Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam dunia kesehatan, gastritis dikenal sebagai penyakit Lambung atau
dyspepsia. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yang
ditemukan berupa dispepsia atau indigesti (Mansjoer, 2001). Gastritis adalah peradangan
permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Erosi karena
perlukaan hanya pada bagian mukosa(Inayah, 2004). Berdasarkan definisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung dan submukosa
lambung yang bersifat secara akut, kronis, difus atau lokal akibat infeksi dari bakteri,
obat-obatan dan bahan iritan lain, sehingga menyebabkan kerusakan-kerusakan atau
perlukaan yang menyebabkan erosi pada lapisan-lapisan tersebut dengan gambaran klinis
yang ditemukan berupa dispepsia atau indigesti.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan gastritis?
2. Apa saja factor resiko gastritis?
3. Apa saja klasifikasi dari gastritis?
4. Bagaimana pastofisiologi gastritis?
5. Bagaimana pathway dari gastritis?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang gastritis?
7. Apa saja komplikasi dari gastritis
8. Bagaimana penatalaksanaan gastritis?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pasien dengan gastritis?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian gastritis.
2. Untuk mengetahui factor resiko gastritis.
3. Untuk mengetahui klasifikasi gastritis
4. Untuk mengetahui patofisiologi gastritis
5. Untuk mengetahui pathway dari gastritis
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang gastritis

1
7. Untuk mengetahui komplikasi gastritis
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan gastritis
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Secara histopatologi
dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut (Hirlan,
2009). Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro,
yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah
suatu keadaan peradangan atau peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronis,
difus dan lokal. Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis akut dan kronik (Price
dan Wilson, 2005).
B. FAKTOR RESIKO
 Sering mengonsumsi makanan pedas atau yang kadar lemaknya tinggi seperti
gorengan
 Gaya hidup tidak sehat seperti merokok atau kebanyakan minum minuman beralkohol
 Kelebihan berat badan atau obesitas
 Stres atau kelelahan
 Pola makan berantakan dan tidak teratur
 Sering mengonsumsi obat penghilang rasa sakit
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi gastritis (Mansjoer, 2001):
1. Gastritis Akut
Merupakan suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan erosi pada bagian superfisial. Pada gastritis ditemukan sel inflamasi akut
dan neutrofil mukosa edema, merah dan terjadi erosi kecil dan perdarahan (Price dan
Wilson, 2005).
a) Penyebab :
 Merokok
 Jenis obat

3
Faktor obat-obatan yang menyebabkan gastritis seperti OAINS
(Indomestasin, Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain,
agen kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2- deoxyuridine), Salisilat dan digitalis
bersifat mengiritasi mukosa lambung (Sagal, 2006).
Hal tersebut menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Hal
tersebut terjadi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau
pemakaian yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan gastritis dan peptic
ulcer (Jackson, 2006).
 Alkohol
Faktor-faktor penyebab gastritis lainnya yaitu minuman beralkohol, seperti
whisky, vodka dan gin. Alkohol dan kokain dapat mengiritasi dan mengikis
mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan
terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal sehingga, dapat
menyebabkan perdarahan (Wibowo, 2007).
 Bakteri, virus, jamur
Penyebab gastritis paling sering yaitu infeksi oleh bakteri H. Pylori.
 Stres akut
Terjadinya ulcer atau luka pada lambung akibat stres adalah melalui
penurunan produksi mukus pada dinding lambung.
 Alergi atau intoksitasi dari bahan makanan dan minuman
b) Tanda dan gejala
 Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi.
 Rasa tidak nyaman pada abdomen
 Mual, muntah dan cegukan
 Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.
 Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
 Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin akan
hilang selama 2 sampai 3 hari. (Smeltzer, 2001)

4
2. Gastritis kronik
Merupakan suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun
sering bersifat multifaktor dengan perjalanan klinik bervariasi (Wibowo, 2007)..
Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu:
 Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta perdarahan
dan erosi mukosa
 Gastritis atropi, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan mukosa. Pada
perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta
anemia pernisiosa.
 Gastritis hipertropi, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada
mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan hemoragik.
a) Penyebab:
 Gastritis infeksi
 Gastritis non-infeksi
 Autoimmune atrophic gastritis
Terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang
berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan
dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu produksi
faktor intrinsik yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12.
 Gastropati akibat kimia
Dihubungkan dengan kondisi refluk garam empedu kronis dan kontak
dengan OAINS atau Aspirin (Mukherjee, 2009).
 Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang menyebabkan
ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung dan gastritis
sekunder dari terapi obat-obatan (Wehbi, 2008).
b) Tanda dan gejala
Pasien dengan Gastritis tipe ini secara khusus asimtomatik kecuali untuk gejala
defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia ( nafsu

5
makan menurun ), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut,
atau mual dan muntah. (Smeltzer dan Bare, 2001)

D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya gastritis dan tukak peptik ialah bila terdapat
ketidakseimbangan faktor penyerang (ofensif) dan faktor pertahanan (defensif) pada
mukosa gastroduodenal, yakni peningkatan faktor ofensif dan atau penurunan kapasitas
defensif mukosa. Faktor ofensif tersebut meliputi asam lambung, pepsin, asam empedu,
enzim pankreas, infeksi Helicobacter pylori yang bersifat gram-negatif, OAINS, alkohol
dan radikal bebas. Sedangkan sistem pertahanan atau faktor defensif mukosa
gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni elemen preepitelial, epitelial, dan subepitelial
(Pangestu, 2003).
Elemen preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama adalah berupa lapisan
mucus bicarbonate yang merupakan penghalang fisikokimiawi terhadap berbagai bahan
kimia termasuk ion hidrogen (Kumar, 2005). Lapis pertahanan kedua adalah sel epitel itu
sendiri. Aktifitas pertahanannya meliputi produksi mukus, bikarbonat, transportasi ion
untuk mempertahankan pH, dan membuat ikatan antar sel (Kumar, 2005). Lapisan
pertahanan ketiga adalah aliran darah dan lekosit. Komponen terpenting lapis pertahanan
ini ialah mikrosirkulasi subepitelial yang adekuat (Pangestu, 2003)

6
E. PATHWAY

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiology : sinar x gastrointestinal bagian atas
2. EGD (Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk perdarahan gastritis,
dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan atau cidera.
3. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji aktivitas
sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan pembentukan
asam noktural penyebab ulkus duodenal.
4. Test tool
Untuk mengetahui apakah didalam feses ada bakteri H.Pylori
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis menurut Dermawan ( 2010) adalah:
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas
2. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamain B1
H. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan pada gastritis meliputi:
 Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung

7
 Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena
untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk
gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
 Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
 Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi.
 Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus. (Dermawan,
2010)
2. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:
 Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol
dan makanan sampai gejala berkurang.
 Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan.
 Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur
yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas.
 Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali,
pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab, untuk:
 Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal :
alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon
encer atau cuka encer
 Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi. Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative,
antasida, serta cairan intravena.
 Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat,
mengurangi stress dan memulai farmakoterapi.
 H. Pilory dapat diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan
garam bismu ( pepto bismo ). Pasien dengan gastritis biasanya mengalami
malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor
instrinsik(Smeltzer, 2001).

8
3. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:
 Tirah baring
 Mengurangi stress
 Diet Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada
interval yang sering.
 Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agar-agar dan sup, biasanya
dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan kemudian makanan-makanan berikutnya
ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis
biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang
berbumbu banyak atau berminyak. (Dermawan, 2010)
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
a) Pola Pemeliharaan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi
terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan
menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
b) Pola Nurtisi-Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu makan,
pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah, makanan kesukaan.
c) Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan Kulit.
Kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri,
disuri dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, Karakteristik
urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih dll.
d) Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain, Range Of Motion (ROM), riwayat
penyakit jantung, frekuensi, irama dan kedalaman nafas, bunyi nafas riwayat
penyakit paru.

9
e) Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan
kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya
mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap persitiwa yang telah lama
terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu,
tempat, dan nama (orang, atau benda yang lain).Tingkat pendidikan, persepsi
nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan untuk mengikuti, menilai nyeri skala
0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh atau
fungsinya, tingkat kesadaran, orientasi pasien, adakah gangguan penglihatan,
pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman dan lain-lain.
f) Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang energi. Jumlah
jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi
buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.
g) Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.
Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas
dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana keseluruhan
bagian manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping sebagai
system terbuka, manuasia juga sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural
spriritual dan dalam pandangan secara holistik.Adanya kecemasan, ketakutan
atau penilaian terhadap diri., dampak sakit terhadap diri, kontak mata, isyarat
non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya, gugup atau relaks.
h) Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal 23 klien.Pekerjaan, tempat tinggal,
tidak punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif terhadap orang lain,
masalah keuangan dll.

10
i) Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan dengan
seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan
mamae sendiri, riwayat penyakit hubungan seksual, pemeriksaan genital.
j) Pola mekanisme koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan penggunaan
systempendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi dengan
orang terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa digunakan,
efek penyakit terhadap tingkat stress.
k) Pola Keyakinan Dan Spiritual
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk
spiritual.Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama
yang dipeluk dan konsekuensinya.Agama, kegiatan keagamaan dan
budaya,berbagi denga orang lain,bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan,
mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama sakit
(Perry,2005)(Asmadi, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri berhungan dengan mukosa lambung teriritasi
b) Resiko kekurangan volume cairan, (kehilangan aktif) b/d perdarahan, mual,
muntah dan anoreksia
c) Resiko ketidak seimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah
d) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian,
nyeri
3. Fokus Intervensi Dan Rasional
a) Kekurangan volume cairan, (kehilangan aktif) b/d perdarahan, mual, muntah dan
anoreksia. Intervensi :
 Catat karakteristik muntah atau drainase Rasional: membantu dalam
membedakan penyebab stress gaster
 Monitor tanda vital Rasional: perubahan tensi darah dan nadi dapat
digunakan perkiraan kasar kehilangan darah.

11
 Awasi masukan dan haluaran dihubungkan dengan perubahan berat badan.
Ukur kehilangan darah atau cairan melalui muntah. Rasional: memberikan
pedoman untuk penggantian cairan.
 Pertahankan tirah baring, mencegah muntah dan tegangan saat defekasi.
Rasional: aktivitas atau muntah meningkatkan tekanan antara abdominal.
 Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida. Rasional:
mencegah reflek gaster pada aspirasi antasida dimana dapat menyebabkan
komplikasi paru.
 Kolaborasi dengan tim dokter dengan memberikan obat sesuai indikasi
b) Nyeri berhungan dengan mukosa lambung teriritasi Intervensi:
 Kaji nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10) selidiki dan
laporkan perubahan nyeri dengan tepat. Rasional: berguna dalam
pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan dan perubahan
pada karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya abses/peritonitis,
memerlukan upaya evaluasi dan intervensi.
 Pertahankan istirahat dengan posisi semi – fowler Rasional: Gravitasi
melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah, menghilangkan
tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.
 Dorong ambulasi dini. Rasional: Meningkatkan normalisasi fungsi organ,
merangsang peristaltik dan menurunkan ketidaknyamanan abdomen.
 Berikan aktivitas hiburan Rasional: Menurunkan ketidaknyamanan pada
peristaltik usus dini dan iritasi gaster/muntah
c) Resiko terhadap perubahan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah. Intervensi:
 Timbang berat badan sesuai indikasi Rasional: Mengevaluasi keefektifan
atau kebutuhan mengubah perubahan nutrisi.
 Auskultasi bising usus Rasional: Membantu dalam menentukan respon
untuk makan atau berkembangnya komplikasi.
 Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering dan teratur. Rasional:
Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi
yang diberikan.

12
 Konsultasi dengan ahli gizi. Rasional: Merupakan sumber efektif untuk
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian,
nyeri. Intervensi:
 Awasi respon fisiologis misal: takipnea, pusing. Rasional: Dapat menjadi
indikatif derajat takut yang dialami pasien
 Dorong pernyataan takut, berikan umpan balik Rasional: Membuat
hubungan terapiutik.
 Berikan lingkungan tenang untuk istirahat. Rasional: Memindahkan
pasien dari stresor luar meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan
ketrampilan koping.
 Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien. Rasional: Membantu
menurunkan takut

13
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Dalam dunia kesehatan, gastritis dikenal sebagai penyakit Lambung atau
dyspepsia. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yang
ditemukan berupa dispepsia atau indigesti (Mansjoer, 2001). Gastritis adalah
proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung atau gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Secara histopatologi dapat
dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut (Hirlan,
2009).
Faktor resiko dari gastritis antara lain sering mengonsumsi makanan pedas
atau yang kadar lemaknya tinggi seperti gorengan, gaya hidup tidak sehat seperti
merokok atau kebanyakan minum minuman beralkohol, kelebihan berat badan
atau obesitas, stres atau kelelahan, pola makan berantakan dan tidak teratur
Gastritis diklasifikasikan menjadi 2, yaitu gastritis akut dengan
manifestasi klinik rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, muntah dan cegukan,
beberapa pasien menunjukkan asimptomatik, terjadi kolik dan diare jika makanan
yang mengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus. Sedangkan
gastritis kronik dengan manifestasi klinik asimtomatik kecuali untuk gejala
defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia ( nafsu
makan menurun ), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut,
atau mual dan muntah.
B. SARAN

14
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ung.ac.id/6138/3/2012-1-48401-821309007-bab2-10082012080229.pdf

http://repository.ump.ac.id/2679/3/WISNU%20DWI%20DARMAWAN%20BAB%20II.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-hadiharton-6743-2-babii.pdf

http://digilib.unila.ac.id/16384/12/BAB%20II.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai