Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA

1.1 Definisi Kesehatan


Secara umum, pengertian kesehatan yaitu suatu kondisi atau keadaan secara umum
seseorang dari segi semua aspek. Dalam pengertian kesehatan ini dimaksudkan yaitu tingkat
keefisienan dari fungsional dengan atau tanpa metabolisme dari suatu organisme dan juga
termasuk manusia.
Pengertian kesehatan juga diungkapkan ketika WHO atau yang kita kenal sebagai
Organisasi Kesehatan Dunia di dirikan yaitu pada tahun 1948. Yang mana pengertian kesehatan
merupakan sesuatu yang tidak hanya dimaksudkan sebagai suatu kelemahan atau ketiadaan suatu
penyakit melainkan juga merupakan keadaan mental dan fisik serta juga kesejahteraan sosial.
Pengertian kesehatan kemudian diungkapkan lagi oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau
WHO pada Piagam Ottawa yang didedikasikan untuk promosi kesehatan pada tahun 1986. Pada
saat itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tersebut menyatakan bahwa kesehatan bukan
tujuan dari hidup melainkan sumber daya untuk hidup sehari-hari. Selain itu, kesehatan
dikatakan juga sebagai suatu konsep yang positif dan terfokus pada kemampuan fisik dan juga
sumberdaya sosial.
Kemudian pengertian kesehatan juga merupakan suatu keadaan atau kondisi dari jiwa dan
raga serta juga sosial yang dapat menjadikan seseorang dengan kehidupannya yang produktif
baik dari segi ekonomi maupun dari segi kehidupan sosialnya.

2.2 Kondisi Kesehatan di Indonesia


Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam
beberapa dekade terakhir. Sebagai contoh, angka kematian bayi turun dari 118 kematian per
seribu kelahiran di tahun 1970 menjadi 35 di tahun 2003, dan angka harapan hidup meningkat
dari 48 tahun menjadi 66 tahun pada periode yang sama. Perkembangan ini meperlihatkan
dampak dari ekspansi penyediaan fasilitas kesehatan publik di tahun 1970 dan 1980, serta
dampak dari program keluarga berencana. Meski demikian masih terdapat tantangan baru
sebagai akibat perubahan sosial dan ekonomi:
1. Pola penyakit yang semakin kompleks
Indonesia saat ini berada pada pertengahan transisi epidemiologi dimana penyakit tidak
menular meningkat drastis sementara penyakit menular masih menjadi penyebab penyakit yang
utama. Kemudian saat ini penyakit kardiovaskuler (jantung) menjadi penyebab dari 30 persen
kematian di Jawa dan Bali. Indonesia juga berada diantara sepuluh negara di dunia dengan
penderita diabetes terbesar.
Di saat bersamaan penyakit menular dan bersifat parasit menjadi penyebab dari sekitar 22
persen kematian. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia juga lebih tinggi dibandingkan
dengan kebanyakan negara tetangga. Satu dari dua puluh anak meninggal sebelum mencapai usia
lima tahun dan seorang ibu meninggal akibat proses melahirkan dari setiap 325 kelahiran hidup.
Perubahan yang diiringi semakin kompleksnya pola penyakit merupakan tantangan terbesar bagi
sistem kesehatan di Indonesia.

2. Tingginya ketimpangan regional dan sosial ekonomi dalam sistem kesehatan


Dibanyak propinsi, angka kematian bayi dan anak terlihat lebih buruk dibandingkan
dengan situasi di beberapa negara Asiatermiskin. Kelompok miskin mendapatkan akses
kesehatan yang palingburuk dan umumnya mereka sedikit mendapatkan imunisasi ataupun
mendapatkan bantuan tenaga medis yang terlatih dalam prosesmelahirkan.Kematian anak
sebelum mencapai usia lima tahun dari keluarga termiskin mencapai sekitar empat kali lebih
tinggi dibandingkan anak dari keluarga terkaya. Tingginya tingkat terkena penyakit, baik yang
disebabkan dari penyakit menular maupun penyakit tidak menular, telah mengurangi
kemampuan orang miskin untuk menghasilkan pendapatan, dan hal ini berdampak pada
lingkaran setan kemiskinan.

3. Menurunnya kondisi dan penggunaan fasilitas kesehatan publik serta kecenderungan


penyedia utama fasilitas kesehatan beralih ke pihak swasta
Angka penduduk yang diimunisasi mengalami penurunan semenjak pertengahan 1990,
dimana hanya setengah dari anak-anak di Indonesia yang diimunisasi. Indonesia bahkan telah
tertinggal dibandingkan dengan negara-negara seperti Filiphina dan Bangladesh.Program kontrol
penyakit tuberkulosis (TB) diindikasikan hanya mengurangi kurang dari sepertiga penduduk
yang diperkirakan merupakan penderita baru tuberkulosis.
Secara keseluruhan, pengunaan fasilitas kesehatan umum terus menurun dan semakin
banyak orang Indonesia memilih fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pihak swasta ketika
mereka sakit. Di sebagian besar wilayah Indonesia, sektor swasta mendominasi penyediaan
fasilitas kesehatan dan saat ini terhitung lebih dari dua pertiga fasilitas ambulans yang ada
disediakan oleh pihak swasta. Juga lebih dari setengah rumah sakit yang tersedia merupakan
rumah sakit swasta, dan sekitar 30-50 persen segala bentuk pelayanan kesehatan diberikan oleh
pihak swasta (satu dekade yang lalu hanya sekitar 10 persen). Dalam masalah kesehatan kaum
miskin cenderung lebih banyak menggunakan staf kesehatan non-medis, sehingga angka
pemanfaatan rumah sakit oleh kaum miskin masih amat rendah.

4. Pembiayaan kesehatan yang rendah dan timpang


Pembiayaan kesehatan saat ini lebih banyak dikeluarkan dari uang pribadi, dimana
pengeluaran kesehatan yang harus dikeluarkan oleh seseorang mencapai sekitar 75-80 persen
dari total biaya kesehatan dan kebanyakan pembiayaan kesehatan ini berasal dari uang pribadi
yang dikeluarkan ketika mereka memanfaatkan pelayanan kesehatan. Secara keseluruhan, total
pengeluaran untuk kesehatan di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan sejumlah negara
tetangga (US $ 16 per orang per tahun pada 2001).
Hal ini disebabkan oleh rendahnya pengeluaran pemerintah maupun pribadi untuk
kesehatan. Lebih lanjut, cakupan asuransi amat terbatas, hanya mencakup pekerja di sektor
formal dan keluarga mereka saja, atau hanya sekitar sepertiga penduduk dilindungi oleh asuransi
kesehatan formal. Meski demikian mereka yang telah diasuransikan pun masih harus
mengeluarkan sejumlah dana pribadi yang cukup tinggi untuk sebagian besar pelayanan
kesehatan.
Akibatnya kaum miskin masih kurang memanfaatkan pelayanaan kesehatan yang
dibiayai oleh pemerintah. Dampaknya, mereka menerima lebih sedikit subsidi dana pemerintah
untuk kesehatan dibandingkan dengan penduduk yang kaya. Sebanyak 20 persen penduduk
termiskin dari total penduduk menerima kurang dari 10 persen total subsidi kesehatan
pemerintah sementara seperlima penduduk terkaya menikmati lebih dari 40 persen.
5. Desentralisasi menciptakan tantangan dan memberikan kesempatan baru
Saat ini, pemerintah daerah merupakan pihak utama dalam penyediaan fasilitas
kesehatan. Jumlah pengeluaran daerah untuk kesehatan terhadap total pengeluaran kesehatan
meningkat dari 10 persen sebelum desentralisasi menjadi 50 persen pada tahun 2001. Hal ini
dapat membuat pola pengeluaran kesehatan menjadi lebih responsif terhadap kondisi lokal dan
keragaman pola penyakit. Akan tetapi hal ini akan berdampak juga pada hilangnya skala
ekonomis, meningkatnya ketimpangan pembiayaan kesehatan secara regional dan berkurangnya
informasi kesehatan yang penting.

6. Angka penularan HIV/AIDS meningkat namun wabah tersebut sebagian besar masih
terlokalisir.
Diperkirakan sekitar 120.000 penduduk Indonesia terinfeksi oleh HIV/AIDS, dengan
konsentrasi terbesar berada di propinsi dengan penduduk yang sedikit (termasuk Papua) dan di
kota kecil maupun kota besar yang terdapat aktifitas industri, pertambangan, kehutanan dan
perikanan. Virus tersebut menyebar lebih lambat dibandingkan dengan yang diperkirakan
sebelumnya. Akan tetapi penularan virus tersebut meningkat pada kelompok yang berisiko
tinggi, yaitu penduduk yang tidak menerapkan perilaku pencegahan terhadap virus tersebut,
seperti menggunakan kondom pada aktivitas seks komersial atau menggunakan jarum suntik
yang bersih dalam kasus pecandu obat-obatan.

2.3 Faktor yang mempengaruhi kesehatan


1. Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan penting untuk
mewujudkan Indonesia Sehat .Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat harus dapat
dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga kesehatannya.Diperlukan suatu program
untuk menggerakan masyarakat menuju satu misi Indonesia Sehat 2010. Sebagai tenaga motorik
tersebut adalah orang yang memiliki kompetensi dalam menggerakan masyarakat dan paham
akan nilai kesehatan masyarakat. Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan
menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Beberapa kegiatan yang mungkin kita lakukan seperti: berolah raga, tidur, merokok,
minum, dll. Apabila kita mengembangkan kebiasaan yang bagus dari sejak awal, hal tersebut
berpengaruh positif terhadap kesehatan tubuh.Sekali-kali atau dalam batas-batas tertentu untuk
waktu yang lebih lama, kita bebas melakukan kebiasaan-kebiasaan harian.Namun, bagaimanapun
juga sikap yang tidak berlebihan merupakan suatu keharusan agar benar-benar sehat.Tubuh kita
memerlukan tidur, olah raga, dan rutinitas yang sehat dalam jumlah tertentu untuk
mempertahankan kesejahteraannya.

2. Lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik.Lingkungan
yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit.Hal ini
jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak
dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya
menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua
pihak.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai mahluk
sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu dengan yang
lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan
masalah kejiwaan.

3. Pelayanan kesehatan
Selain faktor lingkungan dan prilaku, status kesehatan juga sangat ditentukan oleh
pelayanan kesehatan. Untuk meningkatkan peranan pelayanan kesehatan di dalam meningktakan
status kesehatan saat ini telah di bangun di semua tempat di desa dan kelurahan sebuah gedung
yang sering disebut pos kesehatan desa (Poskesdes), maaf bukan pusat kesehatan desa
(puskesdes). Upaya pengadaan tempat tersebut merupakan upaya bersama pemerintah dan
masyarakat bahkan sedapat mungkin menjadi upaya masyarakat itu sendiri. Dengan adanya
tempat tersebut maka pelayanan kesehatan terhadap masyarakat akan menjadi dekat. Pelayanan
kesehatan yang dapat dilakukan di Poskesdes adalah upaya promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan penyakit ringan serta pemulihan setelah sakit. Perlu juga diketahui bahwa
yang dimaksud dengan pengobatan  di Poskesdes itu sangat terbatas, bukan semua penyakit
dapat diberikan pengobatan di tempat tersebut.
Petugas yang ada di Poskesdes juga harus mengerti dan memahami tentang hal tersebut
karena pemahaman masyarakat terhapat tempat tersebut, menyamakan dengan Puskesmas
ataupun Rumah Sakit. Padahal tujuan utama pelayanan kesehatan yang ada di Poskesdes adalah
promosi kesehatan dan konsultasi hidup sehat jadi yang menjadi sasaran pengunjung sebenarnya
lebih diarahkan ke orang sehat bukan orang sakit.  

4. Genetik
Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya.Oleh sebab itu kita harus
terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki
kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa inilah perkembangan
otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang.Namun masih banyak saja anak Indonesia
yang status gizinya kurang bahkan buruk.Padahal potensi alam Indonesia cukup mendukung.oleh
sebab itulah program penanggulangan kekurangan gizi dan peningkatan status gizi masyarakat
masih tetap diperlukan. Utamanya program Posyandu yang biasanya dilaksanakan di tingkat
RT/RW. Dengan berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi masyarakat
dan cepat dapat tertangani.

2.4 Aspek-aspek Kesehatan


Pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain :
a. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak
adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh
berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
b. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
 Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
 Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
 Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur,
pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni
Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik
keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana
seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
c. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau
kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status
sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
d. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti
mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap
hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial.
Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan),
dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang
berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan
mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan,
atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.

2.5 Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan


Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang berarti
memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan,
lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya
derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan
swasta bersama-sama.

Dasar-dasar pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah sebagai berikut:


 Semua warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal agar dapat
bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
 Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan mempertinggi
derajat kesehatan rakyat.
 Penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secara serasi dan
seimbang oleh pemerintah dan masyarakat.
Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dari kehidupan
seseorang. Kesehatan sebagai hak asasi telah menjadi kebutuhan mendasar dan tentunya menjadi
kewajiban negara dalam upaya pemenuhannya. Kesehatan juga komponen pembangunan yang
memiliki nilai “investatif”, hal ini dikarenakan berbicara tentang kesehatan maka akan
membicarakan juga tentang ketersediaan tenaga siap pakai dalam hal ini Sumber Daya Manusia
yang sehat dan produktif tentunya. Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan
nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan
kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta
maupun pemerintah.
Prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk masyarakat
miskin, mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas haknya selama ini. Untuk
itu, sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan perlu dipertajam dengan jalan antara
lain:
 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak berkaitan dengan
penduduk miskin. Misalnya program pemberantasan penyakit menular, pelayanan
kesehatan ibu dan anak, serta peningkatan gizi masyarakat.
 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak melayani penduduk
miskin, yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, ruang rawat inap kelas III di rumah
sakit. Untuk itu, subsidi bantuan biaya operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk
menghindari praktik eksploitasi dan ‘pemalakan’ pasien miskin atas nama biaya
perawatan.
 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu masyarakat
miskin mengatasi masalah kesehatannya. Contohnya adalah pengadaan alat kedokteran
canggih, program kesehatan olahraga dan lain sebagainya.
 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang jarang
dimanfaatkan oleh masyarakat miskin, misalnya pembangunan rumah sakit-rumah sakit
stroke

2.6 Tujuan Pembangunan Kesehatan


Untuk jangka panjang pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk tercapainya
tujuan utama sebagai berikut:
 Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan.
 Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
 Peningkatan status gizi masyarakat.
 Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
 Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin diterimanya norma keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai