Anda di halaman 1dari 5

Cerpen Remaja Islami

CINTA DALAM SANDIWARA

Dasar wanita sialan , punya mata gak kalian??


Teriakku kepada dua orang wanita pembersih jalan, yang hampir saja gara-
gara mereka ku menabrak trotoar,
Terlihat wajah perempuan seumuran denganku yang tertunduk lesu dengan
muka yang hitam penuh debu dan baju yang lusuh dengan menggegam
gagang sapu pembersih jalan,
Tanpa menjawab permintaan maaf mereka ku pun kemudian masuk mobil
dan langsung menancap gas berlalu dari mereka, karna hari ini aku ada
urusan kantor dan pertemuan penting dengan atasan.
Beberapa kali aku melihat mereka, ketika pergi dan pulang dari kantor, hal
serupa pun sering terjadi padaku, mulai dari mau nabrak trotoar,
mengganggu perjalanan dan berjuta-juta alasan lain yang sesungguhnya
tidaklah ada dasar bagiku untuk mengatakan itu, satu yang menjadi dasar
adalah karena aku membenci mereka, dua wanita yang selalu menjadi
pemandangan mataku di pagi hari dan melihat wanita kumuh dengan
membawa alat yang bagiku malas tuk aku gunakan, pegang saja aku tak
mau, ya karena juga di rumahku ada pembantu,.
Sungguh memang apes benar aku hari ini, setibanya di kantor, ternyata
meeting sudah selesai, padahal meeting kali ini sungguhlah penting karena
ada info dari atasan mengenai promosi jabatan, selain itu juga ada
pembahasan mengenai masalah global.

Hai, jon,
Terdengar suara toni yang datang mengahmpiriku di depan pintu keluar
kantor,
Iya Ton, bagaimana tadi meetingnya, sorry aku telat, soalnya tadi ada
sedikit urusan,..
Jawabku kepada toni, yang sudah lama dan akrab kita menjalin
persahabatan,tepatnya ketika kita satu kampus, walau berbeda keyakinan
namun kita tetap saling menghargai.
Oh gitu, ya tadi meeting tentang kebersihan lingkungan, dan kita di beri
tugas untuk membuat laporan tentang pekerjaan yang berpengaruh
terhadap lingkungan secara umum,.
Oh gitu ya sudah terima kasih, aku cabut dulu ya
Kemudian aku pun berlalu dan kembali menuju rumah, dengan fikiran yang
bingung dan resah, tentang laporan perusahaan tersebut, pekerjaan apa
yang sangat berpengaruh bagi lingkungan secara umum, itulah pertanyaan
yang sering terlintas dan berputar-putar di otakku,
Dengan mengendarai mobil di tengah sesaknya kemacetan ibu kota, ku lihat
dua orang wanita yang membawa gagang sapu,
itu kan mereka , yang tadi hampir saja membuatku menabrak trotoar,.
Desisku dalam hati, dengan menatap kearah dua orang wanita yang sedang
berjalan menyusuri jalanan ibu kota,
Tiba-tiba terlintas di benakku, bahwa contoh pekerjaan sebagai bahan
menyusun laporan tidaklah susah dan jauh-jauh untuk dicari, wanita itu, ya
mereka berdua adalah pembersih jalanan dan itukan sebuah pekerjaan, dan
berpengaruh juga dalam lingkungan, mereka cocok sekali untuk membuat
laporanku.
Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti mereka, setelah sekian lama
melewati berbagai gang,dan masuk dalam perkampungan sempit bahkan
mobilku saja tidak bisa masuk dan terpaksa aku parkirkan di depan
gang,Mereka berdua masih berjalan, aku mengikuti mereka dengan jarak
standar seorang mata-mata, tidak terlalu jauh juga tidak terlalu dekat,
semakin menyusuri kampung suasana semakin sepi, kayaknya ini memang
sebuah desa pelosok, rumah mereka pun terbuat dari bambu-bambu tua
dengan disangga bawahnya, guna menghindari bahaya air bah yang siap
merenggut harta benda mereka,.
sial
Dimana mereka ??
Desisku dalam hati, setelah aku mengetahui bahwa aku kehilangan jejak
mereka, mungkin mereka sudah tahu jika dari tadi aku mengikutinya,.
Aku pun tetap berjalan, namun belum juga ku dapati kearah mana mereka
pergi, rumah penduduk pun kini jarang terlihat, yang terlihat hanyalah
hamparan sawah dan aliran deras sungai, mungkin aku tersesat,..
Fikiran yang semakin lelah karena terus berputar, ku memutuskan tuk
membasahi tenggorokan yang sudah kering kerontang ini, kebetulan tak jauh
dari aku berdiri ku dapati ada seonggok warung,
silahkan mas , mau minum apa
Sapaan pemilik warung dengan senyuman termanis di wajahnya
saya pesan es teh manis saja bu,
Dengan dahaga yang begitu menyiksa, sesaat pula segelas es teh tersebut
habis tak bersisa bahkan setetes pun,.
Sungguh bagai disambar petir siang bolong,ketika ku dapati bahwa dari tadi
pemilik warung mengamati tingkahku, ku pun tertunduk lesu, ku lirik pemilik
warung tersebut, mengembangkan pipinya, mungkin ia sedang
menertawakanku, karena aku bagai orang yang tak pernah minum es teh
sebelumnya,.
anda dari mana mas, kok kelihatan lelah sekali ??
oh, saya lagi mencari orang Bu, ia juga tinggal disini, namun saya
kehilangan jejak,.
kalau boleh tahu siapa namanya mas ??
Lhah itu masalahnya Bu, sebelumnya saya belum pernah kenal, saya
melihatnya ketika ia bekerja sebagai penyapu jalanan, dan saya mencarinya
guna sebagai bahan penyusun laporan perusahaan
oh. Itu mah ibu Sulasmi , di desa ini yang bekerja sebagai penyapu jalan
hanyalah beliau, rumahnya tak jauh dari sini, itu di ujung jalan ini, disamping
musholla warna hijau,.
Setelah selesai membayar, aku pun langsung bergegas menuju jalan yang di
katakan Ibu pemilik warung tersebut, aku berjalan menyusuri jalan yang
berbatu dan penuh dengan gobangan air, inilah potret kehidupan
masyarakat dan pemerintahan negeri ini, di tengah ibu kota bahkan masih
ada pemandangan yang seperti ini, seperti inikah Negara yang di gaung-
gaungkan sebagai Negara kaya akan sumber daya alamnya,..memang benar
kata dedi mizwar dalam filmya yang berjudul alangkah lucunya negeri ini.
Dengan omelan-omelan dalam hati kepada pemerintahan dan bapak-ibu
yang duduk di kursi atas, akan kondisi yang sungguh menyayat hati, dan
memaksa air mata tuk menetes menambah banjirnya gubangan air jalan itu,
tak ku sadar, ternyata ku sudah berada di ujung jalan , ku lihat sebelah
kanan jalan terdapat musholla hijau yang temboknya penuh dengan lumut,.
Disamping musholla terlihat rumah yang sungguh elok nan indah, terdapat
aneka ragam tumbuh-tumbuhan, mulai dari mangga, jambu, tanaman TOGA
dan juga taman mini, yang begitu menyegarkan mata,
Kini berjuta pertanyaan mulai menghampiriku dan mengusik ketenangan
hatiku,.
mungkinkah benar, ini rumah ibu Sulasmi, si penyapu Jalanan itu,
rumahnya pun tak kalah indahnya dengan rumahku, ah gak mungkin,
.mungkin aku salah,.
haii mas, cari siapa ??
Terdengar suara wanita paruh baya yang sedang membawa sapu di
tangannya, namun wajahnya tak asing lagi bagiku, setelah mendekat, baru
aku sadari bahwa dia adalah Ibu Sulasmi,.ya ibu pembersih jalan ibu kota itu,
namun kali ini aku melihatnya berbeda, ia memakai pakaian bersih sekali,
wajahnya pun tidak kumuh,. Aku mulai bingung dengan kondisi ini, hingga
kebuntuan pun pecah
oh ini kamu thoh le, yang tadi pagi menasehati ibu dan mut
Ternyata benar, ibu itu sudah hafal akan wajahku, menasehati bukankah
aku tadi pagi menghardiknya,. Sungguh mulia wanita ini , aku pun tak berani
menatap kedua matanya aku hanya tertunduk malu, karena kelakuanku
sendiri,.
saya mau mencari anda Bu, bisa saya bicara dengan Ibu, soalnya ini ada
tugas dari kantor
oh ya monggo, silahkan masuk, ndak baik ngobrol diluar,.
Sambil membawaku menuju rumah indah itu, ternyata tak salah lagi itu
memang rumah Bu Sulasmi,
Aku semakin bingung dengan kondisi ini, mungkinkah upah dari menyapu
jalanan sebanyak ini, tak kalah dari upahnya pegawai negeri, dalam
rumahnya pun tertata rapi dengan tanaman bonsai yang berada disamping
kursi sofa yang begitu nyaman,.sementara itu bu sulasmi langsung menuju
ke belakang, ku tak tahu apa yang dilakukannya mungkin akan
membuatkanku segelas teh, atau malah akan membawakanku gagang sapu
tuk mengusirku, selama ini kan aku selalu menghadiknya,.
Aku pun semakin terpesona dengan tatanan rumah di dalamnya,.rapi
anggun dengan dinding bercat hijau semakin menyegarkan mataku, di
samping figura foto, ku dapati ada sebuah kaligrafi yang diukir dengan seni
tekstur tinggi, ukiran kaligrafi itu sungguh membuatku berdecak kagum,
padahal di rumah aku pun memiliki lukisan yang aku beli dari luar negeri dan
kaligrafi itu bertuliskan
"
bukankah itu adalah tulisan yang biasanya terpampang ketika ada kegiatan
kegiatan kebersihan di kampus dahulu, namun aku tak tahu dari mana
tulisan itu di dapat, semuanya sama bentuknya, walaupun aku pun tak bisa
membacanya, ya mereka adalah orang islam, mungkin itu adalah tulisan dari
sebuah buku yang disebut Al-Quran oleh mereka,. Sedangkan di kitab
agamaku tidak ada seperti itu, bukankah tuhan itu satu, mengapa islam
punya semboyan sedemikian namun agamaku tidak?? Ada apa ini? Apakah
benar yang dikatakan oleh Toni, bahwa menurut mereka agama yang benar
disisi tuhan adalah agama islam, lha terus dengan kata lain agamaku berarti
salah? Apakah aku memegang suatu kepercayaan yang salah yang sudah
turun temurun diwariskan di keluargaku,.???
Fikiranku semakin kacau dan hatiku pun semakin resah tak tentu arah,
ini mas ada sedikit air, silahkan di minum,.
Ku lihat seorang wanita yang tak ku sadari sudah berada di depanku sambil
meletakkan secangkir teh di meja tamu, namun ia bukanlah ibu Sulasmi, ia
lebih muda dan lebih anggun, dengan dibalut kain di kepala yang toni biasa
menyebutnya adalah jilbab, dan baju panjang berwarna pink, dengan rok
yang selaras dengan bajunya, tapi ia juga tak asing bagiku, apakah mungkin
ini adalah wanita yang selalu bersama ibu Sulasmi untuk menyapu jalan
itu??,
Ia pun duduk di sofa, namun sangat jauh bagiku, aku pun tak tahu apa yang
dilakukannya, apakah ia memiliki dendam kepadaku karena aku selalu
menghardiknya, ia pun hanya menunduk, dengan senyuman yang tak bisa
aku dustai sungguh manis, lebih manis dari senyuman para mantan
kekasihku, gak-gak aku gak boleh memiliki rasa dengannya, dia adalah orang
islam dan dan dia tak pantas denganku,.
Ada apa mas, kok menggelang-gelengkan kepala?
Betapa malunya aku, ternyata tak ku sadari gerak refleks telah ku lakukan,
namun untuk memecah rasa maluku aku pun bertanya kepadanya,namun ia
tetap menunduk
ndak apa-apa, oh ya kalau boleh saya tahu siapa nama mb?
oh, nama saya MUTHOHAROH mas
Sayang, baru saja sedikit ngobrol ternyata suara nyanyian dari musholla
telah berkumandang, suara yang selama ini ku tahu digunakan orang islam
untuk mengundang teman-temannya ke musholla ataupun masjid,.
aku pun langsung pamit pulang, karena Muthoharoh pun meminta ijin untuk
pergi ke musholla dan bu Sulasmi pun demikian, aku pun malu, namun aku
tak tahu mengapa aku malu, padahal ketika menunggu toni di rumahnya
saat ia sholat aku pun tak merasakan sedemikian ini,.
Sesungguhnya sandiwara macam apa ini, sandiwara yang membuatku
semakin bingung,kini seolah tugas kantor lenyap dari fikiranku, yang ku
fikirkan adalah sesungguhnya ada apa dibalik ini semua, mulai dari aku yang
selalu bertemu kedua wanita itu, padahal ada banyak jalan di ibu kota ini,
aku yang selalu membenci mereka, padahal tukang sapu jalanan bukan
hanya mereka, tapi mengapa mereka yang aku benci,? tugas kantor yang
dibilang aneh, serta ide gilaku yang memilih pekerjaan tukang sapu jalan,
padahal banyak sekali pekerjaan lain yang berhamburan di negeri
ini,penasaranku kepada rumah ibu sulasmi yang begitu mewah,padahal aku
pun memiliki rumah mewah sendiri, kaligrafi di dinding yang membuatku
merinding, padahal aku pun sering melihatnya ketika di kampus dulu, dan
yang terakhir pertemuan dengan wanita berjilbab yang menggetarkan
hatiku, padahal sebelumnya aku sangat benci kepada wanita yang memakai
jilbab, karena bagiku itu adalah ketinggalan zaman, serta rasa hatiku yang
sungguh malu ketika tidak ikut ke musholla tuk menuanaikan sholat,.
Ada apakah di balik semua ini??? Sandiwara macam apa ini tuhan???
SAPU JALANAN, KALIGRAFI, MUTHOHAROH, serta ISLAM
Aku sungguh tertarik kepada itu semua..
Diposkan oleh Azhar at-turry di 19.53

Anda mungkin juga menyukai