Di susun oleh :
NAMA : ERIANA NOVERIA
NIM : 113063C1221040
Mengatur kadar bahan kimia dalam tubuh agar jantung dan otot dapat bekerja
dengan baik.
Membantu mengatur tekanan darah.
Memproduksi zat sejenis vitamin D guna menjaga kesehatan tulang.
Memproduksi hormon glikoprotein, yaitu erythropoietin untuk membantu
merangsang produksi sel-sel darah merah.
Gagal ginjal kronis (GGK) menjadi salah satu penyakit yang dialami oleh organ penting
tersebut. Kondisi ini ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara bertahap. Kerusakan
ginjal ini dapat berupa kelainan jaringan, komposisi darah, dan urine atau tes pencitraan
ginjal, yang dialami lebih dari tiga bulan.
Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal Sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus)diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron - nefron yang
utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR/ daya saring. Metode adaftif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron- nefron rusak.beban bahan yang harus di larut
menjadi lebih besar daripada yang bisa di reabsorpsi berakibat diuresis osmotic disertai
poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa . titik dimana timbulnya gejala – gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala – gejala khas kegagalan ginjal bila kira- kira fungsi
ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/ menit atau lebih rendah itu .fungsi renal menurun produk akhir
metabolisme protein (yang normalnya dieksresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah .
Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah, akan semakin berat.
Hemodialisa
Gagal ginjal kronis akan berakhir menjadi gagal ginjal akhir (ESRD) jika tidak
ditangani dengan tepat. Kondisinya terjadi akibat penumpukan limbah tubuh, cairan, dan
elektrolit yang bisa membahayakan tubuh. Jika sudah begitu, tubuh membutuhkan prosedur
dialisis atau cuci darah.
Prosedur bertujuan untuk membantu kinerja ginjal yang sudah rusak. Pengidap
biasanya tidak menyadari gejala yang muncul, sehingga langkah penanganan cenderung telat
dilakukan. Jika sudah begitu, sejumlah gejala akan muncul sebagai tanda jika organ ginjal
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Hemodialisa adalah salah satu terapi pengganti fungsi ginjal yang menggunakan alat
khusus dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dan mengatur cairan, elektrolit tubuh.
Hemodialisa merupakan proses pembersihan darah dari zat-zat sampah, dengan
metode penyaringan darah di luar tubuh.
II. Fase Kehilangan Pasien Dan Keluarga
Pasien :
Proses penerimaan diri pada penderita gagal ginjal kronik dengan menjalani
hemodialisa yang rutin dilakukan mengakibatkan perubahan peran, perubahan
pekerjaan, kehidupan ekonomi, kehidupan social dan pendapatan yang mengakibatkan
stress dan cemas. Biasanya pasien dengan ggk ini akan melalui 5 fase penerimaan diri
yaitu :
1. Denial : pasien kemungkinan akan terkejut, tidak percaya, dan merasa terpukul
setelah mendengar diagnosis penyakitnya
2. Anger : ada rasa marah yang dirasakan pasien ,gelisah,sulit tidur, vital sign naik
seketika
3. Bargaining : pasien mulai melakukan tawar- menawar , memikirkan seandainya
dulu dia tidak begini begitu maka mungkin tidak akan sampai seperti ini,
Sebagian lagi merasa bagaimana mungkin dia harus menjalani pengobatan
padahal dia harus mencari nafkah,atau ada juga yang masih mempuyai cita- cita
dan harapan yang belum tercapai,bahkan bagaimana mungkin ini semua bisa
terjadi,dsb.
4. Depression : pasien akan mulai menarik diri nya,diam tidak mau bicara bahkan
putus asa dengan penyakitnya, semua yang dirasakannya menjadi stressor bagi
dirinya sendiri seperti sudah hilang harapan.
5. Acceptance : setelah beberapa waktu pasien mulai ingin berusaha memahami
kondisinya,bahkan memahami bahwa jalan buat bertahan dan mengobati
penyakitnya ialah dengan melakukan hemodialisa,pasien mulai mau berobat dan
mulai mempersiapkan diri mengikutii prosedur pengobatan .
Pada tahap penerimaan ini tidak semua pasien melalui tahapan sesuai dengan
yang di atas, ada pasien yang tidak mengalami semua tahapan persis seperti itu.Ada
pasien yang sudah pasrah dan ikhlas dengan penyakitnya dan terus mengikuti
pengobatan,ada juga pasien masih merasa sedih dan kecewa,ada juga yang merasa biasa.
Keluarga :
Keluarga juga dapat melalui fase penerimaan seperti pasien . Jadi keluarga
berperan penting juga dalam memberikan keputusan ,motivasi kepada pasien untuk
mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih baik.
Menurut friedman (2010) dukungan keluarga adalah sikap, Tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit.menurut Gottlied (1998) dalam ali
(2009), dukungan keluarga adalah beruba dukungan verbal,dan non verbal,saran,bantuan
yang nyata atau tingkah laku yang yang di berikan oleh orang- orang yang akrab dengan
subjek di dalam lingkungan sosialnyaatau berupa kehadiran hal- hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.
Menurut Yosep (2007) dukungan yang diberikan keluarga sangat berperan dalam
keberhasilan perawatan anggota keluarga yang sakit.
Peran serta keluarga dalam merawat pasien berpengaruh pada tingkat
kesembuhan, seperti mendampingi pasien dalam setiap pengobatan ataupun ikut berperan
serta dalam membentuk keyakinan, sikap dan perilaku pasien terhadap penyakit yang
diderita.
Jadi perawat paliatif memiliki peranan memberikan dukungan pada pasien dan
keluarga, bertanggung jawab untuk mengenali gejala fisik dan berkolaborasi dengan
professional lain untuk mengoptimalkan kenyamanan dan kebutuhan pasien dan keluarga
dan memberikan informasi mengenai prognosis penyakit pasien dan penanganannya,
memberikan asuhan keperawatan, dukungan psikologis, sosial, kultural dan spiritual,
bahkan memberikan dukungan persiapan dan selama masa dukacita.
DAFTAR PUSTAKA