Anda di halaman 1dari 11

Ileus Paralitik

I. Pengertian
Ileus paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut yang
menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan dirongga perut yang biasanya
timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada
obstruksi, perforasi, atau perdarahan massif dirongga perut maupun saluran cerna,
infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi
yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga
terjadilah peritonitis.

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi
usus akut. Ileus paralitik adalah obstruksi yang terjadi Karena suplai saraf otonom
mengalami paralysis dan peristaltic usus terhenti sehingga tidak mampu
mendorong isi sepanjang usus.

Ileus paralitik adalah suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal dinding
usus untuk sementara waktu berhenti. Ileus adalah suatu kondisi hipomolitas
(kelumpuhan) saluran gastrointestinal tanpa disertai adanya obstruksi mekanik
pada intestinal (Price & Wilson, 2007).

II. Etiologi (Behm, 2003)


1. Sepsis
2. Obat-obatan (opioid, antacid, coumarin, amitriptyline, chlorpromazine).
3. Gangguan elektrolit dan metabolic
4. Infark miokard
5. Pneumonia
6. Trauma
7. Bilier dan ginjal kolik
8. Cedera kepala dan prosedur bedah saraf
9. Inflamasi intra abdomen dan peritonitis
10. Hematoma retroperitoneal

III. Phatway

Penyempitan lumen usus Hernia inkarserata

Edema, kongesti, nekrosis dan


akhirnya Akumulasi
rupture
Penurunan isi usus, cairan, dan gas Absorbs
atau perforasi
tekanan kapiler didaerahcairan
diatasberkyrang
usus dan merangsang
Tekanan intralumen
peritonitis
dinding
vena danusus
arteriolausus
yangDistensi abdomen
mengalami obstruksi Asam
lebih refluk
lambung
abanyak
Mual, sekresi lambung
muntah
Gg pemenuhan
nutrisi
Pengeluaran interleukin I
Pengeluaran mediator abses
kimia bradykinin,
serotonin, histamin, dan
Resiko infeksi
prostaglandin
Merangsang ujung syaraf Set point temperature
bebas

febris
Medulla spinalis

Peningkatan suhu tubuh

talamus

Kortek serebri

Respon nyeri

Gangguan rasa nyaman :


nyeri abdomen
IV. Manifestasi klinis
1. Distensi yang hebat tanpa rasa nyeri (kolik)
2. Mual dan muntah
3. Tidak dapat defekasi dan flatus 24-48 jam
4. Bising usus menghilang
5. Gambaran radiologis : semua usus menggembung berisi udara.
V. Komplikasi
1. Nekrosis usus
2. Perforasi usus
3. Peritonitis
4. Sepsis infeksi akibat darri peritonitis
5. Syok dehidrasi akibat dari kehilangan plasma
6. Abses sindrom usus pendek dengan malabsorbsi dan malnutrisi
7. Pneumonia aspirasi dari proses muntah
8. Gangguan elektrolit, refluk muntah dapat terjadi akibat distensi abdomen
VI. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
a. Foto polos abdomen 3 posisi
b. Pemeriksaan radiologi dengan barium enema, dilakukan terutama jika
obstruksi letaknya rendah
c. CT scan, dilakukan jika pada foto polos abdomen dicurigai adanya
strangulasi, maka ct scan akan lebih teliti menunjukkan adanya kelainan
dinding usus, mesentrikus dan peritoneum.
d. USG yaitu untuk menunjukkan penyebab dan gambaran dari obstruksi
e. MRI, teknik ini digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesentrik kronis
f. Angiografi
2. Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa
mungkin menunjukkan dehidrasi. Analisa gas darah dapat mengindikasikan
asidosis atau alkalosis metabolic.

VII. Penatalaksanaan
1. Konservatif
a. Dirawat di rumah sakit
b. Pasien dipuasakan
c. Kontrol status airway, breating and circulation
d. Dekompresi dengan NGT
e. Beri Intravenous fluids and electrolyte
f. Pasang kateter urin untuk balance cairan
2. Farmakologis
a. Beri antibiotic broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob
b. Beri analgesic bila nyeri
3. Operatif
a. Tidak dilakukan pembedahan kecuali disertai dengan peritonitis
b. Operasi dilakukan detelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk
mencegah sepsis sekunder atau rupture usus
c. Opeasi diawali dengan laparatomi kemudian disusul dengan teknik bedah
yang disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparatomi.

Asuhan Keperawatan Ileus Paralitik

1. Pengkajian
a. Identitas
Biodata klien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya
hidup
b. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji, umumnya pasien merasakan
nyeri pada abdomen terus menerusn demam, nyeri tekan, nyeri lepas,
abdomen tegang dan kaku.
- Riwayat kesehehatan sekarang
Hal-hal yang menyebabkan pasien mencari pertolongan, dikaji dengan
pendekatan PQRST:
P: apa yang menyebabkan timbulnya keluhan
Q: bagaimana keluhan dirasakan
R: didaerah mana gejala dirasakan
S: skala numeric 1 s/d 10
T: kapan keluhan timbul dan factor yang memperbesar dan memperingan
keluhan serta berapa lama.
- Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit pada system pencernaan atau
adanya riwayat operasi pada system pencernaan
- Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama denga
klien.
c. Pemeriksaan fisik
- Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran, penampilan, ekspresi wajah selama dilakukan anamnesa,
- Pernafasan
Peningkatan frekuensi nafas, nafas pendek dan dangkal
- System kardiovaskuler
Takikardi, pucat, hipotensi
- System persarafan
Tidak ada gangguan pada system persarafan
- System perkemihan
Retensio urin akibat tekanan distensi abdomen, anuria/oliguria, jika syok
hipovolemik\
- System pencernaan
Distensi abdomen, muntah, bising usus meningkat, lemah atau tidak ada,
ketidakmampuan defekasi dan flatus
- System musculoskeletal
Kelelahan, kesulitan ambulasi
- System integument
Turgor kulit buruk, membrane mukosa pecah-pecah
- System endokrin
Tidak ada gangguan pada system reproduksi
- Rectal Toucher
a. Isi rectum menyemprot : hirschprung disease
b. Adanya darah dapat menokong adanya stragulasi, neoplasma
c. Feces yang mengeras : skibala
d. Feses negative : obstruksi usus letak tinggi
e. Ampula rekti kolap : curiga obstruksi
f. Nyeri tekan: local atau general peritonitis
d. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, kerusakan jaringan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
ansorbsi nutrisi
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan perforasi dinding usus
e. Intervensi

n Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil intervensi


o
1. Nyeri akut Nyeri teratasi setelah Mandiri :
berhubungan dengan dilakukan asuhan 1. Monitor ttv
2. Kaji skala dan
agens cedera biologis, keperawatan selama
penyebab nyeri
kerusakan jaringan 3x24 jam.
3. Ajarkan teknik
KH:
- Mampu distraksi
4. Ajarkan teknik
mengontrol nyeri
- Mengatakan relaksasi
5. Berikan posisi
skalanyeri
nyaman (sesuai
berkurang
- TTv dalam batas pasien)
normal TD 110- Kolaborasi :
120/70-80 mmHg, 1. Beri analgetik
N 60-100x/min, sesuai indikasi
RR 16-20,
S:36,80C-37,50C.
- Mengatakan
nyaman dan bias
tidur dengan
nyaman
2. Perubahan nutrisi Nutrisi tercukupi setelah Mandiri:
kurang dari kebutuhan dilakukan asuhan 1. Kaji adanya mual
tubuh berhubungan keperawatan selama dan muntah
2. Anjurkan pasien
dengan gangguan 3x24 jam.
KH: makan sedikit tp
ansorbsi nutrisi
- Tidak terjadi
sering
penurunan BB 3. Anjurkan makan
- Mengerti factor
selagi hangat
yang meningkatkan 4. Anjurkan oral
BB hygiene sebelum
- Dapat memodifikasi
dan sesudah
diit dalam waktu
makan
lama 5. Anjurkan minum
- IMT dalam batas hangat untuk
Normal >18<22. menghindari
muntah.
6. Timbang BB/
hari
Kolaborasi:
1. Beri antiemetic
untuk
mengurangi
mual.
2. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk pemberian
diit
3. Hipertermi Gipertermi teratasi Mandiri:
berhubungan dengan setelah dilakukan 1. Monitor ttv
2. Anjurkan pasien
proses infeksi asuhan keperawatan
memakai baju
selama 3x24jam.
KH: tipis dan
- Suhu dalam batas
menyerap
normal 36,80C-
keringat
0
37,5 C. 3. Anjurkan pasien
- Nadi dan
banyak minum
pernafasan dalam 4. Beri kompres
batas normal 60- hangat
100x/min, 26- Kolaborasi:
20x/min 1. Beri antipiretik
- Tidak ada
sesuai anjuran
perubahan warna
dokter
kulit, pusing dan
mmerasa nyaman
4. Resiko infeksi Infeksi tidak terjadi Mandiri:
berhubungan dengan setelah dilakukan 1. Pantau tanda dan
perforasi dinding usus asuhan keperawatan gelaja infeksi
2. Pantau hasil lab
selama 3x24jam
3. Pertahankan
KH:
- Tidak tampak teknik aseptic
tanda- tanda 4. Lakukan
infeksi perawatan luka
- Jumlah leukosit
Kolaborasi:
dalam batas
1. Beri antibiotic
normal 4000-
sesuai anjuran
10.000
dokter
- Suhu dalam batas
normal 36,80C-
37,50C.
- Mampu mencegah
infeksi
- Menunjukkan
prilaku hidup sehat

f. Implementasi
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan
elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi,
memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obtruksi untuk
memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
1. Obstruksi usus halus
Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau NGT bermanfaat dalam
mayoritas kasus obstruksi usus halus. Apabila usus tersumbat secara lengkap,
maka strangulasi yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum
pembedahan, terapi intravena diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan
dan elektrolit.
Selain beberapa pengecualian, obstruksi usus harus ditangani dengan operasi,
Karena adanya resiko stranhgulasi.
2. Obstruksi usus besar
Apabila ostruksi relative tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan
untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara
bedah yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko
buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi.
Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah untuk mengangkat
lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara dan permanen mungkin
diperlukan.
3. Opersi
Dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi
secara memuaskan.
g. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap ahir proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang
telah dilakukan. Tahap evaluasi merupakan indicator keberhasilan alam
penggunaan proses keperawatan. Terdiri dari:
1. Tinjauan laporan klien harus mencakup riwayat perawatan, kartu catatan hasil-
hasil tes, dan semua laporan intervensi
2. Pengkajian kembali terhadap klien berdasarkan pada tujuan kriteria hasil yang
diukur dan mencakup reaksi klien terhadap lingkungan yang dilakukan. Reaksi
klien secara fisiologis dapat diukur dengan kriteria seperti mengukur TTV
3. Kriteria hasil tercaai dengan diagnosis yang dialami klien.
Hasil yang diharapkan:
- Nyeri teratasi
- Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Memperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang proses penyakitnya
- Mendapatkan nutrisi yg optimal
- Tidak mengalami komplikasi

Daftar pustaka

Ahern, Wilkinson. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Alief. M, dkk. (2000). Kapita Selecta Kedokteran. Jakarta:FKUI.

Smelzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Nrunner & Suddarth,
alih Bahasa: Agung Waluyo (et. Al), vol. I, edisi 8, Jakarta: EGC

Sylvia A. Price, Wilkinson Lorraine M. (2007). Patofisiologi. Edisi 6. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai