Anda di halaman 1dari 4

1.

PENGERTIAN DISTRESS SPIRITUAL


a) Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan
prinsip- prinsip kehidupan, keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang
menyebabkang a n g g u a n p a d a a k t i v i t a s s p i r i t u a l , y a n g
m e r u b u a n a k i b a t d a r i m a s a l a h - masalah fisik atau psikososial yang
dialami. (Dochterman, 2004: 120).
b) D i s t r e s s p i r i t u a l a d a l a h k e r u s a k a n k e m a m p u a n d a l a m
m e n g a l a m i d a n mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri,
orang lain, seni,m u s i k , l i t e r a t u r e , a l a m d a n k e k u a t a n ya n g l e b i h
b e s a r d a r i d i r i n ya ( N a n d a , 2005).Distress spiritual adalah gangguan pada
prinsip hidup yang meliputi aspek dari seseorang yang menggabungkan aspek
psikososial dan biologis seseorang.
c) D e n g a n k a t a l a i n k i t a d a p a t k a t a k a n b a h w a d i s t r e s
s p i r i t u a l a d a l a h kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya.

2. ETIOLOGI DISTRESS SPIRITUAL

a. Pengkajian & fisik → abuse


b. Pengkajian Psikologis → Status mental, mungkin adanya depresi, marah
kecemasan,ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan
pemikiran yang bertentangan .
c. Pe n g k a j i a n S o s i a l + u d a ya → dukungan sosial dalam memahami keyakinan
klien.

3. Manifestasi klinis
A. Hubungan dengan diri
1. Ungkapan kekurangan
a. Harapan

b. Arti dan tujuan hidup

c. Perdamaian/ketenangan
d. Penerimaan
e. Cinta
f. Memaafkan diri sendiri
g. Keberanian
2. Marah
3. Kesalahan
4. Koping yang buruk
B. Hubungan dengan orang lain
1. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
2. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
3. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
4. Mengungkapkan pengasingan diri
C. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
1. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi,
mendengarkan musik, menulis)
2. Tidak tertarik dengan alam
3. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
D. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
1. Ketidakmampuan untuk berdo’a
2. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
3. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
4. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
5. Tiba-tiba berubah praktik agama
6. Ketidakmampuan untuk introspeksi
7. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita
4. PATOFISIOLOGIS
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta fungsi
otak.
Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat
menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap
perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk
terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M,
dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan respon “melawan atau melarikan diri”
sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang
menghadapi ancaman yaitu stres.
Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus.
Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan.
Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu
bagian pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status emosional
seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku
dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan
dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et all, 1996), depresi, nyeri dan
lama gagguan (Blesch et al, 1991).
Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan menyebabkan
seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan dengan munculnya
gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai dengan munculnya
gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.
Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan
timbulnya depresi.
Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya depresi.
Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya depresi antara lain faktor
genetik, lingkungan dan neurobiologi.
Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada kasus
depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk
kebutuhan spritual.
5. PENATALAKASANAAN

Tindakan keperaawatan untuk pasien distres spiritual

1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien


2. Kaji faktor penyebab distres spritual pada pasien
3. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan fikiran tentang keyakinanya
4. Bantu klien mengembangkan keterampilan untuk mengatasi perubahan spiritul dalam
kehidupan
5. fasilitasi pasien dengan alat alat ibadah seseuai agamanya
6. fasilitasi pasien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
7. bantu passien untuk ikut serta dalam keadaan keagamaan
8. bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan keagamaan

DAPUS

Achir Yani S. Hamid, Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa/ Achir Yani S. Hamid:
editor, Monica Ester,Onny Anastasia Tampubolon. –Jakarta: EGCC, 2008.

Anda mungkin juga menyukai