PENDAHULUAN
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan
irreversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada
kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi
mudah lelah dan lemas sehingga kualitas hidup pasien menurun (Brunner & Suddarth,
2001).
Di Amerika Serikat insiden penyakit GGK diperkirakan 100 kasus per 4 juta
penduduk pertahun dan akan meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di Indonesia jumlah
penderita gagal ginjal kronik terus meningkat dan diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10%
setiap tahun. Saat ini belum ada penelitian epidemiologi tentang prevalensi penyakit ginjal
(Suwitra, 2006).
Mengapa pasien gagal ginjal stadium akhir di kaitkan dengan perawatan palliative
memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosaditegakkan sampai akhir
hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/ berduka (WHO, 2005). Perawatan
paliatif ini diberikan untuk penderita penyakit kronis dimulai pada saat didiagnosis sampai
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti mata kuliah palliative care dan mendapatkan penjelasan tentang
penyakit gagal ginjal tahap akhir, mahasiswa mampu memahami perawatan paliatif pada
b. Tujuan Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
mencegah dan meringankan penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian serta
terapi rasa sakit dan masalah lain–baik fisik, psikososial maupun spiritual”. Tetapi
definisi Perawatan Paliatif menurut WHO 15 tahun kemudian sudah sangat berbeda.
Definisi Perawataan Paliatif yang diberikan oleh WHO pada tahun 2005 bahwa
kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan
dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat
Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Perawatan Paliatif diberikan sejak diagnosa
ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau
lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak Perawatan Paliatif harus diberikan
kepada penderita itu. Perawatan Paliatif tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi
masih diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka.
Perawatan paliatif tidak hanya sebatas aspek fisik dari penderita itu yang ditangani, tetapi
Titik sentral dari perawatan adalah pasien sebagai manusia seutuhnya, bukan
hanya penyakit yang dideritanya. Dan perhatian ini tidak dibatasi pada pasien secara
individu, namun diperluas sampai mencakup keluarganya. Untuk itu metode pendekatan
yang terbaik adalah melalui pendekatan terintegrasi dengan mengikut sertakan beberapa
profesi terkait. Dengan demikian, pelayanan pada pasien diberikan secara paripurna,
hingga meliputi segi fisik, mental, social, dan spiritual. Maka timbullah pelayanan
palliative care atau perawatan paliatif yang mencakup pelayanan terintegrasi antara
dokter, perawat, terapis, petugas social-medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesi
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari perawatan palliative adalah
hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan
Disebut gagal ginjal kronik stadium 'terminal' (akhir) bila fungsi ginjal sudah dibawah
10-15% dan tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian obat-obatan atau diet. Pada
yang seharusnya diemban oleh ginjal yang sangat dibutuhkan tubuh sehingga
Ginjal bisa dengan metode dialysis atau metode transpantasi (cangkok) ginjal. Metode
dialysis ada 2 jenis yaitu: metode cuci darah (haemodialysis atau disingkat HD) dan cuci
1. Pengertian CKD
Penyakit ginjal kronis (chronic kidney disease / CKD), sebelumnya dikenal dengan gagal
ginjal kronis merupakan penyakit syang tidak diketahui datangnya, berkembang secara lambat
dan tersembunyi dengan beberapa gejala hinggga ginjal rusak berat dan tidak dapat memenuhi
Penyakit gagal ginjal kronis (CKD) didefinisikan sebagai penurunan progresif fungsi ginjal
selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Masalah ini tak terbalikkan (irreversible) dan
akhirnya memengaruhi seluruh organ tubuh. Parenkim dan nefron rusak dan fungsi ginjal
reversible dan sebabnya bermacam-macam. Uremia adalah istilah yang sudah lama dipakai yang
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan funngsi ginjal yang bersifat progresiv dan
irreversible. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada
kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas terganggu, tubuh jadi mudah lelah
2. Etiologi
Arteriosklllerosis
Glomerulonefritis kronis
Tuberculosis ginjal
Nefropati diabetes
Hipertensi
Hipertrofi prostat.
Gagal ginjal kronis selalau berkaitan penurunan progresif GFR. Yang terjadi bila GFR
menurun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal) tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic.
Nefron yang sehat mengkompensasi nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan
Insufisiensi ginjal, yang terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35 % dari normal. Nefron-
nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang
diterima. Mulai terjadi akumulasi sisa metabolic dalam darah karena nefron yang sehat tidak
lagi mengkompensasi.
Apabila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang
tersisa. Diseluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus. Akumulasi sisa metabolik
dalam jumlah banyak seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu
Penurunan respon terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema. Derajat insufisiensi dibagi
menjadi ringan , sedang dan berat, tergantung dari GFR, sehingga perlu pengobatan medis.
Patofisiologi CKD meliputi kehilingan nefron secara berangsur dan masa ginjal menjadi
lebih kecil secara progresif. Terdapat tiga fase terjadinya CKD, yaitu fase awal, fase kedua, dan
fase ketiga. Pada fase awal kadar BUN meningkat (2-5 mg/ml) dan laju filtrasi glomerulus
menurun drastis. Selama fase ini , nefron yang tidak terganggu melakukan kompensasi sehingga
glomerulus sangat menurun. Pasien dapat mengalami gejala seperti nokturia dan anemia.
Pada fase ketiga , kadar BUN diatas 20 mg/ml , dan kreatinin diatas 0,5 mg/ml. laju filtrasi
glomerulus sangat menurun dan sebagian besar nefron rusak. Pasien dapat mengalami gejala
4. Manifestasi Klinis
Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, dan gagal jantung akibat
Gangguan pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan vomitus yang berhubungan dengan metabolism protein dalam
usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi, dan perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.
Gangguan musculoskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakkan)buming feet
syndrome (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki), tremor, miopati
Gangguan integument
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan urukrom,
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi,
System hematologi
eritropoesis pada sum-sum tulang berkurang. Hemolisis juga terjadi akibat berkurangnya
masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik. Dapat juga terjadi gangguan fungsi
5. Penatalaksanaan
Pasien dan keluarganya memerlukan dukungan untuk mengenal istilah penyakit. Penyakit
tidak dapat di sembuhkan dan dapat menyebabkan kematian. Profesioanal layanan kesehatan
harus menganjurkan mengungkapkan perasaan atau kekhawatiran mereka dan membantu pasien
dengan strategi koping. Jika diperlukan harus dirujuk ke perawat spesialis, seperti tim perawat
paliatif.
Pengkajian perawatan yang menyeluruh pada pasien sangat penting dalam merencanakan dan
TTV harus di pantau dan di catat setiap 2-4 jam dan setiap perubahan harus segera diloprkan
untuk memungkinkan melakukan tindakan yang tepat. Asupatan dan pengeluaran cairan harus di
Diet yang harus direkomendasikan adalah rendah natrium dan protein, serta tinggi
karbohidrat. Pasien yang mengalami CKD mungkin memerlukan dialysis dan professional
layanan kesehatan harus memastikan bahwa keamanan dialysis harus dipertahankan sepanjang
waktu. Asepsis keras harus di patuhi ketika pasien menerima dialysis. Baik pasien yang
mengalami fistula arteriovenosa maupun pasien yang mendapatkan dialysis peritoneum, bagian
luka harus diobservasi terhadap tanda infeksi, seperti pireksia, takikardia, dan inflamasi. Kondisi
ini harus segera dilaporkan untuk memungkinkan dilakukan tindakan yang tepat. Seluruh
perawatan yang dilakukan harus didokumentasikan berdasarkan pedoman nursing and midwifery
terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang
dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia.
c) Dialisis: dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius,
biokimia; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;
utama pada gagal ginjal akut; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling
mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya
hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum (nilai kalium >
5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah
atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat
didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi
urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan
dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan
perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.
6. pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
1. laboratorium darah
BUN, kreatinin, elektrolit (Na, k, Ca, phospat), hematologi (HB, trombosit, Ht,
2. pemeriksaan urine
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP,
TKK/CCT
Pemeriksaan EKG
Untuk melihata adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan
Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
Pemeriksaan Radiologi
venografi, CT scan, MRI, renal biopsy, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos
abdomen.s
7. Komplikasi
Anemia .
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. pengkajian
1. Identitas
Identitas Pasien
Terdiri dari Nama, No.Rek.Medis, Umur (lebih banyak terjadi pada usia 30-
60 tahun), Agama, Jenis Kelamin (pria lebih beresiko daripada wanita), Pekerjaan, Status perkaw
inan, Alamat, Tanggal masuk, Yang mengirim, Cara masuk RS, dan Diagnosa medis dan nama I
dentitas Penanggung Jawab meliputi : Nama, Umur, Hub dengan pasien, Pekerjaan dan Alamat
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh klien sebelum masuk ke rumah sakit. Pad
a klien dengan gagal ginjal kronik biasanya didapatkan keluhan utama yang bervariasi, mulai da
ri urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera
makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas bau (ureum), dan gatal p
ada kulit (Muttaqin, 2011).
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengalami penurunan frekuensi urine, penurunan kesadaran, perubahan pola nafa
s, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau amoniak, rasa sakit kepala, nyer
i panggul, penglihatan kabur, perasaan tak berdaya dan perubahan pemenuhan nutrisi(Muttaqin,
2011).
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran k
emih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih, infeksi sys
tem perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan hipertensi pada masa sebelumnya
yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan(Mutta
qin, 2011).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan
klien yaitu gagal ginjal kronik, maupun penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yang bisa menj
adi factor pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal kronik.
3. POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN KESEHATAN
Persepsi terhadap penyakit :
Biasanya persepsi klien dengan penyakit ginjal kronik mengalami kecemasan yang tinggi.
Biasanya klien mempunyai kebiasaan merokok, alkohol dan obat-obatan dalam kesehari-
hariannya.
4. POLA NUTRISI/METABOLISME
a. Pola Makan
Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi), ano
reksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah.
b. Pola Minum
Biasanya klien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat rasa metalik tak sedap pada mulut (pe
rnapasan ammonia).
5. POLA ELIMINASI
a. BAB
Biasanya abdomen kembung, diare atau konstipasi.
b. BAK
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine <400ml/hari sampai anuria, warna urine keruh atau b
erwarna coklat, merah dan kuning pekat.
6. POLA AKTIVITAS /LATIHAN
Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan diri terganggu dan biasanya membutuhkan
pertolongan atau bantuan orang lain.
Biasanya klien kesulitan menentukan kondisi, contohnya tidak mampu bekerja dan mempertahan
kan fungsi peran dalam keluarga.
7. POLA ISTIRAHAT TIDUR
Biasanya klien mengalami gangguan tidur , gelisah karena adanya nyeri panggul, sakit kepala da
n kram otot/kaki ( memburuk pada malam hari).
8. POLA KOGNITIF –PERSEPSI
biasanya tingkat ansietas pasien mengalami penyakit ginjal kronik ini pada tingkat asietas sedang
sampai berat.
9. POLA PERAN HUBUNGAN
Biasanya klien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya sehari-hari karena perawatan yang la
ma.
10. POLA SEKSUALITAS/REPRODUKSI
Biasanya terdapat masalah Seksual berhubungan dengan penyakit yang di derita.
11. POLA PERSEPSI DIRI/ KONSEP DIRI
a. Body image/gambaran diri
Biasanya mengalami perubahan ukuran fisik, fungsi alat tubuh terganggu, keluhan karena kondis
i tubuh, pernah operasi, kegagalan fungsi tubuh, prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat
tubuh
b. Role/peran
Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yang diderita
c. Identity/identitas diri
Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak mampu menerima perubahan,
merasa kurang memiliki potensi
d. Self esteem/harga diri
Biasanya mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri, mengecilkan diri, keluhan fisik
e. Self ideal/ideal diri
Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada nasib, merasa tidak memiliki kemampuan,
tidak memiliki harapan, merasa tidak berdaya
12. POLA KOPING-TOLERANSI STRES
Biasanya klien mengalami factor stress contoh financial, hubungan dan sebabnya, perasaan tidak
berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut,marah, mudah tersinggu
ng, perubahan kepribadian dan perilaku serta perubahan proses kognitif.
13. POLA KEYAKINAN NILAI
Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan.
14. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum dan TTV
a) Keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat
b) Tingkat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi sist
em saraf pusat.
c) TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi.
2) Kepala
a) Rambut : Biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering sakit kepala, kuku rapuh dan tipis
b) Wajah : Biasanya klien berwajah pucat
c) Mata
: Biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva anemis, dan sclera tidak ikterik.
d) Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakkan polip dan klien bernafas pendek dan kusmaul
e) Bibir
: Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi, perdarahan gusi, dan napas berbau
f) Gigi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
3) Lidah : Biasanya tidak terjadi perdarahan
4) Leher : Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah bening
5) Dada / Thorak
a) Inspeksi : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan kussmaul (cepat/dalam)
b) Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
c) Perkusi : Biasanya Sonor
d) Auskultasi : Biasanya vesicular
6) Jantung
a) Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat
b) Palpasi : Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2 linea deksta sinistra
c) Perkusi : Biasanya ada nyeri
d) Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat
7) Perut / Abdomen
a) Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan cairan, klien tampak mu
al dan muntah
b) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara
5-35 kali/menit
c) Palpasi : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya pembesaran hepar pa
da stadium akhir.
d) Perkusi : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites.
8) Genitourinaria
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, distensi abdomen, diare atau konstip
asi, perubahan warna urine menjadi kuning pekat, merah, coklat dan berawan.
9) Ekstremitas
Biasanya didapatkan adanya nyeri panggul, odema pada ektremitas, kram otot, kelemahan pada t
ungkai, rasa panas pada telapak kaki,keterbatasan gerak sendi.
10) Sistem Integumen
Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik, adanya area ekimosis pada kulit.
11) System Neurologi
Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan k
onsentrasi, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral,seperti perubaha
n proses fikir dan disorientasi. Klien sering didapati kejang, dan adanya neuropati perifer.
15. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Urine
a) Volume : kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada (anuria)
b) Warna : biasanya didapati urine keruh disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat
atau urat.
c) Berat jenis : kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat).
d) Osmolalitas : kurang dari 350 m0sm/kg (menunjukkan kerusakan tubular)
e) Klirens Kreatinin : agak sedikit menurun.
f) Natrium : lebih dari 40 mEq/L, karena ginjal tidak mampu mereabsorpsi natrium.
g) Proteinuri : terjadi peningkatan protein dalam urine (3-4+)
2) Darah
a) Kadar ureum dalam darah (BUN) : meningkat dari normal.
b) Kreatinin : meningkat sampai 10 mg/dl (Normal : 0,5-1,5 mg/dl).
c) Hitung darah lengkap
(1) Ht : menurun akibat anemia
(2) Hb : biasanya kurang dari 7-8 g/dl
3) Ultrasono Ginjal : menetukan ukuran ginjal dan adanya massa,
kista,obstruksi pada saluran kemih bagian atas.
4) Pielogram retrograde : menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5) Endoskopi ginjal : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumo
r selektif
6) Elektrokardiogram (EKG): mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asa
m/basa.
7) Menghitung laju filtrasi glomerulus : normalnya lebih kurang 125ml/menit, 1 jam dibentuk 7,5 lite
r, 1 hari dibentuk 180 liter
B. Diagnose keperawatan
1. Hipervolemia b/d retensinatriumdalamginjal
C. Intervensi keperawatan
DS : engan refleksihepatujugular(+),suaranafa
- Paroxysmal 5 ,.
DO : - Asitesmenurun: 5 ortotostatik,hipovelia,hypokalemi
- Edema perifer a)
- Jagularvuneuspr Teraupetik
esuer(JVP) 1. Batasiasupancairandangaram.
DS : - Edukasi
DO : 1. Ajarkancaramembatasicairan
jugulris 1. Kolaborasipemberiandeuretik
- Hepatomegaly 2. Kolaborasipenggantianlehilangan
- Kadar HB kaliumdeuretik.
menurun.
DS : KriteriaHasil : 3. Identifikasireaksiawalterhadapkeh
- Merasabersalahat :5 Teraupetik
orang lain :5 ti
DS : tawar-menawar,
- Mimpiburukatau depresidanmenerimaadalahwajard
polamimpiberub alammenghadapikehilangan
ah 2. Anjurkanmengekspresikanperasaa
- Merasatidakberg ntentangkehilangan
- Fobia berdukasecarabertahap
DO :
- Marah
- Tampak panic
- Fungsiimunitas
terganggu
D. Implemetasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanaka
n berbagai strategi kesehatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikas
i sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Disebut gagal ginjal kronik stadium 'terminal' (akhir) bila fungsi ginjal sudah dibawah 10-15%
dan tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian obat-obatan atau diet. Pada stadium ini ginjal
oleh ginjal yang sangat dibutuhkan tubuh sehingga memerlukan suatu terapi atau penanganan
untuk menggantikan fungsinya yang disebut terapi pengganti ginjal atau Renal Replacement
therapy.
B. SARAN
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun ini, dan dapat
menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan keperawatan dalam praktik, khususnya pada
pasien yang menagalami gangguan sistem urinari dan mampu memberikan asuhan keperawatan
yang sesuai
DAFTAR PUSTAKA