
b. Sentuhan terapiutik
Sentuhan terapiutik merupakan satu potensi alami manusia yang terdiri dari meletakkan tangan
praktisi pada atau dekat dengan tubuh seseorang kemudian praktisi mencoba mengarahkan energi
yang ada dalam tubuhnya untuk membawa individu kembali masuk kedalam keseimbangan energi
yang sama dengan praktisi.
c. Terapi kiropraktik
Manipulasi spinal yang diarahkan pada sendi tertentu ole praktisi dengan menggunakan tangan atau
alat.
d. Akupuntur
Merupakan metode stimulasi titik tertentu pada tubuh dengan memasukan jarum kusus untuk
memodifikasi persepsi rasa nyeri, menormalkan fungsi fisiologis serta mengobati dan mencegah
penyakit.
e. Terapi herbal
MAKALAH KOMUNITAS
TERAPI MEDIK DAN TERAPI KOMPLEMENTER YANG LAZIM DIGUNAKAN PADA LANSIA
Disusun Oleh :
Kelompok 9
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali oleh
adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkan
risiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, proses
penuaan merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai
kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan
dengan waktu.
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaiyu : masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa tua. Tiga
tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti
mengalami kemunduran baik fisik maupun psikis.
Corak perkembangan proses penuaan bersifat lambat namun dinamis dan bersifat
individual baik secara fisiologis maupun patologis, karena banyak dipengaruhi oleh riwayat
maupun pengalaman hidup di masa lalu yang terkait dengan faktor biologis, psikologis,
spiritual, fungsional, lingkungan fisik dan sosial. Perubahan struktur dan penurunan fungsi
sistem tubuh tersebut diyakini memberikan dampak yang signifikan terhadap gangguan
homeostasis sehingga lanjut usia mudah menderita penyakit yang terkait dengan usia
misalnya: stroke, Parkinson, dan osteoporosis dan berakhir pada kematian. Penuaan patologis
dapat menyebabkan disabilitas pada lanjut usia sebagai akibat dari trauma, penyakit kronis,
atau perubahan degeneratif yang timbul karena stres yang dialami oleh individu. Stres
tersebut dapat mempercepat penuaan dalam waktu tertentu, selanjutnya dapat terjadi
akselerasi proses degenerasi pada lanjut usia apabila menimbulkan penyakit fisik.
Oleh karena itu diperlukannya pelaksanaan program terapi yang diperlukan suatu
instrument atau parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kondisi lansia, sehingga
mudah untuk menentukan program terapi selanjutnya. Tetapi tentunya parameter tersebut
harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana lansia itu berada, karena hal ini sangat
individual sekali, dan apabila dipaksakan justru tidak akan memperoleh hasil yang
diharapkan. Dalam keadaan ini maka upaya pencegahan berupa latihan-latihan atau terapi
yang sesuai harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.
1.3. Tujuan
1. Mengetahui tentang terapi medis
2. Mengetahui tentang terapi komplementer
3. Mengetahui terapi medic dan komplementer yang lazim digunakan pada lansia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3. Program Ortotik-prostetik
Bila diperlukan alat bantu dalam mendukung aktivitas pada lansia maka seorang
ortotis-prostetis akan membuat alat penopang, atau alat pengganti bagian tubuh yang
memerlukan sesuai dengan kondisi penderita. Dan untuk lansia hal ini perlu pertimbangan
lebih khusus, misalnya pembuatan alat diusahakan dari bahan yang ringan, model alat yang
lebih sederhana sehingga mudah dipakai, dll.
5. Program Sosial-Medik
Petugas sosial-medik memerlukan data pribadi maupun keluarga yang tinggal bersama
lansia, melihat bagaimana struktur/kondisi di rumahnya yang berkaitan dengan aktivitas yang
dibutuhkan penderita, tingkat sosial-ekonomi. Hal ini sangat penting sebagai masukan untuk
mendukung program lain yang ahrus dilaksanakan, misalnya seorang lansia yang tinggal
dirumahnya banyak trap/anak tangga, bagaimana bisa dibuat landai atau pindah kamar yang
datar dan biasa dekat dengan kamar mandi, dll
6. Program Psikologi
Dalam menghadapi lansia sering kali harus memperhatikan keadaan emosionalnya,
yang mempunyai ciri-ciri yang khas pada lansia, misalnya apakah seorang yang tipe agresif,
atau konstruktif, dll. Juga untuk memberikan motivasi agar lansia mau melakukan latihan,
mau berkomunikasi, sosialisasi dan sebgainya. Hal ini diperlukan pula dalam pelaksanaan
program lain sehingga hasilnya bisa lebih baik.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1.2 Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
a. Determinan Massa Tulang
1) Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang
mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam
pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii
seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun
terhadap fraktur karena osteoporosis
2) Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya
beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan
berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan
langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan
respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot
besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh
becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada
lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai
pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau
pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa
besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di
sampihg faktor genetik
3) Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan
mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang
bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan
maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang
melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan
genetiknya.
b. Determinan Penurunan Massa Tulang
1) Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang
yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang
besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang
normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta
beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian
terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia,
maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang tobih banyak dari pada individu yang
mempunyai tulang kecil pada usia yang sama
2) Faktor mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses
penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah
terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal.
Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa
tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan
bertambahnya usia.
3) Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang
sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium,
merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan
masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan
kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya
juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada
wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan
keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan
kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui
urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause
adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.
4) Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang.
Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung
sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.
5) Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain.
Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi
ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran
kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif
6) Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi
kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
7) Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan
massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh
merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat
memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
8) Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan
alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi
lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .
d. Perlindungan sendi
Usaha perlindungan sendi dapat dilakukan dengan menghindari pemakaian sendi secara
berlebihan, menghindari trauma, mengurangi pembebanan, berusaha menggunakan sendi
yang lebih kuat atau lebih besar, dan istirahat sejenak disela-sela aktivitas.
e. Konservasi Energi
Konservasi energy adalah suatu cara melakukan aktivitas dengan energy yang relative
minimal, namun dapat memperoleh hasil aktivitas yang baik. Teknik konservasi energy dapat
dicapai apabila dalam setiap aktivitas memperhatikan hal-hal berikut :
1) Rencanakan aktivitas yang akan dilakukan sehingga tidak ada gerakan kejut yang akan
meningkatkan strees fisik atau emosional.
2) Atur lingkungan aktivitas sedemikian rupa sehingga pada waktu melaksanakan aktivitas,
energy dapat digunakan secra efisien
3) Jika mungkin, aktivitas dilakukan dalam posisi duduk
4) Jangan menjinjing atau mengangkat barang jika dapat didorong atau digeser.
5) Gunakan alat aktivitas yang relatife ringan
6) Lakukan aktivitas dengan cara yang sama karena akan membuat lebih efisien.
7) Dalam setiap aktivitas, harus sering diselingi istirahat. Salah satu pedoman adalah sepuluh
menit istirahat untuk setiap satu jam bekerja.
8) Bagi aktivitas menjadi beberapa bagian kemudian kerjakan pada waktu yang berbeda.
3.2.2. Etiologi
1. Penyebab secara biologis
a. Adanya penumpukan protein yang lengket yang disebut anyloid plauques yang berakumulasi
di otak pada penderita demensia. Plak amiloid juga ditemukan pada lansia yang tidak
memiliki gejala-gejala demensia, tetapi juga dalam jumlah yang jauh lebih sedikit (Bourgeois
dkk dalam Durand dan Barlow, 2006)
b. Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf yang
semrawut) dan protein abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi. Demensia sosok Lewy sangat
menyerupai penyakit Alzheimer, tetapi memiliki perbedaan dalam perubahan mikroskopik
yang terjadi di dalam otak.
c. Penyebab yang lain dari demensia adalah serangan stroke yang berturut-turut.Stroke tunggal
ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul
secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak,
daerah otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark.
Demensia yang berasal dari stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian besar
penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya
menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak.
d. Demensia juga bisa terjadi setelah seseorang mengalami cedera otak atau cardiac arrest.
Penyebab lain dari demensia adalah penyakit parkinson, penyakit pick, AIDS, penyakit paru,
ginjal, gangguan darah, gangguan nurtrisi, keracunan metabolism, diabetes.
e. Penyebab biologis demensia tidak diketahui penyebabnya hanya saja masalah kerusakan
cortex (jaringan otak). Penelitian otopsi mengungkapkan bahwa lebih dari setengah penderita
yang meninggal karena demensia senile mengalami penyakit Alzheimer jenis ini. Pada
kebanyakan penderita, besar kasar otak pada saat otopsi jauh lebih rendah yang ventrikel dan
sulkus jauh lebih besar dibandingkan yang normal yang seukuran usia tersebut. Demielinasi
dan peningkatan kandungan air pada jaringan otak ditemukan berdekatan dengan ventrikel
lateral dan dalam beberapa daerah lain di bagian dalam hemifsfer serebrum pad penderita
manula.
f. Faktor genetik yang berhubungan dengan apoprotein E4 (Apo E4), alela (4) kromosom 19
pada penderita Alzheimer familial/sporadic. Mutasi 21,1, 14 awal penyakit. Penyebab lainnya
yaitu neorotransmiter lain yang berkurang (defisit) yaitu non adrenergic presinaptik,
serotonin, somatostatin, corticotrophin, releasing faktor, glutamate, dll.
3.3.2. Etiologi
Beberapa ahli juga memberikan penjelasan mengenai penyebab depresi. Menurut
Kaplan dalam Tarigan (2003) Faktor-faktor yang dihubungkan dengan penyebab dapat dibagi
atas: faktor biologi, faktor genetik dan faktor psiko sosial. Dimana ketiga faktor tersebut juga
dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya
1. Faktor Biologi
Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua
neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Beberapa peneliti
juga menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan sistem limbiks serta
ganglia basalis dan hypothalamus.
2. Faktor Genetik
Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan gangguan
mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat, pada
anak kembar monozigot adalah 50 %, sedangkan dizigot 10 – 25 %.
3. Faktor Psikososial
Mungkin faktor inilah yang banyak diteliti oleh ahli psikologi. Faktor psikososial yang
memyebabkan terjadinya depresi antara lain;
a. Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan : suatu pengamatan klinik menyatakan bahwa
peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering mendahului episode
gangguan mood.
b. Faktor kepribadian Premorbid : Tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang
khusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang dengan ciri kepribadian manapun
dapat mengalami depresi, walaupun tipetipe kepribadian seperti oral dependen, obsesi
kompulsif, histerik mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan dengan
lainnya.
c. Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik : Freud menyatakan suatu hubungan antara
kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa kemarahan pasien depresi diarahkan
kepada diri sendiri karena mengidentifikasikan terhadap objek yang hilang. Freud percaya
bahwa introjeksi merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri terhadap objek yang
hilang. depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang
diarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup
sesuai dengan yang dicita-citakannya, akan mengakibatkan mereka putus asa.
d. Ketidakberdayaan yang dipelajari: Didalam percobaan, dimana binatang secara berulang-
ulang dihadapkan dengan kejutan listrik yang tidak dapat dihindarinya, binatang tersebut
akhirnya menyerah dan tidak mencoba sama sekali untuk menghindari kejutan selanjutnya.
Mereka belajar bahwa mereka tidak berdaya.
e. Teori Kognitif: Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif pada depresi Asikal H.S.
dalam Tarigan (2003) Dia mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang
disebut sebagai triad kognitif, yaitu : a) Pandangan negatif terhadap masa depan, b)
Pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh,
pemalas, tidak berharga, c) Pandangan negatif terhadap pengalaman hidup. Meyer
berpendapat bahwa depresi adalah reaksi seseorang terhadap pengalaman hidup.
f. Penyebab depresi adalah faktor biologi, faktor genetik dan faktor psiko sosial. Dimana ketiga
faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory). Gastritis kronik dikelompokkan
lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu
menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan
penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi.
Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini
dikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
3.4.2 Etiologi
1. Infeksi kuman Helicobacter pylori (bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir di
lapisan lambung).
Tidak ada bakteri lainnya yang dalam keadaan normal tumbuh di dalam lambung yang
bersifat asam, tetapi jika lambung tidak menghasilkan asam, berbagai bakteri bisa tumbuh di
lambung. Bakteri ini bisa menyebabkan gastritis menetap atau gastritis sementara.
2. Penggunaan antibiotik
Penggunaan antibiotik untuk infeksi paru dicurigai mempengaruhi penularan kuman di
komunitas karena antibiotika tersebut mampu mengeradikasi infeksi Helicobacter pylori
walaupun presentase keberhasilannya rendah.
3. Gangguan fungsi sistem imun
Sistem imun yang dimiliki oleh seseorang akan dapat menjadi pemacu reaksi
imunologis terhadap infeksi virus atau jamur. Terdapat beberapa jenis virus yang dapat
menginfeksi mukosa lambung misalnya enteric rotavirus dan calici virus. Autoimmune
atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada
dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan
dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu
produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-
12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi
serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune
atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
4. Penggunaan Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen
dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang
bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali
maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya
dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan
gastritis.
5. Penggunaan alkohol secara berlebihan
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
6. Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
7. Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat
menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
8. Radiasi and kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan
pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer.
Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi
dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat
mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
4.1 Kesimpulan
Terapi medis adalah meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien. Optimalisasi
terapi medis harus aman, efektif, pemilihan terapi secara bijak dan pelayanan kesehatan
secara akurat serta adanya kesepakatan antara pasien dan pemberi pelayanan berdasarkan
informasi terkini.
Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi nonbiomedis. Hasil
penelitian tentang psikoneuroimunologi mengungkapkan bahwa proses interaktif pada
manusia dengantubuh, pikiran, dan interaksi sosial mempengaruhi kesejahteraan seseorang.
NCCAM. Menetapkan bahwa terapi komplementer secara garis besar di dasarkan sebagai
kategori terapi pikiran penghubung tubuh (mind – body terapies) sementara terapi biomedis
lebih banyak mempengaruhi seluruh tubuh dan berfokus pada dampak terapi terhadap
pengibatan.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah yang kami buat ini tentang terapi medik dan terapi
komlementer diharapkan pembaca atau teman-teman sejawat dapat memperoleh manfaat dari
makalah yang kami buat. Jika ada pengembangan yang bermanfaat mohon untuk dilayangkan
pada penulis makalah ini karena masukan dari pembaca atau bapak/ ibu dosen sangat
mendukung demi kesempurnaan makalah yang kami buat.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumanto, R., Iskandar, Y., 1981. Depresi, Suatu problema Diagnosa dan Terapi pada praktek
umum. Jakarta: Yayasan Dharma Graha
Kartono, Kartini. 2002. Patologi Sosial 3, Gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta: Rajawali Pers.
Martono, Hadi dan Kris Pranarka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut).Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.J akarta :
Salemba Medika
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Maslim, Rusdi. 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Pudjiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta : EGC
Setyoadi, Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas keperawatan pada klien psikogeriatik. Jakarta :
Salemba medika
Stockslager, Jaime L. 2007. Buku Saku Asuhan Keparawatan Geriatrik. Edisi II.Jakarta : EGC
Tarigan, C., Julita 2003. Perbedaan Depresi Pada Pasien Dispepsia Fungsional dan Dispepsia
Organik. Diakses dalam http://www.usu.go.id.
Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC