Anda di halaman 1dari 30

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah. Salah satu tujuan
pokok pembangunan kesehatan adalah peningkatan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat dan mengatasi sendiri masalah kesehatan sederhana terutama
melalui upaya peningkatan, pencegahan dan penyembuhan. Hal ini sesuai
dengan prilaku masyarakat yang di harapkan dalam Indonesia Sehat yaitu:
bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
resiko terjadinya penyakit dan melindungi dari ancaman penyakit serta
berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Tujuan itu akan dicapai antara lain melalui peningkatan dan pemantapan
upaya k/esehatan. Hidup sehat merupakan kebutuhan dan tuntutan yang
semakin meningkat, walaupun pada kenyataannya derajat kesehatan masyarakat
Indonesia masih belum sesuai dengan harapan. Sementara itu pemerintah telah
mencanangkan Indonesia Sehat, yang merupakan paradigma baru yaitu
paradigma sehat, yang salah satunya menekankan pendekatan promotif dan
preventif dalam mengatasi permasalahan kesehatan di masyarakat. Terjadinya
pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model
medikal yang menitikberatkan pada pelayanan diagnosis dan pengobatan ke
paradigma sehat yang lebih holistik yang melihat penyakit dan gejala sebagai
informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan. Perubahan paradigma ini
menempatkan perawat pada posisi kunci dalam peran dan fungsinya. Hampir
semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah
sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan yang lain dilakukan oleh perawat.
Perubahan paradigma pelayanan kesehatan dari kuratif ke arah promotif
dan preventif ini telah direspon oleh ahli teori keperawatan Nolla. J Pender
dengan menghasilkan sebuah karya fenomenal tentang “Health Promotion
Model “atau model promosi kesehatan. Model ini menggabungkan 2 teori yaitu
teori nilai harapan (expectancy value) dan teori kognitif sosial (social cognitive
1
2

theory) yang konsisten dengan semua teori yang memandang pentingnya


promosi kesehatan dan pencegahan penyakit adalah suatu yang hal logis dan
ekonomis (Alligood, 2014). Makalah ini akan mencoba membahas tentang
model promosi kesehatan dari Nolla J. Pender serta komponen paradigma
keperawatan tentang model promosi kesehatan
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Health Promotion Model?
2. Bagaimana Teori Pemahaman Health Promotion Model ?
3. Bagaimana Komponen Teori Health Promotion Model ?
4. Bagaimana Asumsi Dari Health Promotion Model ?
5. Bagaimana Proposisi Health Promotion Model ?
6. Bagaimana Karakteristik dan Pengalaman Individu?
7. Bagaimana Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap ?
8. Bagaimana Hasil Perilaku?
9. Bagaimana Aplikasi Model Teori Pender ?
10. Bagaimana Contoh Aplikasi Health Promotion Model ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Health Promotion Model
2. Untuk mengetahui Teori Pemahaman Health Promotion Model
3. Untuk mengetahui Komponen Health Promotion Model
4. Untuk mengetahui Asumsi Health Promotion Model
5. Untuk mengetahui Proposisi Health Promotion Model
6. Untuk mengetahui Karakteristik dan Pengalaman Individu
7. Untuk mengetahui Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap
8. Untuk mengetahui Hasil Perilaku
9. Untuk mengetahui Aplikasi Model Teori Pender
10. Untuk mengetahui Contoh Aplikasi Health Promotion Model
3

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Teori Health Promotion Model


2.1.1 Pengertian
Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114
/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menurut Green (Notoatmodjo,
2007), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan
dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang
direncanakan untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan.
Menurut WHO promosi kesehatan meliputi mendorong gaya hidup yang
lebih sehat, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan, memperkuat
tindakan masyarakat, mengorientasikan kembali pelayanan kesehatan dan
membangun kebijakan public yang sehat. Kesehatan individu dan keluarga
ditandai dengan efektifnya dalam komunitas, lingkungan dan masyarakat dimana
mereka perlu hidup. Perawat mengerti dan memikirkan usaha peningkatan derajat
kesehatan. (Pender, 2006). Dan telah menetapkan skema untuk upaya peningkatan
derajat kesehatan :
1. Kesehatan individu
Individu berperan dalam penentuan status kesehatan mereka sendiri.
Peningkatan derajat kesehatan individu itu pada tingkat membuat keputusan
pribadi dan praktek. Setiap derajat peningkatan harus mempertimbangkan
dalam formulasi kesehatan nasional melalui usaha peningkatan derajat
kesehatan. (Pender, 2006)

3
4

2. Kesehatan keluarga
Keluarga berperan dalam perkembangan dan kepercayaan kesehatan dan
tindakan kesehatan. Masing-masing keluarga mempunyai sebuah karakter
yang berbeda, nilai, peran, dan kekuatan struktur. Gaya orang tua dan
lingkungan keluarga dapat memberikan kesehatan atau sebaliknya. Lebih
banyak perhatian harus diberikan kepada perkembangaan strategi untuk
meningkatkan derajat kesehatan keluarga. (Pender, 2006)
3. Kesehatan komunitas
Berdasarkan pendapat dune, kesehatan kelompok yang baik perilaku mampu
memperbaiki kondisi kehidupan keluarga dan kelompok.
4. Kesehatan lingkungan.
Tingkat dari kesehatan lingkungan yang baik berefek luas ke individu,
keluarga, dan komunitas dapat sampai kepotensi optimal mereka. Kesehatan
lingkungan yang baik adalah manifestasi dalam keharmonisan dan
keseimbangan diantara dua manusia disekeliling mereka. (Pender, 2006)
5. Kesehatan masyarakat.
Sebuah masyarakat yang baik adalah semua anggota masyarakat mempunyai
standar hidup menemukan kebutuhan dasar manusia dan mengajak dalam
beraktifitas yang cepat kepotensi mereka. Sebuah masyarakat yang baik
adalah anggota masyarakat yang mau membantu dan bertanggungung jawab
untuk kesehatan. (Pender, 2006)
Teori Model Promosi Kesehatan (Health Promotion Model/HPM)Model
Promosi Kesehatan adalah suatu cara untuk menggambarkan interaksi manusia dengan
lingkungan fisik dan interpesonalnya dalam berbagai dimensi.Model ini
mengintegrasikan teori nilai harapan (Expectancy-value) dan teori kognitif sosial
(Social Cognitive Theory) dalam perspektif keperawatan manusia dilihat sebagai fungsi
yang holistic (Pender, 2006).
5

Bagan HPM dapat dilihat sebagai berikut:

Sumber : Tommey dan Alliod, 2006. Nursing Theorist and Their Work
Philadelphia,. Mosby
2.1.2 Teori pemahaman Health Promotion Model & proteksi kesehatan
1. Theory Of Reasoned Action & Theory Of Planned Behavior
Teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah suatu kemauan dibawah kontrol
bukan sebagai hambatan untuk menunjukkan perilaku. Kepercayaan
merupakan class dari pondasi dalam struktur konseptual, dengan
memperhatikan perilaku. Model ini memperhatikan prediksi dan
bergantian, sehingga perilaku mengikutinya. (Pender, 2006)
2. Social Cognitive Theory (Self-Efficacy)
Teori kognitif sosial adalah sebuah pendekatan teori yang menjelaskan
perilaku manusia. Dengan perspektif individu merupakan adanya suatu
kekuatan pada dirinya bukan control yang otomatis pada stimulus
6

eksternal. Perilaku manusia menerangkan adanya kejadian secara timbal


balik pada tindakan yang menentukan adanya interaksi dengan yang
lainnya. Persepsi self-efficacy adalah mempertimbangkan salah satu
kekuatan untuk menyelesaikan sebuah tingkatan penampilan dalam
perilaku yang spesifik. (Pender, 2006)
3. The Theory Of Interpersonal Behavior
Sebuah model perilaku meliputi afektif dan psikologis dalam kekuatan
yang menerangkan perilaku ini merupakan factor yang memberikan
perhatian dalam model-model perilaku lainnya. (Pender, 2006)
4. Cognitive Evaluation Theory
Motivasi manusia adalah dasar dari sebuah susunan dalam kebutuhan
psikologisnya: dari penentuan dirinya, kompetensi dan hubungan
interpersonal. Menentukan dirinya dan motivasi intrinsik (IM) adalah
konsep utama dalam teori. Motivasi intrinsik adalah energi dalam
kebutuhan dalam dirinya dan hubungan dalam kompetensi untuk nilai
perilaku personal. (Pender, 2006)
5. The Interaction Model Of Chen Health Behavior
Model interaksi kesehatan klien berfokus pada karakteristik, klien dan
factor eksternal pada klien untuk menyediakan keterangan secara
komprehensif pada tindakan langsung terhadap pengurangan resiko dan
promosi kesehatan (Pender, 2006)
2.1.3 Komponen Teori Health Promotion Model
Adapun komponen elemen dari teori ini menurut (Pender, 2006) adalah sebagai
berikut :
1. Teori Nilai Harapan (Etpectancy-Value Theory)
Menurut teori nilai harapan, perilaku sehat bersifat rasional dan ekonomis.
Seseorang akan mulai bertindak dari perilakunya akan tetap digunakan dalam
dirinya, ada 2 hal pokok yaitu :
a. Hasil tindakan bernilai positif
a. Pengambilan tindakan untuk menyempurnakan hasil yang diinginkan.
7

2. Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory)


Teori model interaksi yang meliputi Iingkungan, manusia dan perilaku yang
saling mempengaruhi. Teori ini menekankan pada:
a. Pengarahan diri (self direction)
a. Pengaturan diri (self regulation)
3. Persepsi terhadap kemajuan diri (self efficacy).
Teori ini mengemukakan bahwa manusia memiliki kemampuan dasar:
a. Simbolisasi yaitu proses dan transformasi pengalaman sebagai petunjuk
untuk tindakan yang akan datang.
b. Pikiran ke depan, mengantisipasi kejadian yang akan muncul dan
merencanakan tindakan untuk mencapai tujuan yang bermutu
c. Belajar dari pengalaman orang lain. Menetapkan peraturan untuk generasi
dan mengatur perilaku melalui observasi tanpa perlu melakukan trial dan
error
d. Pengaturan diri menggunakan standar internal dan reaksi evaluasi diri
untuk memotivasi dan mengatur perilaku, mengatur lingkungan eksternal
untuk menciptakan motivasi dalam bertindak.
e. Refleksi diri, berpikir tentang proses pikir seseorang dan secara aktif
memodifikasinya.
Menurut teori ini kepercayaan diri dibentuk melalui observasi dan refleksi
diri. Kepercayaan diri terdiri dari :
1) Pengenal diri (self atribut)
1) Evaluasi diri (self evaluation)
2) Kemajuan diri (self efficacy).
Kemajuan diri adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan-
tindakan tertentu yang berkembang melalui pengalaman, belajar dari
pengalaman yang lain persuasi verbal dan respons badaniah terhadap situasi
tertentu. Kemajuan diri merupakan fungsi dari kemampuan (capability) yang
berlebihan yang membentuk kompetensi dan kepercayaan diri. Kemajuan adalah
konstruksi sentral dari HPM. (Pender, 2006)
8

2.1.4 Asumsi dari Health Promotion Model


Menurut (Pender, 2006) ada beberapa asumsi di antaranya :
1. Manusia mencoba menciptakan kondisi agar tetap hidup di mana mereka
dapat mengekspresikan keunikannya.
2. Manusia mempunyai kapasitas untuk merefleksikan kesadaran dirinya,
termasuk penilaian terhadap kemampuannya.
3. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan
mencoba mencapai keseimbangan antara perubahan dan stabilitas.
4. Setiap individu secara aktif berusaha mengatur perilakunya.
5. Individu merupakan makhluk bio-psiko-sosial yang kompleks, berinteraksi
dengan lingkungannya secara terus menerus, menjelmakan lingkungan yang
diubah secara terus menerus.
6. Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan interpersonal yang
berpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya.
7. Pembentukan kembali konsep diri manusia dengan lingkungan adalah
penting untuk perubahan perilaku.
2.1.5 Proposisi Health Promotion Model
Menurut (Pender, 2006) ada beberapa proposisi di antaranya :
1. Perilaku sebelumnya dan karakteristik yang diperoleh mempengaruhi
kepercayaan dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan.
2. Manusia melakukan perubahan perilaku di mana mereka mengharapkan
keuntungan yang bernilai bagi dirinya.
3. Rintangan yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan
melakukan tindakan, suatu mediator perilaku sebagaimana perilaku nyata.
4. Promosi atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk
melakukan tindakan dan perbuatan dari perilaku.
5. Pemanfaatan diri yang terbesar akan menghasilkan sedikit rintangan pada
perilaku kesehatan spesifik.
9

6. Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik dapat
menambah hasil positif.
7. Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan
perilaku, maka kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak.
8. Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model perilaku itu
menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat mendukung perilaku
yang sudah ada.
9. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber
interpersonal yang penting yang mempengaruhi, menambah atau
mengurangi keinginan untuk berperilaku promosi kesehatan.
10. Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah atau
mengurangi keinginan untuk berpartisipasi dalam perilaku promosi
kesehatan.
11. Komitmen terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik lebih
memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk jangka
waktu yang lama.
12. Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukkan
perilaku yang diharapkan ketika seseorang mempunyai kontrol yang sedikit
dan kebutuhan yang diinginkan tidak tersedia.
13. Komitmen pada rencana  kegiatan kurang menunjukkan  perilaku yang
diharapkan ketika tindakan-tindakan lain lebih atraktif dan juga lebih suka
pada perilaku yang diharapkan.
14. Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal dan
lingkungan fisik yang mendorong melakukan tindakan kesehatan.
10

2.2 Penjelasan Health Promotion Model Pender


Kerangka Konseptual Model Promosi Kesehatan menurut (Pender, 2006)

Sumber : Pender, N. J. (2006). Health Promotion in Nursing Practice.


Michigan: Prentice Hall.

2.2.1 Karakteristik dan pengalaman individu


1. Perilaku sebelumnya
Perilaku sebelumnya mempunyai pengaruh langsung atau tidak
langsung dalam pelaksanaan perilaku promosi kesehatan menurut (Pender,
2006), yaitu:
a. Pengaruh langsung dari perilaku masa lalu terhadap perilaku promosi
kesehatan saat ini dapat menjadi pembentuk kebiasaan yang
mempermudah seseorang melaksanakan perilaku tersebut secara
otomatis.
11

b. Pengaruh tidak langsungnya adalah melalui persepsi pada self efficacy,


manfaat, hambatan dan pengaruhi aktivitas yang muncul dari perilaku
tersebut. Pengaruh positif atau negatif dari perilaku baik sebelum saat
itu ataupun setelah perilaku tersebut dilaksanakan akan dimasukan
kedalam memori sebagai informasi yang akan dimunculkan kembali
saat akan melakukan perilaku tersebut di kemudian waktu. Perawat
dapat membantu pasien membentuk suatu riwayat perilaku yang positif
bagi masa depan dengan memfokuskan pada tahap perilaku tersebut.
Membantu pasien bagaimana mengatasi rintangan dalam melaksanakan
perilaku tersebut dan meningkatkan level/kadar  efficacy dan pengaruh
positif melalui pengalaman yang sukses dan feed back yang positif.
2. Faktor personal
Faktor personal meliputi aspek biologis, psikologis dan social budaya.
Faktor–faktor ini merupakan prediksi dari perilaku yang didapat dan
dibentuk secara alami oleh target perilaku. (Pender, 2006)
a. Faktor biologis personal 
Termasuk dalam faktor ini adalah umur, indeks massa tubuh, status
pubertas, status menopause, kapasitas aerobik, kekuatan, kecerdasan atau
keseimbangan.
b. Faktor psikologis personal 
Varibel yang merupakan bagian dari faktor ini adalah harapan diri,
motivasi, kemampuan personal, status kesehatan, dan definisi sehat
c. Faktor social kultural 
Faktor ini meliputi suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi
2.2.2 Perilaku spesifik pengetahuan dan sikap (behaviour-spesific cognitionsand
affect)
1. Manfaat tindakan (perceived benefits of actions)
Rencana seseorang melaksanakan perilaku tertentu tergantung pada
antisipasi terhadap manfaat atau hasil yang akan dihasilkan. Antisipasi
manfaat merupakan representasi mental dan konsekuensi perilaku positif
berdasarkan teori expecting value. (Pender, 2006)
12

2. Hambatan tindakan yang dirasakan (perceived barriers to actions)


Hambatan yang diantisipasi telah secara berulang terlihat dalam
penelitian empiris, mempengaruhi intensitas untuk terlibat dalam suatu
perilaku yang nyata dan perilaku actual yang dilaksanakan. Dalam
hubungannya dengan perilaku promosi kesehatan, Hambatan-hambatan ini
dapat berupa imaginasi maupun nyata. Hambatan ini terdiri atas: persepsi
mengenai ketidaktersediaan, tidak menyenangkan, biaya, kesulitan atau
penggunaan waktu untuk tindakan-tindakan khusus. Hambatan-hambatan ini
sering dilihat sebagai suatu blocks, rintangan dan personal cost dari perilaku
yang diberikan (Pender, 2006).
Hilangnya kepuasan dalam menghindari atau menghilangkan
perilaku-perilaku yang merusak kesehatan seperti merokok atau makan
makanan tinggi lemak untuk mengadopsi perilaku/gayahidup yang lebih
sehat juga dapat menjadi suatu halangan. Halangan ini biasanya
membangunkan motivasi untuk menghindari perilaku-perilaku yang
diberikan. Bila kesiapan untuk bertindak rendah dan hambatan tinggi maka
tindakan ini tidak mungkin terjadi. Jika kesiapan untuk bertindak tinggi dan
harnbatan rendah kemungkinan untuk melakukan tindakan lebih besar.
Barier tindakan seperti yang dilukiskan dalam HPM mempengaruhi promosi
kesehatan secara langsung dengan bertindak sebagai locks terhadap tindakan
seperti penurunan komitmen untuk merencanakan tindakan (Pender, 2006).
3. Kemajuan diri (perceived self efficacy)
Self efficacy seperti didefinisikan oleh Bandura adalah judgment/
keputusan dari kapabilitas seseorang untuk mengorganisasi dan
menjalankan tindakan secara nyata. Judgment dari personal efficacy
dibedakan dari harapan yang ada dalam tujuan. Perceived self efficacy
adalah judgment dari kemampuan untuk menyelesaikan tingkat performance
yang pasti, dimana tujuannya atau harapannya adalah suatu judgment dari
suatu konsekuensi (contohnya benefit dan cost) sebanyak perilaku yang
13

akan dihasilkan. Persepsi dari ketrampilan dan kompetensi dalam domain


motivasi individu untuk melibatkan perilaku-perilaku yang mereka lalui.
Perasaan efficacy dan keterampilan dalam performance seseorang sepertinya
mendorong untuk melibatkan/ menjalankan perilaku yang lebih banyak
daripada perasaan ceroboh dan tidak terampil (Pender, 2006).
Pengetahuan individu tentang self efficacy didasarkan pada 4 tipe
informasi :
1) Pencapaian performance dari perilaku yang dilaksanakan secara nyata
dan evaluasi performance yang berhubungan dengan beberapa standar
pribadi atau umpan balik yang diberikan
2) Pengalaman-pengalaman dan mengobservasi performan-ce orang lain
dan hubungannya dengan evaluasi diri sendiri dan umpan balik dan
orang lain.
3) Ajakan secara verbal kepada orang lain bahwa mereka mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan tindakan tertentu.
4) Kondisi psikologis (kecemasan, ketakutan, ketenangan) di mana
seseorang menyatakan kemampuannya
Dalam HPM,  self efficacy yang diperoleh dipengaruhi oleh aktivity
related affect. Semakin positif  affeck, semakin besar persepsi eficacynya,
sebaliknya self eficacy mempengaruhi hambatan tindakan, dimana efficacy
yang tinggi akan mengurangi persepsi terhadap hambatan untuk
melaksanakan perilaku yang ditargetkan. Self efficacy memotivasi perilaku
promosi kesehatan secara langsung dengan harapan efficacy dan secara tidak
langsung dengan mempengaruhi hambatan dan komitmen dalam
melaksanakan rencana tindakan. (Pender, 2006)
1) Activity-related affect (sikap yang berhubungan dengan aktivitas)
Perasaan subjektif muncul sebelum, saat dan setelah suatu perilaku,
didasarkan pada sifat stimulus perilaku itu sendiri. Respon afektif ini
dapat ringan, sedang atau kuat dan secara sadar di nanti, disimpan
didalam memori dan dihubungkan dengan pikiran-pikiran perilaku
selanjutnya. Respon-respon afektif terhadap perilaku khusus terdiri atas 3
14

komponen yaitu : emosional yang muncul terhadap tindakan itu sendiri


(activity-related), menindak diri sendiri (self-related), atau lingkungan
dimana tindakan itu terjadi (context-related). (Pender, 2006)
Perasaan yang dihasilkan kemungkinan akan mempengaruhi
apakah individu akan mengulang perilaku itu lagi atau mempertahankan
perilaku lamanya. Perasaan yang tergantung pada perilaku ini telah
diteliti sebagai determinan perilaku kesehatan pada penelitian terakhir.
Perilaku yang berhubungan dengan afek positif kemungkinan akan di
ulang dan yang negatif kemungkinan akan dihindari. Beberapa perilaku
bisa menimbulkan perasaan positif dan negatif. Dengan demikian,
keseimbangan di antara afek  positif dan negative sebelum, saat dan
setelah perilaku tersebut merupakan hal yang penting untuk diketahui. 
Activity-related affect ini berbeda dari dimensi evaluasi terhadap
sikap yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen. Dimensi evaluasi
terhadap sikap lebih mencerminkan evaluasi afektif pada hasil spesifik
dari suatu perilaku dari pada respon terhadap sifat stimulus perilaku itu
sendiri. Untuk beberapa perilaku yang diberikan, rentang penuh dari
perasaan negatif dan positif harus diuraikan sehingga keduanya dapat
diukur secara akurat. Dalam beberapa instrument untuk mengukur afek,
perasaan negatif diuraikan secara lebih luas dari pada perasaan positif.
Hal ini tidak rnengherankan karena kecemasan, ketakutan dan depresi
telah diteliti lebih banyak dibandingkan perasaan senang, gembira dan
tenang.  Berdasarkan teori kognitif social, terdapat hubungan antara  self-
efficacy dan activity related affect. (Pender, 2006)
McAulay dan Courneya menemukan bahwa respon afek positif
saat latihan merupakan predictor yang penting terhadap efficacy setelah
latihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bandura bahwa respon
emosional dan pengaruhnya terhadap keadaan psikologis saat melakukan
suatu perilaku berperan sebagai sumber informasi efficacy. Dengan
demikian, activity-related Affect dikatakan mempengaruhi perilaku
15

kesehatan secara langsung maupun tidak langsung melalui  self-efficacy


dan komitmen terhadap rencana tindakan. (Pender, 2006)
2) Interpersonal Influences
Menurut HPM, pengaruh interpersonal adalah kesadaran mengenai
perilaku, kepercayaan atau pun sikap terhadap orang lain. Kesadaran ini
bisa atau tidak  bisa sesuai dengan kenyataan. Sumber utama pengaruh
interpersonal pada perilaku promosi kesehatan adalah keluarga (orang tua
dan saudara kandung), teman, dan petugas perawatan kesehatan.
Pengaruh interpersonal meliputi: norma (harapan dari orang-orang yang
berarti), dukungan sosial (dorongan instrumental dan emosional) dan
modeling (pembelajaran melalui mengobservasi perilaku khusus
seseorang). Tiga proses interpersonal ini pada sejumlah penelitian
kesehatan tampak mempredisposisi seseorang untuk melaksanakan
perilaku promosi kesehatan (Pender, 2006)
Norma sosial mernbentuk standar pelaksanaan yang dapat dipakai
atau ditolak oleh individu. Dukungan sosial untuk suatu perilaku
menyediakan sumber-sumber dukungan yang diberikan oleh orang lain.
Modeling menggambarkan komponen berikutnya dari perilaku kesehatan
dan merupakan strategi yang penting bagi perubahan perilaku dalam teori
kognitif sosial. Pengaruh interpersonal mernpengaruhi perilaku promosi
kesehatan secara langsung maupun tidak langsung melalui tekanan social
atau dorongan untuk komitmen terhadap rencana tindakan.Individu
sangat berbeda dalam sensitivitas mereka terhadap harapan, contoh
pujian orang lain. Namun, diberikan motivasi yang cukup untuk
berperilaku dalam cara yang konsisten dengan pengaruh interpersonal,
individu mungkin akan melakukan perilaku-perilaku yang akan
menimbulkan pujian (Pender, 2006)
3) Situational influences (pengaruh situasional)
Persepsi dan kesadaran personal terhadap berbagai situasi atau
keadaan dapat memudahkan atau menghalangi suatu perilaku. Pengaruh
situasi pada perilaku promosi kesehatan meliputi persepsi terhadap
16

pilihan yang ada, kharakteristik permintaan, dan ciri-ciri estetik dari


suatu lingkungan dimana perilaku tersebut dilakukan. Individu tertarik
dan lebih kompeten dalam perilakunya di dalam situasi atau keadaan
lingkungan yang mereka rasa lebih cocok dari pada lingkungan yang
tidak cocok, lingkungan yang berhubungan dari pada yang asing,
lingkungan yang aman dan meyakinkan dari pada lingkungan yang tidak
aman dan mengancarn. Lingkungan yang menarik  juga lebih diinginkan
untuk melaksanakan perilaku kesehatan (Pender, 2006).
Dalam HPM, pengaruh situasional telah dikemukakan sebagai
pengaruh langsung atau tidak langsung pada perilaku kesehatan. Situasi
dapat secara langsung mempengaruhi perilaku dengan menyediakan
suatu lingkungan yang diisi dengan petunjuk-petunjuk yang akan
menimbulkan tindakan. Sebagai contoh, sutau lingkungan yang di tulis
dilarang merokok akan menciptakan karakteristik perilaku tidak merokok
dilingkungan tersebut seperti yang diminta. Kedua situasi ini mendukung
komitmen untuk tindakan kesehatan. Pengaruh situasional telah
memberikan sedikit perhatian pada penelitian HPM sebelumnya dan
dapat diteliti lebih lanjut sebagai determinan yang secara
potensial penting bagi perilaku kesehatan. Mereka dapat dipegang
sebagai kunci penting dalam mengembangkan strategi baru yang lebih
efektif untuk memfasilitasi penerimaan dan pemeliharaan perilaku
kesehatan (Pender, 2006).
2.2.3 Hasil perilaku
Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA) merupakan awal dari
suatu peristiwa perilaku. Tanggung jawab ini akan mendorong individu ke
arah perilaku yang di harapkan (Pender, 2006).
1. Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA).
Manusia umumnya meningkatkan perilaku berorganisasi dari pada tidak.
Kesengajaan adalah faktor utama yang menentukan kemauan berperilaku.
Tanggung jawab dalam merencanakan tindakan pada HPM yang telah direvisi
menunjukkan pokok yang mendasari proses kognitif:
17

2. Tanggung jawab untuk melakukan tindakan yang spesifik pada waktu dan
tempat yang telah diberikan dengan orang-orang tertentu atau secara
sendirian, dengan mengabaikan pilihan berkompetensi
3. Mengidentifikasi strategi-strategi yang menentukan untuk mendapatkan,
membawa dan memperkuat perilaku
4. Kebutuhan mengidentifikasi strategi-strategi spesifik digunakan pada tempat
yang berbeda didalam rangkaian perilaku, kedepannya merupakan
kemungkinan yang disengaja dan yang lebih lanjut bahwa perencanaan
tindakan (POA) yang dikembangkan oleh perawat dan klien akan sukses di
implementasikan. Tanggung jawab sendiri tanpa strategi-strategi dari teman
sejawat sering mengahasilkan tujuan yang baik, namun gagal membentuk
suatu nilai perilaku kesehatan
5. Kebutuhan Untuk Segera Berkompetisi dan Pilihan-Pilihan
Kebutuhan untuk segera berkompetisi atau pilihan-pilihan merujuk
pada alternatif perilaku yang memaksakan kedalam kebingungan sebagai
bagian dari yang mungkin terjadi sebelumnya dan segera diharapkan menjadi
perilaku promosi kesehatan yang direncanakan. Kebutuhan berkompetisi
dipandang sebagai perilaku alternatif dimana individu relatif memiliki level
kontrol yang rendah karena ketergantungan terhadap lingkungan seperti
bekerja atau tanggung jawab perawatan keluarga. Kegagalan berespon
terhadap suatu kebutuhan dapat memiliki efek yang tidak menguntungkan
untuk diri sendiri atau untuk hal-hal lain yang penting. Pilihan berkompetisi
dipandang sebagai alternatif perilaku dengan kekuatan penuh yang bersifat
lebih yang mana individu relatif menggunakan level kontrol yang tinggi.
Mereka dapat mengeluarkan perilaku promosi kesehatan dan setuju menjadi
perilaku kompetisi (Pender, 2006)
Tingkat dimana individu mampu melawan pilihan kompetensi
tergantung pada kemampuannya menjadi pengatur diri. Contoh dari
“memberi” pilihan kompetisi adalah memilih makanan tinggi lemak dari pada
rendah lemak karena rasa atau selera pilihan, mengemudi dengan
melewati pusat rekreasi, selalu berlatih berhenti di mall (suatu pilihan untuk
18

melihat-lihat atau belanja daripada berolahraga). Kedua kebutuhan kompetisi


dan pilihan dapat menggelincirkan suatu rencana tindakan yang salah satunya
telah dilakukan. Kebutuhan kompetisi dapat berbeda dari rintangan yang
harus dibawa oleh individu dan perilaku yang tidak diantisipasi berdasarkan
pada kebutuhan eksternal atau hasil yang tidak baik/menghitungkan dapat
terjadi. Pilihan kompetisi  dapat berbeda dari rintangan seperti kekurangan
waktu, karena pilihan kompetisi adalah dorongan terakhir yang didasari pada
hirarki pilihan yang menggelincirkan suatu rencana untuk tindakan kesehatan
yang positif (Pender, 2006).
Ada terdapat bermacam kemampuan individu untuk mendukung
perhatian dan menghindari gangguan. Beberapa individu dapat
mempengaruhi perkembangan atau secara biologis menjadi lebih mudah
dipengaruhi selama tindakan daripada yang lain. Hambatan pilihan
kompetensi memerlukan latihan dari pengaturan diri sendiri. Komitmen  yang
kuat dapat mendukung pengabdian untuk melengkapai suatu perilaku
mengingat kebutuhan akan kornpetisi atau pilihan. Didalarn HPM, kebutuhan
kompetisi dengan segera dan pilihan secara langsung mempengaruhi
kemungkinan terjadinya perilaku kesehatan (Pender, 2006).
6. Perilaku promosi kesehatan
Variable pada model ini telah ditujukan secara ekstensif melalui buku
sehingga disini memerlukan sedikit diskusi yang lebih jauh. Perilaku promosi
kesehatan adalah titik akhir atau hasil tindakan pada HPM. Bagaimanapun
harus dicatat bahwa perilaku promosi kesehatan pada akhirnya adalah
langsung bertujuan untuk mencapai kesehatan yang positif bagi klien.
Perilaku promosi kesehatan, khususnya ketika berintegrasi menjadi gaya
hidup sehat yang meliputi semua aspek kehidupan, menghasilkan pengalarnan
kesehatan yang positif disepanjang proses kehidupan (Pender, 2006)
Aplikasi model teori Pender
Nola J. Pender mengembangkan Health Promotion Model untuk
mendemontrasikan hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik dan
interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Model ini menggabungkan dua teori
19

yaitu teori Nilai Pengharapan dan Teori Pembelajaran Sosial dalam


perspekstif keperawatan manusia dilihat dari fungsi holistik. Konsep dalam
teorinya dengan menekankan bahwa sakit membutuhkan biaya yang mahal
dan perilaku promosi kesehatan adalah ekonomis. Pada beberapa bagian
teorinya memiliki kesamaan pola pandang dengan teori lain seperti
memandang bahwa fokus dari perawatan adalah individu, keluarga, kelompok
maupun masyarakat. Teori ini dikemukakan dengan menampilkan contoh-
contoh yang berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil penelitian, sehingga
dapat digeneralisasi dan konsep-konsep yang dikemukakan dalam teori dapat
diaplikasikan.
Teori Health Promotion Model dikembangkan berdasarkan atas riset
kualitatif dan kuantitatif, baik di Amerika maupun negara lain. Bahkan teori
ini saat ini terlibat dalam prakarsa kesehatan global dan telah diuji oleh para
sarjana dari Jepang, China dan Taiwan untuk mempromosikan gaya hidup
secara kultural sesuai dengan negara mereka. Selama perkembangan teori
banyak studi yang behubungan dengan pengaplikasian teori yang dapa
dijadikan sebagai dasar riset. Riset yang berhubungan dengan Health
Promotion Model memberikan kontribusi secara umum bagi pengembangan
body of knowledge dari ilmu keperawatan. Pergeseran paradigma dari kuratif –
rehabilitatif ke arah promotif dan preventif. Pender meyakini bahwa dengan
mutu kepedulian terhadap promosi kesehatan akan memperbaiki sistem
kesehatan secara integral. Peluang untuk melakukan praktek keperawatan
dalam fokus promosi kesehatan akan sangat terbuka. Bagi Pender adalah
sesuatu yang sangat menggairahkan untuk membawa praktek keperawatan
untuk mengubah perilaku kuratif dan rehabilitatif ke arah perilaku promotif
dan rehabilitatif. Pender menekankan practical nurse dapat memainkan suatu
peran yang sangat penting dalam partnership antar ilmuan dan konsumen serta
praktisi untuk mengembangkan strategi kepedulian sesuai dengan spesifikasi
populasi. Health Promotion Model, menjadi sumber informasi penting dan
bermanfaat bagi setiap orang yang ingin mengetahui bahwa promosi kesehatan
seseorang sangat didukung oleh nilai yang diharapkan serta teori kognitif
20

sosial yang menekankan pada self direction, self regulation dan persepsi
terhadap self efficacy. Pengambilan keputusan, tindakan dan efficacy diri akan
menentukan status kesehatan seseorang. Nola J. Pender telah belajar dari
pengalaman pribadi dan hasil penelitiannya untuk memunculkan teori ini.
Teori ini sangat lengkap untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
tindakan promotif dan preventif. Namun, teori ini memiliki kelemahan, teori
ini tidak dapat dilakukan oleh seseorang dengan cacat mental dan cela
bawaan. Seseorang cacat mental kemungkinan tidak mampu memiliki harapan
nilai dan kognitif sosial. Demikian juga dengan seseorang yang sudah
mendapat cacat bawaan sejak lahir seperti malfungsi sel-sel yang berperan
untuk daya tahan tubuh. Teori ini juga sangat sulit diterapkan pada klien
dengan ekonomi lemah dan tingkat pendidikan yang rendah karena seseorang
dengan sosial ekonomi rendah lebih termotivasi atau cenderung untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya dibandingkan dengan motivasi meningkatkan
status kesehatannya. Membutuhkan role model yang sempurna untuk
mempengaruhi masyarakat di sekitarnya. Tenaga kesehatan sendiri apakah
telah mengetahui teori ini dan kalau telah mengetahui apakah telah
mengamalkannya sehingga bisa mempengaruhi klien atau masyarakat. Selain
itu, masyarakat masih lebih mempercayai budayanya sendiri yang menjadi
hambatan dalam mensosialisasikan dan mengamalkan teori ini.
2.2.4 Aplikasi model teori Pender
Nola J. Pender mengembangkan Health Promotion Model untuk
mendemontrasikan hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik dan
interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Model ini menggabungkan dua teori
yaitu teori Nilai Pengharapan dan Teori Pembelajaran Sosial dalam perspekstif
keperawatan manusia dilihat dari fungsi holistik. Konsep dalam teorinya dengan
menekankan bahwa sakit membutuhkan biaya yang mahal dan perilaku promosi
kesehatan adalah ekonomis. Pada beberapa bagian teorinya memiliki kesamaan
pola pandang dengan teori lain seperti memandang bahwa fokus dari perawatan
adalah individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Teori ini
dikemukakan dengan menampilkan contoh-contoh yang berdasarkan
21

pengalaman pribadi dan hasil penelitian, sehingga dapat digeneralisasi dan


konsep-konsep yang dikemukakan dalam teori dapat diaplikasikan.
Teori Health Promotion Model dikembangkan berdasarkan atas riset
kualitatif dan kuantitatif, baik di Amerika maupun negara lain. Bahkan teori ini
saat ini terlibat dalam prakarsa kesehatan global dan telah diuji oleh para sarjana
dari Jepang, China dan Taiwan untuk mempromosikan gaya hidup secara
kultural sesuai dengan negara mereka. Selama perkembangan teori banyak studi
yang behubungan dengan pengaplikasian teori yang dapa dijadikan sebagai dasar
riset. Riset yang berhubungan dengan Health Promotion Model memberikan
kontribusi secara umum bagi pengembangan body of knowledge dari ilmu
keperawatan. Pergeseran paradigma dari kuratif – rehabilitatif ke arah promotif
dan preventif. Pender meyakini bahwa dengan mutu kepedulian terhadap
promosi kesehatan akan memperbaiki sistem kesehatan secara integral. Peluang
untuk melakukan praktek keperawatan dalam fokus promosi kesehatan akan
sangat terbuka. Bagi Pender adalah sesuatu yang sangat menggairahkan untuk
membawa praktek keperawatan untuk mengubah perilaku kuratif dan
rehabilitatif ke arah perilaku promotif dan rehabilitatif. Pender menekankan
practical nurse dapat memainkan suatu peran yang sangat penting dalam
partnership antar ilmuan dan konsumen serta praktisi untuk mengembangkan
strategi kepedulian sesuai dengan spesifikasi populasi.
Health Promotion Model, menjadi sumber informasi penting dan
bermanfaat bagi setiap orang yang ingin mengetahui bahwa promosi kesehatan
seseorang sangat didukung oleh nilai yang diharapkan serta teori kognitif sosial
yang menekankan pada self direction, self regulation dan persepsi terhadap self
efficacy. Pengambilan keputusan, tindakan dan efficacy diri akan menentukan
status kesehatan seseorang. Nola J. Pender telah belajar dari pengalaman pribadi
dan hasil penelitiannya untuk memunculkan teori ini. Teori ini sangat lengkap
untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan tindakan promotif dan
preventif. Namun, teori ini memiliki kelemahan, teori ini tidak dapat dilakukan
oleh seseorang dengan cacat mental dan cela bawaan. Seseorang cacat mental
kemungkinan tidak mampu memiliki harapan nilai dan kognitif sosial. Demikian
22

juga dengan seseorang yang sudah mendapat cacat bawaan sejak lahir seperti
malfungsi sel-sel yang berperan untuk daya tahan tubuh. Teori ini juga sangat
sulit diterapkan pada klien dengan ekonomi lemah dan tingkat pendidikan yang
rendah karena seseorang dengan sosial ekonomi rendah lebih termotivasi atau
cenderung untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dibandingkan dengan motivasi
meningkatkan status kesehatannya. Membutuhkan role model yang sempurna
untuk mempengaruhi masyarakat di sekitarnya. Tenaga kesehatan sendiri apakah
telah mengetahui teori ini dan kalau telah mengetahui apakah telah
mengamalkannya sehingga bisa mempengaruhi klien atau masyarakat. Selain
itu, masyarakat masih lebih mempercayai budayanya sendiri yang menjadi
hambatan dalam mensosialisasikan dan mengamalkan teori ini.
2.2.5 Contoh Aplikasi Health Promotion Model
1. Gambaran Kasus
Ibu hamil Ny. S (24 th), G1 P0 A0, umur kehamilan 37-38 minggu.
Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu
36,5°C. Keadaan umum baik, penampilan rapi, gaya berjalan lordosis,
mudah kelelahan dan kadang-kadang timbul his. Konjungtiva tidak
anemis/ berwarna merah muda, sclera putih, tidak ada gangguan
penglihatan. Nafsu makan baik, 3x sehari diselingi susu dan buah, BB
bertambah 10 kg dari sebelum hamil. BAB 1x sehari, BAK lebih sering
terutama malam hari. Tidur 8 jam/hari, lelap dan bangun tampak segar.
Riwayat menarche usia 12 th, siklus haid 28-30 hari selama 5-6 hari. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan data : TFU 3 jari dibawah prosesus
xipoideus, bayi tunggal, pada fundus teraba bokong, presentasi kepala,
kepala janin sudah masuk pintu atas panggul, punggung janin berada
disebelah kiri ibu, DJJ 140x/menit.
Ny. S tinggal di rumah sendiri bersama dengan suami yaitu Tn. A
(27th). Keluarga Tn. A merupakan pasangan baru menikah dan dalam
tahap mempersiapkan kelahiran anak pertama. Pernikahan mereka
disetujui oleh kedua belah pihak keluarga dan janin yang dikandung
merupakan anak yang sangat diharapkan. Dalam keluarga tidak ada
23

penyakit keturunan. Pembuat keputusan tehadap permasalahan dalam


keluarga diambil oleh Tn A, tetapi terdapat diskusi dalam keluarga
tersebut. Norma budaya menganut budaya jawa tetapi tidak diterapkan
dalam semua sisi kehidupan. Keluarga saling menyayangi dan komunikasi
berjalan dengan baik. Jika ada keluarga yang sakit dibawa berobat ke
Puskesmas. Selama kehamilan Ny. S memeriksakan kehamilan di bidan
praktek. Stressor yang dialami saat ini adalah menghadapi persalinan,
tidak mengetahui tanda-tanda persalinan dan bagaimana melahirkan nanti.
Ny. S sering bertanya tentang kehamilannya kepada ibunya dan ingin
mengetahui kondisi janinnya dan ingin mengetahui cara menghadapi
proses persalinan nanti.
2. Asuhan
a. Pengkajian
Pengkajian karakteristik dan pengalaman individual yang meliputi
pengkajian perilaku sebelumnya dan pengkajian faktor personal.
1) Pengkajian perilaku sebelumnya meliputi pengalaman kehamilan
sebelumnya. Hasil pengkajian ini menunjukkan ibu hamil pertama
dengan usia kehamilan 37-38 minggu, belum ada pengalaman
persalinan sebelumnya. Ibu tidak mengetahui tentang tanda-tanda
persalinan. Ibu melakukan perawatan antenatal dengan
memeriksakan kehamilannya di bidan praktek.
2) Pengkajian faktor personal meliputi faktor biologis (usia, jenis
kelamin, indeks massa tubuh, status pubertas, kapasitas aerobik,
kekuatan, kecerdasan, keseimbangan), faktor psikologis (harga diri,
motivasi diri, kompetensi personal, status kesehatan sebelumnya,
definisi tentang kesehatan) dan faktor sosial budaya (ras, etnik,
penyesuaian diri, status sosial ekonomi). Hasil pengkajian ini
menunjukkan bahwa usia ibu 24 tahun, Tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 36,5°C.
Keadaan umum baik, penampilan rapi, gaya berjalan lordosis,
mudah kelelahan dan kadang-kadang timbul his (braxton hicks).
24

Konjungtiva tidak anemis/berwarna merah muda, sclera berwarna


putih, tidak ada gangguan penglihatan. Nafsu makan baik, 3x sehari
diselingi susu dan buah, BB bertambah 10 kg dari sebelum hamil.
BAB 1x sehari, BAK lebih sering terutama malam hari, ibu sulit
untuk memulai tidur. Riwayat menarche usia 12 th, siklus haid 28-
30 hari selama 5-6 hari. Norma budaya menganut budaya jawa
tetapi tidak diterapkan dalam semua sisi kehidupan. Keluarga
saling menyayangi dan komunikasi berjalan dengan baik. Suami
Ny. A bekerja sebagai pegawai swasta di suatu perusahaan dengan
penghasilan rata-rata 2 juta perbulan. Keluarga dapat menyisihkan
penghasilan untuk persiapan persalinan.
3) Pengkajian perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap individu yang
meliputi persepsi tentang manfaat tindakan, persepsi tentang
hambatan tindakan, persepsi tentang kemampuan diri, aktivitas
yang berhubungan dengan sikap, pengaruh interpersonal dan
pengaruh situasional. Pengaruh interpersonal meliputi norma,
dukungan sosial dan role model. Pengaruh interpersonal terutama
berasal dari keluarga,kelompokdan tenaga kesehatan
4) Pengkajian mengenai hasil perilaku yang meliputi komitmen
terhadap rencana tindakan, tuntutan yang mendesak dan adanya
pilihan-pilihan yang lebih baik serta perilaku promosi kesehatan.
3. Diagnosa
a. Masalah karakteristik dan pengalaman individual
1) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan mengenai tanda-tanda persalinan
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan pada
akhir kehamilan
3) Intolerans aktivitas berhubungan dengan meningkatnya berat badan
dan perubahan pusat gravitas
4) Nyeri berhubungan dengan kontraksi braxton hicks
b. Masalah perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap individu
25

1) Penerimaan progresif terhadap


kehadiran janin
2) Memulai fantasi tentang personalityjaninMengembangkan
hubungan kerja yang langsung kepada dukungan saling
menguntungkan selama kehamilan dan parenting
3) Mengenali saling ketergantungan antar anggota keluarga
c. Masalah hasil perilaku
1) Memulai persiapan lingkungan
bagi bayi baru lahir
2) ·Persiapan progresif terhadap
persalinan
3) ·Membuat rencana persalinan untuk mengkomunikasikan
keinginan personal terhadap pengalaman melahirkan
4. Intervensi
a. Karakteristik dan pengalaman individual
Koping individu tidak efektif dapat diatasi dengan mendiskusikan
tanda-tanda persalinan pasti/palsu (true labor dan false labor) yang
meliputi frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi, pecahnya ketuban
dan bloody show. Gangguan pola tidur dapat diatasi dengan
meyakinkan pada ibu bahwa gangguan tidur normal terjadi pada akhir
kehamilan, mendiskusikan dan mendemontrasikan teknik relaksasi,
effleurage, penggunaan bantal sebagai penyokong, mengajarkan
mengenai posisi yang nyaman saat tidur, menganjurkan untuk mandi air
hangat dan minum susu sebelum tidur serta mengeksplorasi suasana
yang nyaman untuk memulai tidur (seperti kasur yang empuk, lampu
dimatikan dan suasana hening). Intolerans aktivitas dapat diatasi dengan
mengajarkan postur tubuh yang baik, tidur dengan menggunakan
banyak bantal, mengajarkan teknik bernapas, menganjurkan ibu untuk
sering istirahat ketika melakukan aktivitas serta penggunaan alat bantu
ketika beraktivitas.
26

Nyeri yang berhubungan dengan kontraksi braxton hicks dapat


diatasi dengan mengkaji frekuensi, kekuatan dan keteraturan kontraksi
untuk mengetahui apakah merupakan tanda persalinan pasti/palsu,
meyakinkan ibu bahwa braxton hikcs merupakan kondisi yang normal
saat kehamilan, menganjurkan ibu untuk berjalan/beraktivitas ketika
braxton hicks, mengajarkan teknik pernapasan dan relaksasi serta
menganjurkan ibu untuk miring ke kiri pada saat istirahat/tidur.
b. Perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap individu
1) Penerimaan progresif terhadap kehadiran janin dapat ditingkatkan
dengan menunjukkan bagian-bagian janin saat pemeriksaan
abdomen, mengusahakan agar ibu dapat mendengar denyut jantung
janin, reinforce hasil observasi ibu terhadap janin serta memberikan
informasi mengenai karakteristik janin sesuai dengan umur
kehamilan.
2) Memulai fantasi tentang personality janin dapat diintervensi dengan
mengeksplorasi fantasi ibu dan meyakinkan bahwa berfantasi
mengenai janin merupakan sesuatu yang normal.
3) Mengembangkan hubungan kerja yang langsung kepada dukungan
saling menguntungkan selama kehamilan dan parenting dapat
ditingkatkan dengan menganjurkan ibu untuk membagi perasaannya
dengan suami, memberikan informasi mengenai kelas prenatal,
memberikan reinforcement saat ibu sudah melakukan teknik
pernapasan dan relaksasi yang benar serta memberikan informasi
mengenai parenting.
4) Mengenali saling ketergantungan antar anggota keluarga dapat
ditingkatkan dengan memberikan reinforcemet saat anggota
keluarga saling berbagi perasaan dan mengembangkan cara supaya
pasangan terlibat dalam kehamilan, persalinan dan bayi.
c. Hasil perilaku
1) Memulai persiapan lingkungan bagi bayi baru lahir dapat
ditingkatkan melalui pemberian informasi tentang jenis-jenis
27

perlengkapan yang penting bagi bayi, bagaimana cara merawat bayi


dan memberikan reinforcement terhadap persiapan yang telah
dilakukan.
2) Persiapan progresif terhadap persalinan dapat ditingkatkan melalui
pemberian informasi mengenai metode persalinan, mengajarkan
teknik pernapasan dan relaksasi serta meminta ibu untuk
mendemontrasikan dan mengoreksi teknik yang kurang benar.
3) Membuat rencana persalinan untuk mengkomunikasikan keinginan
personal terhadap pengalaman melahirkan dapat ditingkatkan
dengan mengekplorasi alternatif yang realistis terhadap pengalaman
persalinan, memberikan reinforcmentterhadap pembuatan keputusan
dan mengkomunikasikan keinginan ibu kepada petugas kesehatan
dimana ibu akan melahirkan.
28

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut Green (Notoatmodjo, 2007), promosi kesehatan adalah segala
bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan
ekonomi, politik, dan organisasi, yang direncanakan untuk memudahkan
perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Ada beberapa macam
Teori pemahaman Health Promotion Model & proteksi kesehatan diantaranya
: Theory Of Reasoned Action & Theory Of Planned Behavior, Social
Cognitive Theory (Self-Efficacy), The Theory Of Interpersonal Behavior,
Cognitive Evaluation Theory, The Interaction Model Of Chen Health
Behavior. Adapun komponen elemen dari teori ini menurut (Pender, 2006)
adalah sebagai berikut : Teori Nilai Harapan (Etpectancy-Value Theory),
Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory), Persepsi terhadap kemajuan
diri (self efficacy).
Menurut (Pender, 2006) ada beberapa asumsi di antaranya :Manusia
mencoba menciptakan kondisi agar tetap hidup di mana mereka dapat
mengekspresikan keunikannya, Manusia mempunyai kapasitas untuk
merefleksikan kesadaran dirinya, termasuk penilaian terhadap
kemampuannya, Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang
positif dan mencoba mencapai keseimbangan antara perubahan dan stabilitas,
Setiap individu secara aktif berusaha mengatur perilakunya, Individu
merupakan makhluk bio-psiko-sosial yang kompleks, berinteraksi dengan
lingkungannya secara terus menerus, menjelmakan lingkungan yang diubah
secara terus menerus, Profesional kesehatan merupakan bagian dari
lingkungan interpersonal yang berpengaruh terhadap manusia sepanjang
hidupnya, Pembentukan kembali konsep diri manusia dengan lingkungan

28
29

adalah penting untuk perubahan perilaku. Model Promosi Kesehatan Nolla J.


Pender adalah suatu cara untuk menggambarkan interaksi manusia dengan
lingkungan fisik dan interpesonalnya dalam berbagai dimensi.Model ini
mengintegrasikan teori nilai harapan (Expectancy-value) dan teori kognitif
sosial (Social Cognitive Theory) dalam perspektif keperawatan manusia
dilihat sebagai fungsi yang holistik.
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat mengenai Health Promotion Model.
Demi kesempurnaan makalah ini kami harapkan kritikan serta saran yang
membangun. Saran dari penulis kami harapkan agar pembaca dapat
memaknai makalah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
30

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku . Jakarta: Rineke


Cipta .
Kemenkes, R. (2011). Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Pender, N. J. (2006). Health Promotion in Nursing Practice. Michigan: Prentice
Hall.

30

Anda mungkin juga menyukai