Anda di halaman 1dari 41

Askep Paliatif pada pasien

Gagal Ginjal Kronik


Background

(End stage Renal Failure)


Epidemologi

Kecenderungan peningkatan prevalensi dan insidensi gagal ginjal


kronik dan ESRF di Amerika (Gilberston et al., )
Gagal ginjal kronik terminal dapat
mengakibatkan prematuritas dalam kesakitan dan
kematian serta penurunan kualitas hidup serta mahal
dalam perawatannya. Angka kematian akibat gagal
ginjal kronik terminal di Amerika serikat mencapai
71.000 pada tahun 2000 dan diperkirakan akan
meningkat mencapai 352.000 pada tahun 2030
(Schoolwerth et al., 2015).
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi
ginjal yang bersifat progresif dan irreversibel.
Mengapa pasien gagal ginjal stadium
akhir di kaitkan dengan perawatan
palliative care?
Perawatan paliatif menurut WHO (2002)
adalah “pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan
keluarganya menghadapi masalah-masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang mengancam
jiwa, dengan mencegah dan meringankan
penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian
serta terapi rasa sakit dan masalah lain–baik fisik,
psikososial maupun spiritual”
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi
bahwa pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar :

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai


proses yang normal.
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga
Konsep Gagal Ginjal Kronis
DEFINISI

Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis


yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat
menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini
terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50
mL/min.
(Suyono, et al, 2001).
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001).
ETIOLOGI
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis).
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis).
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis).
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik).
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal).
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme).
7. Nefropati toksik.
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih).
9. BAK sedikit , warna urine lebih tua , bercampur darah.
10. Peningkatan ureum atau kreatinin.
(Price & Wilson, 1994).
Stadium Pada Gagal Ginjal Kronis

STADIUM 1 STADIUM 2

STADIUM 3 STADIUM 4

STADIUM 5
PENATALAKSANAAN
Restriksi
konsumsi cairan,
protein, dan
fosfat.
Obat-obatan:
Mempertahankan diuretik untuk
keseimbangan cairan meningkatkan
urinasi

Penanganan
Dialisis
hiperkalemia

Transplantasi
ginjal
GAGAL GINJAL KRONIK
TERMINAL
Disebut gagal ginjal kronik stadium 'terminal' (akhir)
bila fungsi ginjal sudah dibawah 10-15% dan tidak
dapat lagi diatasi dengan pemberian obat-obatan atau
diet.

Pada stadium ini ginjal sudah tidak mampu lagi


beradaptasi/mengkompensasi fungsi-fungsi yang seharusnya
diemban oleh ginjal yang sangat dibutuhkan tubuh sehingga
memerlukan suatu terapi atau penanganan untuk
menggantikan fungsinya yang disebut terapi pengganti
ginjal atau Renal Replacement therapy.
Perawatan Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Terminal

Manajemen diet

Dialisis

Transplantasi ginjal
ASPEK PENTING PALIATIF
GGK

Dampak Stres Dukungan Sosial

Quality Of Life atau Kualitas


Dukungan Spritual
Hidup
Cont...

Peran & fungsi keperawatan


Perawatan atau konseling paliatif adalah bentuk perawatan
yang bertujuan untuk berusaha meningkatkan kualitas hidup
paliatif
pasien saat menghadapi penyakitnya.

Perawatan paliatif berfokus untuk meredakan gejala-gejala


seperti rasa sakit dan kondisi seperti kesepian, yang dapat
menyebabkan depresi dan mengganggu pasien untuk dapat
menjalani hidup.

memastikan bahwa keluarga dapat tetap berfungsi normal


dan utuh serta memberikan dukungan kepada pasien.
Bentuk-bentuk Perawatan
Paliatif
1. Mengurangi rasa sakit dan gejala tidak
nyaman lainnya
2. Memberikan psikoedukasi mengenai arti
kehidupan dan memandang kematian sebagai
suatu proses yang normal.
3. Melakukan terapi kelompok dengan sesama
penderita gagal ginjal.
4. Meningkatkan kualitas hidup dan
memberikan pengaruh positif selama sakit
5. Memberikan psikoedukasi kepada keluarga
pasien mengenai pentingnya dukungan
keluarga bagi pasien dalam menghadapi
penyakitnya
Asuhan keperawatan Paliatif
GGK
PENGKAJIAN

1. Identitas Klien Nama Klien


Umur / Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Agama
Suku/Bangsa
Status Pernikahan
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
No.RM
Tanggal Masuk RS
Tanggal Pengkajian
Diagnosa Medis

2. Riwayat Kesehatan Keluhan Utama , Riwayat Kesehatan


Sekarang, Riwayat Kesehatan Yang
Lalu,
Riwayat kesehatan keluarga
3. Pola Persepsi Pasien mengatakan dirinya
mengalami gagal ginjal dan
mengetahui tentang gagal ginjal yang
dideritanya. Pasien tahu apa yang
menyebabkan terjadinya gagal ginjal,
akibat lanjut gagal ginjal dan tahu
tentang cara perawatannya.
4. Pola nutrisi metabolik Sebelum sakit
Setelah sakit

5. Pola eliminasi Sebelum sakit


Setelah sakit

6. Pola latihan dan aktivitas Sebelum sakit


Setelah sakit
7. Pola istirahat dan tidur Sebelum sakit
Setelah sakit
8. Pola persepsi sensori dan kognitif

9. Pola hubungan dengan orang lain

10. Pola reproduksi dan seksual

11. Riwayat psikososial

12.. Riwayat Spiritual

13. Pemeriksaan Fisik


Analisa data Dx 1
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Edema Pola nafas tidak
Klien mengatakan sesak nafas efektif
Cairan masuk ke
DO : paru
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah: 140/90 mmHg Edema paru
Nadi : 100 x/menit
Pernafasan : 35x/menit Difusi 0ksigen dan
0
Suhu : 36,6. c CO2 paru
SPO2 :80% . terganggu
Hasil pemeriksaan fisik paru :
simetris statis dinamis Pola nafas tidak
taktil fremitus teraba kanan dan efektif
kiri lemah, redup, ronkhi basah
hasil rontgen : adanya cairan di
rongga alveolus.
Intervensi Dx 1
NO TUJUAN DAN
RENCANA RASIONAL
DX KRITERIA HASIL
1. Tujuan : a. Auskultasi bunyi nafas, a. menyatakan adanya
pola nafas kembali catat adanya crakles pengumpulan sekret
normal/stabil b. Ajarkan klien batuk b. membrsihkan jalan
Kriteria hasil : efektif dan nafas dalam nafas dan
Klien tidak mengalami c. Atur posisi senyaman memudahkan alirfan
dyspnea mungkin oksigen
d. Batasi untuk c. mencegah terjadimya
beraktivitas sesak nafas
e. Anjurkan diet d. mencegah sesak atau
hipertonis hipoksia
f. kolaborasi pemberian e. mengurangi edema
oksigen paru
f. perfusi jaringan
adekuat.
Analisa data Dx 2
2 DS : kerusakan fungsi Gangguan perfusi
Klien mengeluh lemah, letih, ginjal jaringan
lesu.

DO : sekresi eritropoetin
Tanda-tanda Vital menurun
Tekanan Darah: 140/90 mmHg
Nadi : 100 x/menit produksi eritrosit
Pernafasan : 35x/menit menurun
Suhu : 37,6 0c
Konjungtiva palpebral anemis oksi hemoglobin
CRT pada ekstremitas atas dan menurun
bawah lebih dari 3 detik
Hemoglobin 8.4 g/dl (low) suplay oksigen ke
Hematokrit 26.4 % (low) jaringan menurun
Eritrosit3.5 juta/mmk (low)
SPO2 :80% . gangguan perfusi
jaringan
Intervensi Dx 2

2. Tujuan : a. Selidiki adanya tanda a. Mengetahui penyebab


Perfusi jaringan anemia b. Edema merupakan
adekuat b. Observasi adanya penyebab
Kriteria hasil : edema ekstremitas c. Meningkatkan
CRT kurang dari 2 c. Dorongan latihan aktif sirkulasi perifer
detik. dengan rentang gerak d. Meningkatkan suplai
sesuai toleransi oksigen
d. Kolaborasi pemberian
oksigen
Analisa data Dx 3
3 DS : Kerusakan fungsi Gangguan nutrisi
Klien mengatakan mual-mualn ginjal kurang dari
nafsu makan berkurang. kebutuhan tubuh
BUN, kreatinin
DO : meningkat
Klien makan porsi sedikit, tidak
habis 1 porsi, habis 2-3 sendok Produksi sampah
makan. dialiran darah

Masuk dalam
saluran
gastrointestinal

Nausea
Vomitus

Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Intervensi Dx 3
3. Tujuan : a. Awasi konsumsi a. Mengidentifikasi
Mempertahankan makanan / minuman kekurangan nutrisi
masukan nutrisi yang b. Perhatikan adanya mual b. Menurunkan
adekuat dengan muntah pemasukan dan
Kriteria hasil : c. Berikan makanan memerlukan
Menunjukan protein sedikit tapi sering intervensi
albumin stabil. d. Berikan diet protein 0.6 c. Porsi lebih kecil dapat
hd/kg BB meningkatkan
e. Berikan perawatan masukan makanan
mulut sering d. Meningkatkan protein
albumin
e. Menurunkan
ketidaknyamanan dan
mempengaruhi
masukan makanan.
Analisa data Dx 4

DS : Klien dan keluarga Memiliki


Klien mengatakan menyerahkan hubungan yang
semua masalah kesehatnnya Kekuatan iman baik dengan
kepada Tuhan. Tuhan
Berdoa dan
DO : membaca Al-quran
Klien dan keluarga tampak
berdoa, solat dan membaca al- Kedekatan dengan
quran dan sering dikunjungi Tuhan
oleh ustadz/ kiyai
Memiliki
hubungan yang
baik dengan Tuhan
Intervensi Dx 4
4. Tujuan : a. Rajin melakukan doa a. Mendekatkan diri
Memelihara hubungan b. Rajin membaca al- pada Tuhan
baik dengan Tuhan. quran (membina hubungan
c. Rajin melakukan hal- yang baik dengan
hal yang berkaitan Tuhan melalui doa).
dengan kerohaniaan. b. Menenangkan diri
dengan melihat dan
merengungkan
ajaran-ajaran Tuhan.
c. Meningkatkan
keimanan dengan
melibatkan diri
dengan hal-hal yang
berkaitan dengan
kerohaniaan.
Analisa data Dx 5
5. DS : Klien dan Kualitas hidup
Klien da n keluarga mengatakan keluarga meningkat
tetap menjalani perawatan untuk
kesembuhan pasien dan terus memiliki
hidup dengan penuh semangat Semangat Hidup
dengan menjaga pola makan,
dan pola hidup Menghadapi
penyakit dengan
DO : sabar
Klien dan keluarga tampak
tenang menghadapi perawatan Pasrah kepada
yang melelahkan Tuhan

Kualitas hidup
meningkat
Intervensi Dx 5

5. Tujuan : a. Mampu a. Menghadapi segala


Mempertahankan mengendalikan sesuatu dengan
kualitas hidup yang masalah tenang
baik. b. Menghadapi b. Mampu
perawatan dengan mengendalikan stress
tabah dan sabar dengan baik.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Edema Paru.


2. Gangguan Perfusi Jaringan Berhubungan Dengan Suplai Oksigen Ke Jaringan
Menurun.
3. Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan Dengan Intake
Tidak Adekuat.
4. Memiliki Hubungan Yang Baik Dengan TuhanBerhubungan Dengan Kepasrahan
Dan Kesabaran Dalam Menghadapi Tingkat Penyakit Yang Dialami Oleh Pasien
(Gagal Ginjal Kronik Tahap Akhir/Stadium V).
5. Kualitas Hidup Meningkat Berhubungan Dengan Kemampuan Pasien Dan
Keluarga Dalam Menghadapi Sulitnya Menjalani Hidup Dengan Penyakit Yang
Berat.
Journal
Penulis Tahun Sam Usia Jenis Intervensi Hasil Penelitian
pel Penelitian

2015 50 5 quantitative EFEKTIFITAS Gambaran pengaruh peningkatan kualitas hidup


Titiek
Hidayati, study TERAPI PALIATIF terhadap pemberian
Dr. dr. M. KOMPLEMENTE sleep hygiene dan aromaterapipada pasien penyakit
Kes. R TERHADAP ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RS
KUALITAS PKU Muhammadiyah 2 Gamping. Dengan hasil
Falasifah
TIDUR DAN p=0,001 yang menunjukkan bahwa terjadi
Ani
HIDUP KDQOL perbedaan bermakna saat dilakukan post test pada
Yuniarti,
PENDERITA kedua kelompok penelitian. Bagi pasien
S.Kep,
PENYAKIT Penggunaan terapi paliatif menggunakan metode
NS,MAN,
GINJAL KRONIS sleep hygiene dan aromaterapi untuk pasien dengan
HNC
penyakit ginjal kronis yang sedang menjalani
hemodialisis terbukti bermanfaat untuk membantu
keluhan 32 tidur juga meningkatkan kualitas hidup.
Hal ini mungkin dapat didiskusikan dengan dokter
di lingkungan rumah sakit sehingga dapat
diterapkan dengan baik. .kombinasi higiene tidur
dan aromaterapi berdampak meningkatkan kualitas
hidup dan kualitas tidur pasien penyakit ginjal
kronis
Penulis Tahu Jumlah Usia Jenis penelitian Intervensi Hasil penelitian
n sampel
Siti 2017 32 Total Pre eksperimental Pengaruh Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
Romadoni, responden sampl one group pre and Relaksasi nilai rata-rata tingkat stress sebelum diberikan
Naim ing posttest design Dzikir Asmaul relaksasi dzikir asmaul husna adalah 19,06
Mathus Husna yang berada pada tingkat stress ringan. Nilai
Shofroh, Terhadap rata-rata tingkat stress sesudah diberikan
Imaediani Tingkat Stres relaksasi dzikir asmaul husna adalah 14,19
Pasien yang termasuk pada kategori tingkat stress ringan
menjalani tetapi terdapat penurunan tingkat stress setelah
Hemodialisa diberikan relaksasi dzikir asmaul husna. Ada
pengaruh relaksasi dzikir asmaul husna
terhadap tingkat stress pada pasien yang
menjalani hemodialisa dan didapatkan nilai p
value =,000. Berdasarkan hasil penelitian
disarankan kepada rumah sakit untuk
menggunakan relaksasi Dzikir Asmaul Husna
menjadi salah satu pilihan intervensi non
farmakologi untuk mengurangi tingkat stress
serta memfasilitasi pasien yang menjalani
hemodialisa untuk melakukan relaksasi dzikir
asmaul husna.
Penulis Tahu Jumlah Usia Jenis penelitian Intervensi Hasil penelitian
n sampel

Dhina 2015 10 20-60 pra Psychological Hasil analisis data tingkat motivasi melalui
Widayati, experiment pre Intervention Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan
Nove post test design terhadap p=0,008 dan kualitas hidup melalui Paired t
Lestari Peningkatan Test diperoleh nilai p=0,003. Psychological
Kualitas intervention yang dilakukan melalui relaksasi
Hidup Pada spiritual dalam setting kelompok ini mampu
Penderita menciptakan peer group support sesama
Gagal Ginjal penderita yang dapat meningkatkan motivasi
Kronik Yang mereka dalam beradaptasi terhadap
Menjalani penyakitnya (menerima), sehingga mampu
Terapi membangun mekanisme koping yang efektif
Hemodialisa dan dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Kesimpulan hasil penelitian ini bahwa
psychological intervention dapat
meningkatkan motivasi dan kualitas hidup
pasien GGK. Saran bagi perawat di Unit
Hemodialisa untuk menerapkan intervensi
tersebut sebagai salah satu upaya
meningkatkan motivasi dan kualitas hidup
pasien.
Penulis Tahun Jumlah Usia Jenis penelitian Intervensi Hasil penelitian
sampel
Trimeilia 2018 64 40-75 quantitative HUBUNGAN Hasil uji
Suprihatining TINGKAT univariate diperoleh variabel kebutuhan
sih1 KECEMASAN palliative care mempunyai nilai mean
DENGAN sebesar 57,68. Sehingga penentuan kriteria
KEBUTUHAN skor untuk variabel kebutuhan palliative
PALLIATIVE care adalah rendah jika < 58 dan tinggi jika
CARE PADA ≥ 58. Sebagian besar pasien memiliki tingkat
PASIEN kecemasan sedang (38.0%) dan sebagian
HEMODIALISIS Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol. XI, No. 2. September 2018 30
kecil panic (7.0%). Hasil uji statistik
didapatkan nilai p value = 0,000 < α = 0,05
maka Ho ditolak, artinya terdapat hubungan
antara tingkat kecemasan dengan kebutuhan
palliative care pada pasien hemodialisis di
RSUD Cilacap tahun 2017. Nilai koefisien
korelasi yang terjadi antara kedua variabel
adalah 0,480 yang berarti keeratan hubungan
antar kedua variabel dalam kategori sedang.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan
antara tingkat kecemasan dengan kebutuhan Palliative care pada
pasien hemodialisis (pv =
0,000 < 0,05).
Penulis Tahu Jumlah Usia Jenis Intervensi Hasil penelitian
n sampel penelitian

Yunita 2019 59 Cross THE Distribusi frekuensi berdasarkan spiritualitas


Liana sectional RELATIONSHIP didapatkan bahwa dari 59 pasien CKD yang
design BETWEEN menjalani hemodialisa sebagian besar
SPIRITUALITY kebutuhan spriritual kurang terpenuhi
AND QUALITY sebanyak 34 orang (57,6%). Distribusi
OF LIFE frekuensi berdasarkan kualitas hidup
IN PATIENTS didapatkan bahwa dari 59 pasien CKD yang
WITH CHRONIC menjalani hemodialisa yang memiliki kualitas
KIDNEY hidup kurang baik sebanyak 32 orang (54,2%).
DISEASE (CKD) Hasil uji statistik dengan menggunakan
UNDERGOING uji chi square didapatkan p value = 0,032
HEMODIALYSIS dengan nilai alpha 0,05 (p<α), hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
spiritualitas dengan kualitas hidup pasien CKD
yang menjalani hemodialisa.
REFFERENSI

1. Anderson , Ian .D : Care of the Critically Ill Surgical Patient, 1999, The Royal College of Surgeons of England
2. Hopkinson R.B : General Care Units, in Critical Care, Standards – Audit and Ethics, ED. Tinker, Browne and
Sibbald, 1996, Arnold p. 37 – 54
3. Moore E.E, Mattox K.L, Feliciano D.V ; Principles of Critical Care, in Trauma Manual, ED. Moore E.E,
Mattox K.L, Feliciano D.V ; 2003, McGraw Hill Book Coy.,p. 441 – 451
4. Rivet E.B and Coopersmith C.M : Critical Care, in The Washington MANUAL OF surgery, 5 th ed. , Ed. Klingensmith M.E,
Lie E.C, Glasgow S.C et al, 2008, Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia, p. 134 – 52.

5. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical–surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa :
Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
6. Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001
(Buku asli diterbitkan tahun 1999)
7. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun
1996)
8. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P.
Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun 1992)
9. Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001
Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001(Buku
asli diterbitkan tahun 1999)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai