Anda di halaman 1dari 4

Definisi Recovery

Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan transformasi


yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna di komunitas
yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya (USDHHS, 2006 dalam Stuart ,
2013).

Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja, belajar,
dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi terhadap
penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan. ( Ware et al, 2008 dalam Stuart
2013)

Menurut National Consensus Statement on Mental Health Recovery – SAMHSA


2006, mental health recovery adalah suatu perjalanan atau transformasi penyembuhan dari
seorang yang mengalami problem jiwa, menuju kekehidupan yang bermakna didalam
komunitas sesuai pilihannya dengan cara mengupayakannya untuk mencapai seluruh
potensinya (SAMHSA, 2008). Kriteria obyektif rekoveri terutama “dapat hidup mandiri”
menjadi hampir tidak mungkin dicapai jika perumahan (housing) yang layak tidak tersedia.
Housing tidak hanya menjadi kebutuhan dasar dan fondasi dari stabilitas dalam pencapaian
tujuan recovery akan tetapi juga memungkinkan individu untuk berpartisipasi dalam
kehidupan bermasyarakat. (O’Hara, 2007; Liberman, 2008).

Konsep Recovery

Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat dan secara
individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang memuaskan serta
produktif. Recovery merupakan proses yang harus di lewati semua orang dengan gangguan
jiwa. Hal ini pun diungkapkan oleh Green (2004) dalam Rahmawati (2015) bahwa recovery
merupakan proses yang dinamis dari individu dalam mencapai dan mempertahankan
kesejahteraan dalam kehidupannya, sadar bahwa gangguan mental yang dialami berdampak
pada diri sendiri dan lingkungan, kemudian individu tersebut berjuang sampai pada suatu titik
dan pada akhirnya individu tersebut pulih seperti orang yang tidak memiliki masalah
kesehatan mental. Sejalan dengan penelitian Ware et al (2008) recovery merupakan proses
dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja, belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam
komunitasnya sehingga berimplikasi terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara
keseluruhan. Recovery pun merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan
tranformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna di
komunitas yang dipilihnya dalam mencapai potensi yang dimilikinya (USDHHS, 2006).

Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang berpusat
pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery didefinisikan oleh setiap
individu dengan pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa dan orang-orang yang
sangat penting dalam kehidupannya (Stuart, 2010). Individu menerima dukungan pemulihan
melalui aktivitas yang didefinisikan sebagai rehabilitasi, yang merupakan proses menolong
seseorang kembali kepada level fungsi tertinggi yang dapat dicapai. Recovery gangguan jiwa
merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan kognitif yang
bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan memaksimalkan kecukupan diri (Stuart, 2013).

Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan pemulihan meliputi :


tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan bekerja, manajemen dan pemulihan penyakit,
tritmen terintegrasi untuk mendampingi kejadian berulang gangguan jiwa dan
penyalahgunaan zat, psikoedukasi keluarga, manajemen pengobatan. Dukungan pemulihan
dalam asuhan keperawatan jiwa meliputi bekerja dengan tim tritmen multidisiplin yang 3
meliputi psikiater, psikolog, pekerja sosial, konselor, terapis okupasi, pakar konsumen dan
teman sejawat,manajer kasus, pengacara keluarga, pakar pengambil kebijakan. Dukungan ini
juga membutuhkan perawat untuk berfokus pda tiga elemen yaitu : individu, keluarga dan
komunitas (Stuart, 2013).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses recovery ODGJ

Menurut Suryani (2018) faktor keberhasilan ODGJ dalam menjalankan proses


recovery terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Hal ini diperkuat oleh penelitian
yang dilakukan Onken et al (2007) dimana teridentifikasi empat dimensi yang mempengaruhi
proses recovery yakni, faktor internal, perawatan mandiri, factor eksternal, dan
pemberdayaan.

Faktor internal yang diungkapkan dalam penelitian Onken et al (2007) diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan oleh Repper, Perkins, Shepherd, dan Boardman (2011) yakni
faktor– faktor yang membantu ODGJ dalam keberhasilan proses recovery adalah harapan
(hope), kesempatan dengan wawasan yang dimiliki, dan kontrol.
Faktor eksternal keberhasilan proses recovery disampaikan oleh Onken et al (2007)
yakni keterkaitan hubungan dengan orang lain, dukungan yang diberikan oleh keluarga,
teman dan tenaga kesehatan serta memiliki orang – orang yang yakin akan proses pemulihan
yang dilakukan. Hal ini diperkuat oleh penelitian Mancini (2007) yang didapatkan hasil
bahwa faktor-faktor yang berkonstribusi terhadap keberhasilan proses recovery yaitu ODGJ
mampu melakukan aktifitas yang bermakna, mempunyai dukungan yang kuat dari tenaga
kesehatan dan teman sebaya dan mempunyai berbagai macam alternative layanan pengobatan
serta mempunyai ketahanan diri selama proses recovery terjadi.

Peran Kader Kesehatan Jiwa dalam Proses Recovery ODGJ

Dalam proses recovery orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) membutuhkan kerjasama
dengan masyarakat seperti kader dan tokoh masyarakat. Kader berperan sebagai salah satu
pelaku utama dalam program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (Winahayu,
Keliat, & Wardani, 2014). Hal ini diperkuat oleh penelitian Brownstein, Hirsch, Ronsentbal
dan Rush (2011) kader kesehatan dalam proses recovery memiliki peran dalam penyediaan
akses informasi dan pendidikan kesehatan sesuai dengan kebutuhan, memberikan dukungan
sosial (peer support), advokasi dari tindakan diskriminasi serta melakukan pemberdayaan atas
kemampuan yang dimiliki ODGJ sehingga dapat hidup dengan kondusif.

Manfaat & Peran Perawat Pada Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan

Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien gangguan jiwa yang
bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan jiwa dengan
perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Perawat sebagai terapis mendasarkan
potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan dengan memberikan
berbagai macam terapi Generalis maupun Spesialis. Dalam pemberian terapi perawat
seabagai terapis senantiasa berdasarkan pada kompetensi yang dia miliki dan kondisi pasien
yang menjadi titik tolak terapi atau penyembuhan.

Efektivitas terapi komplementer dan alternatif (CAM) telah banyak dibuktikan oleh
klinisi yang merujuk klien ke praktisi CAM baik sebagai terapi tunggal ataupu terapi
tambahan dalam terapi konvensional. Terapi CAM dapat memberi dampak penting dalam
praktik keperawatan kesehatan jiwa. Terapi alternatif telah banyak dirasakan bermanfaat,
aman, hemat biaya, dan mudah dilaksanakan di tatanan kesehtan jiwa. Terapi alternatif
komplementer (CAM) dapat dilakukan oleh perawat (Stuart, 2013).

Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan perawatan dengan
menggabungkan banyak terapi CAM untuk mengatasi gejala yang dialami oleh klien dengan
gangguan jiwa. Disamping itu terapi CAM yang memberdayakan klien dapat memperkuat
hubungan antar perawat dan klien dalam meningkatkan proses pemulihan (Stuart, 2013).

Tania, M., & Hernawaty, T. (2019). Pengalaman Hidup Kader Kesehatan Dalam
Mendukung Proses Recovery di Melong Kota Cimahi. Keperawatan BSI, VII(1),
100–110.

Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, A. (2014). Paper Knowledge . Toward a Media


History of Documents, 1–23.

Caldwell, Barbara A., dkk. (2010). Psychiatric nursing practice & the recovery model of care. Journal
of Psychosocial Nursing & Mental Health Services, 48(7), 42-48.
doi:http://dx.doi.org/10.3928/02793695- 20100504-03

Anda mungkin juga menyukai