Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DIABTES MELLITUS

DISUSUN

OLEH KELOMPOK 2 :

BAGUS PRIAWAN (141049)

DEWI LESTARI` (141054)

ETI TAKUMANSANG (141058)

FITRIYANI (141060)

NI PUTU AYU PUTRI TD (141068)

NURINI (141073)

PUTI ASTIA YOANDINI (131104)

AKADEMI KEPERAWATAN RS HUSADA

JAKARTA PUSAT

2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DIABETES MELLITUS

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus hendaknya
dilakukan secara komprehensife dengan menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan
adalah suatu metode sitematik untuk mengkaji repons manusia terhadap masalah-masalah dan
membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien keluarga juga orang terdekat atau
masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi
/mengatasi masalah-masalah kesehatan. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahapan yaitu :
pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

I. Pengkajian
1. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi secara drastic menurun
dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah memasuki usia
tersebut terutama setelah seseorang memasuki usia 45 tahun terlebih pada oang
dengan overweight.
2. Pendidikan dan pekerjaan
Pada orang dengan pendapatan tinggi cenderung untuk mempunyai pola hidup
dan pola makan yang salah. Cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung gula dan lemak yang berlebihan, serta tingginya konsumsi makanan
yang berat serta aktivitas fisik yang sedikit. Oleh karena itu penyakit ini biasanya
banyak dialami pegawai perkantoran, bos perusahaan dan pejabat pemerintahan.
3. Keluhan utama
Penderita biasanya datang dengan keluhan menonjol badan terasa sangat lemas
seklai disertai penglihatan yang kabur. Meskipun muncul keluhan banyak kencing
(polyuria) kadang penderita belum tahu kalau itu salah satu tanda penyakit diabetes
mellitus
4. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit biasanya yang dominan adalah munculnya sering buang air
kecil (polidipsi dan polyuria), sering lapar dan haus (polidipsi dan polifagia),
sebelumnya penderita mempunyai berat badan yang berlebih. Biasanya penderita
belum menyadari kalau itu merupakan perjalanan penyakit diabetes mellitus.
Penderita baru tahu kalau sudah memeriksakan diri di pelayanan kesehatan.
5. Riwayat kesehatan dahulu
Diabetes mellitus dapatvterjadi saat kehamilan, yang terjadinya hanya saat hamil
saja dan biasanya tidak dialami setelah melahirkan namun perlu diwaspadai akan
kemungkinan mengalami diabetes yang sesungguhnya di kemudian hari. Diabetes
sekunder umunya digambarkan sebagai kondisi penderita yang pernha mengalami
suatu penyakit dan mengkonsumsi obat-obatan atau zat kimia tertentu. Penyakit yang
dapat terjadi pemicu timbulnya diabetes mellitus dan perlu dilakukan pengkajian
diantaranya :
a. Penyakit pancreas
b. Gangguan penerimaan insulin
c. Gangguan hormonal
d. Pemberian obat-obatan seperti :
i. Glukokortikoid (sebagai obat radang)
ii. Furosemide (sebagai diuretic)
iii. Thiazid (sebagai diuretic)
iv. Beta blocker (untuk mengobati gangguan jantung)
v. Produk yang mengandung estrogen (kontrasepsi oral dan terapi sulih
hormone)
e. Riwayat kesehatan keluarga
Diabetes dapat menrun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes,
karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat menghasilkan
insulin dengan baik akan disampaikan informasinya pada keturunan
berikutnya.
Pengkajian pola kebutuhan (menurut model Virginia Handerson
dilengkapi kebutuhan menurut pola Maslow pada pengkajian aspek psikologi)
Pengkajian menggunakan model menurut Virginia Handerson meliputi :
1. Kebutuhan nafas
Data mungkin terjadi pada pasien dnegan diabetes mellitus adalah
munculnya peningkatan pernafasan sebagai kompensasi penurunan
metabolism sel yang melibatkan oksigen (respirasi aerob) dengan irama
dalam dan cepat karena banyak benda keton yang dibongkar.
2. Kebutuhan nutrisi
Penderita diabetes mellitus mengeluh ingin selalu makan tetai berat
badanya justru turun glukosa tidsk dapat ditarik ke dalam sel dan terjadi
penurunan massa sel. Pada pengkajian intake cairan pasien akan terjadi
banyak minum (sehari mungkin 2500-4000cc)
3. Kebutuhan eliminasi
Data eliminasi untuk buang air besar pada pasien diabetes mellitus
tidak ada perubahan yang mencolok. Frekwensi seperti biasa 1-2x/hari,
dengan warna kekuningan. Sedangkan pada eleiminasi buang air kecil
akan di jumpai jumlah urin yang bnayak baik secara frekwensi maupun
volumenya (pada frekwensi biasanya >10x/hari, sedangkan volume
mungkin mencapai 2500-3000 cc/hari). Untuk warna mungkin tidak ada
perubahan sedangkan bau barangkali ada aroma unsure gula.
4. Kebutuhan gerak dan keseimbangan/aktifitas
Penderita dnegan diabetes mellitus akan mengalami penurunan
gerak karena kelamahan fisik, kram otot dan penurunan tonus otot. Yang
di dapatkan pada pengkajian terjadi penurunan skor kekuatan otot pada
ektremitas atas kanan dan kiri serta ektremitas bawah kanan-kiri. Range of
Motion(ROM) dari rentang persendian juga mengalami penurunan derjat
sudutnya. Misalkan pada rentang sudut siku tangan yang dapat mencapai
180 derajat celcius bisa turun menjadi 160 derajat Celsius atau di
bawahny. Penderita juga dapat mudah jatuh karena penurunan glukosa
pada otak akan berakibat penurunan kerja pusat keseimbangn (di
serebelum otak/otak kecil)
Keterangan :
a) Mampu menahan dengan kuat gaya tarikan dari pemeriksa searah gaya
grafitasi.
b) Mampu menahan gaya tarikan penuh dari pemeriksa sebentar terus
terjatuh.
c) Mampu mengaqngkat tangan sejajar bahu tetapi diberi gaya
perlawanan searah dengan grafitasi sedikit lalu terjatuh.
d) Mampu mengangkat tangan separoh dari jarak dengan bahu lalu
terjatuh.
e) Mampu mengangkat tangan sedikit lalu terjatuh.
f) Tidak mampu sama sekali untuk mengangkat.
5. Kebutuhan istirahat dan tidur
Sering muncul perasaan tidak enak efek dari gangguan yang
bersifat sistemik yang berdampak pada gangguan tidur (insomnia).
Penderita juga sering terbangun karena frekuensi kencing yang meningkat
pada malam hari. Rata-rata tidur penderita pada malam hari 4-5 jam. Pada
pengkajian ini juga dapat dilihat penampilan penderita dengan wajah sayu
mata merah dengan verbalisasi keluhan rasa kantuk
6. Kebutuhan berpakaian
Kebutuhan berpakaian mungkin tidak terganggu kecuali pada
periode kelemahan fisik yang mengganggu (skor kekuatan otot 2-0 ) atau
terjadi penurunan kesadaran (apatis sampai koma).
7. Mempertahankan temperature atau sirkulasi data yang sering muncul
adalah klien mengeluh kesemutan pada ekstremitas (atas maupun
bawah) yang berarti terjadi penurunan sirkulasi karena terjadi peningkatan
viskositas darah oleh glukosa tetapi sulit masuk sel. Pada ekstremitas nya.
Akral juga teraba dingin akibat penurunan sirkulasi. Suhu tubuh biasanya
masih berkisar normal kecuali sudah ada infeksi (terjadi kenaikan suhu
tubuh diatas 370 C).
8. Kebutuhan personal hygiene
Pasien diabetes dengan kadar gula yang terkontrol (tidak naik
drastic) masih dapat melakukan kegiatan ganti pakaian sendiri tanpa
bantuan.
9. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Pasien dengan diabetes militus mengalami gangguan rasa nyeri
panas pada punggung kaki tetapi dengan skala yang ringan dan dapat
ditoleransi sehingga tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari (untuk
kebutuhan rasa nyaman) sampai yang berat terasa sangat panas dan
mengganggu aktivitas seperti berjalan. Sedangkan kebutuhan aman pasien
mengalami risiko mudah terjadi perlukaan pada ekstremitas terutama
bawah.
10. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi.
Pada perjalanan yang cukup lama (lebih satu bulan) pasien
mengalami penurunan optimism dan cenderung emosi labil, mudah
tersinggung dan marah, sedangkan pada periode awal emosi pasien masih
stabil dan mampu mengekspresikan emosi dengan baik.
11. Kebutuhan spiritual
Setelah mengalami gejala yang tak kunjung sembuh pasien
diabetes militus mulai berusaha mencari sumber kekuatan yang luas biasa
yaitu dari tuhan. Kegiatan ibadah semakin terlihat meningkat sebagai
bentuk kompensasi kejiwaan untuk mencari kesembuhan dari tuhan yang
maha esa. Kegiatan itu dapat berupa peningkatan sholat, berdoa atau pergi
ketempat ibadah.
12. ebutuhan bekerja
Kebutuhan bekerja pada pasien diabetes militus telah mengalami
penurunan karena penderita mudah mengalami kelelahan tetapi saat
dirawat barangkali tidak menjadi gangguan yang prioritas. Mungkin yang
jadi kendali justru kondisi psikologi karena sudah tidak bekerja atau
mengalami penurunan kerja. Kondisi psikologi yang sering muncul
penurunan harga diri menarik diri, mungkin sampai kondisi frustasi.
13. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Kebutuhan bermain dan rekreasi pada pasien diabetes militus perlu
dikaji bagaimana selera kondisi klien untuk bermain, kaji keadaan
penyakit klien apakah berpengaruh pada keinginan untuk bermain, kaji
bagaimana klien memenuhi kebutuhan bermainnya. Untuk kebutuhan
yang ini masing-masing pasien berbeda.
14. Kebutuhan belajar
Kebutuhan belajar yang meningkat adalah bagaimana cara
menurunkan kadar gula darah, bagaimana cara mengkonsumsi makanan
yang aman dan bagaimana cara menghindari komplikasi seperti tekanan
darah tinggi

f. Pemeriksaan fisik
1. Status penampilan kesehatan yang sering muncul adalah kelemahan fisik.
2. Tingkat kesadaran : normal, latergi, stupor, koma (tergantung kadar gula
yang dimiliki dan kondisi fisiologi untuk melakukan kompensasi
kelebihan gula darah)
3. Tanda-tanda vital frekuensi nadi dan tekanan darah : takikardi (terjadi
kekurangan energi sel sehingga jantung melakukan kompensasi untuk
meningkatkan pengiriman), hipertensi (karena peningkatan viskositas
darah oleh glukosa sehingga terjadi peningkatan tekanan pada fase
diabetes militus yang sudah lama atau penderita yang memang
mempunyai bakat hipertensi).
Frekuensi pernafasan : takhipnea (pada kondisi ketoasidosis).
Suhu tubuh : demam pada penderita dengan komplikasi infeksi pada luka
atau pada jaringan lain), hipotermia (pada penderita yang tidak mengalami
infeksi atau penurunan metabolic akibat menurunnya masukan nutrisi
secara drastis.
4. Berat badan melalui penampilan atau pengukuran : kurus ramping (pada
diabetes militus fase lanjutan dan lama tidak mengalami terapi). Gemuk
padat , gendut (pada fase awal penyakit atau penderita lanjutan dengan
pengobatan yang rutin dan pola makan yang masih tidak terkontrol).
5. Kulit
a) Warna : perubahan-perubahan pada melanin , kerotenemia (pada
penderita yang mengalami peningkatan trauma mekanik yang
berakibat luka sehingga menimbulkan ganggren. Tampak warna
kehitam-hitaman disekitar luka. Daerah yang sering terkena adalah
ekstremitas bawah).
b) kelembapan : lembab (pada penderita yang tidak mengaloami
diuresis osmosis dan tidak mengalami dehidrasi), kering (pada
pasien yang mengalami deuresis osmosis dan dehidrasi).
c) Suhu : dingin (pada daerah yang tidak mengalami infeksi dan
menurunnya masukan nutrisi), hangat (mengalami infeksi atau
kondisi intake nutrisi normal sesuai aturan diet).
d) Tekstur : halus (cadangan lemak dan glikogen belum banyak
dibongkar), kasar (terjadi pembongkaran lemak, protein, glikogen
otot untuk produksi energi).
e) Turgor : menurun pada dehidrasi
6. Kuku
a) Warna : pucat, sianosis (penurunan perfusi pada kondisi
ketoasodosis atau komplikasi infeksi saluran pernafasan).
b) Rambut
c) Kuantitas : tipis (banyak yang rontok karena kekurangan nutrisi
dan buruknya sirkulasi), lebat.
d) Penyebaran : jarang atau alopesia total.
e) Tekstur : halus atau kasar.
7. Mata dan kepala
a) Kepala
b) Rambut : termasuk kuantitas penyebaran dan tekstur antara lain : kasar
dan halus.
c) Kulit kepala : termasuk benjolan atau lesi, antara lain : kista pilar dan
psoriasis (yang rentan terjadi pada penderita diabetes militus karena
penurunan antibody).
d) Tulang tengkorak : termasuk ukuran dn kontur.
e) Wajah : termasuk simetris dan dan eksperi wajah, antara lain : paralisis
wajah (pada penderita dengan komplikasi troke) dan emosi.
8. Mata
Yang perlu dikaji yaitu lapang pandang dan uji ketajaman dari masing-
masing mata (ketajaman menghilang).
Inspeksi
i. Posisi dan kesejajaran mata : mungkin muncul eksoftalmus,
strabismus.
ii. Alis mata : dermatitis, seborea (penderita sangat berisiko
tumbuhnya mikroorganisme dan jamur pada kulit).
iii. Kelopak mata
iv. Aparatus akrimalis : mungkin ada pembengkakan sakus lakrimalis
v. Sklera dan kunjungtiva anemis pada penderita yang sulit tidur
karena banyak kencing pada malam hari ).
vi. Kornea, iris dan lensa : apaksitas atau katarak (penderita diabetes
militus sangat berisiko paada kekruhan lensa mata).
vii. Pupil : miosis, midriosis atau anisokor.
9. Telinga
a) Daun telinga dilakukan ispeksi : masih simetris antara kanan dan
kiri
b) Lubang hidung dan gendang telinga
c) Lubang telinga : produksi serumen tidak sampai mengganggu
diameter lubang.
d) Gendang telinga : kalau tidak tertutup serumen berwarna putih
keabuan, masih dapat bervibrasi dengan baik apabila tidak
mengalai infeksi sekunder.
10. Pendengaran
Pengkajian ketajaman pendengaran terhaadap bisikan atau tes garputala
dapat mengalami penurunan.
11. Hidung
Jarang terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali ada infeksi
sekunder seperti influenza.
12. Mulut dan faring
i. Inspeksi
i. Bibir : sianosis, pucat (apabila mengalami asidosis atau
penurunan perfusi jaringan pada stadium lanjut).
ii. Mukosa oral : kering (dalam kondisi dehidrasiakibat
diuretik osmosis).
iii. Gusi perlu diamati ada gingivitas karena peenderita
memang rentan terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
iv. Langit-langit mulut : mungkin terdapat bercak keputihan
karena pasien mengalami penurunan kemampuan personal
higiene akibat kelemahan fisik)
v. Lidah mungkin berwarna keputihan dan berbau akibat
penurunan oral hygiene.
vi. Faring mungkin terlihat kemerahan akibat proses
peradangan (faringitis)
13. Leher
Pada inspeksi jarang tampak distensi vena jugularis, pebesaran kelenjar
limfe leher dapat muncul apabila ada infeksi sistemik.
14. Toraks dan paru-paru
a. Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain :
takipnea, hipernea, dan pernafasan chyne stoke (pada kondisi
ketoasidosis).
b. Mati bentuk dada : normal atau dada tong.
c. Dengarkan pernafan pasien
d. Stridor pada obstruksi jalan nafas.
e. Mengi (apabila penderita sekaligus mempunyai riwayat astma atau
bronkhitis kronik).
15. Dada
a) Dada posterior
Inspeksi antara lain : deformitas, atau asimetris dan retruksi
inspirasi abdomen.
Palpasi antara lain : adanya nyeri tekan atau tidak.
Perkusi antara lain : pekak terjadi bila cairan atau jaringan padat
menggantikan bgian paru yang normalnya terisi udara (terjadi pada
penderita dengan penyakit lain seperti effuse pleura, tumor atau
pasca penyembuhan TBC).
Auskultasi antara lain : bunyi nafas faskuler , bronko vesikuler
(dalam kondisi normal).
b) Dada anterior
Inspeksi antara lain : deformitas, atau asimetris dan retruksi
inspirasi abdomen.
Palpasi antara lain : adanya nyeri tekan, ekspansi pernafasan.
Perkusi antara lain : pada penderita normal arean paru terdengar
sonor.
Auskultasi bunyi nafas vaskuler, bronko vesikuler (dalam kondisi
tanpa penyerta penyakit lain).
16. Aksila
Inspeksi terhadap kemerahan, infeksi dan pigmentasi.
Palpasi kelenjar aksila sentralis apakah ada linfodenopati.
17. Sistem kardiovaskuler
Adanya riwayat hipertensi, infark miokard akut, takikardi, tekanan
darah yang cenderung meningkat, disritmia, nadi yang menurun, rasa
kesemutan dan kebas dan ekstremitas merupakan tanda gejala dari
penderita diabetes militus.
18. Abdomen
a. Inspeksi
Pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya pembesaran organ
(pada penderita dengan penyerta penyakit sirosis hepatic atau
hepatomegali dan splenomegali).
b. Auskultasi
Auskultasi bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan
motlitas
c. Perkusi
Perkusi abdomen terhadap proporsi dan pola tympani serta kepekaan.
d. Palpasi
Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan/massa.
19. Ginjal
Palpasi ginjal apakah ada nyeri tekan sudut kosta vertebral.
20. Genetalia
a. Penis
Pada inspeksi apakah ada timosis pada prepusium dan apakah ada
hipospedia pada meatus uratrae, apakah ada kemerahan pada kulit
skrotum.
21. Sistem muskuloskeletal
Inspeksi persendian dan jaringan sekitar saat anda memeriksa
berbagai kondisi tubuh. Amati kemudahan dan rentang gesekan kondisi
jaringan sekitar, setiap deformitas muskuloskeletal, termasuk kurvatura
abnormal dari tulang belakang. Sering mengalami penurunankekuatan
muskuloskeletal dibuktikan dengan skor kekuatan otot yang menurun dari
angka 5.
22. Sistem neurosensori
Penderita diabetes militus biasanya merasakan gejala seperti :
a. Pusing
b. Sakit kepala
c. Kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia.
d. Gangguan penglihatan.
g. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > dari 200 mg/dl, Gula Darah puasa >
120 mg/dl dan 2 jam post prandial > dari 200 mg
2. Urin
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urin. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict (reduksi) hasil dapat dilihat melalui
perubahan warnadalam urin : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan
merah bata (++++).

3. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic yang sesuai
dengan jenis kuman.

h. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilkukan
analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data
subjektif dan objektif dan berpedoman pada teori.
Menurut Abraham Maslow yang terdiri dari :
1. Kebutuhan dasar atau fisiologis
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan cinta dan kasih sayang
4. Kebutuhan harga diri
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil
kesempulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinann penyebab,
yang dapat dirumuskan dalam bentuk diagnose keperawatan meliputi
actual, potensial, dan kemungkinan.
II. Diagnosa keperawatan
Diagnose keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons individu, keluarga atau
komunitas terhadap proses kehidupan/masalah kesehatan. Actual atau potensial dan
kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah
tersebut. Diagnosa yang muncul pada pasien dengan diabetes mellitus antara lain :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic atau kehilangan
gastrik
2. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin atau penurunan masukan oral
4. Risiko tinggi infeksi/sepsis berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, atau penurunan
fungsi lekosit atau perubahan pada sirkulasi
5. Gangguan persepsi sensori : katarak perceptual (pengelihatan, endengaran )
berhubungan dengan perubahan kimia endogen (ketidak seimbangan glukosa-insulin
dan elektrolit)
6. Gangguan pola eliminasi urine: poliuri berhubungan dengan diuresis
7. Kerusakan jaringan perifer berhubungan dengan adanya gangrene pada ektremitas
8. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas miokardial
9. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan rasanyeri pada luka di kaki
10. Intoleran aktifitas kelemahan fisik
11. Kelelahan dengan penurunan produksi energi metabolic atau peningkatan kebutuhan
12. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota
tubuh
IV. Implementasi

Pelaksanaan adalah tahap pelaksanaaan terhadap rencana tindakan keperawatan yang


telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. implementasi dilaksanakan sesuai dengan
rencana setelah dilakukan validasi, di samping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal,
intelektual, tehnik yang di lakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan
selalu memperhatikan keamanan fisik dan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, di
lakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah di lakukan dan bagaimana respons
pasien.

V. Evaluasi

Evaluasi merupakan rahap terakhir dari proses keperaawatan. Kegiaran evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang telah di capai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.

Perawat mempunyai tiga alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai :

Berhasil : perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atatu tanggal yang
ditetapkan di tujuan

Tercapai sebagian : pasien menunjukan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan tujuan

Belum tercapai : pasien tidak mampu samam sekali menunjukan perilaku yang diharapkan
sesuai dengan pernyataan tujuan
Daftar Pusataka

Bararah, Taqiyyah. dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesional. Jakarta: Prestasi Pustakarya

Herdman, T.H. 2012. NANDA International Nursing Diagnoses: Defenitions & Classification.
Oxford: Wiley Blackwell

Riyadi, Sujono. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Endokrin Pada
Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai