Anda di halaman 1dari 22

Gastritis 1. Pengertian Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yang ditemukan berupa dyspepsia.

Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan iregularitas mukosa (Arif mansjoer, 2000). Menurut Holdstock (2003) gastritis didefinisikan sebagai peradangan mukosa lambung.Ia biasa akut, kronik, atrofi atau hipertrofi. Gastritis menurut Diagram (2002) diartikan sebagai istilah umum untuk peradangan lambung karena iritasi, kondisi ini mencakup nyeri akut, muntah, diare, hilang selera makan dan demam jika penyebabnya adalah suatu infeksi. Gastritis yaitu radang pada dinding perut disebabkan oleh infeksi, rangsangan obat obatan, minum alcohol kelewat banyak, makanan terlalu kasar atau masih keras atau kadang kadang penyakit pada darah (Coleman, 2001). Menurut Guyton & Hall (1997) gastritis berarti peradangan mukosa lambung, sama juga seperti yang dikutip dalam website ww.medicastore.com (2006). 2. Etiologi Gastritis Mansjoer (2000) mengatakan bahwa penyakit gastritis akut dapat disebabkan oleh : 1) Obat-obatan : Aspirin, obat anti inflamasi non steroid (AINS) 2) Alkohol 3) Gangguan Mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar, sepsis. Secara makroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda. Jika ditemukan pada korpus dan fundus, biasanya disebabkan stress. Jika disebabkan karena obat-obatan AINS, terutama ditemukan didaerah antrum, namun dapat juga menyeluruh. Sedangkan secara mikroskopik terdapat erosi dengan regenerasi epitel dan ditemukan reaksi sel inflamasi neutrofil yang minimal. Tetapi lapisan lambung dapat mengalami iritasi dan peradangan karena beberapa penyebab : Tetapi lapisan lambung dapat mengalami iritasi dan peradangan karena beberapa penyebab : 1). Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh helicobacter pylori ( bakteri yang tumbuh didalam sel penghasil lendir di lapisan lambung). Tidak ada bakteri lainnya yang dalam keadaan normal tumbuh didalam lambung yang bersifat asam, tetapi jika lambung tidak menghasilkan asam berbagai bakteri bias tumbuh di lambung. Bakteri ini bias menyebabkan gastritis menetap atau gastritis sementara. 2). Gastritis karena stress akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat, yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi secara tiba tiba. Cederanya sendiri tidak mengenai lambung, seperti yang terjadi pada luka bakar yang luas atau cedera yang menyebabkan perdarahan hebat.

3). Gastritis erosive kronis bias merupakan akibat dari : a). Bahan iritan seperti obat-obatan, terutama aspirin dan obat anti peradangan non steroid lainnya.. b). Penyakit Crohn c). Infeksi virus dan bakteri. Gastritis ini terjadi secara perlahan pada orang orang yang sehat, bisa disertai dengan perdarahan atau pembentukan ulkus (borok , luka terbuka). Paling sering terjadi pada alkoholik. d). Gastritis karena virus atau jamur bisa terjadi pada penderita penyakit menahun atau penderita yang mengalami ganguan system kekebalan. e). Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi cacing gelang. Eosinofil (sel darah putih) terkumpul di dinding lambung. f). Gastritis atrofik terjadi jika antibodi menyerang lapisan lambung, sehingga lapisan lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan sebagian atau seluruh selnya yang menghasilkan asam dan enzim. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia lanjut. Gastritis ini juga cenderung tejadi pada orang-orang yang sebagian lambungnya telah diangkat (menjalani pembedahan gastrektomi parsial). Gastritis atrofik bisa menyebabkan anemia pernisiosa karena mempengaruhi penyerapan vitamin B12 dari makanan. g). Penyakit meniere merupakan jenis gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya melebar, kelenjarnya membesar dan memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar 10% penderita penyakit ini menderita kanker lambung, h. Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Sel plasma (Salah satu jenis sel darah putih) terkumpul didalam dinding lambung dan organ lainnya.Gastritis juga biasa terjadi jika seseorang menelan bahan korosif atau menerima terapi penyinaran kadar tinggi. 3. Klasifikasi Gastritis Pada dasarnya gastritis dibagi menjadi 2 yaitu gastritis akut dan gastritis kronis. Secara umum, penelitian menunjukkan bahwa banyak gastritis disebabkan oleh infeksi bacterial mukosa lambung yang kronis. Beberapa bahan yang sering dimakan dapat sangat merusak sawar mukosa pelindung lambung, yaitu terhadap mukosa kelenjar dan sambungan epitel yang rapat (tight epithelial junction) diantara sel pelapis lambung sering menyebabkan gastritis akut atau kronis berat (Mansjoer, 2000). Jenis jenis gastritis tersebut adalah : a. Gastritis akut Merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas. Biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya jinak dan

dapat sembuh sendiri, merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan local. Gastritis akut sering akibat diet yang sembarangan. Individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. Penyebab lain dari gastritis akut mencakup alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Mansjoer, 2000). Staf pengajar bagian patologi anatomi FK UI (1998), membagi gastritis akut menjadi antara lain : 1). Irritation gastritis yaitu disebabkan makanan/minuman yang menyebabkan iritasi pada selaput lendir lambung, misalnya obat-obatan seperti APC (salisilat), pedas-pedas, alcohol dsb. 2). Corrosive gastritis yaitu disebabkan oleh asarn atau alkali keras. Terdapat tukak-tukak disamping tanda - tanda radang akut. Tukak tukak terutama sepanjang cavatura minor. 3). Gastritis phlegmonosa acuta (gastritis purulental) yaitu pada bakteremi dengan sarang sarang infeksi yang letaknya jauh, misalnya osteomyelitis dan juga sebagai komplikasi abses yang memecah kedalam lambung, biasanya oleh streptokok. 4). Gastritis acuta hemorrhagica yaitu disertai perdarahan perdarahan biasanya sebagai komplikasi penyakit infeksi akut seperti diphtheria atau pneumoni. Selaput lendir bengkak, lipatan lipatan mukosa (rugae) melicin dan tampak tanda tanda perdarahan yang tersebar. b. Gastritis Kronis Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobacter pylory yang ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai kehilangan sel parietal dan chief cell. Akibatnya produksi asam klorida, pepsin dan factor intrinsic menurun. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang rata. Bentuk gastritis ini sering dihubungkan dengan anemia pemisiosa, tukak lambung dan kanker (Mansjoer,2000). Staf pengajar bagian patologi antomi FK UI (1998) membagi gastritis kronis menjadi 2 bentuk, yaitu : 1). Jika disertai mukosa yang menebal dan lipatan lipatannya menjadi sangat jelas, maka disebut gastritis hypertropicans. Mukosa tebal dan tampak bertonjol tonjol terutama pada daerah pylorus dan secara mikroskopik tampak hipertropi kelenjar dan sebukan limfosit dan sel plasma dalam stroma. 2). Jika selaput lendir menjadi tipis dan lipatan lipatan melicin atau menghilang sama sekali, disebut gastritis atropicans dan biasanya pada bagian cardia dan fundus.Dalam situs www.medicastore.com(2004) dijelaskan bahwa lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya tahan terhadap asam yang kuat.

5. Manifestasi klinis Manifestasi klinis untuk gastritis akut menurut Sylvia (1995) dapat bervariasi dari keluhan abdomen yang tidak jelas, seperti anoreksia atau mual, sampai gejala yang lebih berat seperti nyeri epigastrium, muntah, perdarahan dan hematemesis. Pada beberapa kasus, bila gejala-gejala memanjang dan resisten terhadap pengobatan, mungkin diperlukan tindakan diagnostic tambahan seperti endoskopis, biopsy mukosa dan analisis cairan lambung untuk memperjelas diagnosis. Gastritis akut biasanya mereda bila agen-agen penyebab dapat dihilangkan. Obat-obat anti muntah dapat membantu menghilangkan mual dan muntah. Jika penderita tetap muntah, mungkin perlu koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit degan memberikan infus intravena. Pemakaian menghambat H (Ranitidin) untuk mengurangi sekresi asam, sukralfat atau antacid, dapat mepercepat penyembuhan (Brunner & Suddart, 2001). Manifestasi klinis gastritis kronis, pasien dengan gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi Vitamin B. Pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia (nafsu makan buruk), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam dimulut atau mual dan muntah (Brunner & Suddart, 2001). Sedangkan Mansjoer (2000), menjelaskan bahwa kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan. 6. Patofisiologi Menurut Mansjoer (2000), terdapatnya gangguan keseimbangan factor agresif dan factor defensive yang berperan dalam menimbulkan lesi pada mukosa. Faktor faktor tersebut dapat dilihat pada table berikut. Dalam keadaan normal, factor defensive dapat mengatasi factor agresif sehingga tidak terjadi kerusakan atau kelainan patologi. Tabel 2.1 faktor agresif dan protektif Faktor Agresif Faktor defensive Asam lambung Mukus Pepsin Bikarbonas Mukosa AINS Prostaglandin mikrosirkulasi Empedu Infeksi virus, Infeksi H.Pilory Bahan korosif : Asam & basa kuat Sumber : Mansjoer (2000) Patofisiologis untuk gastritis sangat lazim dengan peningkatan insiden yang berhubungan dengan usia lanjut. Sebabnya tak diketahui, tetapi pada kasus gastritis biasanya diawali oleh pola makan tidak teratur bila lambung dalam keadaan kosong menyebabkan otot-otot lambung berkontraksi sangat kuat sehingga sekresi asam lambung meningkat, produksi asam lambung yang

berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus sehingga timbul rasa nyeri dan pedih serta mual pada epigastrium, gesekan akan lebih parah bila lambung dalam keadaan kosong dan akhirnya akan menyebabkan perdarahan atau hemoragi pada lambung (Persagi, 1999). Pasien dapat mengalami ketidak nyamanan, sakit kepala, malas, mual dan anoreksia, sering disertai dengan muntah dan cegukan. Beberapa pasien asimtomatik. Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis. Kadang-kadang hemoragi memerlukan intervensi bedah bila makanan mengiritasi tidak dimuntahkan tetapi mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik dan diare. Biasanya pasien sembuh kira-kira sehari, meskipun nafsu makan mungkin menurun selama 2 atau 3 hari kemudian (Rani, 2006). Gastritis kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe A ( sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi selluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H.Pylori) mempengaruhi antrum dan pylorus ( Ujung bawah lambung dekat duodenum). Ini dihubungkan dengan bakteri H.pylori, factor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alcohol, merokok atau refluk isi usus kedalam lambung (Rani, 2006).

2.1 Bagan Web Of Caution (WOC) Gastritis Lambung yang kosong Kontraksi otot lambung menjadi kuat Sekresi asam lambung meningkat dan berlebihan Gesekan pada dinding lambung dan usus halus Nyeri, pedih dan mual pada lambung

7. Diagnosis Jika seseorang merasakan nyeri perut sebelah atas disertai mual atau heartburn, dokter akan menduganya sebagai gastritis. Jika gejalanya menetap, jarang diperlukan pemeriksaan dan pengobatan dimulai berdasarkan penyebab yang mungkin. Jika diagnosisnya belum meyakinkan, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan lambung dengan endoskopi dan biopsy (pengambilan

contoh lapisan lambung untuk diperiksa dibawah mikroskop).Jika gastritis berlanjut atau kambuh kembali, maka dicari penyebabnya seperti infeksi, makanan, obat-obatan atau kebiasaan minum penderita. Gastritis karena bakteri biasa diketahui dari hasil pemeriksaan biopsy. Penderita gastritis karena bakteri banyak yang membentuk antibodi terhadap bakteri penyebabnya, yang biasa ditemukan dalam pemeriksaan darah (www. Medicastore.com,2006). Tiga cara diagnosa yang diusulkan oleh Mansjoer (2000) untuk gastritis akut yaitu gambaran klinis, gambaran lesi mukosa akut di mukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi rata pada endoskopi, dan gambaran radiologi. Dengan kontras tunggal sukar untuk melihat lesi permukaan yang superficial, karena itu sebaiknya digunakan kontras ganda. Secara umum peranan endoskopi saluran cerna bagian atas lebih sensitif dan spesifik untuk diagnosis kelainan akut lambung. Sedangkan untuk gastritis kronis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsy mukosa lambung. Perlu dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi Helicobakter pillory apalagi jika ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum, mengingat angka kejadian yang cukup tinggi yaitu hampir mencapai 100%. Dilakukan pula rapid ureum test (CLO). Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosis H.Pilory jika hasil CLO dan PA positif. Dilakukan pula pemeriksaan serologi untuk H.Pylori sebagai diagnosis awal (Mansjoer, 2000).

8. Penatalaksanaan Menurut Guyton & Hall (1997), gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien bisa makan, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diperiksa secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisiran agen penyebab. Penanganannya adalah : a. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum dan untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer. b. Bila korosi luas atau berat, emetic dan lavase dihindari karena bahaya perforasi. Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan selain upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Menurut persagi (1999) pemberian diet untuk penderita gastritis antara lain bertujuan untuk : 1. Memberikan makanan yang adekuat dan tidak mengiritasi lambung 2. Menghilangkan gejala penyakit

3. Menetralisir asam lambung dan mengurangi produksi asam lambung 4. Mempertahankan keseimbangan cairan 5. Mengurangi gerakan peristaltik lambung 6. Memperbaiki kebiasaan makan pasien Konsep Dasar Teori Penyakit Gastritis 1. Pengertian Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi. Erosi karena permukaan hanya pada bagian mukosa. Bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat (Smeltzer & Barco, 2002). Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung, secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik penyakit dalam pada umumnya secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan pada : 1) manifestasi klinis, 2) gambaran histology yang khas, 3) distribusi anatomi dan 4) kemungkinan patogenesis gastritis, terutama gastritis kronik. Didasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Harus diingat bahwa walaupun dilakukan pembagian menjadi akut dan kronik bukan merupakan kelanjutan gastritis akut (Selamat Suryono, 2001). Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi adalah gastritis superfisial akut dan gastritis atrofik kronik (Sylvia A. Price, 2006). 2. Klasifikasi a. Gastritis superfisialis akut (Erosive Akut) 1) Pengertian Gastritis superfisialis akut adalah suatu peradangan permukaan lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. 2) Etiologi a) Obat analgetik-anti inflamasi terutama aspirin b) Bahan kimia misalnya lisol c) Merokok d) Alkohol e) Stress fisis (combustio, sepsis, trauma, gagal ginjal) f) Refluks usus lambung g) Makanan berbumbu (lada, cuka) 3) Patogenesis Faktor-faktor yang dapat menyebabkan rusaknya mukosa lambung adalah :

4)

5)

6)

7)

a) Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balin ion H+ meninggi b) Perfusi mukosa lambung yang terganggu c) Jumlah asam lambung Faktor ini saling berhubungan, misalnya stress fisik yang dapat menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-daerah infark kecil. Di samping itu asam lambung juga terpacu. Pada gastritis refluks karena bahan kimia, obat, mukosa barier rusak, menyebabkan difusi balik ion H+ meninggi. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat kerusakan barrier oleh cairan usus. Manifestasi Klinis a) Keluhan dapat bervariasi, kadang tidak ada keluhan tertentu sebelumnya dan sebagian besar hanya mengeluh nyeri epigastrium yang tidak hebat. b) Kadang disertai dengan nausea dan vomitus c) Anorexia d) Gejala yang berat : (1) Nyeri epigastrium hebat (2) Pendarahan (3) Vomitus (4) Hematemesis Pemeriksaan Diagnostik a) Endoskopi, khususnya gastroaudenoskop. Hasil pemeriksaan akan ditemukan gambaran mukosa sebab, merah, mudah berdarah atau terdapat spontan, erosi mukosa yang bervariasi. b) Histopatologi c) Radiasi dengan zat kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi tidak begitu memberikan hasil yang memuaskan. d) Analisis cairan lambung Komplikasi a) Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis. Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian. b) Terjadinya ulkus, kalau proses hebat c) Perforasi (jarang terjadi) Penatalaksanaan a) Gastritis superfisial akut biasanya mereda bila agen-agen penyebab dapat dihilangkan. b) Penatalaksanaan medik yang diberikan : (1) Obat anti mual atau muntah (2) Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit iv jika masih muntah (3) Penghambat H2 (Ranitidine)

(4) Antacid b. Gastritis atropik kronik 1) Pengertian a) Suatu peradangan bagian permukaan lambung yang menahun. Gastritis ini ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai kehilangan sel parietal. b) Terjadi akibat produksi HCL, pepsin dan faktor intrinsik menurun, sehingga dinding lambung menjadi tipis, dan mukosa tidak rata. c) Gastritis ini sering dihubungkan dengan anemia pernisiosa, tukak lambung dan kanker. 2) Etiologi Belum diketahui Namun penyakit ini sering terdapat pada orang tua, peminum alkohol berlebihan, merokok (merupakan predisposisi gastritis atrofik) Pada klien dengan anemia perniosa, patogenesis berkaitan dengan mekanisme imunologik Gastritis kronik merupakan predisposisi timbulnya tukak lambung dan kanker. 3) Patogenesis Perjalanan alamiah gastritis kronis mempunyai hubungan erat dengan gastritis kronik antrium atau gastritis kronik predominasi antrium. Ini merupakan faktor risiko yang amat kuat untuk tukak duodenum. 4) Manifestasi Klinis Perasaan penuh pada abdomen Anorexia, nausea Distress epigastrik yang tidak nyata Nyeri ulu hati, nyeri ulkus peptic Keluhan-keluhan anemia. 5) Pemeriksaan fisik Tidak dijumpai kelainan, kadang nyeri tekan epigastrium yang ringan atau pada midepigastrium. Pengobatan : Menghindari alkohol dan obat-obatan yang mengiritasi lambung. 6) Komplikasi Perdarahan saluran cerna bagian atas, olkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12. 7) Penatalaksanaan Mengatasi dan menghindari penyebab gastritis akut. Berikan pengobatan empiris berupa antacid Anatonis H2/inhibitor pompa proton dan obat-obat prokmetik.

3. WOC Gastritis
Stress fisik Perfusi mukosa lambung terganggu Obat-obatan Bahan kimia Merokok Refleks asam lambung Imunologis Bakteriologi infeksi H. Pylori

Menghancurkan sawar epitel

Melekat pada Epitel Lambung

Kerusakan mukosa barrier Difusi balik ion H+ Jumlah asam lambung meningkat Iritasi mukosa lambung Gastritis

Gastritis Akut

Gastritis Kronik

Nyeri MK : Gangguan rasa nyaman nyeri

Output yg berlebihhan
Mk:kekurangan volume cairan

Anoreksia MK : Gangguan pemenuhan nutrisi

10

Asuhan Keperawatan Teoritis pada Penyakit Gastritis Pengkajian 1. Data Biografi Meliputi identitas pasien yaitu nama, jenis kelamin, agama pendidikan, alamat dan identitas penanggung jawab. 2. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan sekarang Pasien mengeluh nyeri ulu hati, mual atau muntah, tidak dapat makan Riwayat kesehatan dahulu Apakah pasien pernah menderita penyakit gastritis pada masa anak-anak dan apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit. Riwayat kesehatan keluarga Mungkingkan pasien yang menderita penyakit yang sama dengan pasien sekarang ini. Riwayat psikososial Bagaimana dengan status emosi pasien apakah pasien merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya. 3. Pola kebiasaan sehari-hari Aktivitas terganggu karena kelemahan fisik yang dialami pasien. 4. Pemeriksaan fisik Pada waktu melakukan inspeksi keadaan umum pasien lemah. Pada waktu Palpasi adanya nyeri ulu hati atau nyeri tekan abdomen. 5. Aktivitas/istirahat Gejala : Malaise 6. Sirkulasi Tanda : Takikardia 7. Eliminasi Gejala : Konstipasi pada awitan awal Tanda : Distensi abdomen, nyeri ulu hati, nyeri tekan abdomen 8. Makan/cairan Gejala : Anoreksia Tanda : Mual/muntah 9. Nyeri/kenyamanan Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus, yang meningkat berat dan terkontaminasi pada Mc. Burney. Keluhan berbagai rasa nyeri/gejala tidak jelas Tanda : Perilaku berhati-hati, meningkatkan nyeri pada kuadran kanan karena posisi ektensi kaki kanan/posisi duduk tegak. 10. Keamanan Tanda : Demam (biasanya rendah) 11. Pernafasan Tanda : RR Meningkat 12. Penyuluhan dan pembelajaran

11

Gejala : Riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen 13. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan fungsi hepar diperlukan untuk mendeteksi adanya komplikasi. Pada analisis dan kultur feses mungkin ditemukan eritrosit walau tanpa perdarahan rectum, dan adanya leukosit membuktikan terjadinya inflamasi atau infeksi. Foto polos abdomen menunjukkan dilatasi kolon atau gambaran perforasi pada kasus colitis yang fulminan. Diagnosa yang Mungkin Muncul 1. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung. 2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. 3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak cukup dan kehilangan berlebihan karena muntah.

BAB III TINJAUAN KASUS 3.1. Pengkajian 1. Identitas Klien Nama Umur Jenis Kelamin Agama Status perkawinan Suku bangsa Pendidikan Pekerjaan Tgl Masuk RS Golongan darah No. Register 2. Penanggung jawab Nama Umur Pekerjaan Alamat

: : : : : : : : : : : : : : :

Tn. W 30 Tahun Jl. Wr. Supratman Islam Sudah kawin Indonesia SLTP Petani 25 September 2008 A 220 Tn. A 35 Tahun Pengusaha Jl. Danau

12

3. Riwayat kesehatan sekarang a. Alasan kunjungan/keluhan utama : Klien mengatakan nyeri di ulu hati, terasa mual/muntah, tidak nafsu makan. b. Lama keluhan : 3 hari c. Diagnosa medik : gastritis 4. Riwayat kesehatan masa lalu a. Penyakit yang pernah dialami : Klien belum pernah mengalami penyakit lambung atau pembedahan lambung. b. Imunisasi : lengkap c. Alergi : tidak ada 5. Riwayat kesehatan keluarga a. Orang tua : ibu/ayah tidak pernah mengalami penyakit gastritis b. Saudara kandung : adik klien tidak pernah mengalami penyakit gastritis c. Penyakit keturunan : tidak ada 6. Riwayat psikososial a. Data psikososial : klien nampak cemas, dan mengatakan agar ia cepat sembuh. b. Data sosial : hubungan klien dengan keluarga baik begitu juga dengan masyarakat tempat tinggalnya. c. Spiritual : klien beragama islam, sering melakukan ibadah. 7. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum : klien nampak pucat karena kekurangan cairan, klien meringis merasakan nyeri tekan abdomen. b. Tanda-tanda vital : Suhu : 39oC Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 110 x / menit Respirasi : 26 x / menit BB : 60 kg TB : 160 cm c. Kepala Tidak ada benjolan Rambut tidak mudah dicabut d. Mata Simetris Reflek pupil kanan/kiri isokor Konjungtiva e. Telinga Simetris

13

Kebersihan : bersih f. Leher : tidak ada pembesaran tiroid g. Kulit Warna : sawo matang Turgor : elastis Peradangan : tidak ada h. Mulut, tenggorokan dan leher Gigi : Bersih Lidah : Bersih Keadaan membran mukosa : Kering Kesulitan bicara : Tidak Kesulitan membran : Tidak i. Dada Inspeksi : Dada simetris, retraksi dinding dada tidak ada, dan tidak menggunakan otot bantu pernafasan, RR : 26 x / menit. Palpasi : Tidak ada Auskultasi : Vesikuler j. Jantung Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat Palpasi : Ic teraba 1 jari medial LMCS Ric ke 5/6 : Batas jantung jelas : Ric (region intercosta) II, kiri : I jari medial / LMCS Ris kes, kanan : linea sternalis dekstra k. Pemeriksaan abdomen Inspeksi Bentuk abdomen : simetris Benjolan/massa : tidak ada Auskultasi Peristaltik usus : 38 x / menit Palpasi Tanda nyeri tekan : Tidak ada Tanda acites : ada Hepar : tidak ada pembesaran hepar Perkusi : nyeri l. Ekstremitas Atas : bentuk simetris, penggerakan normal Bawah : bentuk simetris, penggerakan tidak normal 8. Pola kebiasaan sehari-hari Jenis Kebutuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit 1. Pola nutrisi a. Makan Perkusi

14

Jenis Frekuensi Porsi b. Minum Jenis 2. Pola eliminasi a. BAB Konsistensi Frekuensi b. BAK Frekuensi

Nasi, sayur, lauk-pauk, Nasi lunak, sayur, buahbuah-buahan buahan Tidak teratur 2 x sehari 1 piring sedang 1/4 porsi Air putih, minuman bergas Air putih 4 gelas sehari 3 gelas / hari

Lembek Tidak teratur 3-5 kali sehari Kuning jernih

Keras/konstipasi 1 hari sekali 2-4 kali sehari Kuning jernih

3. Pola Tidur/ Istirahat Waktu Lama 21.00-05.00 Kebiasaan 9 jam / hari Kesulitan tidur Tidak ada Kadang-kadang

22.00-04.00 kadang) 8 jam / hari Tidak ada Susah tidur

(kadang-

9. Riwayat lingkungan Kebiasaan : cukup bersih, karena dibersihkan setiap hari Bahaya : tidak ada Polusi : ada 10. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan fungsi hepar untuk mengatasi adanya komplikasi Analisis dan kultur feses mungkin ditemukan eritrosit. Foto polos abdomen menunjukkan dilatasi kolon atau gambaran perforasi pada kasus colitis yang fulminan. Analisa Data No Tgl/Jam Analisa data Penyebab Masalah 1 DS : P : Iritasi Iritasi mukosa Gangguan rasa Q : Tertusuk-tusuk lambung nyaman, nyeri tingkat R : Lambung sedang S : 7-8 T : Tidak teratur Klien mengatakan nyeri pada ulu hati Klien mengatakan perut

Paraf

15

terasa mual dan kadangkadang sampai muntah DO : Klien nampak meringis Klien nampak gelisah Klien tampak memegang area nyeri Klien keringat dingin

DS : Mual,Muntah Perubahan nutrisi Klien mengatakan lemah kurang dari kebutuhan dan lesu tubuh Klien mengatakan perut terasa mual dan muntah Klien mengatakan tidak nafsu makan DO : Klien nampak pucat Kulit klien nampak kering

DS : Klien mengatakan lelah DO : Klien nampak lesu

Output berlebihan

Perubahan cairan kurang dari kebutuhan tubuh

16

3.2. Diagnosa 1. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung 2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat. 3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak cukup dan kehilangan berlebihan karena muntah

17

3.3. Rencana Asuhan Keperawatan Diagnosa No Tujuan Keperawatan 1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan dengan iritasi pada tindakan keperawatan mukosa lambung masalah nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung dapat teratasi.

Kriteria Hasil Nyeri hilang/ berkurang Pasien tampak tenang Mampu tidur/istirahat dengan baik Ekspresi wajah rileks Skala nyeri : 0 : tidak nyeri, 1-4 : nyeri ringan, 5-7 : nyeri sedang, 8-10 nyeri berat) Membran mukosa lembek Keseimbangan cairan yang masuk dan pengeluaran stabil Tanda vital stabil

Intervensi

Rasional

2 Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang adekuat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang adekuat dapat teratasi.

Jelaskan pada pasien untuk Berguna dalam pengawasan menghindari makanan/minuman keefektifan obat, kemajuan yang dapat mengiritasi mukosa penyembuhan, perubahan pada lambung karakteristik nyeri menunjukkan Kaji tingkat nyeri dan kenyamanan terjadinya abses/peritonitis, Ajarkan teknik distraksi dan teknik merupakan upaya evaluasi medik dan relaksasi, seperti nafas dalam intervensi. Kolaborasi dalam pemberian Dengan menarik nafas dalam dapat analgetik mengurangi ketegangan otot. Menghilangkan nyeri mempermudah kerja sama dengan intervensi. Berikan dukungan fisik dan emosi Untuk mengetahui apakah usus sudah pada pasien terutama pada pasien bekerja stabil. gastritis akut dalam menghadapi Dengan mengobservasi tanda-tanda perasaan mual, muntah, nyeri ulu hati vital dapat mengetahui hipotensi/ dan kelelahan. demam yang dapat menunjukkan Hentikan intake makanan melalui respon terhadap kekurangan cairan. mulut selama beberapa jam atau Untuk mengetahui apakah adanya beberapa hari sampai gejala penurunan pada berat badan pasien. berkurang Untuk mengetahui beberapa banyak Pantau terapi iv jika dilakukan makanan yang dihabiskan dan Bila gejala berkurang, berikan es batu apakah ada peningkatan. diikuti dengan cairan jernih. Dengan makan sedikit/dalam porsi Berikan makanan padat sesegera kecil dan sering meningkatkan mungkin melalui oral. makanan/nutrisi perlahan-lahan. Minimalkan pemenuhan kebutuhan melalui terapi iv. Minimalkan iritasi pada mukosa lambung Laporkan segera apabila gejala 18

3 Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak cukup dan kehilangan berlebihan karena muntah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak cukup dan kehilangan berlebihan karena muntah dapat teratasi

Mempertahankan keseimbangan cairan Mentoleransi terapi intervena sedikitnya 1,5 L setiap hari Minum 6 sampai 8 gelas air setiap hari Mempunyai haluaran urine kira-kira 1 liter setiap hari Menunjukkan turgor kulit yang adekuat.

muncul setelah pemberian makanan Jelaskan pada pasien hal-hal yang harus dihindari : kafein, alkohol, merokok. Pantau masukan dan pengeluaran urin setiap hari Berikan iv sesuai program terapi bila makanan dan minuman ditunda. Awasi adanya indikasi gastritis hemorragik Takikardia, dan hipotensi Monitor TTV Lakukan penatalaksanaan perdarahan dengan kolaborasi

Penurunan saluran urine dekat dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi atau kebutuhan peningkatan cairan. Menurunkan iritasi gaster atau muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan. Dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering dan pecah-pecah. Peritoneum bereaksi terhadap iritasi dengan menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah mengakibat hipovolemia, dehidrasi dan dapat terjadi ketidakseimbangan elektrolit.

19

3.4. Implementasi Keperawatan dan Catatan Perkembangan GUNAKAN FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN YANG BENAR DIAGNOSA JAM/TANGGAL Evaluasi No Tindakan Keperawatan JAM 20.00 1 NYERI B/D 19.00 Mengobservasi rasa S : Klien IRITASI nyeri dengan mengatakan MUKOSA menggunakan skala nyerinya LAMBUNG nyeri ringan 0-3, sedang berkurang dan 4-7, berat 8-10. nafsu 20.00 Mengajarkan pada klien makannya teknik relaksasi dengan meningkat nafas dalam dengan teknik Mengobservasi TTV makan sedikit Atur posisi yang tapi sering nyaman menurut klien O : Klien tampak Menciptakan rileks/tenang lingkungan yang skala nyeri 0nyaman dan tenang 3 ringan, TTV Memberikan obat sesuai sudah stabil order dan instruksi dan mukosa dokter. mulut lembab. A : Setelah dilakukan perawatan berkurangnya nyeri P : Intervensi dihentikan 2 NUTRISI S : Klien KURANG mengatakan DARI nafsu makan KEBUTUHAN sudah normal TUBUH B/D O : Klien nampak OUT PUT sehat tetapi TUBUH belum bisa BERLEBIHAN beraktivitas seperti biasa A : Setelah dilakukan perawatan klien tidak merasa mual dan muntah VOLUME P : Intervensi 3 CAIRAN dihentikan TUBUH S : Klien KURANG mengatakan DARI keadaanya KEBUTUHAN sudah normal TUBUH B/D O : Klien sudah

20

OUT PUT BERLEBIHAN

sehat, bisa beraktivitas seperti biasa A : Setelah dilakukan perawatan klien tidak lesu lagi P : Intervensi dihentikan

21

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Berdasarkan kasus penulis angkat tentang penyakit gastritis maka dapat ditarik kesimpulan : a. Gastritis yaitu peradangan mukosa lambung b. Klasifikasi gastritis yaitu ada dua : 1. Gastritis akut Suatu peradangan permukaan lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. 2. Gastritis kronis Suatu peradangan bagian permukaan lambung yang menahun. Dan dapat ditarik pula tentang definisi gastritis, etiologinya, gejala-gejala yang ditimbulkan, serta asuhan keperawatan pada pasien gastritis. 4.2. Saran Dalam meningkatkan asuhan keperawatan klien dengan penyakit gastritis. Klien diberi support untuk mempercepat penyembuhannya Memberikan perawatan dan perhatian kepada klien dalam proses perawatan. Klien diberi pengertian tentang penyakit yang dialaminya. Dan tak lupa pula diharapkan kepada mahasiswa STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu agar dapat memahami tentang asuhan keperawatan pada klien gastritis. DAFTAR PUSTAKA Mansjoer Arif. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid I. Jakarta. 2001. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi. EGC. Jakarta. 2006. Suddarth, Brunner. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Volume 2. EGC. Jakarta. 2002. Suyono, Slamet. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. FKUI. Jakarta. 2001.

22

Anda mungkin juga menyukai