DISUSUN OLEH:
HENI HERLINA
DESI IKAWATI
EMMY PUJI ASTUTI
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun
masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah yang berjudul “Terapi komplementer dalam Mengatasi
Masalah Nyeri Pada perawatan Paliatif ” ini disusun untuk memenuhi tugas
mahasiswa dari mata kuliah Keperawatan Menjelang ajal dan Paliatif di Jurusan
Keperawatan Tanjungkarang. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan
terima kasih kepada Ibu dosen yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan demi terselesaikannya makalah ini dan rekan-rekan dan semua pihak
yag telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, demi
kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi di keperawatan adalah konsep diri sebagai penyembuhan harus
dipahami dan dialami oleh setiap perawat untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan dalam arahan atau konseling pasien dalam penggunaan
berbagai terapi. Terapi Komplementer ini sudah dikenal secara luas serta
telah digunakan sejak dulu dalam dunia kesehatan. Namun, dalam beberapa
survei yang telah dilakukan mengenai penggunaan terapi komplementer,
cakupan terapi komplementer sendiri masih agak terbatas.
Thomas Friedman (2005) mengatakan saat ini, dunia kesehatan,
termasuk salah satunya praktisi keperawatan masih bingung tentang apa itu
terapi komplementer. Memperluas pengetahuan tentang perspektif obat
pelengkap seperti terapi komplementer, dilakukan oleh sebagian orang-orang
dalam beberapa budaya di dunia yaitu sangat penting untuk perawatan
kesehatan yang kompeten. Dengan demikian sangat penting bagi perawat
profesional kesehatan untuk melakukan penilaian holistik pasien mereka
untuk menentukan arah yang luas dari penyembuhan praktek-praktek yang
akan mereka jalankan.
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan
banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian
penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya
(Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang
adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi
praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi
peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33%
pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997. Kemudian meurut Snyder &
Lindquis (2002) yaitu klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki
beberapa alasan. Salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi
komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan
dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk
pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup
dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi
efek samping dari pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan
memilih terapi komplementer.
Kemudian perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam
perawatan pasien yang terminal yang dapat dilakukan secara sederhana,
seringkali prioritas utama adalah kualitas hidup dan bukan kesembuhan dari
penyakit pasien. Tujuan perawatan paliatif adalah meningkatkan kualitas
hidup dan menganggap kematian sebagai prose normal, tidak mempercepat
atau menunda keamatian, menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang
mengganggu, menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual, mengusahakan
agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya dan mengusahakan
membantu mengatasi duka cita pada keluarga. Reaksi emosional pada klien
paliatif tersebut ada lima yaitu denail, anger, bergaining, depression dan
acceptance (Kubler-Ross,2003).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membahas
tetang terapi komplementer pada pasien paliatif yaitu dengancara
penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada
pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar
pengobatan medis yang Konvensional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan paliatif?
2. Apa tujuan perawatan paliatif?
3. Apa fungsi perawat dalam asuhan keperawatan paliatif ?
4. Apakah yang dimaksud dengan terapi komplementer?
5. Apa klasifikasi terapi komplementer?
6. Bagaimana proses terapi komplementer pada paliatif?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengerti tentang konsep komplementer dan
alternatif terapi pada paliatif dan mampu memahami dan menerapkan
keperawatan paliatif.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian perawatan paliatif
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dari perawatan paliatif
c. Mahasiswa mampu menjelaskan peran fungsi perawat pada asuhan
keperawatan paliatif
d. Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian terapi
komplementer
e. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi terapi komplementer
f. Mahasiswa mampu mengetahui proses terapi komplementer pada
paliatif.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Mind-body medicine
a. Meditasi
Meditasi adalah pengaturan perhatian oleh diri sendiri secara
sengaja. Ada dua kategori meditasi: konsentrasi dan kesadaran.
Metode konsentrasi menumbuhkan kemanunggalan perhatian dan
mulai dengan mantra (suara diulang, kata, atau frase) seperti dalam
meditasi transendental. Praktek pengurangan stres berbasis kesadaran
mulai dengan pengamatan pikiran, emosi, dan sensasi tanpa penilaian
yang muncul di bidang kesadaran.
Meditasi telah membantu untuk pasien kanker yang sakit parah
untuk menghilangkan rasa sakit fisik dan emosional. Banyak pasien
kanker meninggal menemukan bahwa ketenangan dan tenang pada
meditasi menimbulkan perasaan yang mendalam dari penerimaan,
kesejahteraan, dan kedamaian batin. Sebuah studi yang dilakukan
pada 51 pasien rawat jalan dengan nyeri kronis dengan program 10-
minggu menunjukkan penurunan 50% rasa sakit. Meditasi mengurangi
tingkat stres yang berpotensi dapat mengurangi pengalaman rasa sakit.
b. Hipnosis
Hipnosis adalah keadaan penuh perhatian, konsentrasi reseptif
ditandai dengan perubahan sensori, keadaan psikologis diubah, dan
minim fungsi motorik. Instruksi yang biasa diberikan menyarankan
relaksasi fisik seperti mengambang bersama dengan gambar yang
mengalihkan perhatian dari rasa sakit. Hipnosis dapat diinduksi dalam
beberapa menit untuk mempertahankan analgesia yang sedang
berlangsung dan relaksasi dalam menghadapi tekanan emosional dan
fisik. Ada bukti dari tinjauan sistematis bahwa hipnosis dapat
membantu mengurangi kecemasan dan nyeri pada pasien kanker yang
terminal.
c. Guided imagery
Ini mengalihkan fokus mental dari rangsangan menyakitkan
untuk pengalaman yang lebih menyenangkan, gambaran, dan
relaksasi. Guided imagery adalah intervensi yang perawat dapat
lakukan dengan pengaturan yang berbeda (rumah sakit, rumah,
hospice), dapat digunakan dengan pasien dan keluarga untuk
mengurangi rasa sakit dan kecemasan.
d. Pelatihan relaksasi
Pelatihan relaksasi melibatkan napas dalam, relaksasi otot
progresif, dan pencitraan. Modalitas ini telah menghasilkan penurunan
yang signifikan dalam nyeri secara subjektif pada pasien dengan
kanker stadium lanjut.
e. Terapi distraksi
Terapi distraksi adalah teknik di mana rangsangan sensorik
diberikan kepada pasien dalam rangka untuk mengalihkan perhatian
mereka dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya dengan
melihat pemandangan alam, video game, dll.
f. Terapi musik
Terapi musik adalah pengunaan music yang diatur/dikontrol
untuk perubahan klinis. Terapi musik digunakan untuk mengurangi
rasa sakit dan penderitaan. Ada perbedaan antara penggunaan musik
dan terapi musik. Terapi musik menggunakan bakat dari seorang
profesional terlatih yang memfasilitasi kontak pasien, interaksi,
kesadaran diri, dan ekspresi diri melalui alat musik. Sebuah sesi terapi
musik dapat seperti mendengarkan, bernyanyi, bermain drum,
mengembangkan lirik, atau merekam untuk keluarga. Musik yang
disediakan oleh terapis musik telah terbukti lebih efektif daripada
penggunaan pra rekaman musik sendiri dalam mengurangi skor
kecemasan.
g. Terapi Seni
Terapi seni menggunakan proses kreatif untuk memungkinkan
kesadaran dan ekspresi emosi individu. Untuk pasien kanker,
seringkali sulit untuk mengungkapkan secara verbal apa yang
dirasakan seseorang tentang diagnosis, rawat inap, pengobatan,
penyakit berulang, keluarga, dan kematian. Ini adalah seni itu sendiri
yang memfasilitasi kesadaran emosi dan pengurangan gejala melalui
penggunaan bahan-bahan seni. Beberapa penelitian telah meneliti
penggunaan terapi seni dalam mengendalikan gejala kanker.
Dalam sebuah penelitian pasien kanker, sebagian besar dengan
leukemia dan limfoma, terapi seni menyediakan penurunan signifikan
secara statistik pada rasa sakit dan gejala umum lainnya, kecuali untuk
mual. Dengan menggunakan garis tubuh dan pastel berwarna dan
spidol, pasien kanker yang membantu untuk memvisualisasikan rasa
sakit mereka, mengkomunikasikan emosi mereka, berurusan dengan
citra tubuh, dan mencari makna dan spiritualitas.
A. Kesimpulan
Terapi medis adalah meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup
pasien. Optimalisasi terapi medis harus aman, efektif, pemilihan terapi
secara bijak dan pelayanan kesehatan secara akurat serta adanya
kesepakatan antara pasien dan pemberi pelayanan berdasarkan informasi
terkini. Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi
nonbiomedis. Hasil penelitian tentang psikoneuroimunologi
mengungkapkan bahwa proses interaktif pada manusia dengan tubuh,
pikiran, dan interaksi sosial mempengaruhi kesejahteraan seseorang dapat
dipengaruhi oleh terapi komplementer secara garis besar di dasarkan
sebagai kategori terapi pikiran penghubung tubuh (mind – body terapies)
sementara terapi biomedis lebih banyak mempengaruhi seluruh tubuh dan
berfokus pada dampak terapi terhadap respon tubuh dan psikis terutama
pada pasien paliatif yang bertujuan untuk meningkatkan quality of life.
B. Saran
Dengan adanya makalah yang kami buat ini tentang terapi medik
dan terapi komlementer diharapkan pembaca atau teman-teman sejawat
dapat memperoleh manfaat dari makalah yang kami buat. Jika ada
pengembangan yang bermanfaat mohon untuk dilayangkan pada penulis
makalah ini karena masukan dari pembaca atau bapak/ ibu dosen sangat
mendukung demi kesempurnaan makalah yang kami buat.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah, S. N. & Widowati, L. (2016). Jamu pada pasien tumor / kanker sebagai
terapi komplementer. Jurnal Kefarmasian Indonesia.
Irawan, E., Rahayuwati, L., & Yani, D. I. (2017). Hubungan penggunaan terapi
modern dan komplementer terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara.
JKP.
Kubler-Ross, E. (1003). Kematian Sebagai Kehidupan: On Death and Dying.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Republik Indonesia. (2008). Keputusan menteri kesehatan RI tentang standar
pelayanan medik herbal. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Snyder. M., Lindquist. R,. (2002). Complementary Alternative Therapies In
Nursing. 4th Ed. New York : Springer Publishing Company, Inc.
Thomas L. Friedman (2000) Globalisasi “The World Is Flat”. Cet. 2, Dian Rakyat