Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 konsep Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan


Cairan Pada Pasien Diabetes Melitus
2.1.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok yaitu Pengumpulan data
yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan suatu
kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasi, kekuatan dan
kebutuhan penderita yang diperoleh melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya (Illafin Saidi,2020).

A. Data Demografi
1. Anamnesis
Identitas
a. Identitas klien : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, alamat, diagnosa
medik, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
tanggal pengkajian.
b. Identitas Penanggung jawab : Meliputi nama, umur,
pekerjaan, dan hubungan dengan pasien.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasanya dirasakan oleh klien Diabetes
Mellitus yaitu badan terasa sangat lemas sekali disertai dengan
penglihatan kabur, sering kencing (Poliuria), banyak makan
(Polifagia), banyak minum (Polidipsi) (Riyadi dan Sukarmin,
dalam sonya kristiania,2019).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau,

7
adanya nyeri pada luka, dan badan terasa lemas. Keluhan yang
dikemukakan sampai dibawa ke RS dan masuk ke ruang perawatan,
komponen ini terdiri dari PQRST yaitu:
P : Pasien diabetes melitus mengeluh sering lapar, merasa haus
berlebih dan sering buang air kecil (BAK), atau sering disebut
polifagia, polidipsia, poliuria, yang disebabkan karen adanya
kerusakan pankreas sehingga mengakibatkan produksi insulin yang
terganggu.
Q : Pasien diabetes melitus pada saat BAK ada keluhan nyeri, dan
kadang harus mengejan. Sering memakan banyak cemilan dan
banyak minum karena mudah lapar dan haus
R : Kemungkinan penyebaran terjadi pada diabetes melitus adalah
sering buang air kecil terutama pada malam hari, sering haus dan
lapar pada siang hari
S : Biasanya pasien sering mengeluh buang air kecil (BAK) pada
malam hari, banyak makan dan minum karena adanya meningkatan
kadar gula darah
T : Pasien diabetes melitus mengeluh sering BAK pada malam hari
dengan insensitas mencapai 5 kali, sering haus dan lapar pada siang
hari
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat maupun obat-
obatan yang bisa digunakan oleh penderita. (Illafin Saidi, 2020)
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita diabetes melitus atau penyakit
keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin
misal hipertensi dan jantung. (Illafin Saidi, 2020)

8
6. Pola Kebiasaan Sehari – hari
1) Pola Nutrisi dan Cairan
Pola makan dan minum sehari – hari, jumlah makanan dan
minuman yang dikonsumsi, jenis makanan dan minuman,
waktu berapa kali sehari, nafsu makan menurun / tidak, jenis
makanan yang disukai, penurunan berat badan.
2) Pola Aktivitas
Penderita diabetes melitus mengalami penurunan gerak
karena kelemahan fisik, pada penderita diabetes melitus akan
mengalami katidak mampuan dalam melakukan aktivitas
sehari – hari secara maksimal serta mudah mengalami
kelelahan. (Elsa Agustiana,2020)
3) Pola Tidur dan Istirahat
Pada penderita diabetes melitus mengalami gejala sering
kencing pada malam hari (Poliuria) yang mengakibatkan pola
tidur dan waktu tidur penderita mengalami perubahan dan
mudah mengantuk (Susilowati, dalam Elsa Agustiana,2020)
4) Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis
osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing(poliuri)
dan pengeluaran glukosa pada urine (glukosuria).

B. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Kesadaran pada pasien diabetes melitus
biasanya Composmentis, apatis, somnolen, delirium, sopor, semi
koma, koma.
▪ Tekanan Darah : Hipertensi (karena peningkatan vikositas
darah/kekentalan darah oleh glukosa sehingga terjadinya
peningkatan tekanan pada dinding pembuluh darah dan resiko
terjadinya plak pada pembuluh darah, kondisi ini terjadi pada fase

9
diabetes melitus yang sudah lama atau penderita memang
mempunyai bakat hipertensi).
▪ Nadi : Takikardi (terjadinya kekurangan energi sel
sehingga jantung melakukan kompensasi untuk meningkatkan
pengiriman)
▪ Pernafasan : Takipnea (pada kondisi ketoasidosis)
▪ Suhu : Demam (pada penderita dengan komplikasi
infeksi pada luka atau pada jaringan lain).

2) Pemeriksaan Sistemik/Persistem
1) Sistem pernafasan
Pada klien dengan gangguan diabetes melitus biasanya terjadi
takipnea dan batuk pada keadaan istirahat mapun aktivitas)
2) Sistem kardiovaskuler
Biasanya terjadi takikardi, distrimia, hipertensi)
3) Sistem endokrin
Tidak ada kelainan pada kelenjar tiroid dan kelenjar paratiroid.
Adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat
terganggunya produksi insulin (Asep Agung Yusup M,2019)
4) Sistem pencernaan
Terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkat abdomen
dan obesitas
5) Sistem muskuloskeletal
Pada klien dengan gangguan diabetes melitus pada sistem
muskuloskletal terjadi lemas otot , cepat lemah, cepat letih, kram
otot, tenus otot menurun, sering kesemutan pada ekstremitas. Bila
terdapat ulkus pada kaki pada penyembuhanya akan lama.
6) Sistem pendengaran
Pada pasien diabetes melitus tidak mengalami gangguan
pendengaran. (Neng Fitri Fitriani,2018)

10
2.1.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah Kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan
komunitas terhadap sitasi yang berkaitan dengan Kesehatan. (Tim Pokja
SDKI 2017).

Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan diagnosa keperawatan yang


muncul adalah : Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
resistensi insulin

Definisi : kerentanan terhadap variasi kadar glukosa/gula darah dari rentang


normal yang dapat mengganggu kesehatan (Tim Pokja SDKI,2017).

Penyebab Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Menurut Tim Pokja SDKI


2017 yaitu :
a. Hiperglikemia
1. Disfungsi Pankreas
2. Resstensi Insulin
3. Gangguan Toleransi Glukosa Darah
4. Gangguan Glukosa darah Puasa
b. Hipoglikemia
1. Penggunaan Insulin atau Obat Glikemik Oral
2. Hiperinsulinemia (mis. Insulinoma)
3. Endokrinopati (mis. Kerusakan Adrenal atau pituitari)
4. Disfungsi Hati
5. Disfungsi Ginjal Kronis
6. Efek Agen Farmakologis
7. Tindakan Pembedahan Neoplasma

11
8. Gangguan Metabolik Bawaan (mis.gangguan penyimpanan
lisosomal, galaktosemia, gangguan penyimpanan glikogen)

Tabel 2.1
Tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia
Hiperglikemia Hipoglikemia
Tanda dan Gejala Mayor : Tanda dan Gejala Mayor :
Subjektif : Lelah atau lesu Subjektif : Mengantuk, pusing
Objektif : Kadar glukosa dalam darah/urin Objektif :
tinggi (>200mg/dl) 1. Gangguan koordinasi
2. Kadar glukosa dalam darah/urin rendah (
Tanda dan Gejala Minor : Tanda dan Gejala Minor :
Subjektif : Subjektif :
1. Mulut kering 1. Palpitasi
2. Haus meningkat 2. Mengeluh lapar
Objektif : Jumlah urin meningkat Objektif :
1. Gemetar
2. Kesadaran menurun
3. Perilaku aneh
4. Sulit bicara
5. Berkeringat
*Sumber : Tim Pokja PPNI SDKI , (2018)

2.1.3. Perencanaan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapakan. (SIKI 2018).
1. Hiperglikemia
Tabel 2.2
Intervensi Hiperglikemia
No Masalah SLKI SIKI
keperawatan
1 Ketidakstabilan Setelah dilakukan intervensi Observasi :
gadar glukosa keperawatan selama 3x24 jam, maka - Identifikasi kemungkinan
darah diharapkan ketidakstabilan kadar penyebab hiperglikemia
meningkat dengan kriteria hasil : - Identifikasi situasi yang
a) Lelah/ lesu menurun menyebabkan kebutuhan
b) Mulut kering menurun insulin meningkat (mis,
c) Rasa haus menurun penyakit kambuhan).
d) Kadar glukosa dalam darah - Monitor kadar glukosa
membaik darah, jika perlu
e) Kadar glukosa dalam urin - Monitor tanda dan gejala
membaik hiperglikemia (mis,
f) Jumlah urin membaik poliuria, polidipsia,
polifagia, kelemahan,
malaise, pandangan kabur,
sakit kepala)

12
- Monitor intake dan output
cairan
Terapeutik
- Berikan asupan cairan
normal
- Konsultasi dengan medis
jikatanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
Edukasi
- Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dL
- Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
- Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu

*Sumber : Tim Pokja PPNI SIKI 2018

2. Hipoglikemia
Tabel 2.3
Intervensi Hipoglikemia
No Masalah SLKI SIKI
keperawatan
2 Ketidakstabilan Setelah dilakukan intervensi Observasi :
gadar glukosa keperawatan selama 3x24 jam, - Indentifikasi tanda dan
darah maka diharapkan ketidakstabilan gejala hipoglikemia
kadar meningkat dengan kriteria - Identifikasi kemungkinan
hasil : penyebab hipoglikemia
a) Kordinasi meningkat Terapautik
b) Kesadaran meningkat - Berikan karbohidrat
c) Mengantuk menurun sederhana, jika perlu
d) Pusing menurun - Berikan glukagon, jika
e) Keluhan lapar menurun perlu
f) Gemetar menurun - Berikan karbohidrat
g) Berkeringat menurun kompleks dan protein
h) Prilaku aneh menurun sesuai diet
i) Kesulitan bicara menurun - Pertahankan kepatenan
j) Kadar glukosa dalam darah jalan nafas
membaik - Pertahankan akses IV, jika
k) Kadar glukosa dalam urin perlu
membaik - Hubungi layanan medis
l) Palpitasi membaik darurat, jika perlu
m) Jumlah urin membaik - Hubungi layanan medis
darurat, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan membawa
karbohidrat sederhana
setiap saat

13
- Anjurkan memakai
identitas darurat yang tepat
- Anjurkan monitor kadar
glukosa darah
- Anjurkan berdikusi dengan
tim perawatan berdiskusi
dengan tim perawatan
diabetes tentang
penyesuaian program
pengobatan
- Jelaskan interaksi antara
diet, insulin/agen oral,
olahraga
- Ajarkan pengelolaan
hipoglikemia (mis. Tanda
dan gejala, faktor resiko,
dan pengobatan
hipoglikemia)
- Ajarkan perawatan mandiri
untuk mencegah
hipoglikemia (mis.
Mengurangi insulin/agen
oral dan/atau meningkatkan
asupan makanan untuk
berolahraga).
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
dekstose, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
glukagon, jika perlu
*Sumber: Tim Pokja PPNI SIKI 2018

2.1.4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan pengelolahan dan wujud dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan atau intervensi
(Setiadi,2012).implementasi merupakan realisasi tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan. Mengobservasi respon klien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data yang baru (Nikmatur dan
Walid dalam Elsa Agustiana,2019)

2.1.5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawaan untuk dapat
menemukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada
dasarnya adalah membandingkan status keadaan kesehatan pasien dengan

14
tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan. Evaluasi perkembangan
kesehatan pasien dapat dilihat dari hasil tindakan keperawatan.
Diharapkan
Tabel 2.4
Standar Luaran Keperawatan Hiperglikemia dan Hipoglikemia
Hiperglikemia Hipoglikemia
a) Lelah/ lesu menurun a) Kordinasi meningkat
b) Mulut kering menurun b) Kesadaran meningkat
c) Rasa haus menurun c) Mengantuk menurun
d) Kadar glukosa dalam darah d) Pusing menurun
membaik e) Keluhan lapar menurun
e) Kadar glukosa dalam urin f) Gemetar menurun
membaik g) Berkeringat menurun
f) Jumlah urin membaik h) Prilaku aneh menurun
i) Kesulitan bicara menurun
j) Kadar glukosa dalam darah membaik
k) Kadar glukosa dalam urin membaik
l) Palpitasi membaik
m) Jumlah urin membaik
*Sumber : Tim Pokja PPNI SLKI 2019

2.2. Konsep Penyakit Diabetes Melitus


2.2.1. Pengertian
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sensitivitas
insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler,
makrovaskuler, dan neuropati.

Diabetes Melitus (DM) adalah kumpulan penyakit metabolik dengan


hiperglikemi yang bisa disebabkan oleh kekurangan insulin, kerja insulin
yang menurun, atau keduanya. Hiperglikemi yang berlanjut hingga kronik
pada penderita DM akan menyebabkan kerusakan , disfungsi, maupun
kegagalan organ lain, khususnya mata, ginjal, jantung, dan pembuluh darah
(Wijaya&Putri, dalam Neng Fitri Fitriani,2018).

15
2.2.2 Etiologi
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel- sel beta
pancreas yang disebabkan oleh:
1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe 1
2) Faktor imunologi (autoimun).
3) Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta. Destruksi sel beta, pada
umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolute
1. Autoimun
2. Idiopatik

2.2.3. Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis diabetes melitus (Black,M.Joyce,2014) adalah :
1. Peningkatan frekuensi buang air kecil ( poliuri), Banyaknya kencing ini
disebabkan kadar gula dalam darah (glukosa) yang berlebih, sehingga
merangsang tubuh untuk mengeluarkan kelebihan gula tersebut melalui
ginjal bersama urine.
2. Peningkatan rasa haus dan minum ( polidipsi) akibat banyak
mengeluarkan urine. Oleh karena itu menimbulkan rasa haus untuk
mengganti cairan yang keluar.
3. Peningkatan makan (polifagi), berkurangnya cadangan gula dalam
tubuh meskipun kadar gula dalam darah tinggi ketidakmampuan insulin
dalam menyalurkan gula sebagai sumber tenaga dalam tubuh, sehingga
mudah timbul rasa lemas dan lapar.

2.2.4. Patofisiologis
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peran yang sangat penting
yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel untuk selanjutnya
digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah hormone yang

16
dikeluarkan sel beta di pankreas. Dalam keadaan normal artinya kadar
insulin cukup dan sensitif, insulin akan ditangkap oleh reseptor insulin yang
ada pada permukaan sel otot, kemudian membuka pintu masuk sel hingga
glukosa dapat masuk sel untuk kemudian di bakar menjadi energi/tenaga.
Akibatnya kadar glukosa dalam darah normal. (Agus Suyanto,2018)

17
PATHWAY

DM TIPE 1 DM TIPE 2
Reaksi Autoimun Idiopatik, Usia, Genetik, gaya
hidup, diet

Sel Beta Pankreas Rusak Jumlah Sel Beta Pankreas Menurun

Defisiensi Insulin Resistensi Insulin

Metabolisme Protein dan Lemak Terganggu

Polifagia

Pola makan tidak seimbang

Hiperglikemia

Penggunaan insulin/obat yang Keterlambatan absorbsi


kurang tepat/ berlebih karbohidrat

Hipoglikemia

Ketidakstabilan Kadar
Glukosa Darah

Gambar 2.1
Pathway Diabetes Melitus
*sumber : Brunner & Suddart, dalam Elsa Agustiana, 2019

18
2.2.5. Komplikasi
Komplikasi ini timbul tergantung dari lamanya penyakit ini diderita atau
dari keparahan penyakit itu sendiri. Komplikasi yang dimaksud disini
adalah komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler. Komplikasi
makrovaskuler dapat menyebabkan timbulnya penyakit jantung koroner,
penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer.
Komplikasi mikrovaskuler terjadi akibat hiperglikemia yang persisten dan
pembentukan protein yang terglikasi (termasuk HbA1c), yang mendorong
timbulnya retinopati, nefropati dan neuropati

2.2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
yang menderita DM. Periode penatalaksanaan DM yaitu:
a) Jangka pendek, pada masa ini penatalaksanaan bertujuan untuk
menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman
dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.
b) Angka panjang, bertujuan untuk mencegah dan menghambat
progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati.
Tujuan akhir adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas DM.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan pengendalian glukosa darah,
tekanan darah, berat badan dan lipid profile, melalui pengelolaan pasien
secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan
perilaku.

Pilar penatalaksanaan DM ada 4 yaitu:


1) Edukasi, edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan
menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman
pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai kesehatan
yang optimal, penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup

19
yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan pasien diabetes.
2) Terapi gizi medis, keberhasilan terapi gizi medis (TGM) dapat dicapai
dengan melibatkan seluruh tim (dokter, ahli gizi, perawat, serta pasien
itu sendiri). Setiap pasien DM harus mendapat TGM sesuai dengan
kebutuhannya untuk mencapai sasaran terapi. Pasien DM perlu
ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal, jenis dan
jumlah makanan, terutama pasien yang menggunakan obat penurun
glukosa darah atau insulin. Standar yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi seimbang baik karbohidrat, protein dan lemak
sesuai dengan kecukupan gizi: Karbohidrat: 60- 70%, protein: 10-
15%, lemak: 20-25%. Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk
mempertahankan berat badan idaman.
3) Latihan jasmani, kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani
secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit)
merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk menjaga
kebugaran, menurunkan berat badan, memperbaiki sensitifitas insulin
sehingga dapat mengendalikan kadar glukosa darah. Latihan yang
dianjurkan adalah latihan yang bersifat aerobik seperti jalan kaki,
bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan sebaiknya dilakukan
sesuai umur dam status kesegaran jasmani. Pada individu yang relative
sehat, intensitas latihan dapat ditingkatkan, sedangkan yang sudah
mengalami komplikasi DM latihan dapat dikurangi.
4) Obat, Obat hipoglikemik oral (OHO), berdasarkan cara kerjanya,
OHO dibagi atas 4 golongan yaitu:
a) Pemicu sekresi insulin: sulfonilurea dan glinid,
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin: biguanid, tiazolidindion,
c) Penghambat glukoneogenesi: Metformin,
d) Penghambat absorbsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.

20
Insulin, pemberian insulin lebih dini akan menunujukkan hasil klinis
yang lebih baik, terutama masalah glukotosisitas. Hal ini
menunjukkan hasil perbaikkan fungsi sel beta pankreas.Terapi insulin
dapat mencegah kerusakan endetol, menekan proses inflamasi,
mengurangi kejadian apoptosis serta memperbaiki profil lipid.
Insulin diperlukan pada keadaan:
a) Penurunan berat badan yang cepat,
b) Hiperglikemia berat yang disertai ketosis,
c) Ketoasidosis diabetik,
d) Hiperglikemia dengan asidosis laktat,
e) Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal,
f) Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, stroke, infark
miokardial),
g) Kehamilan dengan diabetes gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan,
h) Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat,
i) Kontraindikasi dan ataua alergi OHO

2.3. Konsep Nutrisi dan Cairan


2.3.1. Definisi Nutrisi dan Cairan
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makan oleh
tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam
aktifitas tubuh. Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan
dan saluran aksesoris. Saluran pencernaan di mulai dari mulut sampai
usus halus bagian distal, sedangkan organ asesoris terdiri atas hati,
kantong empedu, dan prankreas. Ketiga organ ini membantu
terlaksananya sistem pencernaan secara kimiawi. (Heti Nur
Indrasari,2018).

21
Berdasarkan pengertian dari atas dapat ditarik kesimpulan dari diabetes
melitus ialah suatu penyakit kronis yang terjadi apabila pankreas tidak
memproduksi hormon insulin yang ditandai dengan hiperglikemi yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin.

2.3.2. Definisi Diet Diabetes Melitus


Diet diabetes mellitus adalah diet yang diberikan kepada penyandang
diabetes mellitus,dengan tujuan membantu memperbaiki kebiasaan
makan untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik dengan
cara: menyeimbangkan asupan makanan dengan obat penurun glukosa
oral ataupun insulin dan aktivitas fisik untuk mencapai kadar gula
darah normal, mencapai dan mempertahankan kadar lipida dalam
normal. Menurut Parnet, dkk (2018) diet dapat juga menurunkan berat
badan seseorang secara sehat dengan membatasi minuman tinggi gula,
hindari makanan tinggi lemak, makan-makanan gizi seimbang.
Perubahan gaya hidup harus dipertahankan dalam jangka panjang
untuk menjaga berat badan dan dapat mengatur kadar gula darah tetap
terkendali.

2.3.3. Tujuan Diet Diabetes Melitus


Tujuan Diet Diabetes Melitus adalah untuk:
a. Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan
keseimbangan asupan makanan dengan insulin (endogem atau
eksogen) atau obat hipoglikemia oral dan tingkat aktivitas.
b. Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
c. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau
mempertahankan berat badan yang memadai pada orang dewasa,
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada
anak dan remaja, untuk peningkatan kebutuhan metabolik selama
kehamilan dan laktasi atau penyembuhan dan penyakit katabolik.

22
d. Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang
dianggap dapat dicapai dan dipertahankan baik jangka pendek
maupun jangka panjang oleh orang dengan DM itu sendiri
maupun oleh petugas kesehatan. Ini mungkin saja tidak sama
dengan yang biasanya didefinisikan sebagai berat badan idaman.
e. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan DM
yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-
penyakit jangka pendek, masalah yang berhubungan dengan
latihan jasmani dan komplikasi kronik DM seperti : penyakit
ginjal, neuropatik autonomik, hipertensi, dan penyakit jantung.
f. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal. (Sidartawan Soegondo, SpPD-KEMD, FACE, dalam
Roito Julianti Simanjuntak,2020)

2.3.4. Indikasi Diet Diabetes Melitus


Diet untuk dislipidemia dikenal dengan diet perubahan gaya hidup.
Diet ini merupakan terapi utama untuk mengatasi gangguan profil
lemak. sebelum diberikan obat antilipid atau sebagai kombinasi diet
dengan obar antilipid. Diet perubahan gaya hidup ini merupakan diet
yang langsung melakukan modifikasi terhadap asupan lemak terutama
lemak jenuh, lemak trans dan kolesterol, dan asupan karbohidrat
kompleks termasuk yang mempunyai kandungan serat larut air serta
antioksidan. Penurunan LDL merupakan kunci utama untuk
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, di samping risiko lainnya.
Keberhasilan diet dinilai dengan mengukur kadar kolesterol darah
setelah 4-6 minggu dan 3 bulan. Jika tujuan terapi diet tidak tercapai
setelah 3 bulan dengan diet perubahan gaya hidup ini, perlu dinilai
penerimaan dan kepatuhan pasien terhadap diet ini. Jika tujuan tidak
tercapai meskipun patuh, pasien perlu kembali berkonsultasi lagi
dengan dietisien sehingga dietisien dapat merujuk ke dokter pengirim

23
untuk mendiskusikan apakah sudah diperlukan diet obat atau yang lain
(Persagi dan Asdi, 2019).

24

Anda mungkin juga menyukai