Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan

irreversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan

sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada

kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi

mudah lelah dan lemas sehingga kualitas hidup pasien menurun (Brunner & Suddarth,

2001).

Di Amerika Serikat insiden penyakit GGK diperkirakan 100 kasus per 4 juta

penduduk pertahun dan akan meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di Indonesia jumlah

penderita gagal ginjal kronik terus meningkat dan diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10%

setiap tahun. Saat ini belum ada penelitian epidemiologi tentang prevalensi penyakit ginjal

kronik di Indonesia. Dari data di beberapa pusat nefrologi di Indonesia diperkirakan

prevalensi penyakit ginjal kronik masing-masing berkisar 100-150/ 1 juta penduduk

(Suwitra, 2006).

Mengapa pasien gagal ginjal stadium akhir di kaitkan dengan perawatan palliative

care, dikarenakan perawatan paliatif adalah sistemperawatan terpadu yang bertujuan

meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeridan penderitaan lain,

memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosaditegakkan sampai akhir
hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/ berduka (WHO, 2005). Perawatan

paliatif ini diberikan untuk penderita penyakit kronis dimulai pada saat didiagnosis sampai

dengan akhir hayat pasien.

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

Setelah mengikuti mata kuliah palliative care dan mendapatkan penjelasan tentang

penyakit gagal ginjal tahap akhir, mahasiswa mampu memahami perawatan paliatif pada

pasien gagal ginjal kronik stadium akhir.

b. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami konsep palliative care.

b. Mahasiswa mampu memahami konsep gagal ginjal kronik.

c. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan palliative

care pada pasien gagal ginjal kronik stadium akhir.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Pengertian Keperawatan Paliatif

Perawatan paliatif menurut WHO (2002) adalah “pendekatan yang bertujuan

untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya menghadapi

masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan

mencegah dan meringankan penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian serta

terapi rasa sakit dan masalah lain–baik fisik, psikososial maupun spiritual”. Tetapi

definisi Perawatan Paliatif menurut WHO 15 tahun kemudian sudah sangat berbeda.

Definisi Perawataan Paliatif yang diberikan oleh WHO pada tahun 2005 bahwa

perawatan paliatif adalah system perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan

kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan

dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat

dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.

Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Perawatan Paliatif diberikan sejak diagnosa

ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau

lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak Perawatan Paliatif harus diberikan

kepada penderita itu. Perawatan Paliatif tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi

masih diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka.
Perawatan paliatif tidak hanya sebatas aspek fisik dari penderita itu yang ditangani, tetapi

juga aspek lain seperti psikologis, social dan spiritual.

Titik sentral dari perawatan adalah pasien sebagai manusia seutuhnya, bukan

hanya penyakit yang dideritanya. Dan perhatian ini tidak dibatasi pada pasien secara

individu, namun diperluas sampai mencakup keluarganya. Untuk itu metode pendekatan

yang terbaik adalah melalui pendekatan terintegrasi dengan mengikut sertakan beberapa

profesi terkait. Dengan demikian, pelayanan pada pasien diberikan secara paripurna,

hingga meliputi segi fisik, mental, social, dan spiritual. Maka timbullah pelayanan

palliative care atau perawatan paliatif yang mencakup pelayanan terintegrasi antara

dokter, perawat, terapis, petugas social-medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesi

lain yang diperlukan.

Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa

pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal.

2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.

3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.

4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.

5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.

6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari perawatan palliative adalah

untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas

hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan

spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.

b. Pengertian gagal ginjal kronik terminal

Disebut gagal ginjal kronik stadium 'terminal' (akhir) bila fungsi ginjal sudah dibawah

10-15% dan tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian obat-obatan atau diet. Pada

stadium ini ginjal sudah tidak mampu lagi beradaptasi/mengkompensasi fungsi-fungsi

yang seharusnya diemban oleh ginjal yang sangat dibutuhkan tubuh sehingga

memerlukan suatu terapi atau penanganan untuk menggantikan fungsinya yang

disebut terapi pengganti ginjal atau Renal Replacement therapy. Terapi Pengganti

Ginjal bisa dengan metode dialysis atau metode transpantasi (cangkok) ginjal. Metode

dialysis ada 2 jenis yaitu: metode cuci darah (haemodialysis atau disingkat HD) dan cuci

perut (peritoneal dialysis, disingkat PD). Keduanya akan diuraikan kemudian.

1. Pengertian CKD

Penyakit ginjal kronis (chronic kidney disease / CKD), sebelumnya dikenal dengan gagal

ginjal kronis merupakan penyakit syang tidak diketahui datangnya, berkembang secara lambat

dan tersembunyi dengan beberapa gejala hinggga ginjal rusak berat dan tidak dapat memenuhi

kebutuhan sekresi tubuh.

Penyakit gagal ginjal kronis (CKD) didefinisikan sebagai penurunan progresif fungsi ginjal

selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Masalah ini tak terbalikkan (irreversible) dan

akhirnya memengaruhi seluruh organ tubuh. Parenkim dan nefron rusak dan fungsi ginjal

menurun secara progresif.


Gagal ginjal adalah suatu kerusakan kekurangan fungsi ginjal yang hampir selalu tidak

reversible dan sebabnya bermacam-macam. Uremia adalah istilah yang sudah lama dipakai yang

mengggambarkan suatu gambaran klinik akibat gagal ginjal.

Gagal ginjal kronis merupakan gangguan funngsi ginjal yang bersifat progresiv dan

irreversible. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan

sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada

kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas terganggu, tubuh jadi mudah lelah

dan lemas sehingga kualitas hidupp menurun.

2. Etiologi

Terdapat banyak penyebab CKD, meliputi

 Penyakit ginjal, seperti penyakit polikistik

 Arteriosklllerosis

 Glomerulonefritis kronis

 Tuberculosis ginjal

 Nefropati diabetes

 Hipertensi

 Kalkuli ginjal /batu ginjal

 Hipertrofi prostat.

 Infeksi saluran kemih


3. patofisiologi

Gagal ginjal kronis selalau berkaitan penurunan progresif GFR. Yang terjadi bila GFR

menurun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal) tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic.

Nefron yang sehat mengkompensasi nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan

mengkonsentrasi urine, menyebabkan nokturia dan poliuria.

Insufisiensi ginjal, yang terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35 % dari normal. Nefron-

nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang

diterima. Mulai terjadi akumulasi sisa metabolic dalam darah karena nefron yang sehat tidak

lagi mengkompensasi.

Apabila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang

tersisa. Diseluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus. Akumulasi sisa metabolik

dalam jumlah banyak seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu

mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau penggantian ginjal.

Penurunan respon terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema. Derajat insufisiensi dibagi

menjadi ringan , sedang dan berat, tergantung dari GFR, sehingga perlu pengobatan medis.

Patofisiologi CKD meliputi kehilingan nefron secara berangsur dan masa ginjal menjadi

lebih kecil secara progresif. Terdapat tiga fase terjadinya CKD, yaitu fase awal, fase kedua, dan

fase ketiga. Pada fase awal kadar BUN meningkat (2-5 mg/ml) dan laju filtrasi glomerulus

menurun drastis. Selama fase ini , nefron yang tidak terganggu melakukan kompensasi sehingga

mereka rusak. Pasien dapat asimtomatik.


Pada fase kedua, kadar BUN diatas 10 mg/ml, dan kreatinin di atas 0,4 mg/ml. laju filtrasi

glomerulus sangat menurun. Pasien dapat mengalami gejala seperti nokturia dan anemia.

Pada fase ketiga , kadar BUN diatas 20 mg/ml , dan kreatinin diatas 0,5 mg/ml. laju filtrasi

glomerulus sangat menurun dan sebagian besar nefron rusak. Pasien dapat mengalami gejala

CKD (lihat sebelumnya mengenai tanda dan gejala).

4. Manifestasi Klinis

 Gangguan kardiovaskuler

Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, dan gagal jantung akibat

perimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.

 Gangguan pulmoner

Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.

 Gangguan gastrointestinal

Anoreksia, nausea, dan vomitus yang berhubungan dengan metabolism protein dalam

usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi, dan perdarahan mulut, nafas bau

ammonia.

 Gangguan musculoskeletal

Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakkan)buming feet

syndrome (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki), tremor, miopati

(kelemahan dan hipertropi otot-otot ekstremitas

 Gangguan integument

Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan urukrom,

gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.


 Gangguan endokrin

Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.

 Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa

Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi,

asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.

 System hematologi

Ginjal merupakan sumber pembentukan erytropoetik stimulating factor (ESF). Anemia

yang disebabkan karena berkurangnya produksi entropoetin, menyebabkan rangsangan

eritropoesis pada sum-sum tulang berkurang. Hemolisis juga terjadi akibat berkurangnya

masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik. Dapat juga terjadi gangguan fungsi

thrombosis dan trombositopeni.

5. Penatalaksanaan

Pasien dan keluarganya memerlukan dukungan untuk mengenal istilah penyakit. Penyakit

tidak dapat di sembuhkan dan dapat menyebabkan kematian. Profesioanal layanan kesehatan

harus menganjurkan mengungkapkan perasaan atau kekhawatiran mereka dan membantu pasien

dengan strategi koping. Jika diperlukan harus dirujuk ke perawat spesialis, seperti tim perawat

paliatif.

Pengkajian perawatan yang menyeluruh pada pasien sangat penting dalam merencanakan dan

menginplementasikan perawatan yang berkualitas tinggi. Pengkajian melibatkan kondisi umum

pasien, ttv, dan pengetahuan mengenai penyakit dan system pendukung.

TTV harus di pantau dan di catat setiap 2-4 jam dan setiap perubahan harus segera diloprkan

untuk memungkinkan melakukan tindakan yang tepat. Asupatan dan pengeluaran cairan harus di

pantau untuk mencegah kekurangan atau kelebihan cairan.


Asistensi harus diberikan dalam memelihara kebersihan personal, seperti kebersihan oral,

mandi dan berpakaian.

Diet yang harus direkomendasikan adalah rendah natrium dan protein, serta tinggi

karbohidrat. Pasien yang mengalami CKD mungkin memerlukan dialysis dan professional

layanan kesehatan harus memastikan bahwa keamanan dialysis harus dipertahankan sepanjang

waktu. Asepsis keras harus di patuhi ketika pasien menerima dialysis. Baik pasien yang

mengalami fistula arteriovenosa maupun pasien yang mendapatkan dialysis peritoneum, bagian

luka harus diobservasi terhadap tanda infeksi, seperti pireksia, takikardia, dan inflamasi. Kondisi

ini harus segera dilaporkan untuk memungkinkan dilakukan tindakan yang tepat. Seluruh

perawatan yang dilakukan harus didokumentasikan berdasarkan pedoman nursing and midwifery

council. Efek samping obat yang di berikan juga harus di dokumentasikan.

Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi :

a) Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.

b) Obat-obatan: diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida untuk

terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang

dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia.

c) Dialisis: dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius,

seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas

biokimia; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;

menghilangkan kecendurungan perdarahan; dan membantu penyembuhan luka.

d) Transplantasi ginjal (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).

e) Penanganan hiperkalemia; Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah

utama pada gagal ginjal akut; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling
mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya

hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum (nilai kalium >

5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah

atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat

dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat

[kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.

f) Mempertahankan keseimbangan cairan; Penatalaksanaan keseimbanagan cairan

didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi

urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan

dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan

perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.

6. pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan laboratorium

1. laboratorium darah

BUN, kreatinin, elektrolit (Na, k, Ca, phospat), hematologi (HB, trombosit, Ht,

leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin).

2. pemeriksaan urine

Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP,

TKK/CCT

 Pemeriksaan EKG

Untuk melihata adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan

gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalemia).

 Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal,

anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate.

 Pemeriksaan Radiologi

Renogram, intravenous pyelography, retrograde phyelography, renal aretriografi dan

venografi, CT scan, MRI, renal biopsy, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos

abdomen.s

7. Komplikasi

 Kelebihan kalium (hiperkalemia)

 Pembengkakan paru-paru (edema)

 Tingginya kadar asam dalam tubuh (asidosis)

 Gangguan pada otak (ensefalopati)

 Anemia .
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. pengkajian

1. Identitas

Identitas Pasien

Terdiri dari Nama, No.Rek.Medis, Umur (lebih banyak terjadi pada usia 30-

60 tahun), Agama, Jenis Kelamin (pria lebih beresiko daripada wanita), Pekerjaan, Status perkaw

inan, Alamat, Tanggal masuk, Yang mengirim, Cara masuk RS, dan Diagnosa medis dan nama I

dentitas Penanggung Jawab meliputi : Nama, Umur, Hub dengan pasien, Pekerjaan dan Alamat

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama 
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh klien sebelum masuk ke rumah sakit. Pad

a klien dengan gagal ginjal kronik biasanya  didapatkan keluhan utama yang bervariasi, mulai da

ri urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera 

makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas bau (ureum), dan gatal p

ada kulit (Muttaqin, 2011).

b. Riwayat Kesehatan Sekarang 
Biasanya klien mengalami penurunan frekuensi urine, penurunan kesadaran, perubahan pola nafa

s, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau amoniak, rasa sakit kepala, nyer

i panggul, penglihatan kabur, perasaan tak berdaya dan perubahan pemenuhan nutrisi(Muttaqin, 

2011).
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran k

emih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih, infeksi sys

tem perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan hipertensi pada masa sebelumnya 

yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-

obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan(Mutta

qin, 2011).

d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan 

klien yaitu gagal ginjal kronik, maupun penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yang bisa menj

adi factor pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal kronik.

3. POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN KESEHATAN 
Persepsi terhadap penyakit : 
Biasanya persepsi klien dengan penyakit ginjal kronik mengalami kecemasan yang tinggi.
Biasanya klien mempunyai kebiasaan merokok, alkohol dan obat-obatan dalam kesehari-
hariannya.

4. POLA NUTRISI/METABOLISME
a. Pola Makan
Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi), ano

reksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah. 

b. Pola Minum
Biasanya klien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat rasa metalik tak sedap pada mulut (pe

rnapasan ammonia).

5. POLA ELIMINASI
a. BAB
Biasanya abdomen kembung, diare atau konstipasi.
b. BAK
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine <400ml/hari sampai anuria, warna urine keruh atau b

erwarna coklat, merah dan kuning pekat.

6. POLA AKTIVITAS /LATIHAN
Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan diri terganggu dan biasanya membutuhkan 
pertolongan atau bantuan orang lain.
Biasanya klien kesulitan menentukan kondisi, contohnya tidak mampu bekerja dan mempertahan

kan fungsi peran dalam keluarga.

7. POLA ISTIRAHAT TIDUR
Biasanya klien mengalami gangguan tidur , gelisah karena adanya nyeri panggul, sakit kepala da

n kram otot/kaki ( memburuk pada malam hari).

8. POLA KOGNITIF –PERSEPSI
biasanya tingkat ansietas pasien mengalami penyakit ginjal kronik ini pada tingkat asietas sedang 
sampai berat.
9. POLA PERAN HUBUNGAN
Biasanya klien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya sehari-hari karena perawatan yang la

ma.

10. POLA SEKSUALITAS/REPRODUKSI
Biasanya terdapat masalah Seksual berhubungan dengan penyakit yang di derita.
11. POLA PERSEPSI DIRI/ KONSEP DIRI 
a. Body image/gambaran diri
Biasanya mengalami perubahan ukuran fisik, fungsi alat tubuh terganggu, keluhan karena kondis
i tubuh, pernah operasi, kegagalan fungsi tubuh, prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat 
tubuh
b. Role/peran
Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yang diderita
c. Identity/identitas diri
Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak mampu menerima perubahan, 
merasa kurang memiliki potensi
d. Self esteem/harga diri
Biasanya mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri, mengecilkan diri, keluhan fisik
e. Self ideal/ideal diri
Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada nasib, merasa tidak memiliki kemampuan, 
tidak memiliki harapan, merasa tidak berdaya
12. POLA KOPING-TOLERANSI STRES
Biasanya klien mengalami factor stress contoh financial, hubungan dan sebabnya, perasaan tidak 

berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut,marah, mudah tersinggu

ng, perubahan kepribadian dan perilaku serta perubahan proses kognitif.

13. POLA KEYAKINAN NILAI
Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan.

14. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum dan TTV

a) Keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat

b) Tingkat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi sist

em saraf pusat.

c) TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi.

2) Kepala 

a) Rambut :  Biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering sakit kepala, kuku rapuh dan tipis

b) Wajah  :   Biasanya klien berwajah pucat

c) Mata

:  Biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva anemis, dan sclera tidak ikterik.

d) Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakkan polip dan klien bernafas pendek dan kusmaul
e) Bibir

: Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi, perdarahan gusi, dan napas berbau

f) Gigi :   Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.

3) Lidah  :   Biasanya tidak terjadi perdarahan

4) Leher  :  Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah bening

5) Dada / Thorak

a) Inspeksi  : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan kussmaul (cepat/dalam)

b) Palpasi    : Biasanya fremitus kiri dan kanan

c) Perkusi   : Biasanya Sonor

d) Auskultasi  : Biasanya vesicular

6) Jantung 

a) Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat

b) Palpasi   : Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2 linea deksta sinistra

c) Perkusi  : Biasanya ada nyeri 

d) Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat

7) Perut / Abdomen

a) Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan cairan, klien tampak mu

al dan muntah

b) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 

5-35 kali/menit

c) Palpasi  : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya pembesaran hepar pa

da stadium akhir.

d) Perkusi  : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites.
8) Genitourinaria 

Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, distensi abdomen, diare atau konstip

asi, perubahan warna urine menjadi kuning pekat, merah, coklat dan berawan.

9) Ekstremitas 

Biasanya didapatkan adanya nyeri panggul, odema pada ektremitas, kram otot, kelemahan pada t

ungkai, rasa panas pada telapak kaki,keterbatasan gerak sendi.

10)  Sistem Integumen

Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik, adanya area ekimosis pada kulit.

11) System Neurologi

Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan k

onsentrasi, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral,seperti perubaha

n proses fikir dan disorientasi. Klien sering didapati kejang, dan adanya neuropati perifer.

15. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Urine 

a) Volume : kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada (anuria)

b) Warna : biasanya didapati urine keruh disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat 

atau urat.

c) Berat jenis : kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat).

d) Osmolalitas : kurang dari 350 m0sm/kg (menunjukkan kerusakan tubular)

e) Klirens Kreatinin : agak sedikit menurun.

f) Natrium : lebih dari 40 mEq/L, karena ginjal tidak mampu  mereabsorpsi natrium.

g) Proteinuri : terjadi peningkatan protein dalam urine (3-4+)

2) Darah 

a) Kadar ureum dalam darah (BUN) : meningkat dari normal.
b) Kreatinin : meningkat sampai 10 mg/dl (Normal : 0,5-1,5 mg/dl).

c) Hitung darah lengkap 

(1) Ht : menurun akibat anemia
(2) Hb : biasanya kurang dari 7-8 g/dl
3) Ultrasono Ginjal : menetukan ukuran ginjal dan adanya massa, 

        kista,obstruksi pada saluran kemih bagian atas.

4) Pielogram retrograde : menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan  ureter

5) Endoskopi ginjal : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumo

r selektif

6) Elektrokardiogram (EKG): mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asa

m/basa.

7) Menghitung laju filtrasi glomerulus : normalnya lebih kurang 125ml/menit, 1 jam dibentuk 7,5 lite

r, 1 hari dibentuk 180 liter

B. Diagnose keperawatan
1. Hipervolemia b/d retensinatriumdalamginjal

2. Berduka b/d kematiankeluargaatau orang yang berarti

C. Intervensi keperawatan

No DxKeperawatan Tujuan Intervesi

1. Hipervolemia b/d Setelahdilakukantind  Observasi

retensinatriumdalamginj akankeperawatan 1. Observasitandadangejalahipervele

al 3x24 jam mia

Ditandaidengan : diharapkankeseimban (otopneu,dyspneu ,edema,JVP,CV

 Data Mayor : gancairanmeningkatd Pmeningkat,

DS : engan refleksihepatujugular(+),suaranafa

- Dyspnea KriteriHasil : stambahan).

- Otopneu - Edema menurun: 2. Identifikasipenyebabhipervelemia

- Paroxysmal 5 ,.

nocturnal - Denyutnadimemb 3. Monitor efeksampingdeuretin.

dyspnea (PND) aik: 5 (misalnyahipotensi,

DO : - Asitesmenurun: 5 ortotostatik,hipovelia,hypokalemi

- Edema perifer a)

- Jagularvuneuspr  Teraupetik

esuer(JVP) 1. Batasiasupancairandangaram.

menigkat 2. Tinggikankepalatempattidur 30-

 Data Minor : 40 derjat

DS : -  Edukasi
DO : 1. Ajarkancaramembatasicairan

- Distensi vena  Kolaborasi

jugulris 1. Kolaborasipemberiandeuretik

- Hepatomegaly 2. Kolaborasipenggantianlehilangan

- Kadar HB kaliumdeuretik.

menurun.

2. Berdukan b/d Setelahdilakukantind  Observasi

kematiankeluargaatau akankeperawatan 1. Identifikasikehilangan yang

orang yang berarti 1x24 jam dihadapi

Ditandaidengan : diharapkantingkatber 2. Identifikasi proses berduka yang

 Data Mayor : dukamembaikdengan dialami

DS : KriteriaHasil : 3. Identifikasireaksiawalterhadapkeh

- Merasasedih - Polatidurmembaik ilangan

- Merasabersalahat :5  Teraupetik

aumenyalahkan - Menangismenurun 1. Tunjukansikapmenerimadanempa

orang lain :5 ti

- Tidakmenerimak - Verbalisasiperasaa 2. Motivasi agar

ehilangan nsedihmenurun : 5 maumengungkapkanperasaankehi

- Merasatidakadah - Verbalisasiperasaa langan

arapan nbersalahmenurun 3. Motivasiuntukmenguatkandukung

DO : :5 ankeluargadan orang terdekat

- Menangis - Marahmenurun : 5 4. Diskusikanstrategikoping yang

- Polatidurberubah - Verbalisasikehilan dapatdigunakan


- Tidakmampuber ganmeningkat : 5  Edukasi

konsentrasi - Verbalisasiharapan 1. Jelaskankepadapasiendankeluarga

 Data Minor : meningkat : 5 bahwasikapmengingkari, marah,

DS : tawar-menawar,

- Mimpiburukatau depresidanmenerimaadalahwajard

polamimpiberub alammenghadapikehilangan

ah 2. Anjurkanmengekspresikanperasaa

- Merasatidakberg ntentangkehilangan

una 3. Anjurkanmelewati proses

- Fobia berdukasecarabertahap

DO :

- Marah

- Tampak panic

- Fungsiimunitas

terganggu

D. Implemetasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanaka

n berbagai strategi kesehatan (tindakan keperawatan) yang telah 

direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikas

i sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Disebut gagal ginjal kronik stadium 'terminal' (akhir) bila fungsi ginjal sudah dibawah 10-15%

dan tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian obat-obatan atau diet. Pada stadium ini ginjal

sudah tidak mampu lagi beradaptasi/mengkompensasi fungsi-fungsi yang seharusnya diemban

oleh ginjal yang sangat dibutuhkan tubuh sehingga memerlukan suatu terapi atau penanganan

untuk menggantikan fungsinya yang disebut terapi pengganti ginjal atau Renal Replacement

therapy.

B. SARAN

Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun ini, dan dapat
menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan keperawatan dalam praktik, khususnya pada
pasien yang menagalami gangguan sistem urinari dan mampu memberikan asuhan keperawatan
yang sesuai

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai