Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TEORI KEPERAWATAN KELUARGA

NOLA J PENDER

Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing : Ns. Siti Munawaroh, M. Kep

Disusun Oleh :

Azizah Nisa Fauziah (202011002)

Enggi Andini (202011006)

Jehan Normalita Dewi (202011010)

Luluk Laila F (202011014)

Noor Ayudha Firmansyah (202011020)

Nur Dyah Murtisari (202011022)

Risma Ayu Safitri (202011027)

Tuffakhati T.Z (202011032)

Zahfa Fazana Fatma (202011038)

STIKES MUHAMMADIYAH KENDAL

2021
KONSEP TEORI KEPERAWATAN

A. Konsep Teori Nola J Pender


Konsep pelayanan keperawatan dari model kuratif ke arah promotif
dan peventif mendorong lahirnya tentang Health Promotion Model oleh Pendder.
Melalui 2 teori yaitu mengenai teori nilai harapan  dan teori kognitif sosial. Teori nilai
harapan (expectancy value) adalah pemahaman bahwa perilaku sehat bersifat rasional
dan ekonomis, ada dua hal pokok yaitu: hasil tindakan bersifat rasional dan ekonomis
dan pengambilan tindakan untuk menyempurnakan hasil yang diinginkan. Teori
Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) teori ini menekankan pengarahan
diri, pengaturan diri, dan persepsi terhadap kemajuan diri. Teori ini mengemukakan
bahwa manusia memiliki kemampuan dasar antara lain: pengalaman sebagai petunjuk
dimasa akan datang, berpikiran ke depan, belajar dari pengalaman orang lain,
pengaturan diri dan refleksi diri.
1. Revisi Model Promosi Kesehatan
Terdapat 3 landasan HPM yaitu: sikap yang berhubungan dengan aktivitas,
komitmen pada rencana tindakan, dan adanya kebutuhan yang mendesak. Pertama
sikap yang berhubungan dengan aktifitas meliputi karakteristik individu dan
pengalaman individu diketahui bahwasannya manusia itu bersifat unik dan selalu
belajar dari setiap pengalaman baik pribadi maupun orang lain. Faktor yang
mempengaruhi antara lain faktor biologi seperti usia, body mass indeks, status
pubertas, status menopause, kapasitas aerobik, kekuatan, ketangkasan atau
kesimbangan, faktor psikologi mengenai self esteem, motivasi diri dan status
kesehatan dan sosiokultural yang meliputi suku, etnis, akulturasi, pendidikan dan
status sosio ekonomi.
Kedua tentang kognitif behaviour spesifik dan sikap, pada tahap ini dibagi 6
kategori yaitu mengenai penilaian terhadap manfaat tindakan secara langsung
dapat memotivasi perilaku kearah positif. Hambatan tindakan adalah sikap yang
langsung menghalangi kegiatan melalui pengurangan komitmen terhadap rencana
kegiatan. Kemajuan diri yaitu kemampuan seseorang dalam mengorganisasi dan
melakukan tindakan yang tidak menyangkut skill yang dimiliki. Sikap yang
berhubungan dengan aktivitas seperti tindakan yang diambil, emosi yang timbul
pada kegiatan serta lingkungan di mana kegiatan itu berlangsung. Pengaruh
interpersonal mengenai perilaku, kepercayaan atau sikap kepada orang lain.
Sumber utama interpersonal dari keluarga kelompok dan pemberi pengaruh
pelayanan kesehatan. Pengaruh interpersonal terdiri dari norma, sosial support dan
model (belajar dari pengalaman orang lain). Pengaruh situasional yaitu situasi
yang dapat mempengaruhi perilaku dengan mengubah lingkungan.
Terakhir yang ketiga mengenai perilaku yang diharapkan, tahapan ketiga ini
dikategorikan dalam 3 tahapan yaitu mengenai komitmen terhadap rencana
tindakan dengan komitmen untuk melaksanakan tindakan sesuai waktu dan tempat
dengan orang-orang tertentu atau sendiri tanpa persaingan, pengaturan strategi
tertentu untuk mendapatkan tujuan dan rencana kegiatan yang dikembangkan oleh
perawat dan klien untuk mencapai tujuan. Kebutuhan yang mendesak merupakan
perilaku alternatif sehingga tindakan yang mungkin dilakukan segera sebelum

kejadian terjadi suatu rencana perilaku promosi kesehatan. Hasil perilaku  yaitu
efek pencapaian tujuan secara langsung ditujukan pada pencapaian hasil kesehatan
positif untuk klien. Perilaku promosi kesehatan terutama sekali terintegrasi dalam
gaya hidup sehat yang menyerap pada semua aspek kehidupan seharusnya
mengakibatkan peningkatan kesehatan, fungsional dan kualitas hidup yang lebih
baik pada semua tingkat perkembangan.
2. Analisa Teori Nola J. Pender
Teori keperawatan Nola J. Pender tentang “Health Promotion Model” yang
menjelaskan bahwa perilaku kesehatan merupakan hasil tindakan yang ditujukan
untuk mendapatkan hasil kesehatan yang optimal. (Alligood, 2014). Model ini
mengabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan (expectancy value) dan teori
kognitif  sosial (social cognitive theory) yang konsisten dalam melihat pentingnya
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit yakni bersifat logis dan ekonomis.
HPM membantu perawat dalam memahami perilaku kesehatan individu, yang
menjadi dasar konseling dalam meningkatkan gaya hidup sehat (Sukut et al.,
2015).
Upaya promosi kesehatan juga diarahkan tidak hanya masalah pencegahan
penyakit atau kelemahan fisik tetapi kesejahteraan mental dan sosial yang
menyeluruh guna mendapatkan generasi berkarakter baik, perlu dilakukan
pembinaan kesadaran sosial, terutama kepada keadaan orang lain, pemahaman
pikiran serta pemahaman terhadap situasi yang rumit dalam kehidupan dan tujuan
utama meningkatkan kesadaran, kemauan dan keterampilan dalam berperilaku
sehat (Asniar, 2013). Teori yang dikemukakan merupakan contoh berdasarkan
pengalaman pribadi dan hasil penelitian yang dikembangkan atas riset kualitatif
dan kuantitatif, riset yang berhubugan dengan HPM memberikan kontribusi
pengembangan body of knowledge secara umum dari ilmu keperawatan.
Namun teori ini mempunyai kelemahan seperti pada pasien cacat sejak lahir
seperti malfungsi sel yang berperan untuk daya tahan tubuh, sulit diterapkan pada
ekonomi yang lemah dan tingkat pendidikan rendah karena cenderung memenuhi
kebutuhan dasarnya dibanding dengan motivasi meningkatkan status kesehatan,
membuhkan role model yang sempurna untuk mempengaruhi masyarakat, tenaga
kesehatan yang kurang mengaplikasikan teori ini dalam mempengaruhi
klien/masyarakat dan masyarakat lebih mempercayai budaya sehingga
mensosialisasikan dan mengaplikasikan teori ini kurang.
3. Aplikasi Teori Dengan Pendekatan Masalah Keperawatan
Terapi hemodialisis dikatakan optimal apabila memenuhi kriteria adekuasi
hemodialsis dengan penilai Kt/V dan nilai URR. Armezya et al., (2014) terapi
hemodialysis mempunyai pengaruh terhadap nilai URR pada pasien yang
menjalani hemodialsisis, tetapi terdapat 38% pasien mengalami tindakan
hemodialysis tidak adekuat. Telah  diketahui  bahwa  biasanya untuk 
meningkatkan  AHD  dapat dilakukan  dengan  meningkatkan kecepatan aliran
darah menuju mesin HD dan volume darah yang disaring mesin HD, tetapi perlu
diketahui bahwa langkah tersebut bisa berakibat mual, pusing dan kram otot (Tria
Firza, Aminah, & Adam Riyadi, 2015). Penelitian Hartanti
(2016) bahwa exercise intradialisis berpengaruh meningkatkan nilai URR pasien
gagal ginjal kronik. Hasil penelitian (Nur Muji, I Ketut, & Haryanto,
2017) menunjukkan bahwa kombinasi stretching exercise dan pernafasan yoga
efektif untuk menurunkan tekanan darah pasien gagal ginjal.
Oleh karena itu exercise intradialisis perlu dipahami dan diketahui oleh pasien
gagal ginjal kronis sehingga dapat diaplikasikan saat melakuakan terapi
hemodialsis guna meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi. Pasien
gagal ginjal harus mampu melakukan pengolahan terhadap penyakitnya untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang mamperberat keadaan pasien dan
memaksimalkan aspek yang ada dalam dirinya untuk menentukan pilihan terbaik.
Promosi kesehatan merupakan konsep dalam pemberdayaan kemampuan
individu atau keluarga untuk meningkatkan kesehatan. HPM membantu perawat
dalam menolong dan mengindentifikasi faktor terhadap kesehatan dan perilaku
sehat yang sudah dilakukan guna membentuk perilaku baru yang dapat mencapai
kesehatan yang optimal (Utami, 2017). Peran perawat dalam keperawatan Pender
adalah mencegah pasien gagal ginjal kronis kearah yang lebih buruk dengan
mengajak individu dan lingkungan sekitar agar berperilaku positif terhadap
pemeliharan dan peningkatan kesehatan, meningkatkan motivasi dan komitmen
agar pasien gagal ginjal terhindar dari komplikasi. Pada penelitian (Nuari &
Kartikasari, 2015) mengidentifikasi faktor personal, manfaat tindakan yang
dirasakan dan hambatan untuk bertindak berpengaruh segnifikan dalam
mempengaruhi self empowerment. Tidak seperti model pencegahan kesehatan
lainya, HPM menekankan pada metode motivasi positif (Nuari & Kartikasari,
2015).
4. Pengkajian Teori Nola J. Pender
Berdasarkan Model Promosi Kesehatan, perawat harus melakukan pengkajian
komprehensif agar dapat mengembangkan rencana asuhan keperawatan.
Pengkajian yang dilakukan oleh perawat adalah: langkah pertama pengkajian
tentang perilaku sebelumnya yang mencakup kebiasaan individu, hambatan dari
perilaku yang dilakukan, manfaat dari perilaku yang dilakukan, penyakit yang
pernah diderita, sumber pelayanan kesehatan dan upaya yang pernah dilakukan
dalam meningkatkan kesehatan. Langkah kedua pengkajian tentang faktor
personal, faktor psikososial dan faktor sosial budaya. Langkah ketiga pengkajian
tentang perilaku spesifik dalam pengatuhan dan sikap, pengkajian ini mengali
tentang pemikiran dan sikap yang mungkin atau sudah dilakukan seperti mengkaji
mengenai manfaat/harapan dari tindakan, hambatan dalam mewujudkan tujuan
dan menilai kemajuan yang dilakukan dengan wujud dari perilaku, pengalaman,
ajakan, kondisi psikologis (kecemasan).
Langkah keempat yaitu mengkaji tentang reaksi emosional terhadap
perubahan perilaku, apakah dengan menghindar, mempertahankan atau bahkan
dapat merubah perilaku. Langkah kelima melakukan pengkajian dalam pengaruh
situasional seperti keadaan disekitar yang meliputi lingkungan rumah, sanitasi dan
komunitas. Langkah keenam pengkajian dalam hubungan interpersonal seperti apa
dukungan yang diberikan oleh lingkungan sekitar, role model seperti panutan dan
kebudayaan yang mencakup nilai-nilai kepercayaan. Langkah terakhir yaitu
pengkajian fungsi keluarga yaitu fungsi efektif dan fungsi perawatan keluarga.

B. Framework Nola J Pender

Revisi Model Promosi Kesehatan (Dari Pender, N.J, Murdaugh, C.L., & Parsons, M.A
(2002). Promosi kesehatan dalam praktik keperawatan dikutip dari Tomey & Alligood
(2006) hal 458.

Penjelasan Bagan Model Promosi Kesehatan


1. Karakteristik dan pengalaman individu
a. Perilaku sebelumnya
Perilaku sebelumnya mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung
dalam pelaksanaan perilaku promosi kesehatan.
1) Pengaruh langsung dari perilaku masa lalu terhadap perilaku promosi kesehatan saat
ini dapat menjadi pembentuk kebiasaan, yang mempermudah seseorang melaksanakan
perilaku tersebut secara otomatis.
2) Pengaruh tidak langsungnya adalah melalui persepsi pada self eficacy, manfaat,
Universitas Sumatera Utara hambatan, dan pengaruh aktivitas yang muncul dari perilaku
tersebut. Pengaruh positif atau negatif dari perilaku baik sebelum, saat itu ataupun setelah
perilaku tersebut dilaksanakan akan dimasukan kedalam memori sebagai informasi yang akan
dimunculkan kembali saat akan melakukan perilaku tersebut di kemudian waktu. Perawat
dapat membantu pasien membentuk suatu riwayat perilaku yang positif bagi masa depan
dengan memfokuskan pada manfaat perilaku tersebut, membantu pasien bagaimana
mengatasi rintangan dalam melaksanakan perilaku tersebut dan meningkatkan level/ kadar
eficacy dan pengaruh positif melalui pengalaman yang sukses dan feed back yang positif.
b. Faktor Personal
Faktor personal meliputi aspek biologis, psikologis, dan sosial budaya. Faktor
– faktor ini merupakan prediksi dari perilaku yang didapat dan dibentuk secara
alami oleh target perilaku.
1) Faktor Biologis Personal Termasuk dalam faktor ini adalah umur, indeks
massa tubuh, status pubertas, status menopause, kapasitas aerobik, kekuatan, kecerdasan atau
keseimbangan
2) Faktor Psikologis Personal Varibel yang merupakan bagian dari faktor ini
adalah harga diri, motivasi, kemampuan personal, status kesehatan, dan definisi sehat
3) Faktor sosial kultural Faktor ini meliputi suku, etnis, pendidikan, dan status
ekonomi
2. Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap (Behaviour-Spesific Cognitions and
Affect)
a. Manfaat Tindakan (Perceived Benefits of Actions)
Rencana seseorang melaksanakan perilaku tertentu tergantung pada antisipasi
terhadap manfaat atau hasil yang akan dihasilkan. Antisipasi manfaat
merupakan representasi mental dari konsekuensi perilaku positif. Berdasarkan
teori expecting value.
b. Hambatan Tindakan yang dirasakan (Perceived Bariers to Actions)
Universitas Sumatera Utara Hambatan yang diantisipasi telah secara berulang
terlihat dalam penelitian empiris, mempengaruhi intensitas untuk terlibat
dalam suatu perilaku yang nyata dan perilaku actual yang dilaksanakan.
Dalam hubungannya dengan perilaku promosi kesehatan, hambatan-hambatan
ini dapat berupa imaginasi maupun nyata. Hambatan ini terdiri atas : persepsi
mengenai ketidaktersediaan, tidak menyenangkan, biaya, kesulitan atau
penggunaan waktu untuk tindakan-tindakan khusus. Hambatanhambatan ini
sering dilihat sebagai suatu blocks, rintangan, dan personal cost dari perilaku
yang diberikan. Hilangnya kepuasan dalam menghindari atau menghilangkan
perilaku-perilaku yang merusak kesehatan seperti merokok, atau makan
makanan tinggi lemak untuk mengadopsi perilaku / gaya hidup yang lebih
sehat juga dapat menjadi suatu halangan. Halangan ini biasanya
membangunkan motivasi untuk menghindari perilaku-perilaku yang
diberikan. Bila kesiapan untuk bertindak rendah dan hambatan tinggi maka
tindakan ini tidak mungkin terjadi. Jika kesiapan untuk bertindak tinggi dan
hambatan rendah kemungkinan untuk melakukan tindakan lebih besar. Barier
tindakan seperti yang dilukiskan dalam HPM mempengaruhi promosi
kesehatan secara langsung dengan bertindak sebagai blocks terhadap tindakan
seperti penurunan komitmen untuk merencanakan tindakan.
c. Kemajuan Diri (Perceived Self Efficacy)
Self efficacy seperti didefinisikan oleh Bandura adalah judgment / keputusan
dari kapabilitas seseorang untuk mengorganisasi dan menjalankan tindakan
secara nyata. Tidak ada concern dengan satu ketrampilan yang dimiliki tetapi
alasan dari apa yang dapat dilakukan dengan apapun ketrampilan yang
dimiliki. Judgment dari personal efficacy dibedakan dari harapan yang ada
dalam tujuan. Perceived self efficacy adalah adalah judgment dari
kemampuan untuk menyelesaikan tingkat performance yang pasti, dimana
tujuannya atau harapannya adalah suatu judgment dari suatu konsekuensi
(contohnya benefit dan cost ) sebanyak perilaku yang akan dihasilkan.
Persepsi dari ketrampilan dan kompetensi dalam domain motivasi individu
untuk melibatkan perilaku-perilaku yang mereka lalui. Perasaan efficacy dan
dan ketrampilan dalam performance seseorang sepertinya mendorong untuk
melibatkan/ menjalankan perilaku yang lebih banyak daripada perasaan
ceroboh dan tidak terampil. Pengetahuan individu tentang self efficacy
didasarkan pada 4 type informasi : Universitas Sumatera Utara
1) Pencapaian performance dari perilaku yang dilaksanakan secara nyata dan evaluksan
akan secara nyata dan evaluasi performance yang berhubungan dengan beberapa standar
pribadi atau umpan balik yang diberikan oleh orang lain.
2) Pengalaman – pengalaman dari mengobservasi performance orang lain dan
hubungannya dengan evaluasi diri sendiri dan umpan balik dari orang lain.
3) Ajakan secara verbal kepada orang lain bahwa ia mempunyai kemampuan
untuk melaksanakan tindakan tertentu.
4) Kondisi psikologis (kecemasan, ketakutan, ketenangan) dari mana seseorang
menyatakan kemampuannya. Dalam HPM, selt eficacy yang diperoleh dipengaruhi oleh
aktivity related affeck. Makin positif affeck, makin besar persepsi eficacynya , sebaliknya
self eficacy mempengaruhi hambatan tindakan, dimana eficacy yang tinggi akan mengurangi
persepsi terhadap hambatan untuk melaksanakan perilaku yang ditargetkan. Self eficacy
memotivasi perilaku promosi kesehatan secara langsung dengan harapan eficacy dan secara
tidak langsung dengan mempengaruhi hambatan dan komitmen dalam melaksanakan rencana
tindakan.
d. Activity-Related Affect (Afek/sikap yang berhubungan dengan Aktivitas)
Perasaan subjektif muncul sebelum, saat dan setelah suatu perilaku,
didasarkan pada sifat stimulus perilaku itu sendiri. Respon afektif ini dapat
ringan, sedang atau kuat dan secara sadar di namai, disimpan di dalam
memori dan dihubungkan dengan pikiran-pikiran perilaku selanjutnya.
Respon-respon afektif terhadap perilaku khusus terdiri atas 3 komponen
yaitu : emosional yang muncul terhadap tindakan itu sendiri (activity-related),
menindak diri sendiri (self-related ), atau lingkungan dimana tindakan itu
terjadi (context-related ).
Perasaan yang dihasilkan kemungkinan akan mempengaruhi apakah
individu akan mengulang perilaku itu lagi atau mempertahankan perilaku
lamanya. Perasaan yang tergantung pada perilaku ini telah diteliti sebagai
determinan perilaku kesehatan pada penelitian terakhir. Afek yang
berhubungan dengan perilaku mencerminkan reaksi emosional langsung
terhadap pemikiran tentang perilaku tersebut, yang bisa positif atau negative –
Apakah perilaku tersebut menggembirakan, menyenangkan, dapat dinikmati,
membingungkan, atau tidak menyenangkan. Perilaku yang berhubungan
dengan afek positif kemungkinan akan di ulang dan yang negative
kemungkinan akan dihindari. Beberapa perilaku, bisa menimbulkan perasaan
positif Universitas Sumatera Utara dan negative. Dengan demikian,
keseimbangan relative di antara afek positif dan negative sebelum, saat dan
setelah perilaku tersebut merupakan hal yang penting untuk diketahui.
Activity-related Affect ini berbeda dari dimensi evaluasi terhadap sikap yang
dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen. Dimensi evaluasi terhadap sikap lebih
mencerminkan evaluasi afektif pada hasil spesifik dari suatu perilaku dari
pada respon terhadap sifat stimulus perilaku itu sendiri.
Untuk beberapa perilaku yang diberikan, rentang penuh dari perasaan
negative dan positif harus diuraikan sehingga keduanya dapat diukur secara
akurat. Dalam beberapa instrument untuk mengukur afek, perasaan negatif
diuraikan secara lebih luas dari pada perasaan positif. Hal ini tidak
mengherankan karena kecemasan, ketakutan dan depresi telah diteliti lebih
banyak dibandingkan perasaan senang, gembira dan tenang. Berdasarkan teori
kognitif social, terdapat hubungan antara selfefficacy dan activity-related
affect. McAulay dan Courneya menemukan bahwa respon afek positif saat
latihan merupakan predictor yang penting terhadap efficacy setelah latihan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Bandura bahwa respon emosional dan
pengaruhnya terhadap keadaan psikologis saat melakukan suatu perilaku
berperan sebagai sumber informasi efficacy. Dengan demikian, activity-
related Affect dikatakan mempengaruhi perilaku kesehatan secara langsung
maupun tidak langsung melalui self-efficacy dan komitmen terhadap rencana
tindakan.
e. Interpersonal Influences
Menurut HPM, pengaruh interpersonal adalah kesadaran mengenai
perilaku, kepercayaan atau pun sikap terhadap orang lain. Kesadaran ini bisa
atau tidak bisa sesuai dengan kenyataan. Sumber utama pengaruh
interpersonal pada perilaku promosi kesehatan adalah keluarga (orang tua dan
saudara kandung), teman, dan petugas perawatan kesehatan. Pengaruh
interpersonal meliputi : norma (harapan dari orang-orang yang berarti),
dukungan sosial (dorongan instrumental dan emosional) dan modeling
pembelajaran melalui mengobservasi perilaku khusus seseorang). Tiga proses
interpersonal ini pada sejumlah penelitian kesehatan tampak mempredisposisi
seseorang untuk melaksanakan perilaku promosi kesehatan.
Norma sosial membentuk standar pelaksanaan yang dapat dipakai atau
ditolak oleh individu. Dukungan social untuk suatu perilaku menyediakan
sumber-sumber dukungan yang diberikan oleh orang lain. Modeling
menggambarkan komponen berikutnya dari perilaku kesehatan dan
merupakan strategi yang penting bagi Universitas Sumatera Utara perubahan
perilaku dalam teori kognitif social. Pengaruh interpersonal mempengaruhi
perilaku promosi kesehatan secara langsung maupun tidak langsung melalui
tekanan social atau dorongan untuk komitmen terhadap rencana tindakan.
Individu sangat berbeda dalam sensitivitas mereka terhadap harapan, contoh
dan pujian orang lain. Namun, diberikan motivasi yang cukup untuk
berperilaku dalam cara yang konsisten dengan pengaruh interpersonal,
individu mungkin akan melakukan perilaku-perilaku yang akan menimbulkan
pujian dan dukungan social bagi mereka. Agar pengaruh interpersonal
memiliki efek, individu haruslah menyelesaikan perilaku tersebut, harapan
dan input orang lain, memahaminya dan menyatukannya ke dalam kesadaran
yang mewakili perilaku yang telah diberikan. Kemungkinan untuk
mempengaruhi orang lain dapat bervariasi perkembangannya dan lebih
khusus tampak pada orang dewasa. Beberapa kebudayaan mungkin lebih
menekankan pada pengaruh interpersonal dari pada yang lainnya. Contohnya,
familismo di antara populasi Hispanic dapat mendorong seseorang untuk
melaksanakan perilaku khusus bagi kebaikan keluarga dari pada bagi
pencapaian personal.
f. Pengaruh Situasional (Situational Influences)
Persepsi dan kesadaran personal terhadap berbagai situasi atau keadaan
dapat memudahkan atau menghalangi suatu perilaku.Pengaruh situasi pada
perilaku promis kesehatan meliputi persepsi terhadap pilihan yang ada,
kharakteristik permintaan, dan ciri-ciri estetik dari suatu lingkungan dimana
perilaku tersebut dilakukan. Kaplan dan Kaplan, dalam kerja mereka di
lingkungan yang dikembalikan natural, telah menekankan kesadaran
bagaimana lingkungan atau keadaan situasional dapat mempengaruhi
kesehatan dan perilaku kesehatan. Individu tertarik dan lebih kompeten dalam
perilakunya di dalam situasi atau keadaan lingkungan yang mereka rasa lebih
cocok dari pada lingkungan yang tidak cocok, lingkungan yang berhubungan
dari pada yang asing, lingkungan yang aman dan meyakinkan dari pada
lingkungan yang tidak aman dan mengancam. Lingkungan yang menarik juga
lebih diinginkan untuk melaksanakan perilaku kesehatan.
Dalam HPM, pengaruh situasional telah dikemukakan sebagai
pengaruh langsung atau tidak langsung pada perilaku kesehatan. Situasi dapat
secara langsung Universitas Sumatera Utara mempengaruhi perilaku dengan
menyediakan suatu lingkungan yang diisi dengan petunjuk-petunjuk yang
akan menimbulkan tindakan. Sebagai contoh, sutau lingkungan yang di tulis
dilarang merokok akan menciptakan kharakteristik perilaku tidak merokok
dilingkungan tersebut seperti yang diminta. Peraturan perusahaan untuk
menggunakan alat pelindung pendengaran akan menciptakan perilaku
menggunakannya. Ke dua situasi ini mendukung komitmen untuk tindakan
kesehatan. Pengaruh situasional telah memberikan sedikit perhatian pada
penelitian HPM sebelumnya dan dapat diteliti lebih lanjut sebagai determinan
yang secara potensial penting bagi perilaku kesehatan. Mereka dapat dipegang
sebagai kunci penting dalam mengembangkan stategi baru yang lebih efektif
untuk memfasilitasi penerimaan dan pemeliharaan perilaku kesehatan.
3. Hasil Perilaku Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA) merupakan
awal dari suatu peristiwa perilaku. Tanggung jawab ini akan mendorong individu
ke arah perilaku kecuali kebutuhan berkompetisi yang tidak dapat dihindari oleh
individu atau pilihan berkompetisi tidak ditolak oleh individu.
a. Tanggung Jawab Untuk Merencanakan Tindakan (POA)
Manusia umumnya meningkatkan perilaku berorganisasi daripada tidak.
Menurut Ajzen dan Fishbein, kesengajaan adalah faktor utama yang
menentukan kemauan berperilaku. Tanggung dalam merencanakan tindakan
pada HPM yang telah direvisi menunjukkan pokok yang mendasari proses
kognitif:
1) Tanggung jawab untuk melakukan tindakan yang spesifik pada waktu
dan tempat yang telah diberikan dengan orang-orang tertentu atau secara
sendirian, dengan mengabaikan pilihan berkompetensi
2) Mengidentifikasi strategi-strategi yang menentukan untuk mendapatkan,
membawa dan memperkuat perilaku
3) Kebutuhan mengidentifikasi strategi-strategi spesifik digunakan pada
tempat yang berbeda didalam rangkaian perilaku, kedepannya merupakan
kemungkinan yang disengaja dan yang lebih lanjut bahwa perencanaan
tindakan (POA) yang dikembangkan oleh perawat dan klien akan sukses
di implementasikan. Contohnya, strategi perjanjian terdiri dari
tindakan/aksi persetujuan satu sama lain dimana tanggung jawab satu
kelompok dengan pemahaman bahwa kelompok lain akan menyedikan
beberapa penghargaan yang nyata atau kekuatan jika kelompok
Universitas Sumatera Utara pertama bertanggung jawab secara terus
menerus. Strategi-strategi dapat dipilih oleh klien untuk memberikan
kekuatan terhadap perilaku kesehatan menurut pilihan mereka sendiri dan
berdasarkan tahap perubahan yang mereka hadapi. Tanggung jawab
sendiri tanpa strategi-strategi dari teman sejawat sering mengahasilkan
“tujuan yang baik” namun gagal membentuk suatu nilai perilaku
kesehatan.
b. Kebutuhan Untuk Segera Berkompetisi dan Pilihan-Pilihan
Kebutuhan untuk segera berkompetisi atau pilihan-pilihan merujuk pada
alternatif perilaku yang memaksakan kedalam kebingungan sebagai bagian
dari aksi yang mungkin terjadi sebelumnya dan segera diharapkan menjadi
perilaku promosi kesehatan yang direncanakan. Kebutuhan berkompetisi
dipandang sebagai perilaku alternatif dimana individu relatif memiliki level
kontrol yang rendah karena ketergantungan terhadap lingkungan seperti
bekerja atau tanggung jawab perawatan keluarga. Kegagalan berespon
terhadap suatu kebutuhan dapat memiliki efek yang tidak menguntungkan
untuk diri sendiri atau untuk hal-hal lain yang penting. Pilihan berkompetisi
dipandang sebagai alternatif perilaku dengan kekuatan penuh yang bersifat
lebih yang mana individu relatif menggunakan level kontrol yang tinggi.
Mereka dapat mengeluarkan perilaku promosi kesehatan dan setuju menjadi
perilaku kompetisi. Tingkat dimana individu mampu melawan pilihan
kompetensi tergantung pada kemampuannya menjadi pengatur diri. Contoh
dari “memberi” pilihan kompetensi adalah memilih makanan tinggi lemak
daripada rendah lemak karena rasa atau selera pilihan; mengemudi dengan
melewati pusat rekreasi; selalu berlatih berhenti di mall (suatu pilihan untuk
melihat-lihat atau belanja daripada berolahraga). Kedua kebutuhan kompetisi
dan pilihan dapat menggelincirkan suatu yang rencana tindakan yang salah
satunya telah dilakukan. Kebutuhan kompetisi dapat berbeda dari rintangan
yang harus dibawa oleh individu dan perilaku yang tidak diantisipasi
berdasarkan pada kebutuhan eksternal atau hasil yang tidak
baik/menguntungkan dapat terjadi. Pilihan kompetisi dapat berbeda dari
rintangan seperti kekurangan waktu, karena pilihan kompetisi adalah
dorongan terakhir yang didasari pada hirarki pilihan yang menggelincirkan
suatu rencana untuk tindakan kesehatan yang positif.
Ada terdapat bermacam kemampuan individu untuk mendukung perhatian
dan menghindari gangguan. Beberapa individu dapat mempengaruhi
perkembangan atau secara biologis menjadi lebih mudah dipengaruhi selama
tindakan daripada yang lain. Universitas Sumatera Utara Hambatan pilihan
kompetensi memerlukan latihan dari pengaturan diri sendiri dan mengontrol
kemampuan. Komitmen yang kuat untuk merencanakan tindakan dapat
mendukung pengabdian untuk melengkapai suatu perilaku mengingat
kebutuhan akan kompetisi atau pilihan. Didalam HPM, kebutuhan kompetisi
dengan segera dan pilihan secara langsung mempengaruhi kemungkinan
terjadinya perilaku kesehatan sebagaimana pengaruh tanggung jawab
moderat.
c. Perilaku Promosi Kesehatan
Variabel pada model ini telah ditujukan secara ekstensif melalui buku
sehingga disini memerlukan sedikit diskusi yang lebih jauh. Perilaku promosi
kesehatan adalah titik akhir atau hasil tindakan pada HPM. Bagaimanapun,
harus dicatat bahwa perilaku promosi kesehatan pada akhirnya adalah
langsung bertujuan untuk mencapai hasil kesehatan yang positif bagi klien.
Perilaku promosi kesehatan, khususnya ketika berintegrasi menjadi gaya
hidup sehat yang meliputi semua aspek kehidupan, menghasilkan pengalaman
kesehatan yang positif disepanjang proses kehidupan.
C. Konsep Keperawatan Keluarga Nola J Pender
Menurut WHO promosi kesehatan meliputi mendorong gaya hidupyang lebih
sehat, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan, memperkuat tindakan
masyarakat, mengorientasikan kembali pelayanankesehatan dan mebangun kebijakan
public yang sehat. Kesehatan individu dan keluarga ditandai dengan efektifnya dalam
komunitas, lingkungan dan masyarakat dimana mereka perlu hidup. Perawat mengerti
dan memikirkan usaha peningkatan derajat Kesehatan dan telah menetapkan skema
untuk upaya peningkatan derajat kesehatan.
1. Kesehatan individu
Individu berperan dalam penentuan status kesehatan mereka sendiri. Peningkatan
derajat kesehatan individu itu pada tingkat membuat keputusan pribadi dan
praktek setiap derajat peningkatan harus mempertimbangkan dalam formulasi
kesehatan nasional melalui usaha peningkatan derajat Kesehatan
2. Kesehatan keluarga
Keluarga berperan dalam perkembangan dan keperawatan Kesehatan dan tindakan
Kesehatan. Masing-masing keluarga mempunyai sebuah karakter yang berbeda,
nilai, peran, dan kekuatan struktur saya orang tua danlingkungan keluarga dapat
memberikan kesehatan atau sebaliknya lebih banyak perhatian harus diberikan
kepada perkembangaan strategi untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga
3. Kesehatan komunitas
Berdasarkan pendapat dune, kesehatan kelompok yang baik perilaku mampu
memperbaiki kondisi kehidupan keluarga dan kelompok
4. Kesehatan lingkungan
Tingkat dari kesehatan lingkungan yang baik berefek luas keindividu, keluarga,
dan komunitas dapat sampai kepotensi optimal mereka. Kesehatan lingkungan
yang baik adalah manifestasi dalam keharmonisandan keseimbangan diantara dua
manusia disekeliling mereka
5. Kesehatan masyarakat
Sebuah masyarakat yang baik adalah semua anggota masyarakat mempunyai
standar hidup menemukan kebutuhan dasar manusia dan mengajak dalam
beraktifitas yang tepat kepotensi mereka. Sebuah masyarakat yang baik adalah
anggota masyarakat yang mau membantu dan bertanggungung jawab untuk
kesehatan (Artadrinia dkk, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2014). Nursing theory & their work (8th ed). The CV Mosby Company St.
Louis. Toronto. Missouri: Mosby Elsevier.

Armezya, W., Nasrul, E., & Bahar, E. (2014). Pengaruh Hemodalisis terhadap Urea
Reduction Ratio pada Pasien Penyakit Penyakit Ginjal Kronis Stadium V di RSUP Dr
. M . Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2), 300-305.

Artadrina, et all. (2016). Makalah Konunitas III Model Konseptual Keperawatan Nolla J
Pender (Model Promosi Kesehatan). Yayasan Rumah Sakit Islam Nusa Tenggara
Barat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Mataram Program Studi Ilmu
Keperawatan Jenjang S1 Mataram.

Asniar. (2013). Pengembangan Sikap “ Caring “ Pada Anak Usia Sekolah Sebagian Upaya
Promosi Kesehatan. Idea Nursing Journal, 1. https://doi..org/2087-2879

Nuari, N . A., & Kartikasari, M. (2015). Peningkatan Self Empowerment dan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Mellitus Tipe li dengan pendekatan Diabetes Empowerment
Education berbasis Health Promotion Model. jurnal Ners, 10(2), 279-288.

Nur Muji, A., I Ketut, S., & Haryanto, J. (2017). Efektifitas Stretching Exercise Dan
Pernafasan Yoga Terhadap Regulasi Tekanan Darah Dan Kualitas Hidup Klien
ESRD Yang Menjalani Hemodialisis Di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 10 No 2, 226-233.

Pender, N.J, Murdaugh, C.L., & Parsons, M.A (2002). Promosi kesehatan dalam praktik
keperawatan dikutip dari Tomey & Alligood (2006) hal 458.

Sukut, S. S, Arif, Y. S., & Qur, N. (2015). Faktor Kejadian Diare Pada Balita Dengan
Pendekatan Teori Nola J. Pender di IGD RSUD Ruteng. Jurnal prdiomaternal, 3(2).

Tria Firza, K., Aminah, S., & Adam Riyadi, M. (2015). Pengaruh Dializer Cellulose
Triacetate Terhadap Penurunan Kadar Ureum Pada Pasien ERSD Yang Menjalani
Hemodialisasi. Jurnal Kesehatan Budi Luhur, 8(150).

Utami, T. A. (2017). Promosi Kesehatan Nola pender Berpengaruh terhadap pengetahuan dan
kepatuhan ODHA minum ARV. Indonesia journal of Nursing and Midwifery, 5(1),
58-67. https://doi.org/2354-7642/2503-1856

Anda mungkin juga menyukai