DOSEN PENGAMPU
Nurhikmah, SST , MPH
DISUSUN OLEH :
2. Mind-body medicine
a. Meditasi
Meditasi adalah pengaturan perhatian oleh diri sendiri secara sengaja. Ada
dua kategori meditasi: konsentrasi dan kesadaran. Metode konsentrasi
menumbuhkan kemanunggalan perhatian dan mulai dengan mantra (suara
diulang, kata, atau frase) seperti dalam meditasi transendental. Praktek
pengurangan stres berbasis kesadaran mulai dengan pengamatan pikiran, emosi,
dan sensasi tanpa penilaian yang muncul di bidang kesadaran.
Meditasi telah membantu untuk pasien kanker yang sakit parah untuk
menghilangkan rasa sakit fisik dan emosional. Banyak pasien kanker meninggal
menemukan bahwa ketenangan dan tenang pada meditasi menimbulkan perasaan
yang mendalam dari penerimaan, kesejahteraan, dan kedamaian batin. Sebuah
studi yang dilakukan pada 51 pasien rawat jalan dengan nyeri kronis dengan
program 10-minggu menunjukkan penurunan 50% rasa sakit. Meditasi
mengurangi tingkat stres yang berpotensi dapat mengurangi pengalaman rasa
sakit.
b. Hipnosis
Hipnosis adalah keadaan penuh perhatian, konsentrasi reseptif ditandai
dengan perubahan sensori, keadaan psikologis diubah, dan minim fungsi motorik.
Instruksi yang biasa diberikan menyarankan relaksasi fisik seperti mengambang
bersama dengan gambar yang mengalihkan perhatian dari rasa sakit. Hipnosis
dapat diinduksi dalam beberapa menit untuk mempertahankan analgesia yang
sedang berlangsung dan relaksasi dalam menghadapi tekanan emosional dan fisik.
Ada bukti dari tinjauan sistematis bahwa hipnosis dapat membantu mengurangi
kecemasan dan nyeri pada pasien kanker yang terminal.
c. Guided imagery
Ini mengalihkan fokus mental dari rangsangan menyakitkan untuk
pengalaman yang lebih menyenangkan, gambaran, dan relaksasi. Guided imagery
adalah intervensi yang perawat dapat lakukan dengan pengaturan yang berbeda
(rumah sakit, rumah, hospice), dapat digunakan dengan pasien dan keluarga
untuk mengurangi rasa sakit dan kecemasan.
d. Pelatihan relaksasi
Pelatihan relaksasi melibatkan napas dalam, relaksasi otot progresif, dan
pencitraan. Modalitas ini telah menghasilkan penurunan yang signifikan dalam
nyeri secara subjektif pada pasien dengan kanker stadium lanjut.
e. Terapi distraksi
Terapi distraksi adalah teknik di mana rangsangan sensorik diberikan
kepada pasien dalam rangka untuk mengalihkan perhatian mereka dari
pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya dengan melihat pemandangan
alam, video game, dll.
f. Terapi musik
Terapi musik adalah pengunaan music yang diatur/dikontrol untuk
perubahan klinis. Terapi musik digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan
penderitaan. Ada perbedaan antara penggunaan musik dan terapi musik. Terapi
musik menggunakan bakat dari seorang profesional terlatih yang memfasilitasi
kontak pasien, interaksi, kesadaran diri, dan ekspresi diri melalui alat musik.
Sebuah sesi terapi musik dapat seperti mendengarkan, bernyanyi, bermain drum,
mengembangkan lirik, atau merekam untuk keluarga. Musik yang disediakan oleh
terapis musik telah terbukti lebih efektif daripada penggunaan pra rekaman musik
sendiri dalam mengurangi skor kecemasan.
g. Terapi Seni
Terapi seni menggunakan proses kreatif untuk memungkinkan kesadaran
dan ekspresi emosi individu. Untuk pasien kanker, seringkali sulit untuk
mengungkapkan secara verbal apa yang dirasakan seseorang tentang diagnosis,
rawat inap, pengobatan, penyakit berulang, keluarga, dan kematian. Ini adalah
seni itu sendiri yang memfasilitasi kesadaran emosi dan pengurangan gejala
melalui penggunaan bahan-bahan seni. Beberapa penelitian telah meneliti
penggunaan terapi seni dalam mengendalikan gejala kanker.
Dalam sebuah penelitian pasien kanker, sebagian besar dengan leukemia
dan limfoma, terapi seni menyediakan penurunan signifikan secara statistik pada
rasa sakit dan gejala umum lainnya, kecuali untuk mual. Dengan menggunakan
garis tubuh dan pastel berwarna dan spidol, pasien kanker yang membantu untuk
memvisualisasikan rasa sakit mereka, mengkomunikasikan emosi mereka,
berurusan dengan citra tubuh, dan mencari makna dan spiritualitas.
1. Hasanah, S. N. & Widowati, L. (2016). Jamu pada pasien tumor / kanker sebagai
terapi komplementer. Jurnal Kefarmasian Indonesia.
2. Irawan, E., Rahayuwati, L., & Yani, D. I. (2017). Hubungan penggunaan terapi
modern dan komplementer terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara. JKP.
3. Republik Indonesia. (2008). Keputusan menteri kesehatan RI tentang standar
pelayanan medik herbal. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.