PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran nursing theory dari model promosi kesehatan
dari Nola J. Pender dalam lingkup layanan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui latar belakang teori, konsep, asumsi serta penerimaan teori
Nola J. Pender
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut teori ini, perilaku sehat klien maupun individu secara pribadi bersifat,
rasional atau ekonomi. Secara rasional individu akan bertindak sebagaimana mestinya
dalam mencapai sebuah apa yang mereka inginkan, dan juga mereka cenderung akan
mempertahankannya ketika keinginan tersebut telah dicapai, yaitu dengan cara :
a. Meningkatkan hasil yang ingin dicapai yang disebut sebagai nilai personal
yang positif.
b. Peningkatan berdasarkan informasi yang tersedia untuk mencapai hasil yang
dinginkan, individu tidak akan melakukan sesuatu tindakan yang tidak
berguna dan tidak bernilai bagi dirinya. Individu tidak akan melakukan
kegiatan walaupun kegiatan tersebut menarik bagi dirinya jika dirasakan tidak
mungkin kegiatan tersebut dicapainya.
Perceived Benefits
Of Action
Immediate
Perceived Barrier To competing Demand
Action (low control) And
Prefference (high
Perceived Self control)
Efficacy
(Prior Related
Activity Related
Behavior)
Affect
Commitment Health
To aPlan Of Promotion
Faktor personal Action Behavior
Interpersonal
(personal Factors)
influence : (family,
1. Personal peers, providers),
biological norms, support,
factors model
2. Personal
psychological
factor
3. Personal
Situasional
sociocultural
factor Influence
H. Penjelasan Model HPM Pender
Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA) merupakan awal dari suatu
peristiwa perilaku. Tanggung jawab ini akan mendorong individu ke arah yang
diharapkan.
1) Tanggung Jawab Untuk Merencanakan Tindakan (POA)
Manusia umumnya meningkatkan perilaku berorganisasi dari pada tidak.
Kesengajaan adalah factor utama yang menetukan kemauan berperilaku.
Tanggung jawab dalam merencanakan tindakan pada HPM yang telah direvisi
menunjukkan pokok yang mendasari proses kognitif.
2) Tanggung jawab untuk melakukan tindakan yang spesifik pada waktu dan
tempat yang telah diberikan dengan orang-orang tertentu atau secara
sendirian, dengan mengabaikan pilihan berkompetensi.
3) Mengidentifikasi strategi-strategi yang menetukan untuk mendapatkan,
membawa dan memperkuat perilaku.
4) Kebutuhan mengidentifikasi strategi-strategi spesifik digunakan pada tempat
yang berbeda didalam rangkaian perilaku, kedepannya merupakan
kemungkinan yang disengaja dan yang lebih lanjut bahwa perencanaan
tindakan (POA) yang dikembangkan oleh perawat dank lien akan sukses di
implementasikan. Tanggung jawab sendiri tanpa strategi-strategi dari teman
sejawat sering menghasilkan tujuan yang baik namun gagal membentuk suatu
nilai perilaku kesehatan.
5) Kebutuhan Untuk Segera Berkompetisi dan Pilihan-pilihan
Hal ini merujuk pada alternative perilaku yang memaksakan ke dalam
kebingungan sebagai bagian dari yang mungkin terjadi sebelumnya dan segera
diharapkan menjadi perilaku prmosi kesehatan yang direncanakan. Kebutuhan
berkompetisi dipandang sebagai perilaku alternative dimana dimana individu
relative memiliki level control yang rendh karena ketrgantungan terhadap
lingkungan seperti bekerja atau tanggung jawab perawatan keluarga.
Kegagalan berespon terhadap suatu kebutuhan dapat memiliki efek yang tidak
menguntungkan untuk diri sendiri atau untuk hal-hal lain yang penting.
Pilihan berkompetisi dipandang sebagai alternative perilaku dengan kekuatan
penuh yang bersifat lebih yang mana individu relative menggunakan level
control yang tinggi. Mereka dapat mengeluarkan perilaku promosi kesehatan
dan setuju menjadi perilaku kompetisi. Tingkat dimana individu mampu
melawan pilihan kompetisi. Tingkat dimana individu mampu melawan pilihan
kompetensi tergantung pada kemampuannya menjadi pengatur diri. Contoh
dari “memberi” pilih kompetisi adalah memilih makanan tinggi lemak dari
pada rendah lemak karena rasa atau selera pilihan, mengemudi dengan
melewati pusat rekreasi, selalu berlatih berhenti di mall (suatu pilihan untuk
melihat-lihat atau belanja daripad berolahraga). Kedua kompetisi dan pilihan
dapat menggelincirkan suatu rencana tindakan yang salah satunya telah
dilakukan. Kebutuhan kompetisi dapat berbeda dari rintangan yang harus
dibawa oleh individu dan perilaku yang tidak diantisipasi berdasarkan pada
kebutuhan eksternal atau hasil yag tidak baik dapat terjadi. Pilihan kompetisi
dapat berbeda dari rintangan seperti kekurangan waktu, karena pilihan
kompetisis adalah dorongan terakhir yang didasari pada hirarki pilihan yang
menggelincirkan suatu rencana untuk tindakan kesehatan yang positif. Ada
terdapat bermacam kemampuan individu untuk mendukung perhatian dan
menghindari ganguan. Beberapa individu dapat mempengaruhi perkembngan
atau secara bilogis menjadi lebih mudah dipengaruhi selama tindakan
daripada yang lain. hambatan pilihan kompetensi memerlukan latihan dari
pengaturan diri sendiri. Didalam HPM, kebutuhan kompetisi denga segera dan
pilihan secara langsung mempengaruhi kemungkinan terjadinya perilaku
kesehatan sebagaimana pengertian tanggung jawab modera.
6) Perilaku Promosi Kesehatan
Variable pada model ini telah ditujukan secara ektensif melalui buku sehingga
disini memerlukan sedikit diskusi yang lebih jauh. Perilaku promosi kesehatan
adalah titik akhir atau hasil tindakan pada HPM. Bagaimanapun harus dicatat
bahwa perilaku promosi kesehatan pada akhirnya adalah langsung bertujuan
untuk mencapai kesehatan yang positif bagi klien. Perilaku promosi kesehatan
khususnya ketika berintegrasi menjadi gaya hidup sehat yang meliputi semua
aspek kehidupan, menghasilakan pengalaman kesehatan yang positif
disepanjang proses kehidupan
HASIL DAN BAHASAN
c. Data Utilitas
Sistem jaringan pembuangan limbah/utilitas di daerah Banjar Ubung Sari,
Kelurahan Ubung terutama selokan yang ada sebagian besar tidak berfungsi dengan
baik, hal ini disebabkan oleh selokan yang tersumbat oleh sampah-sampah dan
limbah-limbah yang dihasilkan dari rumah tangga dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran dan penyebaran penyakit baik itu
penyakit yang menular maupun yang tidak. Sistem jaringan pembuangan limbah/
utilitas yang sebagian besar tidak berfungsi dengan baik, disebabkan oleh konstruksi
dari sistem jaringan pembuangan limbah yang hanya terbuat dari tanah saja.
Untuk sistem pembuangan limbah kamar mandi penduduk setempat sudah banyak
yang menggunakan tangki septik sebagai tempat pembuangan limbah kamar mandi.
Dari Gambar 4.1 dibawah ini dapat dilihat system jaringan pembuangan
limbah/utilitas dan tempat pengambilan sample air sumur, dimana gambar ini
diperoleh dengan cara melakukan observasi ke lapangan.
Data kuisioner diambil sebesar 10 % dari 468 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah
penduduk sebanyak 1.777 jiwa, sehingga jumlah responden yaitu sebanyak 47 KK,
seperti termuat dalam table
4.3 berikut.
Tabel 3. Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga (KK)
1. Kepadatan rumah/bangunan
Kepadatan rumah/bangunan di daerah Banjar Ubung Sari sangat padat, hal ini
dapat di lihat dari tanggapan penduduk yang sebesar (74,47%) menganggap bahwa
luas lahan yang dikuasai hampir sama dengan luas bangunan yang ditempati, selain
itu sebesar (70,21%). Penduduk menganggap bahwa jarak antar rumah sebagian besar
hanya dibatasi oleh dinding dan sisanya ada juga yang dibatasi oleh gang, sehingga
sinar matahari yang masuk ke dalam rumah penduduk hanya sebagian saja. Jalan
disekitar rumah penduduk sebesar (80,85%) hanya dapat dilewati oleh sepeda motor
saja dan sisanya dapat dilalui mobil dan sepeda motor, walaupun begitu penduduk
Banjar Ubung Sari masih menganggap bahwa tempat yang dihuni masih nyaman
untuk ditempati.
Gambar 2. Kondisi Gang Banjar Ubung Sari
Dalam penelitian ini, sampel yang diambil yaitu sebanyak lima (5) dari lokasi
yang sama dengan jarak 50 – 200 m. Sampel ini diambil pada saat musim
kemarau dengan kedalaman sumur yang berbeda. Setelah diambil sampel tersebut
langsung dibawa ke Laboratorium Analitik Universitas Udayana untuk diteliti
apakah air sumur di daerah Banjar Ubung Sari tersebut mengalami pencemaran
atau tidak.
Tinja dan limbah cair merupakan bahan buangan yang timbul karena
adanya kehidupan manusia sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial. Tinja
juga merupakan bahan buangan yang sangat dihindari oleh manusia karena dapat
mengakibatkan bau yang sangat menyengat dan sangat menarik perhatian serangga,
khususnya lalat, dan berbagai hewan lain seperti anjing, ayam, dan tikus. Apabila
pembungan tinja dan limbah cair tidak ditangani sebagaimana mestinya maka dapat
mengakibatkan terjadinya pencemaran permukaan tanah serta air tanah, yang
berpotensi menjadi penyebab timbulnya penularan berbagai macam penyakit saluran
pencemaan. Untuk menghindari berbagai macam dampak negatif pada kehidupan
manusia dan lingkungan, penanganan tinja dan limbah cair ini dilakukan dengan
teknik dan prosedur yang sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu sanitasi dan kesehatan
lingkungan. Penanganannya yaitu dengan membuat konsep pengelolaan saluran
pembungan tinja dan limbah cair dengan mendesain tangki septik di gang/jalan di
sekitar daerah tersebut. Perencanaan ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
masalah lingkungan hidup dan masalah kesehatan masyarakat sekitar.
Jumlah penghuni tiap rumah kurang dari lima orang. Jika tangki septik yang
direncanakan digunakan untuk menampung sebanyak empat rumah dengan penghuni
sebanyak 18 orang. Kuantitas tinja dan air seni yaitu sebanyak 1,57 ltr/orang/hari,
sedangkan air yang digunakan dalam menyiram kloset yaitu sebanyak 12 ltr/org/hari,
maka limbah yang dihasilkan yaitu:
QTinja dan air seni =18 orang × 1,57 ltr/orang/hari = 28,26 ltr/hari
=0,02826 m3/hari
QAir = 18 orang × 12 ltr/org/hari
= 216 ltr/hari
= 0,216 m3/hari
Vol. Tangki Septik =La × Tinggi
=(P × L) T
=(7,4 × 1,0) 4
=29,6 m3
Umur Rencana Tangki Septik (UR)
29,6 m3
=
0,02826 m3 hari
=1047 hari
=2,9 tahun
HASIL
Hasil penelitian ini didukung oleh studi di Amazon yang menunjukkan bahwa
BBLR merupakan faktor determinan terjadinya stunting pada anak di bawah 5 tahun,
kemudian disusul dengan riwayat infeksi kronis seperti diare (15). Selain itu,
penelitian di Iran juga menjelaskan bahwa kasus BBLR dapat meningkatkan kejadian
stunting pada balita (7). Bayi dengan BBLR akan mengalami gangguan pertumbuhan
sejak awal kehidupannya. Stunting pada anak-anak, khususnya dalam 2 tahun
pertama kehidupan memiliki efek jangka panjang pada tinggi badan saat dewasa,
pencapaian sekolah, pendapatan, hingga kecenderungan penyakit kronis saat dewasa
(16). Studi di Afrika juga menunjukkan bahwa balita yang mengalami stunting, akan
berisiko mengalami gangguan ekonomi, gangguan reproduksi, dan penurunan
kognitif pada masa dewasa (17). Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa
balita dengan riwayat ASI eksklusif dapat menurunkan risiko menjadi stunting
sampai 9,3 kali lebih kecil dibandingkan pada balita tanpa riwayat ASI eksklusif.
Hasil dari studi ini membuktikan bahwa riwayat BBLR dan tidak memberikan
ASI eksklusif merupakan faktor risiko stunting di Kabupaten Pesawaran. Menurut
temuan peneliti, mengurangi kasus stunting membutuhkan upaya yang berkelanjutan,
dimulai dari mendiagnosis dan mengobati ibu dan anak sejak masa prakonsepsi dan
peningkatan praktik pemberian ASI eksklusif di antara ibu dan keluarga. Hasil
penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi pemegang kebijakan untuk
meningkatkan intervensi dalam promosi ASI eksklusif dan meningkatkan cakupan
ASI eksklusif di Kabupaten Pesawaran. Selain itu, perlu peningkatan promosi
kehamilan sehat sejak masa prakonsepsi untuk mencegah kasus BBLR yang dapat
berisiko terhadap morbiditas dan mortalitas anak serta dampak jangka panjang
stunting yang merugikan hingga masa dewasa. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk
program intervensi penatalaksanaan kasus stunting berdasarkan hasil temuan ini
dengan meningkatkan promosi ASI dan pencegahan BBLR.
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Dari hasil observasi dan kuisioner didapatkan bahwa keadaan daerah Banjar Ubung
Sari sangat padat, hal ini dapat dilihat dari luas lahan yang dikuasai hampir sama
dengan luas bangunan yang ditempati yaitu 74,47 %. Sedangkan untuk tempat yang
dihuni sebagian besar (55,32 %) adalah bangunan semi permanen, ini disebabkan
tanah yang ditempati merupakan tanah kontrakan dan penduduknya sebagian besar
penduduk pendatang yang bekerja sebagai pekerja musiman dengan penghasilan yang
tidak menentu. Untuk saluran air/ drainasenya tidak berfungsi dengan baik, karena
saluran tersebut tersumbat oleh sampah dan limbah yang dibuang oleh penduduk di
sekitar. Ada juga penduduk yang membuang air limbah dapur langsung ke tanah,
sehingga hal ini dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran terhadap lingkungan.
Dan dari hasil penelitian didapatkan bahwa air sumur yang berasal dari air sumur bor
tidak mengalami pencemaran oleh bakteri, sehingga air sumur bor dapat dikonsumsi
menjadi air minum. Untuk air yang berasal dari sumur gali sebagian besar tercemar
oleh bakteri E.Coli dan bakteri Coliforms, sehingga air sumur yang berasal dari
sumur gali sebagian tidak boleh dikonsumsi menjadi air minum. Tetapi sebagian
besar (82,98 %) penduduk Banjar Ubung Sari memakai air dari PDAM untuk
kebutuhan sehari-harinya. Karena keadaan saluran yang tidak berfungsi dengan baik,
maka direncanakan saluran yang berbentuk saluran terbuka dengan bentuk segi empat
pada bagian atas dan setengah lingkaran pada bagian bawahnya, mengingat bentuk ini
mampu mengalirkan debit yang besar maupun kecil dan saluran dengan bentuk
kombinasi segi empat dan setengah lingkaran ini dapat mencegah terjadinya
sedimentasi/ pengendapan pada bagian bawah saluran. Permasalahan pembuangan
tinja dan air seni di daerah tersebut diatasi dengan direncanakan sebuah tangki septik
yang terletak di gang/jalan, perencanaan ini dilaksanakan karena lahan yang dikuasai
oleh penduduk sekitar tidak cukup untuk merencanakan tangki septik di halaman
rumah. Selain itu, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya masalah
lingkungan hidup, masalah kesehatan penduduk sekitar, dan untuk meringankan
beban/biaya pengurasaan tangki septik bagi penduduk sekitar.
2. Saran
Perlunya pembuatan atau perencanaan tata saluran yang sesuai dengan hasil analisis
yang telah dilakukan. Pemeliharaan terhadap saluran pembuangan lebih ditingkatkan
guna menghindari terjadinya endapan, penyumbatan, penyebaran penyakit, dan
pencemaran ekosistem.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1988. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 16 Tahun
1988, Tentang Pengawasan dan Penaggulangan Pencemaran Lingkungan Oleh
Limbah, Denpasar, Bali.
Anonim, Buku Pedoman Tentang Penyediaan Air Bersih.
Anonim, 2000. Keputusan Gubernur Bali Nomor 515 Tahun 2000, tentang Standar
Baku Mutu Lingkungan, Denpasar, Bali.
Soeparman H.M. dan Suparmin, 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, EGC,
Jakarta.
Sutrisno, T., 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Sudiarsa, I W., 2004. Air Untuk Masa Depan, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Yudohusodo, S., 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat, INKOPPOL Unit Percetakan
Bharakerta, Jakarta.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Keperawatan memiliki peran untuk membantu klien termasuk memberi
pendidikan kesehatan, sehingga mereka memiliki perilaku baru yang dapat
memberikan dampak positif untuk kelangsungan hidupnya. Model promosi kesehatan
oleh Nola J. Pender dengan menggabungkan dua teori yaitu teori Nilai Pengharapan
(Expectancy Value) dan teori Pembelajaran Sosial ( Social kognitive theory) yang
memandang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit sebagai suatu yang logis
dan ekonomis.
Model promosi kesehatan memandang klien sebagai manusia yang memiliki fungsi
yang holistic yang selalu berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena itu lingkungan
dapat mempengaruhi perilaku yang ditampilkan oleh klien. Pengembangan perilaku
baru yang diinginkan dapat dipelajari dari pengalaman orang lain.
Model promosi kesehatan memiliki asumsi bahwa manusia selalu mencoba
menciptakan kondisi agar tetap hidup sehingga mereka dapat mengekpresikan
keunikannya. Perilaku untuk meningkatkan kesehatan dilihat dengan memperhatikan
perilaku sebelumnya, karena perilaku tersebut memberikan efek secara langsung
maupun tidak langsung terhadap perilaku promosi kesehatan yang akan dipilih.
3.2.Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan bagi siapapun yang memerlukan informasi
terkait isi makalah ini. Dengan tersusunnya makalah tentang “Health Promotion
Model” atau model promosi kesehatan olej Nola J. Pender ini, maka kami berharap
makalah ini mendapatkan kritik membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA