Anda di halaman 1dari 24

Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif

“Terapi Komplementer di Ruang ICU”

Disusun oleh

Indra Indriawan 88170016

Dwi Ayu Rizkia Silviani 88170019

Agita Liliandari 88170020

Euis Siti Komariah 88170028

88.5A.33

Fakultas Ilmu Keperawatan


ARS University
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan judul “Terapi
Komplementer di Ruang ICU” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif, dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Bandung, November 2019

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi di keperawatan adalah konsep diri sebagai penyembuhan
yang harus dipahami dan dialami oleh setiap perawat untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam arahan atau konseling pasien dalam
penggunaan berbagai terapi. Terapi komplementer ini sudah dikenal secara
luas serta telah digunakan sejak dulu dalam ilmu kesehatan. Namun dalam
berbagai survei yang telah dilakukan mengenai penggunaan terapi
komplementer, cangkupan terapi komplementer sendiri masih terbatas.
Thomas Friedman (2005) mengatakan saat ini, dunia kesehatan termasuk
salah satunya praktisi keperawatan masih bingung mengenai terapi
komplementer.

Perkembangan terapi komplementer akhir – akhir ini menjadi


sorotan banyak negara. Terapi komplementer atau aternatif menjadi
bagaian penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara
lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta
orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang mengunjungi
praktik konvensional (Smith et al., 2004). Menurut Snyder & Lindquis
(2002) klien yang menggunakan terapi komplementer memiliki beberapa
alasan, salah satunya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer
yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi
komplementer. Alasan lainnya karena pasien ingin terlibat dalam
pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya.
Sejulah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari
pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi
komplementer.

Kemudian Perawatan palliatif merupakan bagian terpenting dalam


perawatan pasien terminal yang dapat dilakukan secara sederhana,
seringkali prioritas utama adalah kualitas hidup dan bukan kesembuhan
dari penyakit pasien. Tujuan perawatan paliatif adalah meningkatkan
kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses normal dalam
kehidupan, tidak mempercepat atau menunda kematian, menghilangkan
nyeri dan keluhan lain yang menggangu, menjaga keseimbangan
psikologis dan spiritual, mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai
akhir hayatnya san mengusahakan membantu mengatasi duka cita pada
keluarga. Reaksi kehilangan emosional pada klien paliatif tersebut ada
lima yaitu denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance (Kubler
– Ross, 2003)

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahas


tentang terapi komplementer pada pasien paliatif yaitu dengan cara
penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada
pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain
diluar pengobatan medis yang konvensional.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan terapi komplementer ?
2. Apa saja klasifikasi terapi komplementer ?
3. Apa alasan pasien dengan kondisi terminal atau yang berada di ICU
lebih memilih terapi komplementer ?
4. Bagaimana proses terapi komplementer pada perawatan paliatif di
ICU ?
5. Apa saja contoh terapi komplementer yang dapat diterapkan pada
pasien di ICU ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari terapi komplementer.
2. Mengetahui klasifikasi dari terapi komplementer.
3. Mengetahui alasan pasien dan keluarga pasien terminal atau yang berda
di ruang ICU lebih memilih terapi komplementer.
4. Mengetahui proses terapi komplementer pada perawatan paliatif di ICU
5. Mengetahui contoh terapi komplementer yang dapat diterapkan pada
pasien di ICU.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Terapi Komplementer


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah
usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan
penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi,
bersifat menyempurnakan. Pengobatan komplementer dilakukan dengan
tujuan melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional
yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia.
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang
digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah
penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern (Andrews et
al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas
yang menambahakan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan
(Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutkan
dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan
individu untuk mengintegrasikan pikiran, dan jiwa dalam kesatuan fungsi
(Smith et al, 2004).

B. Klasifikasi Terapi Komplementer


1. Sistem Medis Alternatif
Alternatif system pelayanan yaitu pelayanan kesehatan yang
mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis (Cundarismo,
homeophaty, nautraphaty).
a. Akupuntur
Akupuntur merupakan salah satu komponen dari obat
tradisional Cina. Hal ini didasarkan pada keyakinan di qi (kekuatan
hidup), yang merupakan energi yang mengalir melalui tubuh
sepanjang jalur yang dikenal sebagai meridian. Setiap
ketidakseimbangan dalam qi diduga mengakibatkan kesulitan atau
penyakit. Ada 12 meridian utama diyakini sebagai titik akupuntur
yang sesuai dengan setiap bagian tubuh dan organ. Untuk
menyeimbangkan aliran qi, jarum sekali pakai yang sangat halus
dimasukkan ke dalam acupoints di bawah kulit. Dasar biologis dari
qi belum ditemukan, namun diperkirakan bahwa akupuntur
menstimulus endorfin dan neurotransmiter lain di otak. Akupunktur
telah terbukti efektif untuk nyeri dan kemoterapi terkait mual dan
muntah.
Risiko akupunktur berhubungan dengan ketidaknyamanan
ringan. Hanya jarum sekali pakai yang digunakan. Hal ini penting
untuk mengetahuiseorang praktisi akupuntur yang berkualitas. Ahli
akupunktur harus memiliki pengalaman sebelumnya dengan pasien
kanker. Di New York State ahli akupunktur harus memiliki lisensi
dan harus memiliki 40 sampai 50 jam pelatihan.
Kontraindikasi akupuntur pada lymphedema (risiko infeksi),
alat pacu jantung (tidak ada electroacupuncture; bisa mengganggu
irama jantung), dan kehamilan (perlu menghindari titik-titik tertentu
yang bisa merangsang rahim). Dana-Farber Cancer Institute di
Boston, kontraindikasi akupunktur adalah ANC <500 / µL,
trombosit <25.000 / µl, demam neutropenia, situs metastasis, situs
iradiasi (berkelanjutan untuk 4 minggu setelah), INR> 3,5-4,0, dan
transplantasi sel induk (2 minggu sebelum 3 bulan setelah itu).
Akupuntur tidak akan mengganggu obat nyeri.
b. Akupresur
Akupresur adalah teknik pengobatan Cina tradisional yang
didasarkan pada ide-ide yang sama seperti akupunktur. Akupresur
melibatkan penempatan tekanan fisik dengan tangan pada titik-titik
akupuntur yang berbeda pada permukaan tubuh. Ada tiga titik
akpresur yang perawat dapat gunakan atau ajarkan pada pasien
kanker untuk menstimulasi diri. Titik pada usus besar dapat diakses
oleh pasien/keluarga/perawat. Lokasi bagian berdaging dari kedua
tangan antara ibu jari dan jari telunjuk dan kemudian tekan dengan
ibu jari tangan berlawanan sampai pasien merasakan tekanan. Titik
perut terletak di sisi lateral lutut antara patella dan puncak tibia.
Titik mual dan muntahterletak dua inci proksimal ke puncak
melintang dari pergelangan tangan antara dua tendon. Tekan dengan
ibu jari secara melingkar selama 1 sampai 2 menit.
2. Mind – body therapy : intervensi dengan teknik untuk memfasilitasi
kapasitas berfikir yang mempengaruhi gejala fisik, pola berfikir, dan
fungsi tubuh. (imagery, yoga, terapi musik, berdoa, tai chi,
hypnotherapy).
a. Meditasi
Meditasi adalah pengaturan perhatian oleh diri sendiri secara
sengaja. Ada dua kategori meditasi: konsentrasi dan kesadaran.
Metode konsentrasi menumbuhkan kemanunggalan perhatian dan
mulai dengan mantra (suara diulang, kata, atau frase) seperti dalam
meditasi transendental. Praktek pengurangan stres berbasis
kesadaran mulai dengan pengamatan pikiran, emosi, dan sensasi
tanpa penilaian yang muncul di bidang kesadaran.
Meditasi telah membantu untuk pasien kanker yang sakit parah
untuk menghilangkan rasa sakit fisik dan emosional. Banyak pasien
kanker meninggal menemukan bahwa ketenangan dan tenang pada
meditasi menimbulkan perasaan yang mendalam dari penerimaan,
kesejahteraan, dan kedamaian batin. Sebuah studi yang dilakukan
pada 51 pasien rawat jalan dengan nyeri kronis dengan program 10-
minggu menunjukkan penurunan 50% rasa sakit. Meditasi
mengurangi tingkat stres yang berpotensi dapat mengurangi
pengalaman rasa sakit.
b. Hipnosis
Hipnosis adalah keadaan penuh perhatian, konsentrasi reseptif
ditandai dengan perubahan sensori, keadaan psikologis diubah, dan
minim fungsi motorik. Instruksi yang biasa diberikan menyarankan
relaksasi fisik seperti mengambang bersama dengan gambar yang
mengalihkan perhatian dari rasa sakit. Hipnosis dapat diinduksi
dalam beberapa menit untuk mempertahankan analgesia yang
sedang berlangsung dan relaksasi dalam menghadapi tekanan
emosional dan fisik. Ada bukti dari tinjauan sistematis bahwa
hipnosis dapat membantu mengurangi kecemasan dan nyeri pada
pasien kanker yang terminal.
c. Guided imagery
Ini mengalihkan fokus mental dari rangsangan menyakitkan
untuk pengalaman yang lebih menyenangkan, gambaran, dan
relaksasi. Guided imagery adalah intervensi yang perawat dapat
lakukan dengan pengaturan yang berbeda (rumah sakit, rumah,
hospice), dapat digunakan dengan pasien dan keluarga untuk
mengurangi rasa sakit dan kecemasan.
d. Pelatihan relaksasi
Pelatihan relaksasi melibatkan napas dalam, relaksasi otot
progresif, dan pencitraan. Modalitas ini telah menghasilkan
penurunan yang signifikan dalam nyeri secara subjektif pada pasien
dengan kanker stadium lanjut.
e. Terapi distraksi
Terapi distraksi adalah teknik di mana rangsangan sensorik
diberikan kepada pasien dalam rangka untuk mengalihkan
perhatian mereka dari pengalaman yang tidak menyenangkan.
Misalnya dengan melihat pemandangan alam, video game, dll.
f. Terapi musik
Terapi musik adalah pengunaan musik yang diatur/dikontrol
untuk perubahan klinis. Terapi musik digunakan untuk mengurangi
rasa sakit dan penderitaan. Ada perbedaan antara penggunaan
musik dan terapi musik. Terapi musik menggunakan bakat dari
seorang profesional terlatih yang memfasilitasi kontak pasien,
interaksi, kesadaran diri, dan ekspresi diri melalui alat musik.
Sebuah sesi terapi musik dapat seperti mendengarkan, bernyanyi,
bermain drum, mengembangkan lirik, atau merekam untuk
keluarga. Musik yang disediakan oleh terapis musik telah terbukti
lebih efektif daripada penggunaan pra rekaman musik sendiri
dalam mengurangi skor kecemasan.
g. Terapi seni
Terapi seni menggunakan proses kreatif untuk memungkinkan
kesadaran dan ekspresi emosi individu. Untuk pasien kanker,
seringkali sulit untuk mengungkapkan secara verbal apa yang
dirasakan seseorang tentang diagnosis, rawat inap, pengobatan,
penyakit berulang, keluarga, dan kematian. Ini adalah seni itu
sendiri yang memfasilitasi kesadaran emosi dan pengurangan
gejala melalui penggunaan bahan-bahan seni. Beberapa penelitian
telah meneliti penggunaan terapi seni dalam mengendalikan gejala
kanker.
Dalam sebuah penelitian pasien kanker, sebagian besar dengan
leukemia dan limfoma, terapi seni menyediakan penurunan
signifikan secara statistik pada rasa sakit dan gejala umum lainnya,
kecuali untuk mual. Dengan menggunakan garis tubuh dan pastel
berwarna dan spidol, pasien kanker yang membantu untuk
memvisualisasikan rasa sakit mereka, mengkomunikasikan emosi
mereka, berurusan dengan citra tubuh, dan mencari makna dan
spiritualitas.
3. Manipulative and body-based practices
Terapi manupulatif dan system tubuh (didasari oleh manipulasi dan
pergerakan tubuh misalnya macam – macam pijit / massage).
a. Pijat atau massase
Pada pasien kanker, sentuhan membuat koneksi, kenyamanan,
dan peningkatan kualitas hidup. Sentuhan berupa pijat menjadi
bagian dari perawatan sehari-hari yang diberikan kepada setiap
pasien yang dirawat di rumah sakit. Terapi pijat digunakan untuk
meringankan gejala pada pasien kanker. Ini menggunakan teknik
manual menggosok, membelai, menekan, atau memijat jaringan
lunak tubuh untuk mempengaruhi seluruh tubuh. Pada suatu waktu,
pijat itu diduga menyebabkan penyebaran kanker dengan
meningkatkan sirkulasi sistemik. Sampai saat ini tidak ada bukti
untuk mendukung ini. Sentuhan dapat menjadi intervensi terhadap
nyeri. Berbagai penjelasan untuk efektivitas pijat telah diusulkan:
pengurangan ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi, relaksasi
umum, dan efek memelihara sentuh.
Pijat umumnya aman untuk pasien kanker, tetapi
membutuhkan modifikasi teknik khusus untuk pasien individu. Ada
kontraindikasi khusus untuk pasien hamil. Hal ini kontraindikasi
pada daerah dengan metastase tulang (untuk risiko patah atau pecah
tulang) atau tumor (untuk risiko perdarahan); untuk pasien dengan
jumlah trombosit dari <50.000 (untuk risiko memar); di titik bekuan
darah (untuk risiko melepas trombus dalam vena), dan di situs
bedah atau ruam. Pijat dalam jaringan tidak boleh diberikan pada
pasien dengan kanker; tekanan ringan adalah pijat yang paling tepat
untuk pasien ini. Izin terapis pijat terlatih yang telah memiliki
pengalaman dengan pasien kanker.
b. Gentle massase
Untuk memberikan kenyamanan tempatkan telapak tangan
seluas mungkin dengan seluruh tangan berkontak dengan bagian
tubuh pasien seperti lengan atau punggung. Jangan menggunakan
ujung jari atau jempol karena dapat memberikan banyak tekanan
terlalu spesifik. Tekanan harus ringan dan tersebar luas. Pilihan pola
pijat bisa seperti lingkaran, dua lingkaran, oval, atau dua oval besar.
Hal ini penting untuk memindahkan tangan pada kecepatan dan
tekanan yang konsisten.
c. Refleksi
Refleksi adalah terapi sentuh yang didasarkan pada keyakinan
bahwa ada titik refleks atau titik energi pada kaki, tangan, dan
telinga yang sesuai dengan setiap kelenjar, organ, dan bagian tubuh.
Dengan stimulasi terampil dari daerah-daerah dan poin dengan
tangan, jari, dan teknik praktis, sistem tubuh yang difasilitasi untuk
keseimbangan yang lebih besar. Ini memfasilitasi pasien dalam
keadaan yang lebih santai di mana mereka dapat fokus pada
kesehatan daripada penyakit. Hal ini digunakan untuk menstimulasi
relaksasi dan tidur, untuk mengurangi kecemasan, untuk mencegah
dan mengurangi neuropati perifer sekunder untuk kemoterapi, dan
untuk mengurangi pengalaman rasa sakit secara keseluruhan.
Refleksi kaki adalah noninvasif, dapat dilakukan dalam pengaturan
apapun, tidak memerlukan peralatan, dan tidak mengganggu privasi
pasien.
Refleksi harus dihindari jika pasien memiliki trombosis vena di
kaki / tangan untuk mencegah bergerak dari trombus ke dalam
sirkulasi. Kontraindikasi lainnya adalah infeksi, ruam, memar, luka,
dan lymphedema kaki atau kaki. Perawat dan orang awam dapat
diajarkan pijat refleksi. Keluarga dapat diajarkan untuk melakukan
refleksi untuk mengurangi rasa sakit dan kecemasan pada
keluarganya yang sakit.
4. Energy medicine (Reiki)
Terapi energi : terapi yang berfokus pada energi tubuh atau
mendapatkan energi dari luar tubuh (Terapeutik sentuhan,
biolektromagnetik).
Reiki adalah energi getaran atau halus paling sering difasilitasi
oleh sentuhan yang sangat ringan. Rei berarti yang universal atau energi
tertinggi, dan ki berarti energi kekuatan hidup. Terapi Reiki diduga
mendukung kesejahteraan kita dan untuk memperkuat kemampuan
alami kita untuk menyembuhkan dengan mendorong keseimbangan
dalam tubuh, pikiran, dan jiwa.
Reiki yang ditawarkan oleh seorang praktisi Reiki dilatih untuk
individu dan melibatkan penempatan tangan yang sangat ringan pada
tubuh pasien: kepala hingga ujung kaki, depan dan belakang, dan di
titik nyeri jika ditoleransi. Sentuhan lembut dari Reiki adalah
menenangkan, dan menstimlasi relaksasi yang mendalam. Hal ini dapat
diberikan kepada setiap pasien karena sentuhan yang sangat ringan.
Sebagian besar pasien kanker dapat menerima Reiki. Karena itu adalah
sentuhan ringan, tidak menimbulkan rasa tidak nyaman. Selama pasien
terbuka untuk menerima sentuhan yang sangat ringan, dapat dilakukan.
5. Biological Based Practice / Terapi biologis yaitu natural dan praktik
biologis misalnya herbal.
Karena terapi komplementer adalah pengobatan untuk mendukung
pengobatan medis atau konvensional. Jadi herbal, vitamin dan
suplemen yang diberikan akan berinteraksi dengan obat-obatan yang di
berikan oleh dokter atau tenaga medis lainnya. Namun, adanya interaksi
antara obat herbal, vitamin, atau suplemen dengan obat-obatan harus
diwaspadai.
Contoh pengobatan komplementer dalam bentuk herbal yaitu
herbal Sinshe Fengshui, yaitu metode pengobatan yang memadukan
obat- obatan herbal yang berkhasiat tinggi dengan resep pengobatan
Cina Kuno yang telah berusia ribuan tahun. Selain itu ada tanaman
herbal, yaitu gingseng yang berasal dari daerah pegunungan Cina Utara
yang bermanfaat untuk pengobatan yang bisa untuk menyegarkan tubuh
dan jiwa juga bermanfaat dalam menyembuhkan berbagai penyakit dan
gangguan lainya.

Menurut kementerian kesehatan, ruang lingkup pengobatan komplementer


dan alternatif berdasarkan pengetahuan biomedik, yaitu

1. Intervensi tubuh-pikiran (mind-body interventions)


2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif (alternative systems of medical
practice)
3. Metode penyembuhan manual (manuall healing methods)
4. Pengobatan farmakologi dan biologi (pharmacologic and biology
treatments)
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan (diet and nutrition
the prevention and treatment of disease)
6. Cara lain mendiagnosa dan pengobatan (unclassified diagnostic and
treatment methods)

Jenis terapi komplementer dan alternatif di atas dapat digunakan dalam


pelayanan kesehatan di Indonesia (Kemenkes,2007).

Menurut White House Commission on Complementary and Alternative


Medicine Policy, and the National Center for Complementary and
Alternative Medicine (NCCAM), klasifikasi terapi komplementer dibagi
menjadi lima kategori, yaitu

1. Sistem medikal alternatif : Terapi ini dipertimbangkan sebagai sistem


yang komplit dari teori dan praktek, sistem alternatif kepada
pengobatan konvensional, dan hal tersebut telah dipraktekkan di Cina
dan India selama ribuan tahun. Terapi yang termasuk pengobatan
tradisional Cina, yaitu ayuverda, naturopathy, dan homeopati.
2. Intervensi Mind-body : Termasuk teknik-teknik atau intervensi yang
meningkatkan kapasitas pikiran untuk mempengaruhi fungsi tubuh.
Menurut NCCAM, intervensi mind-body fokus pada interaksi antara
otak, pikiran, tubuh dan sikap, dengan tujuan menggunakan pikiran
untuk mempengaruhi fungsi tubuh dan promosi kesehatan. Terapi
pendukung lain termasuk terapi kognitif dan sikap, meditasi, relaksasi
dan visualisasi, hipnotis, terapi kesenian, terapi musik, dan lain-lain
(College And Association of Registeres Nurses of Alberta, 2011).
3. Salah satu praktek mind-body yaitu imagery yang merupakan formasi
representasi mental dari objek, tempat, kejadian, situasi yang dipahami
melalui perasaan. Terapi ini adalah strategi kognitif-sikap yang
menggunakan imajinasi individu sendiri dan proses mental dan dapat
dipraktekkan sebagai aktivitas mandiri atau didampingi oleh seorang
professional. Imagery menggunakan seluruh sensori-visual, oral, taktil,
olfaktori, proprioseptif, dan kinestetik. Walapun imagery sering lebih
kepada visualisasi, termasuk juga membayangkan melalui semua
sensori dan tidak hanya mampu melihat sesuatu dengan mata pikiran.
Van Kuiken (2004) mendeskripsikan empat tipe Imagery :
a. Terapi dasar biologis
Terapi ini menggunakan produk natural, seperti diet herbal,
makanan, vitamin, probiotik, dan suplemen diet (termasuk juga
substansi yang tidak atau belum dibuktikan secara ilmiah, seperti
kartilago hiu untuk menyembuhkan kanker).
b. Metode manipulasi tubuh
Terapi ini menekankan manipulasi atau gerakan dari satu bagian
tubuh atau lebih. Termasuk kiropraktik, osteopati, massage, dan
refleksologi.
c. Terapi dasar energy
Terapi ini melihat penyembuhan itu dari perspektif lapang energi.
Terapi ini berdasarkan manipulasi lapang energi dan termasuk dua
kategori: terapi biofield, yang mempengaruhi lapang energi yang
mengelilingi dan menembus tubuh manusia, seperti reiki, sentuhan
terapeutik, dan terapi bioelektromagnetik, yang melibatkan
penggunaan lapang elektromagnetik yang tidak konvensional,
merubah lapang energi, dan lain-lain.

C. Alasan Pasien dengan Kondisi Terminal/di Ruang ICU Memilih


Terapi Komplementer
Masyarakat cenderung menggunakan terapi komplementer karena
banyak terapi yang menjanjikan kesembuhan 100% dan bisa mengobati
berbagai jenis penyakit namun belum banyak penelitian yang
membuktikannya. Salah satu penyakit paliatif yang bisa dilakukan terapi
komplementer adalah penyakit kanker. Pengobatan kanker yang baik harus
memenuhi fungsi menyembuhkan (kuratif), mengurangi rasa sakit
(paliatif) dan mencegah timbulnya kembali (preventif). Pengobatan
komplementer alternatif adalah salah satu pelayanan kesehatan yang akhir-
akhir ini banyak diminati oleh masyarakat maupun kalangan kedokteran
konvensional (Hasanah & Widowati, 2016).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Irawan, Rahayuwati & Yani


(2017) menunjukkan bahwa pengguna terapi modern sering mengeluh
mual muntah terutama pasca kemoterapi. Pengguna terapi modern dan
komplementer (pijat) mengatakan penggunaan pijat mengurangi lelah dan
nyeri pasca terapi modern dilakukan. Pengguna terapi modern dan
komplementer (herbal) mengatakan penggunaan herbal mengurangi mual
muntah dan mempercepat penyembuhan pasca terapi modern dilakukan.
Pengguna terapi modern dan komplementer (herbal dan pijat) mengatakan
penggunaan herbal dan pijat untuk mengurangi efek samping terapi
modern.

Hasil penelitian yang lain menunjukkan terapi modern telah


terbukti secara medis dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit
kanker dapat dikurangi dengan terapi modern dan komplementer sehingga
secara global kualitas hidup penderita kanker meningkat.

Salah satu dari terapi komplementer yang dapat digunakan pada


keperawatan paliatif adalah akupuntur. Akupunktur yang digunakan pada
terapi kanker bukan ditujukan untuk mengobati penyakit kankernya karena
penusukan pada lesi merupakan kontraindikasi. Hal ini dilakukan untuk
pengobatan paliatif yaitu mengurangi nyeri kronis, mengurangi efek
samping kemoterapi ataupun radioterapi seperti nyeri, mual, muntah, serta
mengurangi dosis obat anti-nyeri sehingga kualitas hidup penderita dapat
ditingkatkan.

Pelayanan kesehatan komplementer alternatif merupakan


pelayanan yang menggabungkan pelayanan konvensional dengan
kesehatan tradisional dan atau hanya sebagai alternatif menggunakan
pelayanan kesehatan tradisional, terintegrasi dalam pelayanan kesehatan
formal. Keberhasilan masuknya obat tradisional ke dalam sistem
pelayanan kesehatan formal hanya dapat dicapai apabila terdapat
kemajuan yang besar dari para klinisi untuk menerima dan menggunakan
obat tradisional (Hasanah & Widowati, 2016).

Penyelenggaran pengobatan komplementer alternatif diatur dalam


standar pelayanan medik herbal menurut Keputusan Menteri Kesehatan
No.121/Menkes/SK/II/2008 yang meliputi melakukan anamnesis;
melakukan pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi) maupun Jamu pada pemeriksaan penunjang
(laboratorium, radiologi, EKG); menegakkan diagnosis secara ilmu
kedokteran; memberikan obat herbal hanya pada pasien dewasa;
pemberian terapi berdasarkan hasil diagnosis yang telah ditegakkan;
penggunaan obat herbal dilakukan dengan menggunakan tanaman
berkhasiat obat sebagai contoh yang selama ini telah digunakan di
beberapa rumah sakit dan PDPKT; mencatat setiap intervensi (dosis,
bentuk sediaan, cara pemberian) dan hasil pelayanan yang meliputi setiap
kejadian atau perubahan yang terjadi pada pasien termasuk efek samping
(Kepmenkes, 2008).

Beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat akhir-akhir ini


adalah kecenderungan kembali ke alam dan terapi alternatif. Dengan
banyaknya pilihan tanaman obat yang ditawarkan, mahalnya biaya
pengobatan keperawatan paliatif secara konvensional, ketidakberhasilan
dan banyaknya penyulit sampingan dalam pengobatan konvensional, serta
adanya kasus paliatif yang dapat disembuhkan dengan tanaman obat
mendorong makin banyak masyarakat yang memilih pengobatan alternatif
antara lain dengan tanaman obat dan terapi komplementer sebagai cara
untuk pengobatan (Hasanah & Widowati, 2016).

D. Proses terapi komplementer pada perawatan paliatif di ICU


Terapi komplementer juga ada yang menyebutkan dengan
pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan
individu untuk mengintegrasikan pikiran dan jiwa dalam kesatuan fungsi
(Smith et al, 2004). Kondisi tersebut sesuai dengan prinsip keperawatan
yang memandang manusia sebagai mahkluk holistik (bio-psiko-sosio-
kultural). Teori tersebut dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam
mengembangkan terapi komplementer misalnya teori traskultural yang
dalam praktiknya mengaitkan ilmu fisiologis, anatomi, patofisiologi, dll.
Hal tersebut didukung dalam catatan Florence Nightingle yang telah
menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan
dan pentingnya terapi seperti music dalam proses penyembuhan. Selain
itu, terapi komplementer dapat meningkatkan kesempatan perawat dalam
menunjukan caring pada klien (Snyder & Lindquis, 2002).

• Pada pasien dengan perawatan paliatif di ruang ICU, fase End of


Life dapat datang dengan cepat atau tiba – tiba. Pada fase ini pasien berada
dalam suatu kondisi dimana fase kehidupan dapat berakhir dengan
kematian : sebagai kombinasi situasi yang melibatkan kerusakan klinis,
kurangnya respons terhadap pengobatan, atau keinginan pasien untuk
membatasi pengobatan mereka. Oleh karena itu, terapi komplementer
dapat dijadikan suatu solusi bagi pasien untuk mengurangi penderitaan
yang dirasakan oleh pasien, rasa cemas, sebagai pengganti atau
pelengka[ dari terapi konvensional yang sudah tidak dapat memberikan
efek efektif dalam penyembuhan pasien dan lain sebagainya.
E. Contoh Terapi Komplementer yang dapat Diterapkan di ICU

Jumlah Jenis
No Judul Jurnal Penulis Level Tahun Usia Intervensi Hasil penelitian
sampel penelitian
1. Terapi Andinna 2018 10 Literatur Terapi Hasil terapi komplementer yakni menggunakan
Komplementer Dwi jurnal review komplementer komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
Guna Utami & inklusi terhadap nyeri nyeri pasien dengan menggunakan teknik distraksi,
Menurunkan Imelda sesuai gastritis relaksasi (Menggunakan napas dalam), pijat efflurage,
Nyeri Pasien Rahmay dengan guided imaginary, kompres air hangat, teknik relaksasi
Gastritis: unia keyword otot progresif dalam, relaksasi genggam jari.
Literatur Kartika pencaria Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah
Review n dikemukakan, bahwa terapi komplementer yang
paling sering digunakan adalah relaksasi nafas dalam,
karena relaksasi nafas dalam yang digunakan untuk
proses terapi tersebut sangat membantu meringankan
nyeri yang dialami pasien oleh karena itu
memudahkan dalam proses penyembuhan dan dapat
dilakukan secara mandiri oleh pasien.
Daftar Pustaka :
Utami, A.D. & Kartika , I.R. 2018. Terapi Komplementer Guna Menurunkan Nyeri Pasien Gastritis: Literatur Review. Real in Nursing Journal (RNJ), 1(3), 123-132.
2. Pengaruh Foot Nurlaily 2017 24 Quasi Terapi Foot Dalam penelitian ini tidak adanya perbedaan rerata
Massage Afianti, pasien Eksperimen Massage skor kualitas tidur pada kelompok kontrol tetapi
terhadap Ai tal terdapat perbedaan secara bermakna pada kelompok
Kualitas Tidur Mardhiy perlakuan. Foot massage memiliki pengaruh positif
Pasien di Ruang ah terhadap kualitas tidur pasien di Ruang ICU, hal ini
ICU ditunjukkan dengan meningkatnya skor kualitas tidur
pada kelompok intervensi setelah mendapatkan
perlakuan foot massage secara signifikan
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal tersebut
didukung oleh adanya perbedaan yang signifikan skor
awal pretest antara kelompok control dan kelompok
intervensi dimana kelompok intervensi memiliki skor
kualitas tidur lebih rendah dari skor kualitas tidur
kelompok kontrol hal inilah yang menunjukkan bahwa
foot massage memiliki pengaruh yang kuat dalam
membatu memperbaiki kualitas tidur pasien di ruang
ICU
Daftar Pustaka :
Afianti, Nurlaily & Ai Mardhiyah. 2017. Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas Tidur Pasien di Ruang ICU. JKP, 5(1), 86-97.
3. Musik Raimon 2016 32 Quasi Pengaruh Nyeri pascaoperasi pasien kelompok intervensi (22,94
Keroncong da pasien Eksperimen intervensi musik ± 14,63) menurun secara signifikan jika dibandingkan
Menurunkan Amayu t keroncong dengan kelompok kontrol (2,06 ± 21,90) dengan p =
Nyeri Ida terhadap tingkat 0,003 dan selisih rerata penurunan nyeri 20,88 mm.
Pascaoperasi di Vitani, nyeri pasien Intervensi musik keroncong memberikan pengaruh
Ruang Andrew pascaoperasi di terhadap penurunan nyeri dan kecemasan
Perawatan Kritis Johan, ruang perawatan pascaoperasi. Intervensi musik keroncong dapat
Nana kritis. direkomendasikan sebagai intervensi keperawatan
Rochana mandiri komplementer untuk menurunkan nyeri dan
kecemasan pasien pascaoperasi di ruang perawatan
kritis dengan memperhatikan syarat musik keroncong
sebagai musik terapi.
Daftar Pustaka :
Vitani, Raimonda Amayu., Andrew Johan., & Nana Rochana. 2016. Musik Keroncong Menurunkan Nyeri Pascaoperasi di Ruang Perawatan Kritis. Jurnal
Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah, 2(4), 1-10.
4. Penerapan Mutaro 2019 24 RCT Menerapkan dan Instrumen kualitas tidur menggunakan Richard
Evidence-Based bin, pasien membuktikan Campbell Sleep Questionnaire (RCSQ). Data
Nursing Elly efektifitas dianalisis dengan uji Independent Sample T-Test.
Pengaruh Nurach penggunaan Hasil penelitian didapatkan p-value < 0,05, berarti
Earplug dan Eye mah, Earplug dan pada alpha 5% terdapat perbedaan yang signifikan
Mask terhadap Muham Eye Mask dalam kualitas tidur antara malam pertama dan kedua pada
Kualitas Tidur mad meningkatkan masing-masing group sehingga disarankan dijadikan
pada Pasien di Adam, kualitas tidur evidence based di rumah sakit sebagai salah satu
ICU pada pasien di terapi komplementer yang dapat dijadikan intervensi
Rita
ICU mandiri keperawatan untuk membantu mengatasi
Sekarsa
gangguan tidur.
ri,
Hasil penelitian ini telah menunjukkan penggunaan
Erwin
Earplug dan Eye Mask berimplikasi terhadap kualitas
tidur yang lebih baik hal ini dibuktikan hasil uji
statistik menunjukkan di-dapatkan p-value < 0,05,
berarti pada alpha 5% terdapat perbedaan yang
signifikan kuali-tas tidur antara malam 1 dan 2 pada
masing-masing group. Aplikasi kombinasi Earplug
dan Eye Mask merupakan intervensi yang re-latif
murah dan berharga untuk peningkatan kualitas tidur
pada pasien yang di rawat di Ruang ICU. Serta dapat
juga digunakan se-bagai intervensi alternatif
(pengganti obat ti-dur) bagi pasien yang mengalami
kesulitan da-lam mengawali proses tidur.
Daftar Pustaka :
Mutarobin, dkk. 2019. Pengaruh Earplug dan Eye Mask terhadap Kualitas Tidur pada Pasien di ICU. Jurnal Keperawatan Indonesia, 22(2), 129-138.
5. Perbandingan Arimbi 2016 22 Quasi Intervensi Kejadian konstipasi pada kelompok abdominal
Abdominal Karunia respond Eksperimen Abdominal massage dengan teknik swedish massage sebanyak
Massage dengan Estri, en massage dan 45,4%, sedangkan kejadian konstipasi pada kelompok
Teknik Swedish dkk. teknik Swedish abdominal massage dengan teknik effleurage
Massage dan massage sebanyak 27,2%, dan secara statistik tidak ada
Teknik dibandingkan perbedaan kejadian konstipasi (p = 0,659) antara
Effleurage dengan kelompok abdominal massage dengan teknik swedish
terhadap intervensi teknik massage dan kelompok abdominal massage dengan
Kejadian effleurage teknik effleurage. Walaupun kejadian konstipasi
Konstipasi pada antara kelompok abdominal massage dengan teknik
Pasien yang swedish massage dan kelompok abdominal massage
Terpasang dengan teknik effleurage tidak berbeda, namun
Ventilasi abdominal massage dengan teknik effleurage waktu
Mekanik di ICU lebih efisien, energi yang dikeluarkan lebih minimal
dan meningkatkan kenyamanan. Oleh karena itu,
abdominal massage dengan teknik effleurage dan
teknik swedish massage disarankan untuk menjadi
pilihan intervensi bagi perawat ICU.
Daftar Pustaka :
Estri, Arimbi Karunia., dkk. 2016. Perbandingan Abdominal Massage dengan Teknik Swedish Massage dan Teknik Effleurage terhadap Kejadian Konstipasi pada
Pasien yang Terpasang Ventilasi Mekanik di ICU. JKP, 4(3), 225-235.
6. Pengaruh Miranti Quasi Intervensi Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji paired t-
Spiritual Florenci Eksperimen spiritual therapy test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
Therapy a Iswari pada tingkat pengaruh kombinasi terapi spiritual terhadap tingkat
kecemasan, stres dan depresi keluarga pasien yang
Terhadap kecemasan,
Tingkat stress, dan dirawat di ruang ICU RSMP. Terapi spiritual dapat
Kecemasan, depresi direkomendasikan sebagai salah satu pilihan terapi
Stres Dan komplementer dalam manajemen cemas, stress dan
depresi yang murah, mudah dan aman.
Depresi
Rekomendasi: 1) Rumah sakit dapat memfasilitasi
Keluarga Pasien
setiap ruangan tunggu ICU dengan audio untuk
Yang Dirawat
memperdengarkan Murrotal QS Ar-Rahman, 2) Dapat
Di Ruang
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah
Intensive Care
responden yang lebih banyak dan waktu penelitian
Unit.
serta frekuensi intervensi yang lebih lama.
Daftar Pustaka :
Iswari, Miranti Florencia. Pengaruh Spiritual Therapy Terhadap Tingkat Kecemasan, Stres Dan Depresi Keluarga Pasien Yang Dirawat Di Ruang ICU. Seminar dan
Workshop Nasional Keperawatan “Implikasi Perawatan Paliatif pada Bidang Kesehatan”, 32-38.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi isu di banyak negara.
Masyarakat menggunakan terapi ini dengan alasan keyakinan, keuangan,
reaksi obat kimia dan tingkat kesembuhan. Perawat mempunyai peluang
terlibat dalam terapi ini, tetapi memerlukan dukungan hasil-hasil
penelitian (evidence-based practice). Pada dasarnya terapi komplementer
telah didukung berbagai teori, seperti teori Nightingale, Roger, Leininger,
dan teori lainnya. Terapi komplementer dapat digunakan di berbagai level
pencegahan. Perawat dapat berperan sesuai kebutuhan klien.
Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas,
termasuk didalamnya orang yang terlibat dalam memberi pengobatan
karena banyaknya profesional kesehatan dan terapis selain dokter umum
yang terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini dapat meningkatkan
perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang dapat
memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
Perawat sebagai salah satu professional kesehatan, dapat turut serta
berpartisipasi dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai
dengan peran-peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat
dan keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran perawat dalam terapi
komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan
yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.
DAFTAR PUSTAKA

Afianti, Nurlaily & Ai Mardhiyah. 2017. Pengaruh Foot Massage terhadap


Kualitas Tidur Pasien di Ruang ICU. JKP, 5(1), 86-97.

Estri, Arimbi Karunia., dkk. 2016. Perbandingan Abdominal Massage dengan


Teknik Swedish Massage dan Teknik Effleurage terhadap Kejadian
Konstipasi pada Pasien yang Terpasang Ventilasi Mekanik di ICU. JKP,
4(3), 225-235.

Iswari, Miranti Florencia. Pengaruh Spiritual Therapy Terhadap Tingkat


Kecemasan, Stres Dan Depresi Keluarga Pasien Yang Dirawat Di Ruang
ICU. Seminar dan Workshop Nasional Keperawatan “Implikasi Perawatan
Paliatif pada Bidang Kesehatan”, 32-38.

Mutarobin, dkk. 2019. Pengaruh Earplug dan Eye Mask terhadap Kualitas Tidur
pada Pasien di ICU. Jurnal Keperawatan Indonesia, 22(2), 129-138.

Utami, A.D. & Kartika , I.R. 2018. Terapi Komplementer Guna Menurunkan
Nyeri Pasien Gastritis: Literatur Review. Real in Nursing Journal (RNJ),
1(3), 123-132.

Vitani, Raimonda Amayu., Andrew Johan., & Nana Rochana. 2016. Musik
Keroncong Menurunkan Nyeri Pascaoperasi di Ruang Perawatan Kritis.
Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah, 2(4), 1-10.

Widyatuti. 2008. Terapi Komplementer dalam Keperawatan. Jurnal Keperawatan


Indonesia, 12(1), 53-57.

Anda mungkin juga menyukai