Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN

KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN DHF

OLEH :

NI WAYAN ARI SUDANI , S.Kep


C2220051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA

PASIEN DHF

Diajukan oleh:

NI WAYAN ARI SUDANI, S.Kep

NIM. C2220051

Telah Disahkan Sebagai Laporan Pendahuluan

Stase Keperawatan Anak

Perseptor Akademik

(Ns. Gede Arya Bagus Ari S, S.Kep, M,Kep.)

NIK: 16.02.0084

Mengetahui

STIKES Bina Usada Bali

Ka.Prodi Profesi Ners

Ns. I Putu Artha Wijaya, S.Kep, M.Kep

NIK: 11.01.0045
LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORHAGIC FEVER

I. Tinjauan Teori Dengue Haemorhagic Fever (DHF)


A. Definisi Dengue Haemorhagic Fever
Penyakit demam berdarah Dengue merupakan penyakit demam akut pada anak
dan dewasa yang disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi, dan tulang penurunan jumlah
sel darah putih dan ruam-ruam (Sucipto, 2011).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang ditandai
dengan panas (demam) dan disertai dengan perdarahan. Demam berdarah Dengue
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang diakibatkan oleh virus Dengue
dan disebarluaskan oleh nyamuk terutama spesies Aedes aegypti (Pratamawati,
2012).
Berdasarkan ketiga definisi demam berdarah Dengue menurut para ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue yang disebar luaskan oleh
nyamuk Aedes aegypti.

B. Anatomi Fisiologi Darah

Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian cair yang
disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel-sel darah. (Pearce Evelyn, 2013).
1. Plasma : ialah cairan darah ( 55 % ) sebagian besar terdiri dari air ( 95%), 7%
protein, 1% nutrien . Didalam plasma terdapat sel-sel darah dan lempingan
darah, Albumin dan Gamma globulin yang berguna untuk mempertahankan
tekanan osmotik koloid, dan gamma globulin juga mengandung antibodi
(imunoglobulin ) seperti IgM, IgG, IgA, IgD, IgE untuk mempertahankan tubuh
terhadap mikroorganisme. Didalam plasma juga terdapat zat/faktor-faktor
pembeku darah, komplemen, haptoglobin, transferin, feritin, seruloplasmin,
kinina, enzym, polipeptida, glukosa, asam amino, lipida, berbagai mineral, dan
metabolit, hormon dan vitamin-vitamin. Pearce Evelyn (2013) menyatakan
bahwa terdapat bagian darah encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan
hampir sebanyak 90% plasma darah yang terdiri dari :
a. Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
b. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain yang
berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik).
c. Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah dan
juga menimbulkn tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan
dalam tubuh.
d. Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin).
e. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
2. Sel-sel darah : kurang lebih 45 % terdiri dari Eritrosit ( 44% ), sedang sisanya
1% terdiri dari Leukosit atau sel darah putih dan Trombosit. Sel Leukosit terdiri
dari Basofil, Eosinofil, Neutrofil, Limfosit, dan Monosit.
a. Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti, ukurannya kira-
kira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5 juta dalam mm3..
Fungsi dari eritrosit adalah mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru-paru. Eristrosit di buat dalam sumsum tulang,
limpa dan hati, yang kemudian akan beredar keseluruh tubuh selama 14-15
hari, setelah itu akan mati. Eritrosit berwarna kuning kemerahan karena
didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini
akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung O2.
b. Leukosit (sel darah putih)
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan
perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-macam inti sel
sehingga dapat dibedakan berdasar inti sel. Leukosit berwarna bening (tidak
berwarna), banyaknya kira-kira 4.000-11.000/mm3. Leukosit berfungsi
sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit atau
bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel
Sistem). Fungsi yang lain yaitu sebagai pengangkut, dimana leukosit
mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa ke
pembuluh darah. Sel leukosit selain didalam pembuluh darah juga terdapat
di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan
karena kemasukan kuman atau infeksi maka jumlah leukosit yang ada dalam
darah akan meningkat.

c. Sel Trombosit
Trombosit dalam darah berfungsi sebagai faktor pembeku darah dan
hemostasis ( menghentikan perdarahan ). Jumlahnya dalam darah dalam
keadaan normal sekitar 150.000 sampai dengan 300.000 /ml darah dan
mempunyai masa hidup sekitar 1 sampai 2 minggu atau kira-kira 8 hari.

C. Etiologi
Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus Dengue dengan tipe DEN 1,
DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod
borne viruses (arboviruses). Virus Dengue merupakan virus RNA rantai tunggal,
genus flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi
terhadap masing-masing serotipe tidak dapat saling memberikan perlindungan silang
(Zulkoni, 2010).
Kebiasaan masyarakat menampung air untuk keperluan sehari-hari seperti
manampung air hujan, menampung air sumur atau membeli air penjual di penjual air
sehingga bak mandi atau drum/tempayan jarang dikuras berpotensi sebagai tempat
perkembangbiayakan nyamuk. Kebiasaan masyarakat menyimpan barang-barang
bekas tetapi kurang rajin memeriksa lingkungan terhadap adanya air yang
tertampung di dalam Tempat Penampungan Air (TPA) serta kurang melaksanakan
kebersihan lingkungan, akibat anjuran 3M Plus (menguras, menutup, mengubur,
menaburkan larvasida, memelihara ikan pemakan jentik, serta pemakaian insektisida
rumah tangga) untuk mencegah DBD belum terlaksana secara efektif (Pratamawati,
2012).

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi dengue amat bervariasi dari yang amat ringan,
demam tanpa sebab yang jelas, hingga yang sedang seperti DF sampai ke DHF
dengan manifestasi demam akut, pendarahan serta kecenderungan terjadi renjatan
yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue antara 3- 15 hari, rata-rata 5- 8 hari
(Hendrawanto, dkk, 2013).
Gejala klinis DHF diawali dengan demam mendadak, disertai dengan muka
kemerahan, dan gejala klinis tidak khas yang menyerupai gejala DHF, seperti
anoreksia, muntah, sakit kepala, dan nyeri pada otot dan sendi. Gejala lain yaitu
perasaan tidak enak di daerah epigastrium, nyeri di bawah lengkung iga kanan,
kadang-kadang nyeri perut dapat dirasakan di seluruh perut. Terdapat 4 gejala utama
DHF yaitu demam tinggi, fenomena pendarahan, hepatomegali, dan kegagalan
sirkulasi (Hendrawanto, dkk, 2013).
Penyakit ini didahului demam tinggi yang mendadak, berlangsung terus
menerus 2-7 hari, kemudian turun secara cepat. Jenis pendarahan terbanyak adalah
pendarahan kulit. Selain gejala–gejala tersebut diatas dapat pula ditemukan
manifestasi klinis yang tak lazim pada berbagai organ tubuh, antara lain : sakit
kepala, kejang demam, encepalopati dengue, edema paru, gagal ginjal akut dan
gejala gastroenteritis akut.

E. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody.Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang
mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar
getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh
darah dibawah kulit. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit
yang membedakan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena
pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain
yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya
volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura
dan perikard. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor
penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal
pada DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diathesis hemorrhagic, renjatan terjadi secara akut. Nilai
hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik.
Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak
segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab
lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya
dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan
fungsi trombosit. Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah.
Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang
fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi
atau tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat

F. Pathway
(Terlampir)

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Hendarwanto (2015) pemeriksaan penunjang untuk penyakit DHF yaitu:

1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka
demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,
jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis
relatif.

Uji tourniquet ditujukan untuk menilai ada tidaknya gangguan vaskular.


Uji ini juga dapat memberikan hasil positif pada infeksi virus selain virus
dengue. Hasil dikatakan positif jika terdapat 10-20 atau lebih petekie dalam
diameter 2,8 cm di lengan bawah bagian depan dan pada lipat siku.
Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai pada DHF merupakan
indikator terjadinya perembesan plasma, selain hemokonsentrasi juga
didapatkan trombositopenia, dan leukopenia.

Berikut ini parameter laboratorium yang dapat diperiksa antara lain:

a. Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relatif (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit
plasma biru (LPB) >15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok
akan meningkat.
b. Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8
c. Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai
pada hari ke-3 demam.
d. Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen, D-Dimer, atau
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.
e. Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
f. SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat
g. Ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal
h. Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan
i. Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi): bila akan diberikan
transfusi darah atau komponen darah

2. Pemeriksaan Serologi
Uji serologi dengan mendeteksi kenaikan antibodi jauh lebih sederhana dan
lebih cepat, tetapi kros reaksi antibodi antara virus dengue dan virus dari
kelompok flavirus dapat memberikan hasil positif palsu.
Ditemukannya anti bodi IgG ataupun AgM yang meningkatkan tinggi
titernya mencapai empat kali lipat terhadap satu atau lebih antigen dengue dalam
spesimen serta berpandangan. Dibuktikan adanya virus dengue dari jaringan
otopsi dengan cara immunokimiawi atau dengan cara immuno-flouresens, ataupun
di dalam spesimen serum dengan uji ELISA.
Tabel 1. Interpretasi IgG-IgM pada DHF

Hasil Interpretasi

Ig G IgM

+ + Dengue Sekunder

- + Dengue Primer

+ - Dengue Sekunder

- - Non Dengue/Primer awal

Retest 4-7 hr

Selain itu juga bisa dengan rasio IgM/IgG. Rasio > 1,8 lebih mendukung
infeksi dengue primer. Sedangkan < 1,8 lebih mengarah ke dengue sekunder

3. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan
tetapi apabila terjadi pemrembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada
kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral
dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi
pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) DHF tanpa Renjatan
- Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres
- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak
<1th>1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi
luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th>1th diberikan 5 mg/
kg BB.
- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF dengan Renjatan
- Pasang infus RL dan NaCL dipertahankan selama 12-24 jam.
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20
- 30 ml/ kg BB )
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a Pengawasan tanda - tanda vital secara kontinue tiap jam
- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
- Observasi intake dan output
- Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda
vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1
½ liter - 2 liter per hari, beri kompres
- Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb,
Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
- Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri
pengawasan tanda - tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
b Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
- Catat banyak, warna dari perdarahan
- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
c Peningkatan suhu tubuh
- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
- Beri minum banyak
- Berikan kompres.
II. Konsep Tumbuh Kembang dan Hospitalisasi
A. Konsep Pertumbuhan Usia
1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau seluruhnya karena adanya multiflikasi sel-sel tubuh dan juga
karena bertambah besarnya sel yang berarti ada pertambahan secara kuantitatif
seperti bertambahnya ukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala
(IDAI, 2008).
Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki.Kematangan
pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian
secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah.Pada masa fetal
pertumbuhan kepala lebih cepat dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu
merupakan 50 % dari total panjang badan. Selanjutnya, pertumbuhan bagian
bawah akan bertambah secara teratur.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang teori-teori pertumbuhan dan
perkembangan anak.
a Kartini Kartono membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak
menjadi 5, yaitu:
 0 – 2 tahun adalah masa bayi
 1 – 5 tahun adalah masa kanak-kanak
 6 – 12 tahun adalah masa anak-anak sekolah dasar
 12 – 14 adalah masa remaja
 14 – 17 tahun adalah masa pubertas awal
b Aristoteles membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi 3,
yaitu :
 0 – 7 tahun adalah tahap masa anak kecil
 7 – 14 tahun adalah masa anak-anak, masa belajar, atau masa sekolah
rendah
 14 – 21 tahun adalah masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari
anak menjadi dewasa.

2. Ciri-ciri Pertumbuhan
Hidayat (2008) menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengalami
pertumbuhan bila terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran
fisik, seperti berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar
lengan, lingkar dada, perubahan proporsi yang terlihat pada proporsi fisik atau
organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi sampai dewasa, terdapat
ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses kematangan seperti adanya
rambut pada daerah aksila, pubis atau dada, hilangnya ciri-ciri lama yang ada
selama masa pertumbuhan seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu,
atau hilangnya refleks tertentu.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan


Supariasa (2011) mengatakan pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu:
a. Faktor Internal (Genetik)
Faktor internal (genetik) antara lain termasuk berbagai faktor bawaan yang
normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa.
Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi dengan baik dalam
lingkungan maka pertumbuhan optimal akan tercapai (Supariasa, 2011).
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain
keluarga, kelompok teman sebaya, pengalaman hidup, kesehatan
lingkungan, kesehatan prenatal, nutrisi, istirahat, tidur dan olah raga, status
kesehatan, serta lingkungan tempat tinggal.

B. Konsep Perkembangan Usia


a. Pengertian Perkembangan
Desmita (2009) mendefinisikan perkembangan tidak terbatas pada
pengertian perubahan secara fisik, melainkan di dalamnya juga terkandung
serangkaian perubahan secara terus menerus dari fungsi-fungsi jasmaniah
dan rohaniah yang dimiliki individu menuju tahap kematangan, melalui
pertumbuhan dan belajar.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan
diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-
organ, dan sistemnya yang terorganisasi. Dengan demikian, aspek
perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi
dari masing-masing bagian tubuh.Hal ini diawali dengan berfungsinya
jantung untuk memompakan darah, kemampuan untuk bernafas, sampai
kemampuan anak untuk tengkurap, duduk, berjalan, memungut benda-benda
di sekelilingnya serta kematangan emosi dan sosial anak.
b. Prinsip Perkembangan
Ada beberapa prinsip dalam perkembangan yaitu :
a. Perkembangan merupakan suatu kesatuan.
Perkembangan diidentifikasi dalam beberapa aspek. Semua aspek saling
berkaitan. Misalnya, anak belajar membaca berkaitan dengan kesiapan
aspek kognitif (berpikir).
b. Perkembangan dapat diprediksi.
Anak sudah dapat berdiri dapat diperkirakan ia akan segera berjalan. Dari
sisi umur pun dapat diperkirakan perkembangan anak. Anak usia satu tahun
diperkirakan sudah dapat berkomunikasi menggunakan satu kata. Misalnya,
’mam’ untuk menyatakan mau makan.
c. Rentang perkembangan anak bervariasi.
Ada anak usia 12 bulan sudah dapat berjalan tapi anak yang lainnya baru
bisa berjalan setelah berusia 18 bulan.
d. Perkembangan dipengaruhi oleh kematangan (maturation) dan pengalaman
(experience).
Kematangan (maturation) merupakan proses alami. Kapan masa
kematangan untuk satu kemampuan muncul ditentukan oleh diri anak
sendiri. Faktor gizi dan kesehatan turut menentukan terjadi proses
kematangan. Faktor kematangan untuk setiap aspek kemampuan bervariasi.
Tetapi, guru atau pendidik perlu mengetahui kapan kira-kira kematangan
untuk setiap kemampuan muncul. Hal itu penting karena sangat erat dengan
kesiapan belajar. Oleh Montessori dikenal dengan masa ’siap’. Anak yang
belajar kemampuan di saat masa matang itu muncul akan memudahkan
anak melakukan dan membentuk kemampuanya. Anak yang kondisi
fisiknya (kaki) belum matang atau belum siap berdiri tidak akan bisa berdiri
walau sering dilatih. Bahkan, kalau dilatih terus bisa merusak kaki. Kaki
anak bisa menjadi bengkok (bentuk X atau O). Pada saat anak siap anak
perlu dilatih sehingga anak memperoleh pengalaman. Pengalaman ini akan
menentukan kemampuan itu terbentuk
e. Proses perkembangan terjadi dari atas ke bawah (Cepalocaudal) dan dari
dalam ke luar (proximodistal).
Capaian perkembangan sebagai suatu urutan yang saling berangkai dan
merupakan tangga hirarki. Untuk Telungkup, duduk, berdiri dan kemudian
berjalan. Itu merupakan satu rangkaian perkembangan. Hal tersebut yang
menjadikan perkembangan dapat diprediksi.
f. Perkembangan dipengaruhi aspek budaya.
Anak yang hidup di sekitar orang yang biasa berbicara dengan suara tinggi,
kuat dan keras akan membuat anak juga memiliki cara bicara yang seperti
itu juga. Misal, orang Batak Toba memiliki kebiasaan berbicara dengan
suara tinggi dan cepat. Kebiasaan ini juga akan muncul dalam perilaku anak
berbicara. Bila berbicara dengan temannya anak cenderung berbicara
dengan suara tinggi, kuat dan keras juga (Wong, 2009).

c. Tahap-Tahap Perkembangan
Perkembangan manusia berjalan secara bertahap melalui berbagai fase
perkembangan. Dalam setiap fase perkembangan ditandai dengan bentuk
kehidupan tertentu yang berbeda dengan fase sebelumnya.Sekalipun
perkembangan itu dibagi-bagi ke dalam masa-masa perkembangan, hal ini
dapat dipahami dalam hubungan keseluruhannya. Secara garis besar seorang
anak mengalami tiga tahap perkembangan penting, yaitu kemampuan motorik,
perkembangan fisik dan perkembangan mental.Kemampuan motorik
melibatkan keahlian motorik kasar, seperti menunjang berat tubuh di atas kaki,
dan keahlian motorik halus seperti gerakan halus yang dilakukan oleh tangan
dan jari. Pertumbuhan dan perkembangan fisik mengacu pada perkembangan
alat-atal indra. Perkembangan mental menyangkut pembelajaran bahasa,
ingatan, kesadaran umum, dan perkembagan kecerdasan (Wong. 2009).
a. Anak usia 0-7 tahun
Pada tahun pertama perkembangannya bayi masih sangat tergantung pada
lingkungannya,kemampuan yang dimiliki masih terbatas pada gerak-gerak,
menangis. Usia setahun secara berangsur dapat mengucapkan kalimat satu
kata, 300 kata dalam usia 2 tahun, sekitar usia 4-5 tahun dapat menguasai
bahasa ibu serta memiliki sifat egosentris, dan usia 5 tahun baru tumbuh
rasa sosialnya kemudian usia 7 tahun anak mulai tumbuh dorongan untuk
belajar. Dalam membentuk diri anak pada usia ini belajar sambil bermain
karena dinilai sejalan dengan tingakt perkembangan usia ini.
b. Anak usia 7-14 tahun
Pada tahap ini perkembangan yang tampak adalah pada perkembangan
intelektual, perasaan, bahasa, minat, sosial, dan lainnya sehingga rasullullah
menyatakan bahwa bimbingan dititik beratkan pada pembentukan disiplin
dan moral.
c. Anak usia 14-21 tahun
Pada usia ini anak mulai menginjak usia remaja yang memiliki rentang masa
dari usia 14/15 tahun hingga usia 21/22 tahun. Pada usia ini anak berada
pada masa transisi sehingga menyebabkan anak menjadi bengal, perkataan-
perkataan kasar menjadi perkataan harian sehingga dengan sikap emosional
ini mendorong anak untuk bersikap keras dan mereka dihadapkan pada masa
krisis kedua yaitu masa pancaroba yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke
masa pubertas. Dalam kaitannya dengan kehidupan beragama, gejolak batin
seperti itu akan menimbulkan konflik.
C. Konsep Hospitalisasi Usia
1. Pengertian
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit.Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga
kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak
maupunorang tua dan keluarga (Wong, 2009).
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat
yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani
terapi dan perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap
merupakan masalah besar dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak
(Supartini, 2007).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi
adalah suatu proses karena alasan berencana maupun darurat yang
mengharuskan anak dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan yang dapat menyebabkan beberapa perubahan psikis pada anak.
2. Dampak Hospitalisasi
Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada
semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyaknya
faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan
lainnya), lingkungan baru, maupun lingkungan keluarga yang mendampingi
selama perawatan.Keluarga sering merasa cemas dengan perkembangan
keadaan anaknya, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak
tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak, secara fisiklogis anak akan
merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang mendampingi selama
perawatan. Anak menjadi semakin stres dan hal ini berpengaruh pada proses
penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Pasien anak akan merasa
nyaman selama perawatan dengan adanya dukungan social keluarga,
lingkungan perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh
dengan perhatian akan mempercepat proses penyembuhan. Fakta tersebut
merupakan masalah penting yang harus mendapatkan perhatian perawat
dalam pengelolah asuhan keperawatan (Supartini, 2007).
3. Reaksi anak terhadap Hospitalisasi
Seperti telah dikemukakan di atas, anak akan menunjukkan berbagai
perilaku sebagai reaksi terhadap pengalaman hospitalisasi. Reksi tersebut
bersifat individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan
anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang
tersedia, dan kemampuan koping yang dimilikinya. Pada umumnya, reaksi
anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan,
perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Berikut ini reaksi anak terhadap sakit dan
dirawat di rumah sakit sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak
yaitu:
a. Masa Bayi (0 sampai 1 tahun)
Masalah yang utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan
dengan orang tua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan
kasih sayang. Pada anak usia lebih dari enam bulan terjadi stranger
anxiety atau cemas apabila berhadapan dengan orang yang tidak
dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul
pada anak usia ini adalah menangis, marah, dan banyak melakukan
gerakan sebagai sikap stranger anxiety. Bila ditinggalkan ibunya, bayi
akan merasakan cemas karena perpisahan dan perilaku yang ditunjukkan
adalah dengan menangis keras. Respons terhadap nyeri atau adanya
perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak, dan
ekspresi wajah yang tidak menyenangkan (Supartini, 2007).
b. Masa Todler (2 sampai 3 tahun)
Anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber
stresnya. Sumber stres yang utama adalah cemas akibat perpisahan.
Respons perilaku anak sesuai dengan tahapannya,yaitu tahap protes, putus
asa, dan pengingkaran (denial). Pada tahap protes, perilaku yang
ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau
menolak perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa,
perilaku yang ditunjukkan adalah menangis berkurang, anak tidak aktif,
kurang menunjukkan minat untuk bermain dan makan, sedih, dan apatis.
Pada tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukkan adalah secara samar
mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, dan anak
mulai terlihat menyukai lingkungannya. Oleh karena adanya pembatasan
terhadap pergerakannya, anak akan kehilangan kemampuannya untuk
mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada lingkungannya.
Akhirnya, anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau
regresi. Walaupun demikian, anak dapat menunjukkan lokasi rasa nyeri
dan mengomunikasikan rasa nyerinya (Supartini, 2007).
c. Masa Sekolah (6 sampai 12 tahun)
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan
lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok
sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan control juga terjadi
akibat dirawat di rumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas.
Kehilangan control tersebut berdampak pada perubahan peran dalam
keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan
kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan adanya
kelemahan fisik. Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan
ditunjukkan dengan ekspresi baik secara verbal maupun nonverbal
karena anak sudah mampu mengomunikasikannya. Anak usia sekolah
sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan
menggigit bibir dan/atau menggigit dan memegang sesuatu dengan erat
(Supartini, 2007).
d. Masa Remaja (12 sampai 18 tahun)
Anak usia remaja mempersepsikan perawatan di rumah sakit menyebabkan
timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah dengan teman sebayanya.
Apabila harus dirawat di rumah sakit, anak akan merasa kehilangan dan
timbul perasaan cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktivitas di
rumah sakit membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan
menjadi bergantung pada keluarga atau petugas kesehatan di rumah
sakit.Reaksi yang sering muncul terhadap pembatasan aktivitias ini adalah
dengan menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan padanya atau
anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari
keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan (isolasi). Perasaan sakit
karena perlukaan atau pembedahan menimbulkan respons anak bertanya-
tanya, menarik diri dari lingkungan, dan/atau menolak kehadiran orang
lain (Supartini, 2007).

4. Pencegahan Dampak Hospitalisasi


a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis
seperti kecemasan, ketakutan, kurangnya kasih sayang, gangguan ini
akan menghambat proses penyembuhan anak dan dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak (Supartini, 2007).
b. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada
anak
Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak
mampu mandiri dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam segala hal.
Serta pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam
mengawasi perawatan anak (Supartini, 2007).
c. Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis)
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam
keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa
dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai
teknik misalnya distraksi, relaksasi, imaginary (Supartini, 2007).
d. Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat
berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat anak dalam
proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan
terhambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak
dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak (Supartini, 2007).
e. Modifikasi Lingkungan Fisik
Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat
meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan
anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman di
lingkungannya (Supartini, 2007).

III. Asuhan Keperawatan Dengue Haemorhagic Fever (DHF)


A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
kerumah sakit adalah panas tinggi dan lemah.
b. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-
3 dan ke-7 dan penderita semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan
batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit , gusi (grade III.
IV), melena atau hematemesis.
c. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
3. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.
DHF disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti. DHF sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng
bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak
mandi jarang dibersihkan.Biasanya pada pasien DHF mengalami perubahan
penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam
kesehatannya.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya pada pasien DHF mengalami mual, muntah, penurunan nafsu
makan selama sakit, nyeri saat menelan sehingga dapat mempengaruhi
status nutrisi. Berat badan, tinggi badan, IMT (>5thn), jenis makanan yang
biasa dikonsumsi.
c. Pola aktifitas dan latihan
Biasanya pada pasien DHF akan terganggu aktifitasnya akibat adanya
kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat
penyakitnya.
d. Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada pasien DHF kebiasaan tidur akan terganggu dikarenakan
suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu
tidur. Penderita dengan DHF sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
e. Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi retensi bila dehidrasi karena
panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
kadang-kadang penderita dengan DHF mengalami diare atau konstipasi,
sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria dan melena.
f. Pola reproduksi dan sexual
Pola ini menjelaskan tentang bagaimana keadaan system reproduksi dan
seksual klien, mengkaji adanya perdarahan pervagina pada perempuan.
g. Pola kognitif dan perceptual
Biasanya pada penderita DHF mengalami perubahan kondisi kesehatan dan
gaya hidup yang akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam
merawat diri.Sistem penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba dan
penghidu tidak mengalami gangguan. Nyeri dapat menjadi keluhan pada
pola sensori.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Pada pasien dengan DHF biasanya timbul rasa cemas, gelisah dan rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal.
i. Pola koping dan toleransi
Biasanya pada pasien DHF stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif
dalam mengatasi masalah penyakitnya. Penderita dengan DHF biasanya
merasakan cemas dan takut terhadap penyakitnya.
j. Pola Hubungan dan Peran
Apakah klien termasuk anak kandung, klien tinggal dengan orang tua dan
support dalam sistem keluarga.
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal
dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama
sakit, karena klien harus menjalani perawatan di rumah sakit maka
dapat mempengaruhi hubungan dan peran klien baik dalam keluarga,
lingkungan bermain dan sekolah serta perpisahan dengan teman sebaya
nya.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi
cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi secara head
to toe.
a. Keadaan umum pasien meliputi kesadaran (GCS), anak-anak dibawah umur
0-1 tahun menggunakan Pediatric Glasgow Coma Scale (PGCS), tanda-
tanda vital : Suhu. Nadi, Tekanan Darah, Respirasi serta Skrining Skala
Nyeri tergantung dari usia anak.
b. Berdasarkan tingkatan (grade ) DHF, keadaan fisik pasien secara umum
adalah:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital lemah
2) Grade II : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, nadi lemah
dan kecil serta tidak teratur
3) Grade III : kesadaran apatis, keadaan umum lemah, nadi lemah dan kecil
serta tidak teratur, tensi menurun
4) Grade IV : kesadaran koma, nadi tidak teraba, tensi tidak teratur

5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Meliputi riwayat kelahiran dan tumbuh kembang anak, riwayat kesehatan
terdahulu seperti penyakit yang pernah diderita, riwayat hospitalisai, riwayat
imunisasi, serta riwayat penyakit dalam keluarga.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan makanan, anoreksia, mual, muntah.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
6. Risiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren
(trombositopenia).

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Hipertermi Setelah diberikan NIC : Thermoregulation dan
berhubungan
tindakan keperawatan Fever Treatment
dengan peningkatan
laju metabolisme selama 2x24 jam
1. Observasi suhu tiap 2 jam
diharapkan Hipertermi
2. Kaji ketepatan jenis pakaian
pada pasien dapat teratasi
yang digunakan, sesuai dengan
dengan kriteria hasil :
suhu lingkungan.
NOC : Temparature 3. Pantau hidrasi (misalnya, turgor
Regulation kulit, kelembapan membrane
mukosa).
1. Suhu tubuh dalam
4. Pantau aktivitas kejang
batas normal (36 –
5. Beri pasien kompres hangat di
37 c). aksila, kening, tengkuk dan
2. Mukosa bibir lipatan paha.
lembab. 6. Anjurkan pasien mengenakan
3. Klien merasa pakaian yang menyerap keringat.
nyaman tanpa rasa 7. Anjurkan asupan cairan oral,
panas. sedikitnya 2 liter sehari, dengan
tambahan cairan selama aktivitas
yang berlebih atau aktivitas
sedang dalam cuaca panas.
8. Kolaborasi pemberian
antipiretik.1

2 Ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan NIC : Nutrition Management


nutrisi: kurang dari keperawatan selama
kebutuhan tubuh 3x24 diharapkan asupan 1. Kaji terhadap malnutrisi
berhubungan nutrisi adekuat dengan
dengan kriteria hasil : dengan mengukur tinggi
ketidakmampuan dan berat badan, usia,
menelan makanan, NOC : Nutritional
Status (Status Nutrisi) protein serum,
anoreksia, mual,
muntah. 1. Adanya peningkatan albumin,hemoglobin dan
pengukuran antropometri.
berat badan sesuai
2. Kaji riwayat diet termasuk
dengan tujuan
makanan yang disukai
2. Berat badan ideal
dan tidak disukai serta
sesuai dengan tinggi
intoleransi makanan
badan
3. Kaji faktor-faktor yang
3. Tidak ada tanda
mempengaruhi masukan
tanda malnutrisi
oral: kemampuan
4. Tidak terjadi
mengunyah,merasakan,m
penurunan berat
enelan.
badan yang berarti
4. Kurangi faktor yang
membatasi masukan oral :

a. Dorong pasien istirahat


sebelum makan
b. Rencanakan makan
sehingga jadwal makan
tidak terjadi segera setelah
prosedur yang
menimbulkan nyeri atau
tidak enak.
c. Dorong pasien untuk
makan dengan orang
terdekat bila mungkin.
d. Beri makan sedikit tapi
sering.
1. Delegatif tentang pemberian
antiemetik suplemen vitamin,
anti jamur dan nutrisi parentral,
enteral
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk diet kalori tinggi.
3 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan NIC :Manajemen Nyeri
berhubungan
keperawatan selama
dengan agens 1. Kaji keadaan umum pasien
cedera biologis. 3x24 diharapkan nyeri
(TTV).
pasien terkontrol
2. Kaji lokasi, karakteristik, awitan
dengan kriteria hasil:
dan durasi nyeri.
NOC : Kontrol Nyeri 3. Kaji dampak lingkungan
dan Pain Level terhadap terhadap nyeri.
4. Observasi isyarat non-verbal
1. Klien melaporkan
ketidaknyamanan akibat nyeri.
nyeri berkurang.
5. Minta pasien menilai nyeri pada
2. Ekspresi wajah rileks
skala 0 -10
3. Berpartisipasi dalam
6. Lakukan perubahan pada posisi/
aktififitas dengan
relaksasi.
tepat.
7. Kendalikan faktor lingkungan
yang mempengarui nyeri.
8. Bantu pasien berfokus pada
aktivitas.
9. Ajarkan teknik non-
farmakologis.
4 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan NIC : Terapi Aktifitas
berhubungan keperawatan selama
dengan kelemahan …x… diharapkan dapat 1. Kaji adanya faktor yang
umum. melakukan aktivitas
dengan baik dengan menyebabkan kelelahan
kriteria hasil: 2. Monitor nutrisi dan sumber
NOC :Toleransi energi yang adekuat
Aktifitas 3. Monitor pasien akan adanya
1. Tidak mudah lelah kelelahan fisik dan emosi secara
2. Pasien berlebihan
mengungkapkan 4. Monitor respon fisik, emosi,

peningkatan tingkat sosial dan spiritual

energy 5. Monitor respon kardivaskuler

3. Menunjukkan terhadap aktivitas (takikardi,


disritmia, sesak nafas,
kemampuan untuk
diaporesis, pucat, perubahan
beraktivitas sesuai
hemodinamik)
dengan keinginan
6. Monitor pola tidur dan lamanya
pasien
tidur/istirahat pasien
7. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
8. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
9. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
10. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda.
11. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
12. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan di waktu luang
13. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
14. Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
15. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan

5 Resiko kekurangan Setelah diberikan asuhan NIC : Manajemen Nutrisi


volume cairan keperawatan selama
1. Kaji orientasi terhadap orang
berhubungan …x… diharapkan tidak
orang, tempat, dan waktu
dengan kehilangan terjadi kekurangan
2. Observasi khususnya terhadap
cairan aktif. volume cairan dengan
kehilangan cairan yang tinggi
kriteria hasil:
elektrolit.
NOC : Nutritional 3. Pantau warna, jumlah, dan
status : Food and Fluid frekuensi kehilangan cairan
intake 4. Pantau perdarahan (misalnya,
periksa semua secret dari adanya
1. Pasien mampu
darah nyata atau darah samar).
mempertahankan
5. Pantau status hidrasi (misalnya,
keseimbangan cairan
kelembapan membrane mukosa,
2. Membran mukosa
keadekuatan nadi dan tekanan
lembab
darah ortostatik).
3. Turgor kulit elastis
6. Identifikasi faktor pengaruh
terhadap bertambah buruknya
dehidrasi
7. Kolaborasi pemberian terapi IV.
6 Risiko perdarahan Setelah diberikan asuhan NIC :Pencegahan Perdarahan
berhubungan keperawatan selama
dengan koagulopati …x… diharapkan tidak 1. Monitor secara ketat
inheren terjadi perdarahan pemeriksaan tanda-tanda vital
(trombositopenia) dengan kriteria hasil:
terutama tekanan darah dan
NOC : Syok penilaian fisik dasar untuk
Pencegahan
pasien yang berisiko terjadinya
1. Trombosit dalam
perdarahan.
batas normal
2. Monitor tanda – tanda dan gejala
(150.000/uL).
perdarahan (urine, feses, luka
2. Membrane mukosa
dan dressing)
lembab.
3. Pantau respon fisiologis untuk
3. Turgor kulit elastis.
nilai yang melebihi rentang yang
diharapkan atau normal ( Pantau
HB,Hematoktrit,dan PTT)
4. Berikan perawatan yang
melindungi individu dari cedera
untuk mencegah perdarahan.

D. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.

E. Evaluasi
Adapun sasaran evaluasi pasien DHF pada anak adalah sebagai berikut :
1. Suhu tubuh dalam batas normal.
- Suhu tubuh dalam batas normal (36 – 37 ◦C).
- Mukosa bibir lembab.
- Klien merasa nyaman tanpa rasa panas.
2. Asupan nutrisi adekuat.
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi.
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
3. Nyeri pasien terkontrol.
- Klien melaporkan nyeri berkurang.
- Ekspresi wajah rileks.
- Berpartisipasi dalam aktivitas dengan tepat.
4. Melakukan aktivitas dengan baik.
- Tidak mudah lelah.
- Pasien mengungkapkan peningkatan tingkat energy.
- Menunjukkan kemampuan untuk beraktifitas sesuai dengan keinginan
pasien.
5. Tidak terjadi kekurangan volume cairan.
- Pasien mampu mempertahankan keseimbangan cairan.
- Membran mukosa lembab.
- Turgor kulit elastis.
6. Tidak terjadi perdarahan.
- Trombosit dalam batas normal (150.000/uL).
- Membrane mukosa lembab.
- Turgor kulit elastis.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA, NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction

Evelyn C.Pearce.2013. Anatomi Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta: PT. Gramedia
Hendrawanto. 2010. Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Selemba Medika

Hendrawanto. 2015. Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Selemba Medika

Kemenkes RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta.

Pratamawati. (2012). Peran Juru Pantau Jentik dalam Sistem Kewaspadaan Dini Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No.
6, Juni 2012.

Sucipto. (2011). Vektor Penyakit Tropis. Yogyakarta

Zulkoni. (2010). Parasitologi. Yogyakarta: Nuda Medika


Lampiran

Pathway Virus Dengue (Arbovirus)

Melalui gigitan nyamuk

Re infection oleh virus


dengue dengan serotip
berbeda

Menimbulkan respon Bereaksi dengan antibodi Trombositopenia


peradangan
Terbentuk kompleks antibody dalam sirkulasi darah

Menstimulasi Risiko
ReaksiImunitas
Merangsang medulla vomiting perdarahan
hipotalamus melepaskan
prostaglandin Pengaktifan system
Mual dan muntah
complement dan dilepaskannya
anvilaktoksin C3a dan C5a
Perangsangan pusat Anoreksia
thermostat di Melepaskan histamine yang
hypothalamus Intake bersifat vasoaktif
nutrisikurang
Peningkatan Permeabilitas dinding
thermostat tubuh pembuluh darah
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang
Dari
Peningkatan
KebutuhanTubuh Gangguan Kebocoran plasma intertisium
suhu tubuh
Keseimbangan
Cairan dan Penurunan jumlah cairan
Hipertermi Elektrolit intravaskuler

Peningkatan viskositas isi


pembuluh darah

Intoleransi Energy
Aktifitas Kelemahan Aliran darah terhambat
berkurang

Suplai O2 kejaringan tidak adekuat

Metabolisme anaerob
Iritasi terhadap ujung –
Nyeri Akut Penimbunan asam laktat di jaringan
ujung saraf oleh asam
laktat
TEMPLATE SOAL PERAWAT
(beri warna hijau pada item yang sesuai pada kolom jabaran)

ID soal (diisi kode identitas soal oleh panitia)

Tinjauan Jabaran

Tinjauan 1 Praktik Profesional, etik, legal dan peka budaya


Asuhan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan
Pengembangan professional
Tinjauan 2 Kognitif: pengetahuan comprehensive / berpikir kritis
Pengetahuan aplikasi prosedural (prosedural knowledge)
Pengetahuan afektif (konatif)
Tinjauan 3 KMB/ Maternitas / Anak / Jiwa / Keluarga /Komunitas/ Gerontik / Gadar / Manajemen

Tinjauan 4 Pengkajian / Penentuan Diagnosis/ Perencanaan / Implementasi / Evaluasi /

Tinjauan 5 Promotif / Preventif / Kuratif / Rehabilitatif

Tinjauan 6 Oksigenenasi / Cairan &.elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Aman & nyaman/ aktifitas &
istirahat / Seksual / nilai dan keyakinan / Psikosisial/ belajar/ komunikasi

Tinjauan 7 Sistem pernafasan / Sistem Kardiovaskuler &limfatik/ Sistem Pencernaan & hepatobilier /
: Sistem saraf dan perilaku / Sistem Endokrin / Muskuloskeletal / Sistem Ginjal dan saluran
kemih / Sistem Reproduksi/ Sistem Integument / Sistem Imuno-hematologi / Sistem
Penginderaan/ kesehatan mental/ pelayanan kesehatan

Kasus (vignete)

Anak perempuan usia 6 tahun sudah dirawat 4 hari di ruang perawatan anak karena DHF. Dari hasil
pengkajian anak tidak mau makan, menolak ketika dilakukan tindakan oleh perawat dan dokter, tidak
menjawab jika ditanya, wajah tampak murung dan bersedih. Ibu mengatakan anaknya ingin segera sembuh
agar bisa bertemu teman – teman sekolahnya.

Pertanyaan soal

Apakah penyebab utama respon anak pada kasus diatas?

Pilihan jawaban

a. Ketakutan
b. Efek Hospitalisai
c. Hilang kontrol Anak
d. Cemas terhadap orang asing
e. Perpisahan dengan teman-temanya

Kunci Jawaban: E

Referensi: Hockenberry&Wilson D(2011), Essential of Pediatric Nursing. Herdman,T


&Kamitsuru ,S (Ed.),(2014) NANDA International ;Nursing Diagnoses; Defenition
&Classification 2015-2017

Nama pembuat Ni Wayan Ari Sudani, S.Kep

Institusi/bagian STIKES Bina Usada Bali


TEMPLATE SOAL PERAWAT
(beri warna hijau pada item yang sesuai pada kolom jabaran)

ID soal (diisi kode identitas soal oleh panitia)

Tinjauan Jabaran

Tinjauan 1 Praktik Profesional, etik, legal dan peka budaya


Asuhan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan
Pengembangan professional
Tinjauan 2 Kognitif: pengetahuan comprehensive / berpikir kritis
Pengetahuan aplikasi prosedural (prosedural knowledge)
Pengetahuan afektif (konatif)
Tinjauan 3 KMB/ Maternitas / Anak / Jiwa / Keluarga /Komunitas/ Gerontik / Gadar / Manajemen

Tinjauan 4 Pengkajian / Penentuan Diagnosis/ Perencanaan / Implementasi / Evaluasi /

Tinjauan 5 Promotif / Preventif / Kuratif / Rehabilitatif

Tinjauan 6 Oksigenenasi / Cairan &.elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Aman & nyaman/ aktifitas &
istirahat / Seksual / nilai dan keyakinan / Psikosisial/ belajar/ komunikasi

Tinjauan 7 Sistem pernafasan / Sistem Kardiovaskuler &limfatik/ Sistem Pencernaan & hepatobilier /
: Sistem saraf dan perilaku / Sistem Endokrin / Muskuloskeletal / Sistem Ginjal dan saluran
kemih / Sistem Reproduksi/ Sistem Integument / Sistem Imuno-hematologi / Sistem
Penginderaan/ kesehatan mental/ pelayanan kesehatan

Kasus (vignete)

Anak laki-laki usia 10 tahun dirawat diruang anak dengan keluhan demam, sakit kepala serta mual dan
muntah. Dari hasil pengkajian didapatkan anak terlihat lemas, wajah pucat , terdapat bercak ptekie dan gusi
berdarah. Saat ini anak sudah terpasang infus untuk rehidrasi agar tidak terjadi syok. Suhu 37,8 o C, Nadi 70
x/menit, Tensi 90/60 mmhg, Respirasi 24 x/menit.

Pertanyaan soal

Apakah tindakan keperawatan yang harus di evaluasi pada kasus diatas?

Pilihan jawaban

a. Monitoring suhu tubuh


b. Monitoring turgor kulit
c. Monitoring tekanan darah
d. Monitoring frekuensi napas
e. Monitoring perdarahan ditempat lain

Kunci Jawaban: C

Referensi: Hockenberry&Wilson D(2011), Essential of Pediatric Nursing. Herdman,T


&Kamitsuru ,S (Ed.),(2014) NANDA International ;Nursing Diagnoses; Defenition
&Classification 2015-2017

Nama pembuat Ni Wayan Ari Sudani, S.Kep

Institusi/bagian STIKES Bina Usada Bali


TEMPLATE SOAL PERAWAT
(beri warna hijau pada item yang sesuai pada kolom jabaran)

ID soal (diisi kode identitas soal oleh panitia)

Tinjauan Jabaran

Tinjauan 1 Praktik Profesional, etik, legal dan peka budaya


Asuhan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan
Pengembangan professional
Tinjauan 2 Kognitif: pengetahuan comprehensive / berpikir kritis
Pengetahuan aplikasi prosedural (prosedural knowledge)
Pengetahuan afektif (konatif)
Tinjauan 3 KMB/ Maternitas / Anak / Jiwa / Keluarga /Komunitas/ Gerontik / Gadar / Manajemen

Tinjauan 4 Pengkajian / Penentuan Diagnosis/ Perencanaan / Implementasi / Evaluasi /

Tinjauan 5 Promotif / Preventif / Kuratif / Rehabilitatif

Tinjauan 6 Oksigenenasi / Cairan &.elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Aman & nyaman/ aktifitas &
istirahat / Seksual / nilai dan keyakinan / Psikosisial/ belajar/ komunikasi

Tinjauan 7 Sistem pernafasan / Sistem Kardiovaskuler &limfatik/ Sistem Pencernaan & hepatobilier /
: Sistem saraf dan perilaku / Sistem Endokrin / Muskuloskeletal / Sistem Ginjal dan saluran
kemih / Sistem Reproduksi/ Sistem Integument / Sistem Imuno-hematologi / Sistem
Penginderaan/ kesehatan mental/ pelayanan kesehatan

Kasus (vignete)

Seorang anak perempuan usia 9 tahun dirawat diruang anak . Anak mengeluh badan panas dan lemas,
mual, muntah, nyeri sendi serta sakit kepala seperti ditusuk-tusuk. Hasil pengkajian data di dapatkan Suhu
37,8oC, RR = 22x/menit, Nadi 72 x/menit, TD = 100/60 mmhg, skala nyeri 6 dari 10. Terpasang infus
pada tangan kanan dan tampak ptekie pada kedua tangan.

Pertanyaan soal

Apakah masalah keperawatan utama pada kasus diatas?

Pilihan jawaban
a. Nyeri Akut
b. Hipertermi
c. Intoleransi aktifitas
d. Resiko Perdarahan
e. Defisit volume cairan

Kunci Jawaban: A

Referensi: Hockenberry&Wilson D(2011), Essential of Pediatric Nursing. Herdman,T


&Kamitsuru ,S (Ed.),(2014) NANDA International ;Nursing Diagnoses; Defenition
&Classification 2015-2017

Nama pembuat Ni Wayan Ari Sudani, S.Kep

Institusi/bagian STIKES Bina Usada Bali


TEMPLATE SOAL PERAWAT
(beri warna hijau pada item yang sesuai pada kolom jabaran)

ID soal (diisi kode identitas soal oleh panitia)

Tinjauan Jabaran

Tinjauan 1 Praktik Profesional, etik, legal dan peka budaya


Asuhan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan
Pengembangan professional
Tinjauan 2 Kognitif: pengetahuan comprehensive / berpikir kritis
Pengetahuan aplikasi prosedural (prosedural knowledge)
Pengetahuan afektif (konatif)
Tinjauan 3 KMB/ Maternitas / Anak / Jiwa / Keluarga /Komunitas/ Gerontik / Gadar / Manajemen

Tinjauan 4 Pengkajian / Penentuan Diagnosis/ Perencanaan / Implementasi / Evaluasi /

Tinjauan 5 Promotif / Preventif / Kuratif / Rehabilitatif

Tinjauan 6 Oksigenenasi / Cairan &.elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Aman & nyaman/ aktifitas &
istirahat / Seksual / nilai dan keyakinan / Psikosisial/ belajar/ komunikasi

Tinjauan 7 Sistem pernafasan / Sistem Kardiovaskuler &limfatik/ Sistem Pencernaan & hepatobilier /
: Sistem saraf dan perilaku / Sistem Endokrin / Muskuloskeletal / Sistem Ginjal dan saluran
kemih / Sistem Reproduksi/ Sistem Integument / Sistem Imuno-hematologi / Sistem
Penginderaan/ kesehatan mental/ pelayanan kesehatan

Kasus (vignete)

Bayi laki-laki usia 13 bulan dibawa ke UGD oleh ibunya karena kejang demam. Hasil pengkajian
menunjukan anak kejang, suhu badan 40,1 oC, badan kaku, kehilangan kesadaran, dan kemudian terjadi
gerakan klonik, pernapasan tidak teratur, dan air liur keluar. Keluarga nampak sangat khawatir dengan
keadaan anaknya.

Pertanyaan soal

Apakah prioritas masalah keperawatan pada kasus diatas?

Pilihan jawaban

a. Hipertermi
b. Resiko Cidera
c. Resiko Aspirasi
d. Koping Keluarga tidak Efektif
e. Perubahan Perfusi Jaringan Cerebral

Kunci Jawaban: C

Referensi: Hockenberry&Wilson D(2011), Essential of pediatric nursing. Herdman,T


&Kamitsuru ,S (Ed.),(2014) NANDA International ;Nursing Diagnoses; Defenition
&Classification 2015-2017

Nama pembuat Ni Wayan Ari Sudani, S.Kep

Institusi/bagian STIKES Bina Usada Bali


TEMPLATE SOAL PERAWAT
(beri warna hijau pada item yang sesuai pada kolom jabaran)

ID soal (diisi kode identitas soal oleh panitia)

Tinjauan Jabaran

Tinjauan 1 Praktik Profesional, etik, legal dan peka budaya


Asuhan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan
Pengembangan professional
Tinjauan 2 Kognitif: pengetahuan comprehensive / berpikir kritis
Pengetahuan aplikasi prosedural (prosedural knowledge)
Pengetahuan afektif (konatif)
Tinjauan 3 KMB/ Maternitas / Anak / Jiwa / Keluarga /Komunitas/ Gerontik / Gadar / Manajemen

Tinjauan 4 Pengkajian / Penentuan Diagnosis/ Perencanaan / Implementasi / Evaluasi /

Tinjauan 5 Promotif / Preventif / Kuratif / Rehabilitatif

Tinjauan 6 Oksigenenasi / Cairan &.elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Aman & nyaman/ aktifitas &
istirahat / Seksual / nilai dan keyakinan / Psikosisial/ belajar/ komunikasi

Tinjauan 7 Sistem pernafasan / Sistem Kardiovaskuler &limfatik/ Sistem Pencernaan & hepatobilier /
: Sistem saraf dan perilaku / Sistem Endokrin / Muskuloskeletal / Sistem Ginjal dan saluran
kemih / Sistem Reproduksi/ Sistem Integument / Sistem Imuno-hematologi / Sistem
Penginderaan/ kesehatan mental/ pelayanan kesehatan

Kasus (vignete)

Anak laki-laki usia 5 tahun dirawat di ruang anak dengan keluhan panas tinggi dan mimisan. Hasil pengkajian
didapatkan Suhu 38,6oC. Ibu mengatakan bahwa seluruh badan anaknya sudah diurut dengan minyak bawang
agar panasnya mau turun, pertawat hanya mendengarkan pendapat ibunya.

Pertanyaan soal

Prinsip etik apakah yang dilakukan perawat?

Pilihan jawaban

a. Justice
b. Fidelity
c. Otonomi
d. Beneficence
e. Non-Malficence

Kunci Jawaban: E

Referensi:
Hockenberry&Wilson D(2011), Essential of pediatric nursing. Herdman,T
&Kamitsuru ,S (Ed.),(2014) NANDA International ;Nursing Diagnoses; Defenition
&Classification 2015-2017

Nama pembuat Ni wayan Ari Sudani, S.Kep

Institusi/bagian STIKES Bina Usada Bali

Anda mungkin juga menyukai