Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan
di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika
Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang
mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi
peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991
menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).

Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu
alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri
dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat
untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup
dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari
pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi komplementer (Snyder
& Lindquis, 2002).

Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di
berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi
komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat.
Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004).
Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya,
sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi komplementer.

Peran yang dapat diberikan perawat dalam terapi komplementer atau alternatif dapat
disesuaikan dengan peran perawat yang ada, sesuai dengan batas kemampuannya. Pada
dasarnya, perkembangan perawat yang memerhatikan hal ini sudah ada. Sebagai contoh yaitu
American Holistic Nursing Association (AHNA), Nurse Healer Profesional Associates
(NHPA) (Hitchcock et al., 1999). Ada pula National Center for Complementary/Alternative
Medicine (NCCAM) yang berdiri tahun 1998 (Snyder & Lindquis, 2002).

1
Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya penelitian terhadap terapi
komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat.
Perawat dapat berperan sebagai konsultan untuk klien dalam memilih alternatif yang sesuai
ataupun membantu memberikan terapi langsung. Namun, hal ini perlu dikembangkan lebih
lanjut melalui penelitian (evidence-based practice) agar dapat dimanfaatkan sebagai terapi
keperawatan yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian terapi komplementer?

1.2.2 Bagaimana terapi komplementer dalam keperawatan keluarga?

1.2.3 Bagaimana terapi tari dalam keperawatan keluarga?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui terapi komplementer.

1.3.2 Untuk mengetahui terapi komplementer dalam keperawatan keluarga.

1.3.3 Untuk mengetahui terapi tari dalam keperawatan keluarga.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Terapi Komplementer


A. Pengertian
Terapi komplementer dan alternatif adalah terapi dalam ruang lingkup luas
meliputi system kesehatan, modalitas, dan praktek-praktek yang berhubungan dengan
teori-teori dan kepercayaan pada suatu daerah dan pada waktu/periode tertentu. Terapi
komplementer adalah terapi yang digunakan secara bersama-sama dengan terapi lain
dan bukan untuk menggantikan terapi medis. Terapi komplementer dapat digunakan
sebagai single therapy ketika digunakan untuk meningkatkan kesehatan
Dalam hal pengobatan atau terapi alternative yang digunakan secara tersendiri
menggantikan pengobatan konvensional (kedokteran), maka sebutannya adalah
pengobatan alternative. Sedangkan bila cara pengobatan itu dilakukan bersama atau
sebagai tambahan terhadap pengobatan konvensional, maka sebutannya menjadi
pengobatan komplementer karena kedua cara pengobatan tersebut melengkapi satu
sama lainnya. Sebagai contoh, banyak rumah sakit di china menggunakan akupuntur
untuk mengurangi rasa nyeri selama operasi, menggantikan anestesi (obat bius).
Dalam hal ini akupuntur disebut sebagai penngobatan komplementer.
Alasan yang paling umum orang menggunakan terapi komplementer adalah
untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan/wellness. Wellness mencakup
kesehatan optimum seseorang, baik secara fisik, emosional, mental dan spiritual.
Fokus terapi komplementer adalah kesejahteraan yang berhubungan dengan tubuh,
pikiran dan spirit. Terapi komplementer bertujuan untuk mengurangi stres,
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, menghindari atau meminimalkan efek
samping, gejala-gejala, dan atau mengontrol serta menyembuhkan penyakit.

B. Jenis–jenis terapi komplementer


1. Akupunktur
Praktik akupunktur menurut teori ini, Chi (atau Qi, atau ki, atau energi vital)
dan darah bersirkulasi di dalam tubuh melalui system saluran darah yang disebut
meridian, dan menghubungkan organ-organ internal dengan organ-organ
eksternal atau jaringan. Dengan merangsang titik-titik tertentu pada permukaan

3
tubuh yang terletak di jalur meridian dengan menggunakan jarum akupunktur
atau moksibusi, maka aliran Chi dan darah bias diatur, dan dengan demikian
penyakit yang mengganggu bisa disingkirkan. Titik yang dirangsang tersebut
disebut titik-titik akupunktur atau Acupoints.
Kedudukan titik-titik akupunktur ada pada sejumlah jalur Meridian utama.
Ada 12 pasang jalur Meridian yang secara sistematis tersebar pada kedua belahan
tubuh (sebelah depan dan belakang), dan 2 jalur meridian tambahan di sepanjang
bagian tengan abdomen dan pnggung. Hingga saat ini telah diidentifikasi atau
ditemukan adanya lebih dari 300 titik akupunktur, masing-masing dengan fungsi
terapeutiknya sendiri. Sebagai contoh, titik Heju yang terletak diantara tulang
metacarpal pertama dan kedua, bisa mengurangi rasa nyeri di kepala dan mulut.
Sehingga titik Shenmen yang terletak di ujung medial dari pergelangan bisa
menimbulkan efek ketenangan.
2. Masase

Hipocrates pernah menyatakan bahwa “dokter harus berpengalaman dalam


banyak hal termasuk dalam memijat”. Pijatan dapat meluruskan sendi yang
terlalu lemas dan melemaskan sendi yang terlalu kuat. Minat memijat dianggap
telah dipengaruhi oleh Metzeger di Belanda dan di Inggris pada abad ke 19 ahli
pijat wanita dipekerjakan untuk memberikan terapi masase di bawah intruksi
yang diresepkan oleh dokter. Tahun 1985 perawat dipekerjakan sebagai pemijat
medis. Standar praktek diperkenalkan tahun 1920 oleh “Perkumpulan Pemijat
Terlatih” dan akhirnya menjadi “The Chartered Society of Massage and Medical
Gymnastics” yang dipelopori oleh “Chartered Society of Physiotherapy”. Seni
masase digunakan oleh ahli fisioterapi sebagai metode analisis dan terapi namun
lebih sering digunakan dalam terapi kecantikan dan pengobatan.

Masase dalam pasien perlu pengkajian secara holistik. Pasien dengan varises
vena, kondisi dengan penyakit jantung, hipertensi, kondisi asmatik akut harus
diidentifikasi dengan jelas. Lingkungan untuk pemijatan harus tenang, hangat,
penerangan memadai, dan alat yang digunakan mudah terjangkau.

Ahli terapi harus berfokus pada diri mereka sendiri dalam perannya
memberikan masase sebagai mekanisme penyembuhan. Sentuhan harus menjadi
medium komukasi dengan interupsi verbal jika perlu. Masase perlu

4
mengguanakan medium seperti minyak. Gerakan tangan harus tegas dan
menyeluruh. Penguabahan arah menuver masase harus terasa seperti pijatan
lembut dan halus.

Teknik dasar dalam masase :

 Mengurut
Mengurut adalah gerakan yang lembut, meluncur, dan ritmik yang selalu
mengikuti arah drainase vena menuju ke jantung. Tekanan dapat ringan atau
dalam tergantung tujuannya dan teknik ini baik untuk meningkatkan drainase
vena dan limfatik, meningkatkan sirkulasi, dan fungsi otot. Teknik ini dapat
digunakan untuk mengkaji kondisi kulit, tingkat ketegangan atau relaksasi,
dan adanya pembengkakan dibawah kulit.
 Meremas
Teknik meremas tangan harus tegas karena untuk menggerakan kulit diatas
otot, otot diatas otot atau jaringan diatas jaringan. Tangan diletakan pada
posisi datar dan digerakan dengan arah sirkular baik satu atau berlawanan.
Teknik ini digunakan untuk menghilangkan tegangan.
 Memijat
Teknik ini menggunakan ujung luar telapak tangan untuk membuat gerakan
pendek, tajam, dan gerakan mencincang. Menekan digunakan untuk
melemaskan sekresi yang terhambat dari paru sepeti kistik fibrosis. Tangan
digerakan secara bergantian dengan cara cepat dan berulang-ulang.

Manfaat dari masase adalah meningkatkan sirkulasi, aktifitas refleks pada


sistem saraf pusat, perifer, dan otonom. Pijatan membantu vena balik dan
menghilangkan sampah yang terakumulasi dalam jaringan. Mengurut dan
meremas menstimulasi sirkulais lokal dan mobilisasi jaringan lunak. Manfaat
secara psikologis yaitu berkaitan dengan timbal balik sentuhan dan proses
relaksasi yang berkaitan dengan masase.
Masase berguna untuk meningkatkan kesejahteraan individu baik sebagai
terapi terpisah atau pelengkap dalam pengobatan ortodoks. Masase secara klinis
dapat digunakan untuk mengurangi stress dan meningkatkan perbaikan jaringan
dan kerusakan otot. Terapi ini dapat dimasukan dalam aktivitas rutin seperti
memandikan ditempat tidur dan perawaatn daerah tekanan. Masase dapat

5
digunakan sebagai teknik tersendiri atau dapat dikombinasikan dengan minyak
sari yang memberi lingkup terapeutik.
3. Akupresure
Pada dasarnya Akupresure berarti teknik pijat yang dilakukan pada titik-titik
tertentu di tubuh, untuk menstimulasi titik-titik energy. Titik-titik tersebut adalah
titik-titik akupunktur. Tujuanya adalah agar seluruh tubuh memperoleh jumlah
‘chi’ yang cukup sehingga terjadi keseimbangan chi tubuh. ‘Chi’ adalah energy
yang mengalir melalui jaringan diberbagai Meridian tubuh dan cabang-
cabangnya.
4. Brain Gym
Brain gym adalah program yang disusun berdasarkan pola gerak. Latihan-
latihannya menggali kembali pola gerak masa pertumbuhan yang dilakukan anak-
anak secara alamiah, sebagai bagian dari proses tumbuh kembang mereka ketika
masih bebas dari stress. Brain gym dikembangkan berdasarkan himpunan hasil
penelitian selama lebih dari 80 tahun, dari para terapis pendidikan, optometris
pertumbuhan dan para spesialis lain dalam bidang olah gerak, pendidikan dan
pertumbuhan anak-anak.

2.2 Terapi Komplementer dalam Keperawatan Keluarga

2.3 Terapi Tari dan Gerak (Dance and Movement Therapy)


Terapi tari dan gerak (dance and movement therapy-DMT) merupakan
psikoterapeutik dengan menggunakan tarian dan gerakan di mana setiap orang dapat ikut
serta secara kreatif dalam proses untuk memajukan integrasi emosional, kognitif, fisik, dan
sosial.
2.3.1 Teori Terapi Tari dan Gerak
Prinsip terapi tari dan gerak bahwa bentuk refleks gerak seseorang berasal dari
pikiran dan perasaan. Melalui pengetahuan dan dukungan klien, perawat membantu
perkembangan dan pengintegrasian pola gerak adaptif baru bersama dengan
pengalaman emosional yang diiringi beberapa perubahan.
Terapi tari dan gerak diberikan bagi individu dan kelompok terapi dalam
konteks kesehatan, pendidikan, sosial, dan dalam latihan pribadi. Terapi tari dan gerak

6
tidak hanya mengajarkan kemampuan menari atau latihan tari. Terapi tari dan gerak
mempunyai dua asumsi pokok yaitu bagaimana klien dapat mengontrol diri dan
mengekspresikan perasaan serta merupakan pendekatan holistis yang penting bagi
tubuh, proses berpikir, dan bekerja mengacu pada integrasi diri.
Individu selalu mengungkapkan diri dalam gerak dan tari, mengungkapkan
rasa terima kasih. Perilaku individu yang dikenal dengan baik ini dapat dilihat
kerangka teori digunakan untuk mendeskripsikan proses dan hasil akhir terapi tari dan
gerak.

2.3.2 Psikoterapi Nonverbal yang Expresif dan Kreatif


Terapi tari dan gerak berpusat pada klien, nonverbal dan bottom-up (body
mind) therapy. Gerak merupakan pengalaman secara langsung dan menyertakan
komunikasi nonverbal yang didasarkan pada tubuh. Gerak memberikan pelepasan
fisik terhadap emosi yang dapat dialami sebagai sebuah aliran seperti proses kreatif
dalam interaksi dengan penerimaan orang lain.

2.3.3 Ilmu Saraf dan Cermin Neuron


Penelitian pada ilmu saraf menerangkan bahwa sebagai organ sosial tubuh.
Cermin neuron merupakan sistem yang menghubungkan persepsi terhadap tindakan.
Saat tindakan disengaja diobservasi, cermin neuron yang sama akan menyala seperti
saat individu mengamati tindakan yang memainkan perilaku yang sama. Otak
demikian bekerja keras untuk mengerti maksud dan perasaan orang lain, serta
melakukan proses berpikir dan perwujudan.

2.3.4 Neurobiologi Interpersonal


Individu yang mendapat perasaan langsung dari dirinya sendiri akan mencapai
sukses beberapa tingkat pada integrasi neuron yang koheren secara internal dan
tersedia bagi hubungan interpersonal. Integrasi dari logis sisi kiri dengan tersedia bagi
hubungan interpersonal. Integrasi dari logis sisi kiri dengan otobiografi sisi kanan
otak dapat mengahasilkan pemahaman diri yang menjadi perasaan dari hidup
seseorang.
Terapi tari dan gerak pada lansia pertama kali diperkenalkan pada 1942 oleh
maria chance. Terapi tari dan gerak pada lansia berfokus pada tiga hal, yaitu sosial,
fisik, dan psikologis.

7
1. Aspek sosial, meliputi : Pengembangan interaksi sosial, berbagi perasaan dan
pengalaman, serta dukungan sosial.
2. Aspek fisik, mengacu pada kebutuhan masing-masing individu selama proses meliputi
latihan fisik dan ekspresi.
3. Aspek psikologis, meliputi : peningkatan integrasi personal, ekpresi dari emosi dan
perasaan terhadap harga diri serta kualitas hidup dari lansia.
Terapi tari dan gerak ideal digunakan pada lansia dan mudah untuk dipelajari
sehingga lansia dapat membentuk koping yang adaptif terhadap permasalahan yang
dihadapi dan berbagai stres di hari tua.

2.3.5 Manfaat Terapi Tari dan Gerak


1. Meningkatkan kesadaran diri, harga diri, dan otonomi personal.
2. Meningkatkan hubungan antara pikiran, perasaan, dan tindakan.
3. Meningkatkan dan melatih kembali perilaku koping yang adaptif
4. Mengungkapkan dan mengelola pikiran atau perasaan yang berlebihan.
5. Memaksimalkan sumber-sumber komunikasi.
6. Menghubungkan sumber-sumber dari dalam melalui permainan gerak kreatif.
7. Menguji pengaruh pada diri sendiri terhadap orang lain.
8. Menguji perasaan di dalam hati dengan kenyataan yang ada di dunia luar.
9. Memulai perubahan fisik, emosional, dan koginitif.
10. Mengembangkan dalam hal mempercayai hubungan dengan orang lain.
11. Mengatur dan mengelola perasaan yang dapat mengganggu proses belajar.
12. Meningkatkan kemampuan interakasi sosisal.

2.3.6 Indikasi terapi tari dan Gerak


1. Individu yang mengalami kesulitan atau kekhawatiran dengan masalah emosioanal,
konflik, atau stres.
2. Individu yang ingin meningkatkan kemampuan komunikasi personal, eksplorasi
diri, atau pemahaman diri.
3. Individu yang mungkin menemukan beberapa perasaan atau pengalaman yang
terlalu berlebihan atau kesulitan untuk mengkomunikasikan dengan kata-kata
sendiri atau bagi mereka mungkin menghindari perasaan atau persoalan yang
membingungkan dalam penggunaan kata-kata.

8
4. Individu yang memiliki masalah melampaui kondisi jasmani, dalam penyimpangan
atau kekhawatiran tentang citra diri, dalam kesulitan gerak sesungguhnya seperti
tekanan dan pembatasan area dari tubuh, gangguan gerak atau dalam kecemasan
tentang kedekatan, kontak fisik atau kepercayaan.
5. Individu yang mengalami gangguan atau trauma. Hal ini menyebabkan gangguan
kapasitas bagi individu tersebut atau orang lain untuk menyatakan serta mengerti
Kekuatan maupun kelemahan personal.
6. Individu yang selama periode tertentu dari stres seperti individu yang berhubungan
dengan kehilangan, transisi, atau perubahan.
7. Individu yang khawatir bahwa masalah yang dirasakan akan pergi dalam waktu
sangat lama atau individu yang biasanya memiliki perasaan bahwa berbagai hal
tidak benar dalam hubungan individu atau keluarga.
8. Individu yang memiliki komunikasi verbal yang kurang tersedia.
9. Individu dengan kesulitan belajar.
10. Individu dengan sakit mental atau fisik.
11. Individu yang ingin menggunakan media ini untuk perkembangan personal.

2.3.7 Teknik Terapi Tari dan Gerak


Terapi tari dan gerak merupakan proses kreatif dan dibagi dalam empat
tingkat. Tiap tingkatan memiliki tujuan. Tujuan ini menghubungkan dengan tujuan
terbesar dari terapi dan kekuatan perubahan dari satu orang terhadap orang lain. ada
empat tingkatan dalam terapi tari dan gerak yang merupakan progresif secara alami,
meliputi :
1) Persiapan atau tingkat pemanasan, di mana keamanan disusun;
2) Inkubasi atau tingkat relaksasi, di mana individu membiarkan pergi kontrol
kesadarannya dan gerakannya menjadi simbolik.
3) Ilumination, dalam tingkat ini arti menjadi kelas, di mana dapat memperoleh efek
positif maupun efek negatif.
4) Evaluasi atau tingkat terakhir, arti dari kesuluruhan proses didiskusikan dengan orang
yang menjalani, setelah terapi dimulai dan berakhir.
Berdasarkan model Marion Chace’s, terapi tari dan gerak memiliki empat
bagian. Durasi yang di butuhkan untuk menyelesaikan keempat bagian tersebut adalah
50 menit sampai 1,5 jam. Struktur ini dapat digunakan secara individu maupun dalam
sesi berkelompok pada berbagai pada berbagai tatanan seperti pada kesehatan jiwa,

9
program edukasi, pelayanan kebutuhan khusus, dan konsultasi pribadi. Keempat
bagian tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pengecekan verbal (Verbal checking). Durasi yang dibutuhkan selama 5 sampai 10
menit.
2. Pemanasan (Warm Up). Durasi yang dibutuhkan kurang lebih 10 sampai 15 menit.
Tahapan ini memfasilitasi klien untuk mendapatkan sentuhan dengan tubuh dan
memberikan titik fokus.
3. Proses gerak (movement process). Durasi yang dibutuhkan kurang lebih 25 sampai 30
menit. Kemananan harus di jaga ketika klien mengekspresikan perasaan dan
berhubungan satu dengan yang lain. proses ini merupakan proses yang tidak langsung
dan klien bebas mengekspresikan perasaan dan melakukan interaksi secara nonverbal.
4. Penutupan (closure). Durasi yang dibutuhkan adalah 10 sampai 15 menit. Proses ini
merupakan diskusi mengenai tema dan perasaan serta mengenai gambaran verbal dari
apa yang didapatkan selama proses gerak.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional seperti jamu yang
telah berkembang lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai jenjang pelayanan
kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan Barat (obat kimia) tetapi secara mandiri
memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan terapi komplementer.

Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk didalamnya


orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya profesional kesehatan dan
terapis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini dapat
meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang dapat
memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Perawat sebagai salah satu professional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi
dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada. Arah
perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran
perawat dalam terapi komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan
yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.

3.2 Saran
1. Manfaat bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan dibidan terapi
komplementer.
2. Manfaat bagi masyarakat luas untuk lebih mengenal terapi komplementer.

11
DAFTAR PUSTAKA

Setyoadi & Kusharyadi.2011.Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik.


Jakarta:Salemba
Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. 1999, Nurse’s
Handbook Of Alternative And Complementary, Therapies. Pennsylvania : Springhouse.

12

Anda mungkin juga menyukai