2. Salmonella Thyposa yang sampai ke otak bisa mengakibatkan gangguan status mental:
halusinasi?
Pada kasus meningitis thyposa, mempunyai gejala: Masalah psikiatri seperti mengigau,
halusinasi, dan paranoid psikosis.
3. PPOK : AGD akan melihat status asam basa dan asidosis
- gagal napas terdiri dari tipe I disebut gagal nafas normokapnu hipoksemia atau kegagalan
-
op
herniotomi
diberi
anestesi
spinal,
apa
yang
Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi berupa perdarahan dan
hematoma pada daerah operasi
Setelah dilakukan tindakan pembedahan herniotomy yang harus diperhatikan adalah perawatan
untuk post operasi:
1)
Hindari penyakit yang mungkin terjadi yaitu: Perdarahan, Syok, Muntah, Distensi,
Kedinginan, Infeksi, Dekubitus, Sulit buang air kecil.
2) Observasi keadaan klien.
3) Cek Tanda-tanda vital pasien.
4)
Lakukan perawatan luka dan ganti balutan operasi sesuai dengan jadwal.
5) Perhatikan drainase.
6) Penuhi kebutuhan nutrisi klien.
7) Mobilisasi diri secara dini terutama pada hari pertama dan hari kedua.
a) Perawatan tidur dengan sikap Fowler (sudut 45o - 60o).
6. post op pemasanagan platina di femur, proses yang terjadi dan dicuragi infeksi dan inflamasi
7. Kasus katarak yang dioperasi dan klasifikasi katarak:
Kasus katarak yang dioperasi keratoplasty
- Dikenal dua jenis operasi pada katarak yaitu tanpa implantasi IOL (Intra Ocular Lens
Lensa tanam) dan dengan implantasi IOL.
Kasus katarak yang dioperasi
o Katarak telah menganggu ADL atau sudah sampai tahap katarak matur
o Katarak telah menimbulkan penyulit
Klasifikasi katarak
-
Kongenital, < 1 tahun : bisa terjadi karena infeksi rubella pada saat periode kehamilan
Diagnosa ::
1.
2.
3.
Evaluasi ::
1. Tanda-tanda peritonitis menghilang yang meliputi :
-
Nada normal
Flatus positif
Lakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen. Jika perkusi terdengar timpani berarti
perkusi dilakukan di atas organ yang berisi udara. Jika terdengar pekak, berarti perkusi
mengenai organ padat.
d. Palpasi
Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak
tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran. Palpasi
dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan metode
bimanual/2 tangan
11. Prosedur kolonoskopi : tindakan yang dilakukan oleh perawat
a. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
b. Meningkatkan kenyamanan.
c. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
d. Mencegah komplikasi.
e. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan
12. DM tipe 1 :info selanjutnya yang diperlukan
Diabetes melitus tipe 1, diabetes anak-anak adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya
rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau
Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan dengan diet
maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan
yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh
terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi
autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu
oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan
yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar
diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa
insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas
dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang
memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah
ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat
makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui "inhaled powder".
Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan memengaruhi aktivitasaktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam
pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1
harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l). Beberapa dokter
menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang bermasalah dengan
angka yang lebih rendah, seperti "frequent hypoglycemic events". Angka di atas 200 mg/dl (10
mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering
sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan
perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah,
yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kehilangan kesadaran
13. Pelajari gelombang PQRS pada EKG berhubungan dengan apa di jantung
-
Tanggungjawab tersebut memang dapat didelegasikan kepada dokter lain, perawat, atau bidan,
hanya saja apabila terjadi kesalahan dalam memberikan informasi oleh yang diberi delegasi, maka
tanggungjawabnya tetap pada dokter yang memberikan delegasi.
Oleh karena itu, hendaknya para dokter hanya mendelegasikan jika sangat terpaksa. Dan itupun
hanya kepada tenaga kesehatan yang tahu betul tentang problem kesehatan pasien, sehingga dapat
memberikan jawaban yang tepat apabila ada pertanyaan dari pasien.
Dibeberapa negara maju, tanggung jawab memberikan informasi ini merupakan tanggung jawab
yang tidak boleh didelegasikan. ( non-delegable-duty)
16. Kasus tukak peptikum: diagnosa, tindakan, evaluasi, dm dengan ketoasidosis
Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan kelemahan/kerusakan mukosa lambung ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan sering meringis kesakitan
DO :
Tekanan nadi 96 kali/menit
Ekskpresi wajah meringis
Nyeri pada skala 3
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan konsentrasi dan
kerja asam pepsin ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan nafsu makannya berkurang
DO :
Porsi makan tidak dihabiskan
BB menurun
3) Ansietas berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan bahwa klien bahwa klien belum pernah mengalami penyakit
ini sebelumnya
DO : Klien mengeluh tentang penyakitnya
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder terhadap
gangguan visceral usus.
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x 24 jan diharapkan nyeri
pada pasien dapat berkurang atau hilang.
Tindakan/intervensi Rasional
1. Anjurkan makan-makanan dan minuman yang tidak mengiritasi
2. Anjurkan makanan dimakan pada jadwal yang teratur, hindari
kudapan sebelum waktu tidur
3. Dorong makanan pada lingkungan yang rileks
4. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi berhubungan
dengan informasi yang tidak adekuat.
Tujuan : pasien mendapat mengetahuan tentang pencegahan dan penatalaksanaan.
Kriteria hasil : mengekspresikan minat dalan belajar bagaimana mengatasi penyakit,
berpartisipasi dalam sesi penyuluhan, mengajukan pertanyaan, dan menyatakan
keinginan untuk bertanggung jawab terhadap perawatan diri.
Tindakan/Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan dan kesiapan belajar dari pasien
2. Ajarkan informasi yang diperlukan:Gunakan kata-kata sesuai tingkat
pengetahuan pasien. Batasi sesi penyuluhan sampai 30
menit atau kurang.
3. Yakinkan pasien bahwa penyakit dapat diatasi
Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder terhadapat
gangguan visceral usus.
S: Pasien mengatakan bahwa nyerinya berkurang
O: Pasien trauma jaringan dan refleks spasme otot
A: Tujuan tercapai, masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia ditandai dengan kelemahan otot.
S :Pasien mengatakan bahwa dia sudah dapat melakukan aktivitas sendiri
O :TTV normal, pasien terlihat tidak cemas lagi
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah
Hiperketonemia/ ketonuria dan asidosis metabolik (pH darah < 7,3 dan bikarbonat darah
< 15 mEq/ L)
PENATALAKSANAAN
Prinsip-prinsip pengelolaan KAD adalah:
1. Memperbaiki sirkulasi dan perfusi jaringan (resusitasi dan rehidrasi)
2. Penggantian cairan dan garam yang hilang
3. Menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati dengan pemberian
insulin.
4. Mengatasi stress sebagai pencetus KAD
5. Mencegah komplikasi dan mengembalikan keadaan fisiologis normal serta menyadari
pentingnya pemantauan serta penyesuaian pengobatan.
Resusitasi
1. Pertahankan jalan napas.
2. Pada syok berat berikan oksigen 100% dengan masker.
3. Jika syok berikan larutan isotonik (normal salin 0,9%) 20 cc/KgBB bolus.
4. Bila terdapat penurunan kesadaran perlu pemasangan naso-gatrik tube untuk menghindari
aspirasi lambung.
Rehidrasi
Penurunan osmolalitas cairan intravaskular yang terlalu cepat dapat meningkatkan resiko
terjadinya edema serebri. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
1. Tentukan derajat dehidrasi penderita.
2. Gunakan cairan normal salin 0,9%.
3. Total rehidrasi dilakukan 48 jam, bila terdapat hipernatremia (corrected Na) rehidrasi
dilakukan lebih perlahan bisa sampai 72 jam.
4. 50-60% cairan dapat diberikan dalam 12 jam pertama.
5. Sisa kebutuhan cairan diberikan dalam 36 jam berikutnya
Penggantian Natrium
Kadar Na yang terukur adalah lebih rendah, akibat efek dilusi hiperglikemia yang terjadi
Bila corrected Na > 150 mmol/L, rehidrasi dilakukan dalam > 48 jam.
Bila corrected Na < 125 mmol/L atau cenderung menurun lakukan koreksi dengan
NaCl dan evaluasi kecepatan hidrasi.
Penggantian Kalium
Pada saat asidosis terjadi kehilangan Kalium dari dalam tubuh walaupun konsentrasi di dalam
serum masih normal atau meningkat akibat berpindahnya Kalium intraseluler ke ekstraseluler.
Konsentrasi Kalium serum akan segera turun dengan pemberian insulin dan asidosis teratasi.
1. Pemberian Kalium dapat dimulai bila telah dilakukan pemberian cairan resusitasi, dan
pemberian insulin. Dosis yang diberikan adalah 5 mmol/kg BB/hari atau 40 mmol/L
cairan.
2. Pada keadaan gagal ginjal atau anuria, pemberian Kalium harus ditunda, pemberian
kalium segera dimulai setelah jumlah urine cukup adekuat.
Penggantian Bikarbonat
1. Bikarbonat sebaiknya tidak diberikan pada awal resusitasi.Pemberian bikarbonat hanya
dianjurkan pada KAD yang berat.
2.
3. Terapi bikarbonat diindikasikan hanya pada asidossis berat (pH < 7,1 dengan bikarbonat
serum < 5 mmol/L) sesudah dilakukan rehidrasi awal, dan pada syok yang persistent.
walaupun demikian komplikasi asidosis laktat dan hiperkalemia yang mengancam tetap
merupakan indikasi pemberian bikarbonat.
3. Jika diperlukan dapat diberikan 1-2 mmol/kg BB dengan pengenceran dalam waktu 1
jam, atau dengan rumus: 1/3 x (defisit basa x KgBB). Cukup diberikan dari kebutuhan.
Pemberian Insulin
a. Insulin hanya dapat diberikan setelah syok teratasi dengan cairan resusitasi.
b. Insulin yang digunakan adalah jenis Short acting/Rapid Insulin (RI).
c. Dalam 60-90 menit awal hidrasi, dapat terjadi penurunan kadar gula darah walaupun
insulin belum diberikan.
d. Dosis yang digunakan adalah 0,1 unit/kg BB/jam atau 0,05 unit/kg BB/jam pada anak < 2
tahun.
e. Pemberian insulin sebaiknya dalam syringe pump dengan pengenceran 0,1 unit/ml atau
bila tidak ada syringe pump dapat dilakukan dengan microburet (50 unit dalam 500 mL
NS), terpisah dari cairan rumatan/hidrasi.
f.
Penurunan kadar glukosa darah (KGD) yang diharapkan adalah 70-100 mg/dL/jam.
g. Bila KGD mencapai 200-300 mg/dL, ganti cairan rumatan dengan D5 Salin.
h. Kadar glukosa darah yang diharapkan adalah 150-250 mg/dL (target).
i.
Bila KGD < 150 mg/dL atau penurunannya terlalu cepat, ganti cairan dengan D10
Salin.
j.
k. Jangan menghentikan insulin atau mengurangi sampai < 0,05 unit/kg BB/jam.
l.
Pemberian insulin kontinyu dan pemberian glukosa tetap diperlukan untuk menghentikan
ketosis dan merangsang anabolisme.
m. Pada saat tidak terjadi perbaikan klinis/laboratoris, lakukan penilaian ulang kondisi
penderita, pemberian insulin, pertimbangkan penyebab kegagalan respon pemberian
insulin.
n. Pada kasus tidak didapatkan jalur IV, berikan insulin secara intramuskuler atau subkutan.
Perfusi jaringan yang jelek akan menghambat absorpsi insulin.
17. Kasus hemoroid grade 4 :tindakan keperawatan diet, (observasi belum terjawab)
Klasifikasi
-
Grade
Grade
Grade
I
II
III
tidak
Menonjol
didorong
baru
ada
prolaps
masuk:
prolaps,
)
Menonjol,
thrombus
masuk
reposisi
spontan
manual
- Grade IV : Inkarserasi
Diet
Diet yang diberikan pada penderita Hemorrhoid yaitu diet makanan biasa. Makanan biasa
sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk, tekstur
dan aroma yang normal. Susunan makanan mengacu pada Pola Menu Seimbang dan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi orang dewasa sehat (Almatsier 2005).
Makanan biasa diberikan kepada pasien yang berdasarkan penyakitnya tidak memerlukan
makanan khusus (diet). Walau tidak ada pantangan secara khusus, makanan sebaiknya dalam
bentuk yang mudah dicerna. Adapun tujuan diet yaitu memberikan makanan sesuai
kebutuhan gizi untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. Syarat-syarat diet
makanan biasa adalah sebagai berikut (Almatsier 2005) :
a. Energi sesuai kebutuhan normal orang dewasa sehat dalam keadaan istirahat.
b. Protein 10-15% dari kebutuhan energi total.
c. Lemak 10-25% dari kebutuhan energi total.
d. Karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi total.
e. Cukup mineral, vitamin, dan kaya serat.
f.
Makanan tidak merangsang saluran cerna. Makanan sehari-hari beraneka ragam dan
bervariasi
Penatalaksanaan
Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya.
dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk trombus.
Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.
Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam, bila gagal dibantu dengan
Tindakan untuk mengurangi pembesaran dengan cara: rendam duduk dengan salep,
supositoria yang mengandung anestesi, astringen (witch hazel) dan tirah baring.
Adalah prosedur ligasi pita karet. Hemorrhoid dilihat melalui anosop, dan bagian proksimal
diatas garis mukokutan dipegang dengan alat. Pita karet kecil kemudian diselipkan diatas
hemorrhoid. Bagian distal jaringan pada pita karet menjadi nekrotik setelah beberapa hari
danm dilepas. Terjadi fibrosis yang mengakibatkan mukosa anal bawah turun dan melekat
pada otot dasar. Meskipun tindakan ini memuaskan beberapa pasien, namun pasien lain
merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan mengakibatkan hemorroid sekunder dan
infeksi perianal.
Hemoroidektomi kriosirurgi
Adalah metode untuk menghambat hemorroid dengan cara membekukan jaringan hemorroid
selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis. Meskipun hal ini kurang menimbulkan nyeri,
prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena menyebabkan keluarnya rabas yang berbau
angat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pada periode paska
operatif.
Metode pengobatan hemorroid tidak efektif untuk vena trombosis luas, yang harus
jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selma pembedahan, sfingter rektal biasanya
didilatasi secara digital dan hemorroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi
dan kemudian dieksisi. Setelah prosedur operasi selesai, selang kecil dimaukkan melalui
sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah; penempatan Gelfoan atau kasa
Oxigel dapat diberikan diatas luka kanal
18. Kasus WSD : teknik dan tindakan keperawatan
TEKNIK
1. jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien ( agar pasien tidak cemas ), inform
consent
2. tempatkan pasien pada blangkar dengan posisi fowler ( duduk 90 0 )
3. Ganti baju pasien dengan baju tindakan untuk pasien
4. Persiapan Alat
a. Siapkan Alas untuk alat WSD ( Troli )
b. Alasi troli dengan duk steril
c. Siapkan Dispo 3 cc untuk mencari letak penusukan
d. Siapkan Dispo 5 cc ( dengan lidocain 1 ampul untuk yang pasien kurus, dan lidocain 2
ampul untuk pasien gemuk )
e. Tempatkan pisau bisturi No. 11 pada handle bisturi
f.
Siapkan moskuito
Siapkan trocart
j.
Siapkan gunting
Siapkan kasa yang sudah digunting bagian tengahnya 3 buah, dan kasa untuk menahan
keluarnya darah dari sayatan 3 buah
Siapkan botol WSD dan masukan karet tempat menyambungkan transet ke vemplon atau
abocat pada selang yang ada di botol WSD ( jika pasien pneumothorax, beri air setinggi
2 cm )
5. Fase Kerja
a. Pasang duk bolong pada area penusukan
b. Desinfektan area penusukan menggunakan kasa betadine dengan teknik memutar, sampai
diameter 15 cm
c. Proof dengan dispo 3 cc untuk mencari letak penusukan
d. Anastesi tempat penusukan dengan lidocain 1-2 Ampul dalam dispo 5 cc
e. Sayat tempat penusukan dengan pisau bisturi
f.
j.
Tampung cairan wsd yang keluar dengan menggunakan baskom ( asisten non steril )
k. Masukan transet yang sudah dibolongi, ujung transet tujukan pada baskom
l.
m. Pasang klem pengatur tetesan infuse ( dokter sedang melakukan fiksasi transet dengan
benang )
n. Ujung selang sambungkan ke botol WSD ( asisten non steril )
o. Tutup area luka penusukan WSD dengan kasa betadine dan fiksasi menggunakan plester
TINDAKAN
-
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali, dan perlu
diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh
dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi
analgetik oleh dokter.
Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan
bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.
Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang diklem.
-
Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam selama
24 jam setelah operasi.
Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan
pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang baik,
coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring
bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan
darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di
dinding paru-paru.
Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau ada
dicatat.
Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung udara yang
keluar dari bullow drainage.
Penggantian botol harus tertutup untuk mencegah udara masuk yaitu mengklem slang
pada dua tempat dengan kocher.
Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus tetap
steril.
Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas,
botol terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water Seal Drainage)
perdarahan.
Diet.
Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
Obat-obatan.
Klorampenikol
Tiampenikol
Kotrimoxazol
Amoxilin dan ampicillin
DIAGNOSA
a. Resiko tinggi terhadap trauma dan henti nafas berhubungan dengan perubahan kesadaran,
kelemahan, kehilangan koordinasi otot besar dan kecil.
b. Gangguan harga diri,identitas diri berhubungan dengan persepsi tidak terkontrol, ditandai
ketakutan, dan kurang kooperatif tindakan medis.
c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi dan aturan pengobatan
berhubungan dengan kurang pemahaman, salah interpretasi informasi, kurang mengingat.
TINDAKAN
a. Medik
Pengobatan Kausal :
Perlu diselidiki apakah pasien masih menderita penyakit yang aktif, misalnya tumor
berkala.
Cara menanggulangi kejang epilepsi :
1. Selama Kejang
a.
Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu
b.
Mengamankan pasien di lantai jika memungkinkan
c.
Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar keras, tajam atau
d.
e.
f.
pernapasannya.
Ajarkan penderita untuk mengenali tanda2 awal munculnya epilepsi atau yg biasa
disebut "aura". Aura ini bisa ditandai dengan sensasi aneh seperti perasaan bingung,
melayang2, tidak fokus pada aktivitas, mengantuk, dan mendengar bunyi yang
melengking di telinga. Jika Penderita mulai merasakan aura, maka sebaiknya berhenti
melakukan aktivitas apapun pada saat itu dan anjurkan untuk langsung beristirahat
atau tidur.
g.
Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau penyandang terluka berat,
perawatan
meminimalisasikan
belaka,
namun
yang
lebih
penting
adalah
bagaimana