DI SUSUN
OLEH:
KELOMPOK
NAMA KELOMPOK:
1. RUS SRIYANI (1420118070)
2. ROSNA WALI (1420118098)
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kita panjatkan terhadap kehadirat Allah SWT,karena berkat dan
rahmat karunia-Nya,kami dapat menyelesaikan makalah yang berjul “Konsep dasar
terapi komplomenter”.
Kritik dan saran sangat kami harapkan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat,
Aamiin.
Cover
Kata Pengantar
Daftar isi
Daftar Lampiran
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistimatika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Terapi Komplomenter
2.1.1 Definisi
2.1.2 Tujuan/saran
2.1.3 Manfaat
2.1.4 Ruang lingkup
2.1.5 Etika pemberian
2.2 Kelemahan terapi komplomenter
2.3 Kelebihan terapi komplomenter
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Berikan contoh terapi komplomenter
3.2 Proses pembuatan penyajian setiap terapi
3.3 Penggunaan setiap terapi
BAB IV. KESIMPULAN & SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.2 Tujuan/sasaran
Tujuan
1. Sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis.
2. Untuk memperbaiki fungsi dari system tubuh, terutama
system kekebalan dan pertahanan tubuh
3. Lebih berserah diri ikhlas menerima keadaan.
Sararan
1. Pasien dengan penyakit jantung
2. Pasien dengan penyakit autis dan hiperaktif
3. Pasein dengan kanker
2.1.3 Manfaat
1. Meningkatkan kualitas hidup
2. Mengurangi stress dan mencegah penyakit
3. Terapi suportif untuk mengontrol gejala meminimalkan efek
samping
4. Berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara
keseluruhan
2.1.4 Ruang lingkup
Ruang lingkup pelayanan kesehatan tradisional komplementer
sesuai PERMENKES No: 1109/Menkes/Per/IX/2007, antara lain:
Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions)
meliputi:
1. Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga
2. System pelayanan pengobatan alternative meliputi: akupuntur,
akupresur, naturopati, homopati, aromaterapi, Ayurveda
3. Cara penyembuhan manual meliputi: chiropracactice, healing
touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat urat
4. Pengobatan farmakologi dan biologi meliputi: jamu, herbal,
gurah
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan meliputi:
diet makro nutrient, mikro nutrient
6. Cara lain dalam giagnosa dan pengobatan meliputi: terapi ozon,
hiperbarik
1. Terapi air
Contoh kasus :
2. Terapi yoga
Contoh kasus :
3. Terapi akupuntur
Contoh kasus :
Pendahuluan: Hipertensi adalah penyakit yang disebut
sebagai the silent killer, Penyakit ini penyumbang kematian
akibat penyakit tidak menular (PTM) yang meningkat pada
tahun 2013 dari 41,7% menjadi 60% dan menyebabkan
penyakit lain contohnya adalah serangan jantung, stroke
gangguan ginjal, dan juga kebutaan, saat ini terdapat 600 juta
penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta diantaranya
meninggal setiap tahunnya, 7 dari setiap 10 penderita tersebut
tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. Salah satu
terapi komplementer yang dapat digunakan untuk mengobati
hipertensi adalah Akupunktur. Metode:
Metode penelitian berupa Pre-Experimental One Group
Pretest-Posttest.Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1
Februari - 1 Maret 2016.Analisa data menggunakan uji
statistikPaired t-test.Pengumpulan sampel menggunakan
metode Accidental Sampling dan diperoleh 10 responden.
Hasil: Hasil uji Paired t-test data tekanan darah sistol
diastol sebelum dan sesudah diberikan perlakuan menunjukkan
p value =0.000, hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan
terapi akupunktur dalam menurunkan tekanan darah sistol dan
diastol pada pasien hipertensi. Terapi akupunktur dapat
mengharmonisasikan aliran qi dan darah sehingga akan
merelaksasikan spasme dan menurunkan tekanan darah. Selain
itu penusukan akupunktur pada titik tertentu merupakan
Diskusi: Selain itu penusukan akupunktur pada titik
tertentu merupakan rangsangan pada saraf aferen yang akan
diteruskan ke cornu posterior medulla spinalis kemudian ke
cornu intermediolateral lalu kesusunan saraf otonom yang
menimbulkan hambatan rangsangan simpatis sehingga terjadi
vasodilatasi. Jadi terapi komplementer ini bisa menjadi salah
satu alternatif bagi seseorang yang mengalami hipertensi.
2. Akupuntur
Secarateoritis, jarum ditempatkan untuk merangsang serabut
saraf besar, sehingga sinyals araf nyeri yang kecil menjadi terhambat.
Mathew mengatakan bahwa logika yang sama mendasari teori
mengapa menggosok siku setelah terbentur dapat membantu
mengurangi rasa sakit, sebab tubuh merangsang penghambatan saraf
sakit untuk menenangkan rasa sakit.
Kemungkinan lain adalah endorfin, hormon yang membuat
orang 'merasabaik'. Mathew mengatakan bahwa bahan kimia yang
membuat orang merasa bahagia ini dilepaskan ketika menanggapi
berbagai fenomena seperti kesusahan, cedera, larijarakjauh, memakan
cokelat, serta memiliki kemampuan layaknya morfin bagi tubuh dan
otak.
3. Self-care
Self care adalah kinerja atau praktek dari aktivitasi ndividu,
memulai dan melaksanakan atas nama mereka sendiri untuk
memelihara hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Kemampuan
individu untuk terlibat
self care dipengaruhi oleh faktorusia, jenis kelamin, status
perkembangan, status kesehatan, orientasi sosiokultural, faktor
system perawatan kesehatan, system keluarga, pola atau gaya hidup,
lingkungan dan ketercukupan atau ketersediaan sumbe rdaya (George,
1995). Selain itu kemampuan dalam self care juga dipengaruhi oleh
tingka tpendidikan dan lamanya sakit.
4. Aromaterapi
Aromaterapi adalah teknik pengobatan atau perawatan
menggunakan wangi-wangian yang berasal dari minyak alami dari
tumbuh-tumbuhan, bunga atau pohon yang berbau harum dan
enak.Aromaterapi digunakan sebagai minyak pijat (massage),
inhalasi dan produk kecantikan dan parfum.Aromaterapi
bermanfaat untuk penyembuhan secara holistik, menenangkan
sentuhan penyembuhan dengan sifat terapeutik dan memberikan
kenyamanan emosional dalam mengembalikan
keseimbanganbadan.
a. Ingesti
Penggunaan aromaterapi dengan cara ingesti adalah melalui
mulut dan kemudian ke saluran pencernaan. Sasaran ke saluran
pencernaan juga dapat dilakukan melalui dubur atau liang kemaluan.
Ingesti merupakan cara aplikasi utama aromaterapi kedalam badan oleh
aromatolog dan para dokter di Perancis. Ada beberapa macam metode
ingesti diantaranya adalah per os, yaitu memasukkan aromaterapi,
tepatnya larutan aromaterapi, ke dalam badan melalui mulut.
Aromaterapi yang digunakan dalam cara ini harus dalam keadaan
terlarut. Para aromatolog biasanya menggunakan alkohol dan madu
atau minyak lemak sebagai pelarutnya.
2. yoga
a. Pembaruan Energi
berbagai posisi yoga yaitu anti penuaan dan anti gravitasi.
Berbagai proses tersebut dapat mengurangi pengeriputan organ atau
otot yang ditimbulkan pleh proses penuaan dan pengaruh proses
gravitasi yang terus menerus.
c. Perbaikan sirkulas
posisi yoga akan membawa perbaikan sirkulasi darah dan
kelenjar etah bening diseluruh tubuh. Tekanan dari ruang abdomen
terdapat diagfragma yang dapat melatih oto-otot diagfragma dan
jantung. Posisi terbalik dapat meningkatkan kualitas tidur karena
posisi tersebut membantu proses relaksasi system syaraf simpatik.
3. Akupuntur
4. self-care
a. Jadikan tidur sebagai bagian dari rutinitas self-care
Tidur dapat memberikan efek besar pada tubuh, baik secara
emosional maupun secara fisik. Kurang tidur (secara kuantitas maupun
kualitas) pun dapat menjadi penyebab utama beberapa masalah
kesehatan.Selain itu, stres juga bisa memberikan gangguan pada pola
tidur.Untuk membantu menjadikan tidur lebih teratur sebagai
penerapan self-care, mulailah dengan lebih memikirkan rutinitas malam
Sangat penting untuk menghindari konsumsi kafein dan gula, yang
cenderung membuat Mama sulit tidur Selanjutnya, pastikan kamar tidur
Mama bebas dari gangguan yang bisa mengurangi kualitas tidur.
Misalnya hindari ada televisi, laptop, dan juga ponsel.
b. Berolahraga setiap hari
Olahraga rutin setiap hari membantu menyehatkan tubuh secara
fisik dan mental, menjaga suasana hati serta mengurangi stres dan
kecemasan.Apabila memang sulit untuk ke gym setiap hari, lakukan
aktivitas fisik sederhana seperti banyak jalan kaki atau yoga.
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
4.1 Kesimpulan
Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi
tradisional seperti jamu yang telahberkembang lama.Kenyataannya
klien yang berobat di berbagai jenjang pelayanan kesehatantidak
hanya menggunakan pengobatan Barat (obatkimia) tetapi secara
mandiri memadukan terapitersebut yang dikenal dengan terapi
komplementer.Perkembangan terapi komplementer ataualternatif
sudah luas, termasuk didalamnya orangyang terlibat dalam memberi
pengobatan karenabanyaknya profesional kesehatan dan terapis
selaindokter umum yang terlibat dalam terapikomplementer.Hal ini
dapat meningkatkanperkembangan ilmu pengetahuan
melaluipenelitian-penelitian yang dapat memfasilitasiterapi
komplementer agar menjadi lebih dapatdipertanggungjawabkan.
4.2 Saran
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut
serta berpartisipasi dalam terapi komplementer.Peran yang dijalankan
sesuaidengan peran-peran yang ada. Arah perkembangankebutuhan
masyarakat dan keilmuan mendukunguntuk meningkatkan peran
perawat dalam terapikomplementer karena pada
kenyataannya,beberapa terapi keperawatan yang berkembangdiawali
dari alternatif atau tradisional terapi.Kenyataan yang ada, buku-buku
keperawatanmembahas terapi komplementer sebagai isu
praktikkeperawatan abad ke 21. Isu ini dibahas dari
aspekpengembangan kebijakan, praktik keperawatan,pendidikan, dan
riset. Apabila isu ini berkembangdan terlaksana terutama oleh perawat
yangmempunyai pengetahuan dan kemampuan tentangterapi
komplementer, diharapkan akan dapatmeningkatkan pelayanan
kesehatan sehinggakepuasan klien dan perawat secara bersama-
samadapat meningkat (HH, TH).
DAFTAR PUSTAKA
Hudiyawati, Dian dkk.2018.Yoga sebagai intervensi gangguan tidur pada
pasien hipertensi. Jurnal komunikasi kesehatan.Vol.IX No.1. https:// 111-Article
Text-228-1-10-20200123.pdf pada 13 januari 2021 pukul 20.19 WIT.
Hasnah dan dian fkawati, 2016. Pengaruh terapi akupuntur pada pasien
hipertensi di bali kesehatan tradisional masyarakat Makassar. Jurnal of Islamic
nursing. Vol. 1 No. 1. https:// 3505-7488-1-PB.pdf diakses pada 13 januari 2021
pukul 20.30 WIT
Ananditha, Aries Chandra. 2014. ‘’penerapan self care deficit nursing theory
(SCDNT) pada anak dengan penyakit kronik yang mengalami masalah pada aktivitas
dan istirahat di ruang non infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta’’. Dalam
universitas Indonesia (pdf) https:// file (1).pdf