Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY”N” DENGAN


DIAGNOSA DIABETES MELLITUS DI RUANGAN
POLI INTERNA RS. LABUANG BAJI
MAKASSAR

Oleh :
WINDI DAMAYANTI, S.kep
NS0619142

CI Lahan CI Institusi

(………………….) (…………………….)
NIP/NIDN NIP/NIDN

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2020
LAPORAN INDIVIDU

RESUME KEPERAWATAN PADA NY”N” DENGAN


DIAGNOSA DIABETES MELLITUS DI RUANGAN
POLI INTERNA RS. LABUANG BAJI
MAKASSAR

Oleh :
WINDI DAMAYANTI, S.kep
NS0619142

CI Lahan CI Institusi

(………………….) (…………………….)
NIP/NIDN NIP/NIDN

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELLITUS

1.1 Laporan pendahuluan


1.1.1 Definisi Penyakit
Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang
ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam tubuh
dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat
digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak
adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan menimbulkan
peningkatan gula darah, sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat
dibutuhkan [ CITATION KWi18 \l 1057 ]
Menurut Black et all., (2009), diabetes melitus merupakan penyakit kronis,
progresif yang dikarkteristikkan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein awal terjadinya
hiperglikemia (kadar gula yang tinggi dalam darah [ CITATION Dam15 \l 1057 ].
1.1.2 Etiologi
1. DM tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pankreas yang disebakan oleh :
- Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabter tipe1
- Faktor imunologi (autoimun)
- Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi beta
2. DM tipe 2
Disebabkan oleh kegagalanrelativ sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2 : usia,
obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi
3 yaitu :
1. <140mg/dl : normal
2. 140-<200 mg/dl : toleransi glukosa terganggu
3. ≥ 200 mg/dl : diabetes (Nurarif, dkk, 2015).
1.1.3 Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut: Berkurangnya
pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi
glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl. Peningkatan mobilisasi lemak dari
daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak
yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah
dan akibat dari berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien-pasien yang
mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa
plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan, pada hiperglikemia
yang parah yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah
sebesar 160-180 mg/ 100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus
renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan
sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi
dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien
akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta
cendrung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan
energi sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan
oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan
menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada
saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren (Price,2005 dalam
Manurung, 2018).
Diabetes Melitus tipe 2 terjadi karena kombinasi dari kecatatan dalam
produksi insulin atau berkurangnya sensitifitas terhadap insulin yang
melibatkan reseptor insulin di membran sel. Pada tahap abnormalitas yang
paling utama adalah berkurangnya sensitivitas terhadap insulin, yang ditandai
dengan peningkatan kadar insulin di dalam darah. Pada tahap ini hiperglikemia
dapat diatasi dengan berbagai cara dan obat anti diabetes yang dapat
meningkatkan sensitivitas terhadap insulin atau mengurangi produksi gula dari
hepar, namun semakin parah penderita, sekresi insulin pun semakin berkurang,
dan terapi dengan insulin pun kadang dibutuhkan (Muzakkir, 2016).
1.1.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis diabetes Melitus dikaitkan dengan konsukuensi metabolik
defesiensi insulin.
1. Kadar glukosa puasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis
osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa
haus (polidipsi).
3. Rasa lapar yang semakin besar (poliphagi), BB berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,
impotensi, pruritus vulva (Nurarif, dkk., 2015).
1.1.6 Komplikasi
1. Jantung coroner
2. Pembuluh darah otak
3. Retinopati diabetic
4. Nefropati diabetic
5. Neuropati diabetik
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya dua kali
pemeriksaan :
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg / dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg / dl (7,8 mmol/L)
2. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tesdiagnostik, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi
3. Tes saring
Tes-tes saring pada DM adalah :
a. GDP, GDS
b. Tes glukosa urin :
 Tes konvensional ( metode reduksi/benedict )
 Tes carik celup ( metode glucose oxidase/hexokinase )
4. Tes diagnostic
Tes-tes diagnostic pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP (glukosa darah 2
jam post prandial), glukosa jam ke 2 TTGO
5. Tes monitoring terapi
Tes-tes monitoring terapi DM adalah :
 GDP : plasma vena, darah kapiler
 GD2PP : plasma vena
 A1c : darah vena, darah kapiler
6. Tes untuk mendekteksi komplikasi
 Mikroalbuminuria : urin
 Ureum, kreatinin, asam urat
 Kolesterol total : plasma vena ( puasa )
 Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
 Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
 Trigliserida : plasma vena (puasa)
1.1.8 Penatalaksanaan Medis
1. Penurunan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemia berat badan yang disertai ketosis
3. Ketoasidosis diabetic (KAD) atau hiperglikemia hyperosmolar non ketotik
(honk)
4. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
5. Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat (Nurarif, dkk. 2015).
1.1.9 Discharge Planning
1. Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan BB yang ideal
2. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan
karbohidrat
3. Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena hal
ini akan menyebabkan ketidakstabilan kadar gula darah
4. Perbanyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat seperti
sayuran dan sereal
5. Hindari konsumsi makanan yang tinggi lemak dan banyak mengandung
kolestrol
6. Hindari minuman yang beralkoholdan kurangi konsumsi garam (Nurarif,
dkk, 2015).

KONSEP TINDAKAN KEPERAWATAN

1.2 Pengkajian keperawatan


Pengkajian dapat diketahui dengan masalah dan kebutuhan keperawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1. Identitas yaitu mengkaji identitas klien dan penanggung jawab yang meliputi
nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dll
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien saat ini. Biasanya klien mengeluh nyeri perut, BAB
encer dan muntah
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu, mengkaji apakah klien pernah sakit seperti yang
dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit keturunan
lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien
b. Riwayat kesehatan sekarang, bagaimana serangan itu timbul, lokasi dan faktor
yang mempengaruhi dan memperberat sehingga dibawa ke rumah sakit
c. Riwayat kesehatan keluarga, dapat dikaji melalui genogram dan dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam anggota keluarga
4. Riwayat psiko-sosio-spiritual, dapat dikaji adalah bagaimana pola koping pasien,
konsep diri, adaptasi, pengetahuan klien terhadap penyakitnya, hubungan dengan
keluarga dan masyarakat, keadaan lingkungan dengan keluarga dan masyarakat,
keadaan lingkungan dengan keluarga dan aktivitas sosial
5. Kebutuhan dasar/ pola kebiasaan sehari-hari, dapat dikaji adalah pola makan klien
sebelum masuk RS dan saat masuk RS, minum, tidur, eliminasi BAK dan BAB,
aktivitas dan latihan serta personal hygiene.
6. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
 Keadaan umum
 Kesadaran
 TTV
 TB dan BB
b. Pemeriksaan fisik secara head to toe
 Kulit meliputi tekstur, kelembapan, lesi, warna, suhu, turgor, dan edema
 Kepala dan rambut meliputi tekstur, kelembapan, lesi, warna kulit
(peradangan, kebersihan, dan bentuk rambut)
 Kuku meliputi warna, tekstur, kebersihan, danketebalan kuku
 Mata meliputi, bentuk, lapang pandang, sclera, pemakaian alat bantu,
peradangan
 Hidung dan telinga meliputi bentuk, posisi, pemakaian alat bantu pada
telinga
 Mulut dan gigi meliputi bibir, warna, peradangan pada mulut dan mukosa
 Leher meliputi pembengkakan kelenjar tiroid
 Dada meliputi pernafasan, bunyi, irama, serta bunyi dan irama jantung
 Abdomen meliputi bentuk, turgor, massa, bising usung, ginjal dan hepar
 Genetalia dan ekstremitas
1.3 Diagnosis keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan keseimbangan insulin
2. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabets mellitus)
3. Keletihan berhubungan dengan peningkatan kelelahan fisik
1.4 Rencana Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa 1
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan keseimbangan insulin
Tujuan dan Kriteria Hasil
Status nutris : Asupan nutrisi
Skala target outcome : dipertahankan pada 1 ditingkatkan pada 5
Kriteria Hasil :
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
Intervensi
Manajemen nutrisi
1. Identifikasi adanya alergi makanan yang dimiliki pasien
2. Berikan pengetahuan pada pasien dalam mengkonsumsi makanan yang lebih
sehat
3. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
4. Ciptakan lingkungan yang optimat pada saat mengkonsumsi makan (bebas dari
bau menyengat, bersih dan santai).
2. Diagnosa 2
Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabets mellitus)
Tujuan dan Kriteria Hasil
Keparahan infeksi
Skala target outcome : dipertahankan pada 1 ditingkatkan pada 5
Kriteria Hasil :
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit
3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi
Kontrol infeksi
1. Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan dengan tepat
2. Ajarkan pasien dan anggota keluarga mengenai bagaimana menghindari infeksi
3. Berikan terapi antibiotik seperti yang diresepkan
4. Pastikan teknik perawatn luka dengan tepat
3. Diagnosa 3
Keletihan berhubungan dengan peningkatan kelelahan fisik
Tujuan dan Kriteria Hasil
Tingkat kelelahan
Skala target outcome : dipertahankan pada 1 ditingkatkan pada 5
Kriteria Hasil :
1. Menjelaskan penggunaan energy untuk mengatasi kelelahan
2. Glukosa darah adekuat
3. Kualitas hidup meningkat
4. Istirahat cukup
Intervensi
Terapi aktivitas
1. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
2. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
3. Berikan kesempatan keluarga untuk terlibat dalam aktivitas dengan cara yang
tepat
4. Bantu klien untuk menjadwalkan waktu-waktu spesifik terkait dengan aktivitas
harian
1.5 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan yang mencangkup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
(Tarwoto & Wartonah, 2011)
1.6 Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
(Tarwoto & Waronah, 2011).
Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atau muncul
masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria
hasil yang telah di tetapkan. Format evaluasi menggunakan :
S: Subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diperbaiki
O: Objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan
A: Analisa adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif dengan
tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian , atau muncul masalah baru.
P: Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan
hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan ada masalah
baru, selesai (tujuan tercapai).
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Hardiyanti, W. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pengendalian


Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Wilayah Kerja Puskesmas. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis Volume 12 Nomor 1 , 69-74, http://poltekes-medan,e jurnal.id, (12-11-
2018)

Manurung, N. (2018). Keperawatan medikal bedah konsep mind mapping dan nanda NIC
NOC (1st ed.). Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.

Muzakkir. 2016. Perilaku Hidup Kurang Sehat Memicu Penyakit Diabetes Melitus. PT
ISAM Cahaya Indonesia. Makassar

Nurarif, A, H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

Tarwoto, Wartonah, (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai