LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS
OLEH :
1. I.G. AGUS PRASETYA KRISNA PUTRA C2118006
2. NI WAYAN ARI SUDANI C2118007
3. NI PUTU NOPI WIDAYANTI C2118008
4. NI LUH PUTU PUSPITA PRAYATIRTA C2118009
5. NI NYOMAN ADHI KUSUMAWATI C2118014
6. I WAYAN SUGIARTA C2118017
7. KETUT ARY AGUSTIAWATI C2118018
8. NI KETUT YUDIASIH C2118033
9. NI NYOMAN SOMA SUDIARTI C2118043
B. Klasifikasi
1. Gastritis akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar
merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk
gastritis akut manufestasi klinisnya adalah :
a) Gastritis akut erosive
Disebut erosive apabila kerusakan yang terjadi tidak lebid dalam dari pada
mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung.
b) Gastritis akut hemoragic
Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan
mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti
1
hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai
inflamasi pada mukosa lambung tersebut. (Harlan, 2001)
2. Gastritis kronis
2
b. Esofagus
Esophagus mengalami penurunan motilitas, sedikit dilatasi atau pelebaran
seiring penuaan. Sfingter esophagus bagian bawah (kardiak) kehilangan tonus.
Reflex muntah pada lansia akan melemah, kombinasi dari faktor-faktor ini
meningkatkan resiko terjadinya aspirasi pada lansia (Luecknotte, 2000).
c. Lambung
Terjadi atrofi mukosa. Atrofi dari sel kelenjar, sel parietal dan sel chief akan
menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinsik berkurang.
Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tamping
makanan menjadi berkurang. Proses perubahan protein menjadi peptone
terganggu. Karena sekresi asam lambung berkurang rangsang lapar juga
berkurang (Darmojo & Martono, 2006). Kesulitan dalam mencerna makanan
adala hakibat dari atrofi mukosa lambung dan penurunan motalitas lambung.
Atrofi mukosa lambung merupakan akibat dari penurunan sekresi asam
hydrogen-klorik (hipoklorhidria), dengan pengurangan absorpsi zat besi,
kalsium, dan vitamin B 12. Motilitas gaster biasanya menurun, dan
melambatnya gerakan dari sebagian makanan yang dicerna keluar dari
lambung dan terus melalui usus halus dan usus besar (Stanley, 2007).
d. Usus halus
Mukosa usus halus juga mengalami atrofi, sehingga luas permukaan
berkurang, sehingga jumlah vili berkurang dan sel epithelial berkurang. Di
daerah duodenum enzim yang dihasilkan oleh pancreas dan empedu juga
menurun, sehingga metabolisme karbohidrat, protein, vitamin B12 dan lemak
menjadi tidak sebaik sewaktu muda (Leueckenotte, 2000).
e. Usus besar dan rektum
Pada lansia terjadi perubahan dalam usus besar termasuk penurunan sekresi
mucus, elastisitas dinding rektum, peristaltic kolon yang melemah gagal
mengosongkan rektum yang dapat menyebabkan konstipasi (Leueckenotte,
2000).
Pada usus besar kelokan-kelokan pembuluh darah meningkat sehingga
motilitas kolon menjadi berkurang. Keadaan ini akan menyebabkan absorpsi
air dan elektrolik meningkat (pada kolon sudah tidak terjadi absorpsi
makanan), feses menjadi lebih keras, sehingga keluhan sulit buang air besar
merupakan keluhan yang sering didapat pada lansia. Proses defekasi yang
3
seharusnya dibantu oleh kontraksi dinding abdomen juga seringkali tidak
efektif karena dinding abdomen sudah melemah (Darmojo & Martono, 2006).
f. Pankreas
Produksi enzim amylase, tripsin dan lipase akan menurun sehingga kapasitas
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak juga akan menurun. Pada lansia
sering terjadi pancreatitis yang dihubungkan dengan batu empedu. Batu
empedu yang menyumbat ampula Vateri akan menyebabkan oto-digesti
parenkim pancreas oleh enzim elastase dan fosfolipase-A yang diaktifkan oleh
fosfolipase-A yang diaktifkan oleh tripsin dan/ atau asam empedu (Darmojo &
Martono, 2006).
g. Hati
Hati berfungsi sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak. Disamping juga memegang peranan besar dalam proses
detoksikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin, konjugasi billirubin dan lain
sebagainya. Dengan meningkatnya usia, secara histologik dan anatomic akan
terjadi perubahan akibat atrofi sebagian besar sel, berubah bentuk menjadi
jaringan fibrous. Hal ini akan menyebabkan penurunan fungsi hati (Darmojo
& Martono, 2006).
E. Etiologi
Menurut Muttaqin (2011) penyebab dari gastritis antara lain :
4
a) Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid/OAINS (Indometasin,
ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi
(mitosin, 5-fluora-2deoxyurline), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi
mukosa lambung.
b) Minuman beralkohol ; seperti whisky, vodka dan gin
c) Infeksi bakteri ; seperti H.Pylor (paling sering), H.heilmanii, streptococci,
staphylocpcci, proteus spesies, clostridium spesies, E.Coli, tuberculosis dan
secondary syphilis.
d) Infeksi virus oleh sitomegalovirus
e) Infeksi jamur : candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis.
f) Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,
gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus-
lambung
g) Makanan dan minuman yang bersifat iritan, makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alcohol merupakan agen-agen iritasi mukosa
lambung.
h) Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen alkali
penting untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke
mukosa lambung sehingga menimbulkan respon peradangan mukosa.
i) Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung.
j) Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi
dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat
menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung.
F. Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan
alcohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang
mengalami stress akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus
Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam
lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah, dan anoreksia. Zat kimia
maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner,
yang berfungsi untuk menghasilkan mucus mengurangi produksinya.
5
Sedangkan mucus itu berfungsi untuk memproteksi mukosa lambung agar
tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mucus
bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster
terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah
fundus. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl
meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini
ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa
lambung akibat penurunan sekresi mucus dapat berupa pengelupasan.
Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya
perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita,
namun dapat juga berhenti sendiri karen proses regenerasi, sehingga erosi
menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan (Price dan Wilson,
2000)2.
2. Gastritis kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory. Gastritis kronis
dapat diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe A sering disebut
sebagai gastritis autoimun, diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang
menimbulkan atropi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan
penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau
korpus dari lambung. Tipe B mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung bawah
lambung dekat duodenum) ini dihubungkan dengan bakteri pylory. Faktor diet
seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alcohol,
merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung. (Smeltzer dan Bare, 2001)
G. Manifestasi klinis
Gambaran klinis pada gastritis yaitu :
1. Gastritis akut, meliputi :
a. Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi
b. Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual,
anoreksia, disertai muntah dan cegukan
c. Beberapa pasien menunjukan asimptomatik
d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan mengiritasi tidak dimuntahkan,
tetapi malah mencapai usus
6
e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin
akan hilang selama 2 sampai 3 hari. (Smeltzer, 2001)
2. Gastritis kronis
H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada gastritis menurut Dermawan (2010),
adalah:
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas
2. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin
B12
I. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic menurut Dermawan (2010) dan Doenges (2000)
sebagai berikut :
1. Radiology : sinar x gastrointestinal bagian atas
2. Endoskopy : gastroscopy ditemukan muksa yang hiperemik
3. Laboratorium : mengetahui kadar asam hidroklorida
4. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) : tes diagnostic kunci untuk perdarahan
gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan
atau cidera
5. Pemeriksaan Histopatologi : tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernah melewati mukosa muskularis
6. Analisa gaster : dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji
aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan
pembentukan asam noktura
7. Feses : tes feses akan positif H. Pylory , Kreatinin biasanya tidak meningkat
bila perfusi ginjal dipertahankan
7
8. Amonia : dapat meningkat apabila disfungsi hati berat mengganggu
metabolisme dan ekskresi urea atau tranfusi darah lengkap dan jumlah besar
diberikan
9. Natrium : dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap
simpanan cairan tubuh
10. Kalium : dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau
muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah
tranfusi darah
11. Amilase serum : meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis.
J. Penatalaksanaan
1. Pengobatan gastritis meliputi :
a) Antikoagulan : bila ada perdarahan pada lambung
b) Antasida : pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan
intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-
gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida
dan istirahat
c) Histonin : ranitidine dapat diberikan untuk menghambat pembentukan
asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung
d) Sucralfat : diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi
e) Pembedahan : untuk mengangkat ganggren dan perforasi.
Gastrojejunuskopi/resesksi lambung : mengatasi obstruksi pylorus.
(Dermawan, 2010)
2. Penatalaksanaan secara medis meliputi :
8
mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisiran agen penyebab.
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian dibererikan peroral
pada interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti
pudding, agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12-24 jam
dan kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan secara bertahap.
Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya berespon terhadap
diet sehingga harus menghindari makanan yang berbumbu atau berminyak
(Dermawan, 2010)
9
A. Pengkajian
A) Pengkajian Asuhan Keperawatan Gerontik
1. Karakteristik Demografi
a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, status perkawinan,
pekerjaan, suku bangsa, alamat rumah
b. Identitas keluarga terdekat/keluarga dimana klien tinggal
Nama, alamat, hubungan dengan klien
c. Riwayat kesehatan
Pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, suber pendapatan, kecukupan
dari kebutuhan
d. Riwayat keluarga
- Saudara kandung
2. Karakteristik kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
Keluhan utama dalam satu tahun terakhir, gejala yang dirasakan,
penanganan/pengobatan
b. Riwayat kesehatan masa lalu
10
Penyakit yang pernah di derita, riwayat alergi, riwayat kecelakaan, riwayat
pernah di rawat di RS, riwayat pemakaian obat
c. Pemeriksaan fisik
Tinggi badan, berat badan, TTV, Pemeriksaan Head to toe
d. Masalah kesehatan kronis
11
c. Nyeri sendi atau bengkak
3. Pengkajian Khusus
a. Fungsi kognitif SPMSQ
Pengkajian fungsi kognitif (SPMSQ)
Analisi hasil :
Skor salah : 0-2 Fungsi intelektual utuh
Skor salah : 3-4 Kerusakan intelektual ringan
Skor salah : 5-7 Kerusakan intelektual sedang
Skor salah : 8-10 keusakan intelektual berat
12
bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari
kamar mandi, serta tidak mandi sendiri
2 Berpakaian
Mandiri : mengambil baju dari lemari,
memakai pakaian, melepaskan pakaian,
mengancing/mengikat pakaian
Tergantung : Tidak dapat memakai baju
sendiri atau hanya sebagian
3 Ke kamar kecil
Mandiri : Masuk dan keluar kamar kecil
kemudian membersihkan genetalia sendiri
Tergantung : menerima bantuan untuk
masuk ke kamar kecil dan menggunakan
pispot
4 Berpindah
Mandiri : berpindah ke dan dari tempat tidur
untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri
Tergantung : Bantuan dalam naik atau turun
dari tempat tidur atau kursi, tidak melakukan
satu atau lebih perpindahan
5 Kontinen
Mandiri : BAB dan BAK sepenuhnya
dikontrol sendiri
Tergantung : Inkontinensia parsial atau
total ; penggunaan kateter, pispot, enema
dan pembalut
6 Makan
Mandiri : Mengambil maknan dari piring
dan menyuapinya sendiri
Tergantung : bantuan dalam hal mengambil
makanan dari piring dan menyuapinya, tidak
makan sama sekali, dan makan parenteral
c. Pengkajian MMSE
14
3 Perhatian dan kalkulasi
Minta klien mengeja 5 kata dari belakang,
missal “BAPAK”
1. K
2. A
3. P
4. A
5. B
4 Mengingat
Minta klien untuk mengulangi 3 objek di
atas
1.
2.
3.
5 Bahasa
a. Penamaan
Tunjukan dua benda minta klien
menyebutkan
1. Jam tangan
2. Pensil
b. Pengulangan
Minta klien untuk mengulangi tiga
kalimat berikut
“tak ada jika, dan, atau tetapi”
c. Perintah tiga langkah
1. Ambil kertas
2. Lipat dua
3. Taruh dilantai
1. Tutup mata
2. Tulis satu kalimat
3. Salin gambar
Analisis hasil
15
nilai kurang dari 21 : kerusakan kognitif
16
teman saya dan saya
menyediakan waktu bersama –
sama mengekspresikan afek
dan berespon
Penilaian :
Nilai 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
No Pertanyaan
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ? TIDAK
2 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan YA
minat/kesenangan anda ?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong ? YA
4 Apakah anda sering merasa bosan ? YA
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap TIDAK
saat ?
6 Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk akan YA
terjadi pada anda ?
7 Apakah andamerasa bahagia untuk sebagian besar hidup TIDAK
anda ?
8 Apakah anda merasa sering tidak berdaya ? YA
9 Apakah anda lebih sering dirumah daripada pergi keluar YA
dan mengerjakan sesuatu hal yang baru ?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan YA
daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang ?
11 Apakah anda pikir bahwa kehidupan anda sekarang TIDAK
menyenangkan ?
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan YA
anda saat ini ?
13 Apakah anda merasa penuh semangat ? TIDAK
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada YA
17
harapan ?
15 Apakah anda piker bahwa orang lain lebih baik YA
keadaannya daripada anda ?
Setiap jawaban yang SESUAI mempunyai skor 1 (satu)
Skor 5-9 : kemungkinan depresi
Skor 10 atau lebih : depresi
NO LANGKAH
1 Minta pasien berdiri di sisi tembok dengan tangan direntangkan ke depan
2 Beri tanda letak tangan I
3 Minta pasien condong ke depan tanpa melangkah selama 1-2 menit, dengan
tangan direntangkan ke depan
4 Beri tanda letak tangan ke II pada posisi condong
5 Ukur jarak antara tanda I dan ke II
Interpretasi
Usia lebih 70 tahun : kurang 6 inchi : risiko tinggi
- Baik 4
- Lumayan 3
- Buruk 2
- Sangat Buruk 1
Kesadaran
- Composmentis 4
- Apatis 3
- Somnolen 2
- Koma 1
Aktifitas
18
- Ambulan 4
- Ambulan dengan bantuan 3
- Hanya bisa duduk 2
- Tiduran 1
Mobilitas
- Bergerak bebas 4
- Sedikit terbatas 3
- Sangat terbatas 2
- Tidak bisa bergerak 1
Inkontines
- Tidak 4
- Kadang-kadang 3
- Sering inkontinesua urine 2
- Inkontinensia urine dan alvi 1
Katagori skor
20
D) Rencana perawatan
21
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
5. Tanda vital dalam rentang normal 8. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
22
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optima
7. Pilih rate pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama
2 Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang Setelah diberi tindakan keperawatan selama NIC:
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan … x 24 jam diharapkan tidak terjadi Manajemen Gangguan Makan
asupan diet kurang. ketidakseimbangan nutrisi. 1. Tentukan pencapaian berat badan harian
NOC label : sesuai keinginan
- Nafsu makan 2. Ajarkan dan dukung konsep nutrisi
23
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
- Berat Badan : Massa Tubuh yang baik dengan klien (dan orang
terdekat klien dengan tepat)
Kriteria hasil : 3. Dorong klien untuk mendiskusikan
Hasrat/keinginan untuk makan meningkat makanan yang disukai bersama dengan
Menyenangi makanan ahli gizi.
Tidak terjadi penurunan berat badan 4. Berikan dukungan lerhadap
peningkatan berat badan dan perilaku
yang meningkatkan berat badan
5. Batasi aktifitas fisik sesuai kebutuhan
untuk meningkatkan berat badan
6. Monitor berat badan klien sesuai secara
rutin
Manajemen Nutrisi
1. Tentukan status gizi pasien dan
kemampuan (pasien) untuk memenuhi
kebutuhan gizi
2. Identifikasi (adanya) alergi atau
intoleransi makanan yang dimiliki
pasien
3. Tentukan apa yang menjadi preferensi
makanan bagi pasien
24
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
4. Instruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi (yaitu: mcmbahas
pedoman diet dan piramida makanan)
5. Bantu pasien dalam menentukan
pedoman atau piramida makanan yang
paling cocok dalam memcnuhi
kebutuhan nulrisi dan prefensi
(misalnya., Piramida Makanan
Vegetarian, Piramida Panduan Makan,
dan Piramidu Makanan untuk Lanjut
Usia Lebih dari 70 tahun)
6. Berikan pilihan makanan sambil
menawarkan bimbingan terhadap
pilihan (makanan) yang lebih sehat jika
diperlukan
7. Atur diet yang diperlukan (yaitu:
menyediakan makanan protein tinggi;
menyerahkan menggunakan bumbu dan
rempah - rempah sebagai alternatif
unluk garam. menyediakan pengganti
gula; menambah atau mengurangi
25
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
kalori, menambah atau mengurangi
vitamin, mineral, alau suplemen)
8. Ciptakan lingkungan yang optimal pada
saat mengkonsumsi makanan (misalnya,
bersih, berventilasi, santai, dan bebas
dari bau yang menyengat)
9. Lakukan atau bantu pasien terkait
dengan perawatan mulut sebelum
makan
10. Beri obat - obatan sebelum (misalnya,
penghilang rasa sakil. antiseptic) jika
diperlukan
11. Anjurkan pasien untuk duduk pada
posisi tegak di kursi, jika
memungkinkan
12. Pastikan makan disajikan dengan cara
yang menarik dan pada suhu yang
paling cocok untuk konsumsi secara
optimal
13. Anjurkan keluarga untuk mcmbawa
maknan favorit pasien sernentara pasien
26
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
berada di rumah sakit atau fasilitas
peravvalan, yang sesuai
14. Anjurkan pasien terkait dengan
kebutuhan diet untuk kondisi sakit
(yaitu: untuk pasien dengan penyakit
ginjal, pembatasan natrium, kalium,
protein, dan cairan)
15. Tawarkan makanan ringan yang padat
gizi
16. Monitor kalori dan asupan makan
17. Monitor kecenderungan terjadinya
penurunan dan kenaikan berat badan
Monitor Nutrisi
1. Timbang berat badan pasien
2. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
3. Lakukan pengukuran antropometrik
pada komposisi tubuh (misalnya: indeks
massa tubuh, pengukuran pinggang, dan
lipatan kulit)
4. Monitor kecenderungan turun dan
27
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
naiknya berat badan (misatnya; pada
pasien anak - anak, pola tinggi dan anak
- anak sesuai standar growth chart)
Identillkasi perubaluin burat badan
terakhir
5. Monitor tugor kulit dan mobililan
6. Monitor adanya mual dan muniah
7. Monitor diet dan asupan kalori
8. Tentukan pola makan (misalnyu; makan
yang disukai dan tidak disukai.
koiisuinsi yang berlebihan terhadap
makanan siap saji, makan yang
tcrlewati. makan tergesa - gesa,
inleraksi anak dan orang tua selama
makan, dan frekuansi serta lanianya
bayi makan)
9. Tentukan faktor - faktor yang
mempengaruhi asupan nutrisi
(misalnya: pengetahuan, ketersediaan
dan kemudahan memperoleh produk -
produk makanan yang berkualitas)
28
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
3 Resiko defisien volume cairan b.d asupan Setelah diberi tindakan keperawatan NIC label
cairan kurang selama ...x 24 jam diharapkan tidak terjadi Manajemen mual
defisien volume cairan. 1. Dorong pasien untuk belajar strategi
NOC label mengatasi mual sendiri
Kontrol mual dan muntah 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
Status nutrisi : asupan makanan dan cairan menyebabkan atau berkontribusi
terhadap mual
Kriteria hasil 3. Pastikan obat antiemetik yang efektif
1. Mampu mengenali onset mual diberikan untuk mencegah mual bila
2. Mampu mengenalipencetus stimulus memugkinkan
3. Mampu menggunakan langkah 4. Kurangi atau hilangkan faktor-fator
langkah pencegahan yang bersifat personal yang memicu
4. Asupan cairan secara oral atau meningkatkan mual
sepenuhnya adekuat (kecemasan,takut,kelelahan dan
5. Asupan cairan intravena sepenuhnya kurangnya pengetahuan)
adekuat 5. Dorong pola makan dengan porsi
sedikit makanan yang menarik bagi
(pasien) yang mual
Manajemen muntah
1. Ukur dan perkirakan volume emesis
2. Kendalikan faktor-faktor lingkungan
29
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
yang mungkin membangkitkan
keinginan untuk muntah (misalnya
bau yang menyengat,suara dan
stimulasi visual yang tidak
menyenangkan
3. Monitor keseimbangan cairan dan
elektrolit
4. Bersihkan setelah episode muntah
dengan memberikan perhatian
khusus untuk menghilangkan bau
5. Tunggu minimal 30 menit setelah
episode muntah sebelum
menawarkan cairan kepada pasien
(dengan asumsi saluran pencernaan
dan peristaltik normal)
6. Mulai pemberian yang bersih dan
bebas karbonasi
7. Tingkatkan pemberian cairan secara
bertahap jika tidak ada muntah yang
terjadi selama 30 menit
30
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Manajemen elektrolit /cairan
1. Monitor kehilangan cairan
( misalnya muntah,keringat)
2. Pantau adanya tanda dan gejala
dehidrasi
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Jaga pencatatan intake/asupan dan
output yang akurat
4 Ansietas berhubungan dengan ancaman Setelah diberikan tindakan keperawatan NIC label
pada status terkini ...x24 jam diharapkan rasa cemas berkurang Anxiety Reduction (penurunan
NOC label kecemasan)
Anxiety control 1. Gunakan pendekatan yang
Coping menenaangkan
Kriteria hasil 2. Jelaskan semua prosedur dan apa
1. Klien mampu mengidentifikasi dan yang dirasakan selama prosedur
mengungkapkan gejala cemas 3. Nyatakan dengan jelas harapan
2. Mengidentifikasi,mengungkapkan terhadap pelaku pasien
dan menunjukkan tehnik untuk 4. Dorong keluarga untuk menemani
mengontrol cemas pasien
31
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
3. Vital sign dalam batas normal postur 5. Lakukan back / neck rub
tubuh,ekspresi wajah,bahasa tubuh 6. Dengarkan dengan penuh perhatian
dan tingkat aktifitas menunjukkan 7. Identifikasi tingkat kecemasan
berkurangnya kecemasan 8. Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
9. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan,ketakutan,persepsi
10. Intruksikan pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi
11. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat yang mampu
mengurangi kecemasan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marylinn E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi 3), Jakarta: EGC
Mustakim (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna. Jakarta. Pustaka Populer Obor.
(Dalam Skripsi Aprianto Tabah, 2009)
Price and Wilson (2005). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Vol. 2. Jakarta.
EGC
Smeltzer, Bare (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta
Suyono, S (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Balai Penerbit FKUI
33