Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

PENGOBATAN

DISUSUN OLEH:
ANITA REFANDA
19112216

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Defrima Oka Surya,M.Kep,Sp.Kep,Kom

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES MERCUBAKTI JAYA PADANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
 
Pertama-tama saya memanjatkan Puji syukur kepada Tuhan Yang maha esa
sehingga penulis diberikan kesehatan dan kesempatan sehinnga bisa meyelesaikan makalah
KEPERAWATAN KOMPLEMENTER ini tepat pada waktunya.
Tak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah mau
membaca makalah yang saya buat dan sesuai tepat waktu.
Di dalam makalah ini saya menyadari banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat saya harapkan agar menjadikan makalah ini lebih baik lagi.
Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
 
 
 
 
Padang, 30 September 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini diantara
banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang lain, seperti pengobatan
dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam. Definisi CAM (Complementary and
Alternative Madacine) suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai system,
modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori danpraktek kesehatan yang didukung
oleh teori dan kepercayaan (Hamijoyo, 2003) Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari
pengobatan modern (Medis) ke pengobatan komplementer, meskipun pemgobatan modern juga
sangat popular di perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak masyarakat
yang memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang ke pelayanan non medis (sangkal
putung) dari pada mengobatkan ke Rumah Sakit ahli tulang. Terapi komplementer dapat
dilakukan atas permintaan pasien sendiri ataupun atas rujukan dokter. Diharapkan dengan
penggabungan pengobatan konvensional komplementer bisa didapatkan hasil terapi yang lebih
baik.

2. Rumusan masalah
 Mengetahui kelebihan dan kekurangan terapi komplementer
 Mngetahui rasional penerapan terapi komplementer
 Focus terapi komplementer

3. Tujuan masalah
1. Mendeskripsi kelebihan dan kekurangan terapi komplementer pada daerah tempat
tinggal
2. Mendeskripsi rasional penerapan terapi komplementer
3. Mendeskripsi focus terapi komplementer
BAB II

PEMBAHASAN

1. Kelenihan dan kekurangan terapi komplimenter


Di daerah padang
 Pijat
Kelebihan pijat

Manfaat Pijat
Pijat atau urut telah menjadi salah satu pilihan terapi alternatif untuk mengatasi
nyeri badan akibat kelelahan atau cedera tertentu, seperti terkilir.
Pijat atau urut ini memang telah terbukti dapat mengurangi rasa nyeri,
mengurangi ketegangan otot, dan bahkan mengurangi stress.
Berdasarkan berbagai penelitian, pijat atau urut juga diduga bermanfaat untuk
mengatasi beberapa hal di bawah ini, yaitu:
• Mengurangi rasa cemas
• Gangguan pencernaan
• Fibromialgia (suatu penyakit yang menyebabkan rasa nyeri di beberapa
otot sekaligus)
• Nyeri kepala
• Insomnia yang disebabkan oleh stress
• Nyeri otot akibat cedera
• Nyeri otot akibat cedera saat berolahraga

Kekurangan pijat
Walaupun pijat atau urut memiliki berbagai manfaat yang baik, tetapi terdapat
beberapa kondisi tertentu di mana pijat atau urut tidak boleh dilakukan. Beberapa
kondisi tersebut adalah:
• Mempunyai kelainan pembekuan darah
• Mengkonsumsi obat pengencer darah
• Terdapat luka bakar pada kulit
• Adanya luka terbuka atau luka yang belum sembuh pada kulit
• Trombosis vena dalam (adanya sumbatan pada pembuluh vena dalam
yang diakibatkan oleh gumpalan darah)
• Mengalami patah tulang
• Menderita osteoporosis berat (pengeroposan tulang yang berat)
• Trombositopenia berat (kadar trombosit di dalam darah sangat rendah)
2. Rasional penerapan terapi komplementer
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern (Andrewset al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai
terapimodalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan
kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya
dengan pengobatan holistik.Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi
individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan
pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004). Pendapat lain
menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah domain luas dalam
sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai
dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang
umum di masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative
medicine/CAM
Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002).Terapi
komplementer dengan demikian dapat diterapkan dalam berbagai level pencegahan
penyakit.
Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit ataupun
rehabilitasi.
Bentuk promosi kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup dengan menggunakan
terapi nutrisi. Seseorang yang menerapkan nutrisi sehat, seimbang, mengandung berbagai
unsur akan meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensi komplementer ini berkembang di
tingkat pencegahan primer, sekunder, tersier dan dapat dilakukan di tingkat individu
maupun kelompok
misalnya untuk strategi stimulasi imajinatif dan kreatif (Hitchcock et al., 1999).
Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat selain
dapatmeningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah. Terapi
komplementer terutama
akan dirasakan lebih murah bila klien dengan penyakit kronis yang harus rutin
mengeluarkan dana.
Pengalaman klien yang awalnya menggunakan terapi modern menunjukkan bahwa
biaya membeli obat berkurang 200-300 dolar dalam beberapa bulan setelah menggunakan
terapi komplementer (Nezabudkin, 2007). Minat masyarakat Indonesia terhadap terapi
komplementer ataupun yang masih tradisional mulai meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya pengunjung praktik terapi komplementer dan tradisional di berbagai tempat.
Selain itu, sekolah-sekolah khusus ataupun kursuskursus terapi semakin banyak dibuka.
Ini dapat dibandingkan dengan Cina yang telah memasukkan terapi tradisional Cina atau
traditional ChineseMedicine (TCM) ke dalam perguruan tinggi di negara tersebut (Snyder
& Lindquis, 2002). Kebutuhan perawat dalam meningkatnya kemampuan perawat untuk
praktik keperawatan juga semakin meningkat. Hal ini didasari dari berkembangnya
kesempatan praktik mandiri. Apabila perawat mempunyai kemampuan yang dapat
dipertanggungjawabkan akan meningkatkan hasil yang lebih baik dalam pelayanan
keperawatan.
Jenis – jenis Terapi Komplementer :

Terapi komplementer yang direkomendasikan untuk perawat adalah : masase, terapi


musik, diet, teknik relaksasi, vitamin dan produk herbal Di Amerika terapi komplementer
kedokteran dibagi empat jenis terapi : Chiropractic, Teknik Relaksasi (termasuk bagian
dari Hypnomedis), Terapi Masase dan Akupunktur.Menurut National Institute of Health
(NIH), terapi komplementer dikategorikan menjadi 5, yaitu :

-Biological Based Practice : herbal, vitamin, dan suplemen lain


-Mind-body techniques : meditasi, hypnomedis
-Manipulative and body-based practice : pijat, refleksi
-Energy therapies : terapi medan magnet
-Ancient medical systems : obat tradisional chinese, aryuvedic, akupuntur
Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional,
yaitu sebagai berikut :

1. Akupunktur medic yaitu metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat
bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai
analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul
signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut
adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.

2. Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam
sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan
udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%).
Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada
telinga akibat tingginya tekanan udara.

3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa
herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka.
Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan
coba, baik terhadap keamanan maupun efektifitasnya.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah :

1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi, mediasi,
penyembuhan spiritual, doa dan yoga
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati,
aromaterapi, ayurveda
3. Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati,
pijat urut
4. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, mikro nutrient
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik

PERAN PERAWAT
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi komplementer
diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan langsung,
koordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat
bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum
mengambil keputusan. Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi
perawat di sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan
lebih dahulu mengembangkan kurikulum pendidikan (Crips& Taylor, 2001). Peran
perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai penelitian yang
dikembangkan dari hasilhasil evidence-based practice.

pengembangan kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan, dan riset. Apabila isu ini
berkembang dan terlaksana terutama oleh perawat yang mempunyai pengetahuan dan
kemampuan tentang terapi komplementer, diharapkan akan dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan sehingga kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama
dapat meningkat (HH, TH).

Perawat secara holistik harus bisa mengintegrasikan prinsip mind-body-spirit dan


modalitas (cara menyatakan sikap terhadap suatu situasi) dalam dalam kehidupan sehari-
hari dan praktek keperawatannya. Terapi komplementer menjadi salah satu cara bagi
perawat untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik dengan menggunakan diri sendiri
sebagai alat atau media penyembuh dalam rangka menolong orang lain dari masalah
kesehatan. Terapi komplementer digunakan bersama-sama dengan terapi medis
conventional.

3. Focus terapi komplementer


Fokus terapi komplementer adalah kesejahteraan yang berhubungan dengan :
 Tubuh
 pikiran
 spirit.
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan

Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk didalamnya


orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya profesional kesehatan
dan terapis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi komplementer.

 Saran

Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi dalam
terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada. Arah
perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk meningkatkan
peran perawat dalam terapi komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi
keperawatan yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi
 Daftar pustaka

Buckle, S. (2003). Aromatherapy. http// .www.naturalhealthweb.com/articles, diperoleh


25 Januari 2008.

Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (1999). Nurse’s
handbook of alternative and complementary therapies. Pennsylvania: Springhouse.

Anda mungkin juga menyukai