PENDAHULUAN
Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu
alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri
dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat
untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup
dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari
pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi komplementer (Snyder
& Lindquis, 2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di
berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi
komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat.
Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004).
Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya,
sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi komplementer.
Peran yang dapat diberikan perawat dalam terapi komplementer atau alternatif dapat
disesuaikan dengan peran perawat yang ada, sesuai dengan batas kemampuannya. Pada
dasarnya, perkembangan perawat yang memerhatikan hal ini sudah ada. Sebagai contoh yaitu
American Holistic Nursing Association (AHNA), Nurse Healer Profesional Associates
(NHPA) (Hitchcock et al., 1999). Ada pula National Center for Complementary/Alternative
Medicine (NCCAM) yang berdiri tahun 1998 (Snyder & Lindquis, 2002).
1
Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya penelitian terhadap terapi
komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat.
Perawat dapat berperan sebagai konsultan untuk klien dalam memilih alternatif yang sesuai
ataupun membantu memberikan terapi langsung. Namun, hal ini perlu dikembangkan lebih
lanjut melalui penelitian (evidence-based practice) agar dapat dimanfaatkan sebagai terapi
keperawatan yang lebih baik.
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
tubuh yang terletak di jalur meridian dengan menggunakan jarum akupunktur
atau moksibusi, maka aliran Chi dan darah bias diatur, dan dengan demikian
penyakit yang mengganggu bisa disingkirkan. Titik yang dirangsang tersebut
disebut titik-titik akupunktur atau Acupoints.
Kedudukan titik-titik akupunktur ada pada sejumlah jalur Meridian utama.
Ada 12 pasang jalur Meridian yang secara sistematis tersebar pada kedua belahan
tubuh (sebelah depan dan belakang), dan 2 jalur meridian tambahan di sepanjang
bagian tengan abdomen dan pnggung. Hingga saat ini telah diidentifikasi atau
ditemukan adanya lebih dari 300 titik akupunktur, masing-masing dengan fungsi
terapeutiknya sendiri. Sebagai contoh, titik Heju yang terletak diantara tulang
metacarpal pertama dan kedua, bisa mengurangi rasa nyeri di kepala dan mulut.
Sehingga titik Shenmen yang terletak di ujung medial dari pergelangan bisa
menimbulkan efek ketenangan.
2. Masase
Masase dalam pasien perlu pengkajian secara holistik. Pasien dengan varises
vena, kondisi dengan penyakit jantung, hipertensi, kondisi asmatik akut harus
diidentifikasi dengan jelas. Lingkungan untuk pemijatan harus tenang, hangat,
penerangan memadai, dan alat yang digunakan mudah terjangkau.
Ahli terapi harus berfokus pada diri mereka sendiri dalam perannya
memberikan masase sebagai mekanisme penyembuhan. Sentuhan harus menjadi
medium komukasi dengan interupsi verbal jika perlu. Masase perlu
4
mengguanakan medium seperti minyak. Gerakan tangan harus tegas dan
menyeluruh. Penguabahan arah menuver masase harus terasa seperti pijatan
lembut dan halus.
Mengurut
Mengurut adalah gerakan yang lembut, meluncur, dan ritmik yang selalu
mengikuti arah drainase vena menuju ke jantung. Tekanan dapat ringan atau
dalam tergantung tujuannya dan teknik ini baik untuk meningkatkan drainase
vena dan limfatik, meningkatkan sirkulasi, dan fungsi otot. Teknik ini dapat
digunakan untuk mengkaji kondisi kulit, tingkat ketegangan atau relaksasi,
dan adanya pembengkakan dibawah kulit.
Meremas
Teknik meremas tangan harus tegas karena untuk menggerakan kulit diatas
otot, otot diatas otot atau jaringan diatas jaringan. Tangan diletakan pada
posisi datar dan digerakan dengan arah sirkular baik satu atau berlawanan.
Teknik ini digunakan untuk menghilangkan tegangan.
Memijat
Teknik ini menggunakan ujung luar telapak tangan untuk membuat gerakan
pendek, tajam, dan gerakan mencincang. Menekan digunakan untuk
melemaskan sekresi yang terhambat dari paru sepeti kistik fibrosis. Tangan
digerakan secara bergantian dengan cara cepat dan berulang-ulang.
5
digunakan sebagai teknik tersendiri atau dapat dikombinasikan dengan minyak
sari yang memberi lingkup terapeutik.
3. Akupresure
Pada dasarnya Akupresure berarti teknik pijat yang dilakukan pada titik-titik
tertentu di tubuh, untuk menstimulasi titik-titik energy. Titik-titik tersebut adalah
titik-titik akupunktur. Tujuanya adalah agar seluruh tubuh memperoleh jumlah
‘chi’ yang cukup sehingga terjadi keseimbangan chi tubuh. ‘Chi’ adalah energy
yang mengalir melalui jaringan diberbagai Meridian tubuh dan cabang-
cabangnya.
4. Brain Gym
Brain gym adalah program yang disusun berdasarkan pola gerak. Latihan-
latihannya menggali kembali pola gerak masa pertumbuhan yang dilakukan anak-
anak secara alamiah, sebagai bagian dari proses tumbuh kembang mereka ketika
masih bebas dari stress. Brain gym dikembangkan berdasarkan himpunan hasil
penelitian selama lebih dari 80 tahun, dari para terapis pendidikan, optometris
pertumbuhan dan para spesialis lain dalam bidang olah gerak, pendidikan dan
pertumbuhan anak-anak.
6
tidak hanya mengajarkan kemampuan menari atau latihan tari. Terapi tari dan gerak
mempunyai dua asumsi pokok yaitu bagaimana klien dapat mengontrol diri dan
mengekspresikan perasaan serta merupakan pendekatan holistis yang penting bagi
tubuh, proses berpikir, dan bekerja mengacu pada integrasi diri.
Individu selalu mengungkapkan diri dalam gerak dan tari, mengungkapkan
rasa terima kasih. Perilaku individu yang dikenal dengan baik ini dapat dilihat
kerangka teori digunakan untuk mendeskripsikan proses dan hasil akhir terapi tari dan
gerak.
7
1. Aspek sosial, meliputi : Pengembangan interaksi sosial, berbagi perasaan dan
pengalaman, serta dukungan sosial.
2. Aspek fisik, mengacu pada kebutuhan masing-masing individu selama proses meliputi
latihan fisik dan ekspresi.
3. Aspek psikologis, meliputi : peningkatan integrasi personal, ekpresi dari emosi dan
perasaan terhadap harga diri serta kualitas hidup dari lansia.
Terapi tari dan gerak ideal digunakan pada lansia dan mudah untuk dipelajari
sehingga lansia dapat membentuk koping yang adaptif terhadap permasalahan yang
dihadapi dan berbagai stres di hari tua.
8
4. Individu yang memiliki masalah melampaui kondisi jasmani, dalam penyimpangan
atau kekhawatiran tentang citra diri, dalam kesulitan gerak sesungguhnya seperti
tekanan dan pembatasan area dari tubuh, gangguan gerak atau dalam kecemasan
tentang kedekatan, kontak fisik atau kepercayaan.
5. Individu yang mengalami gangguan atau trauma. Hal ini menyebabkan gangguan
kapasitas bagi individu tersebut atau orang lain untuk menyatakan serta mengerti
Kekuatan maupun kelemahan personal.
6. Individu yang selama periode tertentu dari stres seperti individu yang berhubungan
dengan kehilangan, transisi, atau perubahan.
7. Individu yang khawatir bahwa masalah yang dirasakan akan pergi dalam waktu
sangat lama atau individu yang biasanya memiliki perasaan bahwa berbagai hal
tidak benar dalam hubungan individu atau keluarga.
8. Individu yang memiliki komunikasi verbal yang kurang tersedia.
9. Individu dengan kesulitan belajar.
10. Individu dengan sakit mental atau fisik.
11. Individu yang ingin menggunakan media ini untuk perkembangan personal.
9
program edukasi, pelayanan kebutuhan khusus, dan konsultasi pribadi. Keempat
bagian tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pengecekan verbal (Verbal checking). Durasi yang dibutuhkan selama 5 sampai 10
menit.
2. Pemanasan (Warm Up). Durasi yang dibutuhkan kurang lebih 10 sampai 15 menit.
Tahapan ini memfasilitasi klien untuk mendapatkan sentuhan dengan tubuh dan
memberikan titik fokus.
3. Proses gerak (movement process). Durasi yang dibutuhkan kurang lebih 25 sampai 30
menit. Kemananan harus di jaga ketika klien mengekspresikan perasaan dan
berhubungan satu dengan yang lain. proses ini merupakan proses yang tidak langsung
dan klien bebas mengekspresikan perasaan dan melakukan interaksi secara nonverbal.
4. Penutupan (closure). Durasi yang dibutuhkan adalah 10 sampai 15 menit. Proses ini
merupakan diskusi mengenai tema dan perasaan serta mengenai gambaran verbal dari
apa yang didapatkan selama proses gerak.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional seperti jamu yang
telah berkembang lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai jenjang pelayanan
kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan Barat (obat kimia) tetapi secara mandiri
memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan terapi komplementer.
Perawat sebagai salah satu professional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi
dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada. Arah
perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran
perawat dalam terapi komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan
yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.
3.2 Saran
1. Manfaat bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan dibidan terapi
komplementer.
2. Manfaat bagi masyarakat luas untuk lebih mengenal terapi komplementer.
11
DAFTAR PUSTAKA
12