Anda di halaman 1dari 51

7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS

GOUT ATHTRITIS PADA NY R DI BALAI PELAYANAN SOSIAL

DEWANATA CILACAP

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Oleh :

MELINDA
NIM. 210104066

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2022
8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS

GOUT ATHTRITIS PADA NY R DI BALAI PELAYANAN SOSIAL

DEWANATA CILACAP

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan


Profesi Ners di Universitas Harapan Bangsa

Oleh :

MELINDA
NIM. 210104066

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2022
9

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS


Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Melinda
NIM : 210104066
Prodi : Profesi Ners
Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini benar-benar
merupakan hasil karya saya; bukan merupakan pengambil alihkan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya, kecuali secara
tertulis diacu dala naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila
dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners
ini hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar
Ners yang saya peroleh terkait dengan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.

Purwokerto, April 2022


Yang membuat pernyataan

MELINDA
NIM. 210104066
10

LEMBAR PENGESAHAN KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS


GOUT ATHTRITIS PADA NY R DI BALAI PELAYANAN SOSIAL
DEWANATA CILACAP

Disusun Oleh :
MELINDA
NIM.

Telah Disetujui Pembimbing dan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Memperoleh Gelar Ners pada Program Studi Profesi Ners Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa
Pada hari : ...............
Tanggal : ...............

Pembimbing: Wasis Eko Kurniawan ( )

Mengesahkan
Ka.Prodi Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa

Tri Sumarni, S. Kep., Ns., M.Kep.


NIK. 106711090683
11

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners yang berjudul “Asuhan Keperawatan

Pada Ny. R Dengan Diagnosa Medis Gout Athtritis Pada Ny R Di Balai

Pelayanan Sosial Dewanata Cilacap”. Karya Ilmiah Akhir Ners ini digunakan

sebagai syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Profesi Ners Universitas

Harapan Bangsa.

Dalam pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners ini tidak lepas dari kesulitan

serta hambatan, namun berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai

pihak akhirnya karya tulis ini selesai tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Iis Setiawan Mangkunegara, S.Kom., M.Ti., selaku Ketua Yayasan Pendidikan

Dwi Puspita Universitas Harapan Bangsa

2. dr. Pramesti Dewi, M.Kes., selaku Rektor Universitas Harapan Bangsa

3. Dwi Novitasari, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Harapan Bangsa

4. Tri Sumarni., S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Keperawatan

Program Sarjana Universitas Harapan Bangsa

5. Wasis Eko Kurniawan, S.Kep., Ns., MPh., selaku dosen pembimbing yang

dengan sabar, baik, dan bijaksana memberikan koreksi, arahan, dan masukan

dalam pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners


12

6. Pasien dan keluarga pasien yang sudah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan asuhan keperawatan

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan

demi perbaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Akhirnya penulis berharap semoga

Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan

penulis sendiri khususnya.

Purwokerto, April 2022

Penulis
13

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang

telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.

Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki

usia tua (lanjut usia) berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran

fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi

mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin buruk,

gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2018)

Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal

yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang. Hanya

lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

Adapun pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik

secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Semakin lanjut usia

seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama dalam kemampuan

fisik (Nugroho, 2018). Hal ini tentunya mengakibatkan lansia rentan terkena

berbagai gangguan penyakit, salah satunya penyakit yang sering menjakit

para lansia yaitu Penyakit asam urat.


14

Penyakit asam urat atau dalam istilah medis disebut penyakit pirai

atau penyakit gout (arthritis gout) adalah suatu penyakit sendi yang

disebabkan oleh tingginya asam urat di dalam darah. Kadar asam urat yang

tinggi didalam darah melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam

urat didalam persendian dan organ tubuh lainya. Penumpukan inilah yang

membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang. Pada kasus yang parah, penderita

penyakit ini tidak bisa berjalan, persendian terasa sangat sakit jika bergerak,

mengalami kerusakan sendi, dan cacat (Sutanto, 2015).

Gout atau pirai dengan gejala utamanya berupa radang sendi atau

artrhitis, adalah penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat (uric acid)

dalam tubuh secara berlebihan. Penyakit ini bisa akibat proses asam

urat memang meningkat, atau proses pembuangannya ginjal menurun, atau

akibat peningkatan asupan makanan kaya purin. Serangan asam urat yang

berakibat peradangan sendi tersebut bisa juga dicetuskan oleh cedera ringan

akibat memakai sepatu yang tidak sesuai dengan ukuran kaki, selain terlalu

banyak makan-makanan yang mengandung senyawa purin (misalnya

jerohan, konsusi alkohol, tekanan batin (stress), karena infeksi atau efek

samping dari obat- obatan tertentu (diuretik) (Hadribroto.dkk., 2014).

Berdasarkan World Health Organization (WHO) (2017), prevelensi

asam urat (gout) di Amerika Serikat 13,6 kasus per 1000 laki-laki dan

6,4 kasus per 1000 perempuan prevalensi ini berbeda di tiap negara,

berkisar antara 0,27% di Amerika hingga 10.3% selandia baru. Peningkatan


15

insidens gout dikaitkan dengan perubahan pola diet dan gaya hidup,

peningkatan kasus obesitas dan sindrom metabolik.

Besarnya angka kejadian arthritis gout pada masyarakat di Indonesia

belum ada data yang pasti, mengingat Indonesia terdiri dari berbagai suku

sangat mungkin memiliki angka kejadian yang lebih bervariasi. Studi

hiperurisemia di rumah sakit akan ditemukan angka prevalensi yang lebih

tinggi antara 17-28% karena pengaruh penyakit dan obat-obatan yang

diminum penderita. Penderita arthritis gout pada penduduk di jawa tengah

adalah sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7% pada perempuan, penelitian

lapangan yang yang dilakukan terhadap penduduk Denpasar, Bali mendapat

prevelansi arthritis gout sebesar 18,2% (Azizah, 2019).

Jawa Tengah prevalensi penderita gout hiperusemia kira-kira 2,6-

47,2% yang bervariasi pada berbagai populasi. Sedangkan prevalensi gout

juga bervariasi antara 1-15,3%. Pada suatu studi didapatkan insidensi gout

4,9% pada kadar asam urat darat >9 mg/dl, 0,5% pada kadar 7-8,9% dan

0,1% pada kadar <7mg/dl. Insidensi kumulatif gout mencapai angka 22%

setelah 5 tahun, pada kadar asam urat >9 mg/dl (Rikesdas, 2019).

Diagnosa keperawatan yang umum terjadi pada klien lanjut usia

dengan arthritis gout adalah Nyeri Akut. Pengalaman sensori dan emosional

tidak menyenangkan yang muncul akibat keruskan jaringan aktual atau

potensial atau yang digambarkan sebagai keruskan (International Association

for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan

hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi (Herdman,
16

2018). Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi.

Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan

mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara

potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada

penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadi

penyembuhan.

Asuhan keperawatan juga penting untuk mengatasi gangguan Arthritis

Gout. Salah satu perawatan pasien Arthritis Gout yaitu mengurangi rasa nyeri

di persendian dengan mengurangi asupan makanan kaya purin (misalnya

jerowan, tekanan batin (stres), karena infeksi atau efek samping dari obat-

obatan tertentu), peran dan tanggung jawab perawat sangat diperlukan untuk

memberikan asuhan keperawatan pada pasien Arthritis Gout dengan gangguan

nyeri akut seperti mengatasi nyeri pasien dan guna mengurangi resiko infeksi

dengan cara melakukan asuhan keperwatan secara komprehensif. Adanya

asuhan keperawatan tersebut, diharapkan pasien Arthritis Gout dapat

terpantau keadaannya (Hadribro, 2019).

Suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang

langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan,

dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (KDM), dengan

menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar

keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang

serta tanggung jawab keperawatan. Asuhan keperawatan dilaksanakan dalam

bentuk proses keperawatan yang meliputi tahap, pengkajian, diagnosa


17

keperawatan, perencanaan (intervensi), pelaksanaan (implementasi), evaluasi

(formatif/proses dan sumatif), proses keperawatan sebagai salah satu

pendekatan utama dalam pemberian asuhan keperawatan, pada dasarnya suatu

proses pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah (Nursalam, 2016).

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan penulis

didapatkan hasil observasi dengan 90 penerima manfaat di panti terdapat 2

lansia penderita Asam Urat di Wisma Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Dewanata Cilacap mengeluh nyeri pada kaki, nyeri yang di rasakan seperti

ditusuk-tusuk, bertambah nyeri saat beraktivitas, dan susah tidur karena nyeri

dikaki. Sesuai dengan pentingnya peran perawat dalam menunjang kesahatan

lansia, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Keperawatan

Nyeri Akut pada Tn. R dengan Asam Urat (Arthritis Gout) Wisma Balai

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap.

B. RUMUSAN MASALAH

“Bagaimana Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Tn. R dengan

Arthritis Gout di Wisma Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata

Cilacap?”

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Penulis mampu memberikan asuhan keperawatan usia lanjut dengan

benar dengan pendekatan keperawatan


18

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada lansia dengan benar dengan masalah

Arthritis Gout Tn. R. di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata

Cilacap.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan dengan benar sesuai dengan

penyakit Arthritis Gout Tn. R. di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Dewanata Cilacap.

c. Menentukan rencana keperawatan pada lansia dengan benar sesuai

dengan masalah Arthritis Gout Tn. R. di Panti Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Dewanata Cilacap.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan dengan benar pada lansia dengan

masalah Arthritis Gout Tn. R. di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Dewanata Cilacap.

e. Melakukan evaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang sudah di

laukan pada lansia dengan masalah Arthritis Gout Tn. R. di Panti

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap.

D. MANFAAT

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Di harapkan sebagai bahan bacaan dan menambah pengetahuan tentang

asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan penyakit Arthritis Gout.


19

2. Bagi Institusi

a. Sebagai bahan bacaan untuk mahasiswa khususnya tentang

keperawatan gerontik.

b. Untuk mengevaluasi sejauh mana penulis menguasai tentang asuhan

keperawatan gerontik

3. Bagi Penulis

Dengan adanya penulisan karya tulis ilmiah ini, diharapkan dapat

menambah bacaan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik,

khususnya pada pasien Artritis Gout.


20

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR LANSIA (LANJUT USIA)

1. Pengertian

Menurut Setianto (2004) dikutip dalam Muhith, (2016), seseorang

dikatakan lansia apabila usianya memasuki 65 tahun keatas. Lansia adalah

keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan

keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. Proses penuaan adalah

suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan

untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses penuaan ini akan terjadi

pada seluruh organ tubuh, meliputi organ dalam tubuh, seperti jantung,

paru - paru, ginjal, indung telur, otak, dan lain - ain, juga organ terluar dan

terluas tubuh, yaitu kulit (Muhith, 2016).

Gerontologi menurut Pergeri adalah pengetahuan yang mencakup

segala bidang persoalan mengenai orang berusia lanjut, yang didasarkan

pada hasil penyelidikan ilmu antropologi, antropometri, sosiologi,

pekerjaan sosial, kedokteran geriatrik, psikiatrik geriatrik, psikologi, dan

ekonomi (Muhith, 2016). Gerontik nursing adalah spesialis keperawatan

lanjut usia melalui pendekatan ke arah aspek keperawatan yang meliputi

aspek spiritual dan aspek biopsikologi. Pelayanan yang diberikan meliputi

promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, serta


21

perawatan diri yang ditujukan untuk mengembalikan dan mempertahankan

fungsi optimal dalam aspek fisik, psikologi, dan sosial (Tamher, 2009).

2. Klasifikasi

Menurut World Health Organition (WHO) yang diambil dari Buku

(Ratnawati, t.t) meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

3. Perubahan - perubahan yang terjadi pada lansia

Menurut Bandiyah (2009), perubahan-perubahan yang terjadi pada

sistem tubuh lansia adalah :

a. Sistem pernapasan pada lansia

1) Otot pernapasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume

udara inspirasi berkurang, sehingga pernapasan cepat dan dangkal

2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk

sehingga potensial terjadi penumpukan sekret

3) Penurunan aktivitas paru (mengembang dan mengempisnya)

sehingga jumlah udara pernapasan yang masuk ke paru mengalami

penurunan, kalau pada pernapasan yang tenang kira kira 500 ml

4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang, menyebabkan

terganggunya proses difusi


22

5) Penurunan oksigen, arteri menjadi 75 mmHg mengganggu proses

oksigenasi dari hemoglobin, sehingga oksigen tidak terangkut

semua ke jaringan.

6) Karbondioksida pada arteri tidak berganti sehingga komposisi

oksigen dalam arteri juga menurun dan lama - kelamaan menjadi

racun pada tubuh sendiri

7) Kemampuan batuk berkurang sehingga pergerakan sekret dan

corpus alium dari saluran napas berkurang sehingga potensial

terjadinya obstruksi

b. Sistem persarafan

1) Cepat menurunkan hubungan persarafan

2) Lambat dalam merespons dan waktu untuk berpikir

3) Mengecilnya saraf pancaindera

4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya

syaraf penciuman dan perasa lebih sensitif terhadap perubahan

suhu dengan rendahnya ketahanan tubuh terhadap dingin

c. Penglihatan

1) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

2) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respons terhadap

sinar lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)

3) Meningkatnya pengamatan sinar: daya adaptasi terhadap kegelapan

lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap

4) Hilangnya daya akomodasi


23

5) Menurunya lapang pandang dan berkurangnya luas pandang

6) Menurunya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada

skala

d. Pendengaran

1) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)

2) Hilangnya kemampua pendengaran pada telinga dalam, terutama

terhadap bunyi suara, antara lain nada yang tinggi, suara yang tidak

jelas, sulit mengerti kata - kata

3) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis

4) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena

meningkatnya kreatinin

e. Pengecap dan penghidung

1) Menurunya kemampuan pengecap

2) Menurunya kemampuan penghidung sehingga mengakibatkan

selera makan berkurang

f. Peraba

1) Kemunduran dalam merasakan sakit

2) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas, dan dingin

g. Perubahan kardiovaskuler

1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku

2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% per tahu

sesudah berumur 20 tahun yang akan menyebabkan menurunya dan

kontraksi dan volumenya


24

3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah

4) Kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,

perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa

menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg

(mengakibatkan pusing mendadak)

5) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer (normal + 170/95 mmHg)

h. Sistem genitalia urinaria

1) Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal

menurun sampai 50%, penyaringan di glomerulus menurun sampai

50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya berkurangnya

kemampuan mengosentrasi urin, berat jenis urin menurun

proteinuria (biasanya +1)

2) Kandung kemih: otot - otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun

sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi BAK meningkat,

vesika urinaria susah dikosongkan sehingga meningkatkan retensi

urin

3) Pembesaran prostat + 75% dimulai oleh pria usia di atas 65 tahun

4) Atrofi vulva

5) Vagina: selaput menjadi kering, elastisitas jaringan menurun juga

permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi

sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna


25

6) Daya seksual: frekuensi seksual intercouse cenderung menurun tapi

kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus

i. Sistem endokrin atau metabolik pada lansia

1) Produksi hampir semua hormon menurun

2) Pituitary: pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya

ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH,

TSH, FSH, dan LH

3) Menurunya aktivitas tiroid

4) Menurunya produksi aldosteron

5) Menurunya sekresi hormon: progesteron, estrogen, testoteron

6) Defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari

sumsum, serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stres)

j. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut

1) Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease yang

biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi

kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk

2) Indra pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput

lendir, atrofi indra pengecap, hilangnya sensitivitas dari syaraf

pengecap di lidah terutama rasa manis, asin, asam, dan pahit

3) Esofagus melebar

4) Lambung: rasa lapar menurun, asam lambung menurun

5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

6) Fungsi absorbsi melemah


26

7) Liver: makin mengecil dan menurunya tempat penyimpanan,

berkurangnya aliran darah

k. Sistem muskuluoskeletal

1) Tulang rapuh

2) Risikoterjadi fraktur

3) Kyphosis

4) Persendian besar dan menjadi kaku

5) Pada wanita lansia lebih beresiko terjadi fraktur

6) Pinggang, lutut, dan jari pergelangan tangan terbatas

7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi

badan berkurang)

l. Perubahan sistem kulit dan jaringan ikat

1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak

2) Kulit kering dan kurang elastis karena menurunya cairan dan

hilangnya jaringan adiposa

3) Kelenjar keringat mulai tidak bekerja dengan baik sehingga tidak

begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi

4) Kulit pucat dan terdapat bintik - bintik

5) Menurunya aliran darah dalam kulit menyebabkan penyembuhan

luka kurang baik

6) Kuku menebal dan rapuh

7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta

warna rambut kelabu


27

8) Temperatur tubuh menurun akibat metabolisme yang menurun

9) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas

yang banyak, rendahnya aktivitas otot

m. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan seksual

1) Perubahan sistem reproduksi

2) Selaput lendir vagina menurun atau kering

3) Menciutnya ovarium dan uterus

4) Atrofi payudara

5) Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan

secara berangsur - angsur

6) Dorongan seks menetap sampai usia batas di atas 70 tahun, asal

kondisi kesehatan baik

B. KONSEP DASAR GOUT ARTHRITIS

1. Pengertian

Arthtritis gout bisa diartikan sebagai sebuah penyakit dimana

terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat

produksi yang meningkat, pembuangan yang menurun, atau akibat

peningkatan asupan makanan kaya purin. Gout ditandai dengan serangan

berulang arthritis (peradangan sendi) yang akut, kadang-kadang disertai

pembentukan kristal natrium urat besar yang dinamakan tophus,

deformitas (kerusakan) sendi secara kronis dan cidera (Naga, 2012).


28

Arthrtis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai

gambran khusus, yaitu arthritis akut, artritis gout lebih banyak

terdapat pada pria dari pada wanita, pada pria seringkali mengenai

usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa

menopouse (Mansjoer, 2013)

Penyakit asam urat dapat disimpulkan penyakit yang

disebabkan karena meningkatnya kadar asam urat dalam tubuh yang

umumnya lebih banyak menyerang pada laki-laki, serangan asam urat

ini ditandai dengan peradangan sendi yang akut yaitu berupa rasa

nyeri seperti ditusuk-tusuk pada sendi yang sakit secara terus menerus

atau saat aktivitas.

2. Etiologi

Menurut Mansjoer (2013), gejala artritis akut disebabkan oleh

reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium

urat monohidrat, karena itu dilihat dari penyebabnya, penyakit ini

termasuk dalam golongan metabolik, kelainan ini berhubungan

dengan gangguan kinetik asam urat hiperurisemia. Hiperurisemia pada

penyakit ini terjadi karena :

a. Pembentukan asam urat yang berlebihan

1) Gout primer metabolik, disebakan sintesis langsung yang

bertambah

2) Gout sekunder metabolik, disebabkan pembentukan asam urat

berlebihan karena penyakit lain seperti leukimia.


29

b. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal

1) Gout primer renal, terjadi karena gangguan ekskresi asam urat

ditubuh distal yang sehat, penyebab ini tidak diketahui

2) Gout sekunder renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal,

misalnya pada gromerulonefritis

3) Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun, secara klinis

hal ini tidak penting

c. Penyebab lain

Ada beberapa kondisi ataupun keadaan lain yang dapat

menyebabkan hiperurisemia:

1) Suku bangsa dan ras tertentu

Minahasa merupakan salah satu wilayah Indonesia

yang memiliki angka insiden hiperurisemia asimptomatis dan

juga dengan angka kejadian arthritis gout yang tinggi.

Menurut penelitian terdahulu, ini sering berkaitan dengan letak

geografis, pola budaya masyarakat setempat, dimana yang

bermukim di daerah pesisir pantai maupun di daerah dataran

tinggi mempunyai kebiasaan pola makan protein maupun

lemak tinggi, serta kebiasaan mengonsumsi minuman

beralkohol.

3. Tanda Gejala

Menurut Brunner & Suddarth (2019), manifestasi klinis gout

dicirikan oleh deposit asam urat di berbagai sendi. Empat tahapan


30

gout dapat diidentifikasi sebagai hiperurisemia asimptomatik,

urisemia, arthritis gout akut, gout interkritis dan gout tofaseosa kronis.

a. Arthritis akut akibat gout adalah tanda awal yang paling sering

dijumpai.

b. Sendi metatarsofalangeal (MTP) pada ibu jari kaki adalah yang

paling sering terkena; area tarsal, pergelangan kaki, atau lutut

dapat juga terkena.

c. Serangan akut dapat dipicu oleh trauma, konsumsi alkohol, diet,

medikasi, stres pembedahan atau penyakit.

d. Awitan mendadak terjadi di malam hari, yang menyebabkan nyeri

hebat, kemerahan, bengkak dan rasa hangat di atas sendi yang

terganggu

e. Serangan dini cenderung reda secara spontan dalam 3 – 10 hari

tanpa terapi

f. Serangan selanjutnya mungkin tidak terjadi selama berbulan-

bulan atau bertahun-tahun; pada waktunya, serangan cenderung

terjadi lebih sering, mengenai lebih banyak sendi dan berlangsung

lebih lama

g. Tofi biasanya dikaitkan dengan episode inflamasi yang sering dan

berat

h. Konsentrasi asam urat serum yang tinggi dikaitkan dengan

pembentukan tofi
31

i. Tofi terjadi di sinovium, bursa olekranon, tulang subkondral,

infrapatelar dan tendon achilles, jaringan subkutan, serta sendi di

atasnya

j. Tofi juga ditemukan dalam dinding aorta, katup jantung, kartilago

nasal dan telinga, kelopak mata, kornea dan sklera

k. Pembesaran sendi dapat menyebabkan kehilangan gerak sendi

l. Deposit asam urat dapat menyebabkan batu ginjal dan kerusakan

ginjal.

4. Pathofisiologi

Terjadi sekresi asam urat yang berlebihan atau defek renal

pada tubuh penderita gout yang menyebabkan penurunan ekskresi

asam urat, atau kombinasi keduanya. Hiperurisemia primer mungkin

disebabkan oleh diet hebat atau kelaparan, asupan makanan tinggi

purin (kerang, daging organ) secara berlebihan, atau herediter. Pada

kasus hiperurisemia sekunder, gout merupakan manifestasi klinis

sekunder dari berbagai proses genetik atau proses dapatan, termasuk

kondisi yang disertai dengan peningkatan peremajaan sel (leukemia,

mieloma multipel, psoriasis, beberapa anemia) dan peningkatan

penghancuran sel (Brunner & Suddarth, 2019).

Meskipun konsentrasi monosodium urat (MSU) dalam sendi

perlahan-lahan mendekati kadarnya di serum, pembentukan kristal

sangat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti suhu dan aliran darah.

Kecenderungan gout menyerang sendi distal (misalnya jempol kaki


32

dan pergelangan kaki) yang lebih dingin dari bagian tubuh lain,

mencerminkan kondisi fisik setempat yang mendukung terbentuknya

kristal (McPhee & Ganong, 2011).

Jika asam urat mengalami saturasi yang berlebihan

(supersaturasi) di dalam darah dan cairan tubuh lain, senyawa ini akan

mengkristal dan membentuk endapan garam urat yang menumpuk di

dalam jaringan ikat di seluruh tubuh; endapan ini dinamakan tofi.

Keberadaan kristal urat akan memicu respon inflamasi akut ketika sel-

sel neutrofil mulai memakan kristal-kristal tersebut. Kerusakan

jaringan mulai terjadi pada saat sel-sel neutrofil melepaskan

lisosomnya. Lisosom bukan hanya merusak jaringan, tetapi juga

memperberat inflamasi (Kowalak, 2016).

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium darah

Pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang

tinggi dalam darah (>6 mg%). Kadar asam urat normal dalam

serum pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg% pemeriksaan

kadar asam urat ini akan lebih tepat lagi bila dilakukan dengan

cara enzimatik. Kadang-kadang didapatkan leukosit ringan dan

LED meninggi sedikit, kadar asam urat dalam urin juga sering

tinggi (500 mg%/liter per 24 jam)


33

b. Pemiriksaan cairan tofi

Pemeriksaan cairan tofi, juga penting untuk mengakkan

diagnosis, cairan tofi adalah cairan berwarna putih seperti susu dan

kental sekali sehingga sukar diaspirisasi, diagnosis dapat dipastikan

bila ditemukan gambaran kristal asam urat (bentuk lidi) pada

pemeriksaan mikroskopik (Mansjoer, 2013)

6. Komplikasi

Menurut (Kowalak et al., 2016), komplikasi gout dapat meliputi:

a. Erosi, deformitas dan disabilitas (ketidakmampuan) yang akhirnya

terjadi karena inflamasi kronis dan pembentukan tofus

b. Hipertensi dan albuminuria (pada sebagian pasien)

c. Kelainan ginjal disertai kerusakan tubulus akibat penggumpalan

kristal urat; ekskresi asam urat yang semakin buruk dan disfungsi

renal yang kronis.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ditujukan untuk mengakhiri serangan akut secepat

mungkin, mencegah serangan berulang dan pencegahan komplikasi.

a. Medikasi

1) Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO,

Colchine 1,0 – 3,0 mg (dalam Nacl/IV), phenilbutazon,

Indomethacin.

2) Terapi farmakologi (analgetik dan antipiretik)


34

3) Colchines (oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah

fagositosis dari Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri

berkurang.

4) Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri

dan inflamasi.

5) Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat

dan untuk mencegah serangan.

6) Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan

menghambat akumulasi asam urat.

7) Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat

menggunakan probenezid 0,5 g/hrai atau sulfinpyrazone

(Anturane) pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid

atau menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol

100 mg 2x/hari.

b. Perawatan

1) Anjurkan pembatasan asupan purin: Hindari makanan yang

mengandung purin yaitu jeroan (jantung, hati, lidah, ginjal, usus),

sarden, kerang, ikan herring, kacang – kacangan, bayam, udang,

dan daun melinjo.

2) Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan: Jumlah asupan kalori

harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan

pada tinggi dan berat badan.


35

3) Anjurkan asupan tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi,

singkong, roti dan ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita

gangguan asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran asam

urat melalui urin.

4) Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak

5) Anjurkan pasien untuk banyak minum.

6) Hindari penggunaan alkohol.

8. Proses Keperawatan

Proses asuhan keperawatan meliputi:

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam

proses keperawatan diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam

menangani masalah klien sehingga dapat memberi arah terhadap

keluhan utama klien.

1) Anamnesis

Anamnesis dilakukan untuk mengetahui: Identitas meliputi

nama, jenis kelamin, usia,alamat, agama, bahasa yang

digunakan, status perkawainan, pendidikan, pekerjaan,

asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal masuk

rumah sakit, dan diagnosis medis.

Keluhan utama artritis reumatoid adalah nyeri pada daerah

sendi yang mengalami masalah. Agar memperoleh pengkajian


36

yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan

metode PQRST.

a) Provoking incident: Hal yang menjadi faktor presipitasi

nyeri adalah peradangan.

b) Quality Of Painn: Nyeri yang dirasakan atau digambarkan

klien bersifat menusuk.

c) Region,Radition,Relief: Nyeri dapat menjalar atau

menyebar, dan nyeri terjadi di sendi yang mengalami

masalah.

d) Severity(scale) Of Pain: Nyeri yang dirasakan ada pada

rentang skala pengukuran 0-6.

e) Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah

bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.

2) Riwayat penyakit sekarang

Pengumpulan data dilakukan sejak muncul keluhan dan

secara umum mencakup gejala dan bagaimana gejala tersebut

berkembang. Penting ditanyakan berapa lama pemakaian obat

analgesic, alopurinol

3) Riwayat penyakit dahulu

Ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung

terjadinya gout. Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah

adakah klien pernah dirawat dengan masalah yang sama. kaji


37

adanya pemakaian alcohol yang berlebihan dan penggunaan

obat diuretik.

4) Riwayat penyakit keluarga

Kaji adakah keluarga dari genarasi terdahulu mempunyai

keluhan yang sama dengan klien karena penyakit gout

berhubungan dengan genetik. Ada produksi /sekresi asam urat

yang berlebihan yang tidak di ketahui penyebabnya.

5) Riwayat psikososial

Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya

dan penyakit klien dalam keluarga dan masyarakat. Respon

yang di dapat meliputi adanya kecemasan individu dengan

rentang variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan

berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri,hambatan

mobilitas fisik akibat respon nyeri, dan ketidaktahuan akan

program pengobatan dan prognosis penyakit dan peningkatan

asam urat terhadap sirkulasi. Adanya perubahan peran dalanm

keluarga akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik

meberikan respon terhadap konsep diri yang maldaptif

6) Pemeriksaan Fisik

B5: kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada

gangguan, tetapi perlu dikaji frekuensi, konsistensi,warna,

serta nbau feses. Selain itu perlu di kaji frekiensi, konstitensi,

warna, bau, dan jumlah urine. Klien biasanya mual, mengalami


38

nyeri lambung, dan tidak ada nafsu makan, terutama klien

yang memakai obat analgesik dan anti hiperurisemia

B6 (Bone): pada pengkajian ini ditemukan, Look : keluhan

nyeri sendi yang merupakan keluhan utama yang mendorong

klien mencari pertolongan (meskipun sebelumnya sendi sudah

kaku dan berubah bentuknya). Nyeri biasaya bertambah

dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.

Beberapa ferakan tertentu kadang menimbulkan nyeri yang

lebuh dibandingkan dengan gerakan yang lain. Deformitas

sendi (temuan tofus) terjadi dengan temuan salah satu

pergelangan sendi secara perlahan membesar, feel: ada nyeri

tekan pada sendi yang membengkak, move: hambatan gerahan

sendi biasanya semakin memberat.

C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GOUT ARTHRITIS

1. Pengkajian

Menurut Bararah dan Jauhar (2013), pengkajian pada klien

dengan arthritis rheumatoid melalui pengumpulan data yang akurat dan

sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan

penderita yang dapat diperoleh melalui anamnesis dan pemeriksaan

fisik.

a. Anamnesis

1) Identifikasi Penderita
39

Meliputi nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan,

agama, suku, tanggal masuk rumah sakit, nomor register,

diagnose medis.

2) Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan

penyakit arthritis rheumatoid adalah klien mengeluh nyeri

berlangsung lama (kronis). Dalam memperoleh pengkajian yang

lengkap tentang rasa nyeri digunakan pengkajian menurut Kozier

et al (2016) antara lain:

a) O (onset)

Awitan/ kapan nyeri mulai dirasakan?

b) P (provoking inciden)

Provokasi/ pada saat apa nyerinya muncul?

c) Q (quality of pain)

Kualitas/ seperti apa nyeri yang dirasakan? (tertusuk-

tusuk,tertimpa beban berat, dipukul).

d) R (region)

Area/ pada daerah mana yang merasakan nyeri? apakah nyeri

menjalar ke bagian tubuh yang lain.

e) S (severity)

Skala/ berapa nilai nyeri? pada skala 1-10.

f) T (time)

Waktu/ kapan nyeri itu timbul? (berapa lama lama nyeri itu

timbul, apakah terus menerus atau hilang timbul).


40

3) Riwayat Kesehatan Sekarang

Berupa uraian pada mengenal penyakit yang diderita oleh klien

dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan.

4) Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Riwayat penyakit kesehatan yang dulu

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Dikaji dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Status Kesehatan Umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,

berat badan dan tanda-tanda vital.

2) Kepala dan Leher

Kaji keadaan kepala, keadaan rambut, adakah gangguan

pendengaran.

3) Sistem Integumen

Turgor kulit menurun, adanya bengkak dan kemerahan pada kulit

khususnya pada organ sendi kaki.

4) Sistem Pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, nyeri dada. Pada penderita yang

mudah terjadi infeksi.

5) Sistem Kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer berkurang, takikardi/

bradikardi, hipertensi/ hipotensi.


41

6) Sistem Gastrointestinal

Terdapat polipagi, polidipsi, mual, perubahan berat badan.

7) Sistem Urinari

Poliuri, retensi urine, inkotinensi urine, sakit saat berkemih.

8) Sistem Muskuloskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, cepat lelah, lemah dan

nyeri serta terdapat keterbatasan dalam pergerakan

9) Sistem Neurologis

Terjadi penurunan sensori, parathesia, letargi, mengantuk, reflek

lambat, disorientasi, penglihatan kabur, katarak.

c. Tugas Perkembangan Lansia

Lansia harus menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang

terjadi seiring penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi

pada tiap individu, namun seiring penuaan sistem tubuh, perubahan

penampilan dan fungsi tubuh akan terjadi. Perubahan ini tidak

dihubungkan dengan penyakit dan merupakan perubahan normal.

Adanya penyakit terkadang mengubah waktu timbulnya perubahan

atau dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Adapun tugas

perkembangan pada lansia dalam adalah beradaptasi terhadap

penurunan kesehatan dan kekuatan fisik, beradaptasi terhadap masa

pensiun dan penurunan pendapatan, beradaptasi terhadap kematian

pasangan, menerima diri sebagai individu yang menua,


42

mempertahankan kehidupan yang memuaskan, menetapkan kembali

hubungan dengan anak yang telah dewasa, menemukan cara

mempertahankan kualitas hidup (Potter & Perry, 2017).

d. Pengkajian fungsional lansia dengan Barthel indeks

Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat

kemandirian seseorang khususnya yang sudah memasuki masa

lansia, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tabel Barthel Indeks


No Fungsi Keterangan Skor
1 Mengendalikan Tak terkendali/tak teratur 0
rangsang (perlu pencahar).
pembuangan tinja Kadang-kadang tak terkendali 1
(1x seminggu).
Terkendali teratur. 2
2 Mengendalikan Tak terkendali atau pakai 0
rangsang berkemih kateter
Kadang-kadang tak terkendali 1
(hanya 1x/24 jam)
Mandiri 2
3 Membersihkan diri Butuh pertolongan orang lain 0
(seka muka, sisir Mandiri 1
rambut, sikat gigi)
4 Penggunaan Tergantung pertolongan 0
jamban, masuk dan orang lain
keluar (melepaskan, Perlu pertolonganpada 1
memakai celana, beberapa kegiatan tetapi
membersihkan, dapat mengerjakan sendiri
menyiram) beberapa kegiatan yang lain.
Mandiri 2
5 Makan Tidak mampu 0
Perlu ditolong memotong 1
makanan
Mandiri 2
6 Berubah sikap dari Tidak mampu 0
berbaring ke duduk Perlu banyak bantuan untuk 1
bias duduk
Bantuan minimal 1 orang. 2
Mandiri
7 Berpindah/ berjalan Tidak mampu 0
43

Bisa (pindah) dengan kursi 1


roda.
Berjalan dengan bantuan 1 2
orang.
Mandiri 3
8 Memakai baju Tergantung orang lain 0
Sebagian dibantu (mis: 1
memakai baju)
Mandiri. 2
9 Naik turun tangga Tidak mampu 0
Butuh pertolongan 1
Mandiri 2
10 Mandi Tergantung orang lain 0
Mandiri 1
Keterangan:

1) Skor 20 : Mandiri

2) Skor 12-19 : Ketergantungan ringan

3) Skor 9-11 : Ketergantungan sedang

4) Skor 5-8 : Ketergantungan berat

5) Skor 0-4 : Ketergantungan total


44

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pathway

Kurangnya pengeluaran asam urat


melalui ginjal
Pembentukan asam urat Gaya hidup
berlebih (suku bangsa dan ras
tertentu)

Respon psikologis Gangguan metabolisme purin


(GOUT)

Ansietas Pelepasan kristal monosodium urat

Penimbunan kristas urat di dalam dan


sekitar sendi

Perangsangan respon fagositosis oleh leukosit Penimbunan pada membrane sinovia dan tulang

Lisosom Erosi tulang rawan, poliferase sinovial dan


pembetukan panus

Mekanisme peradangan Degenerasi tulang rawan dan sendi

Sirkulasi dalam darah Akumulasi cairan Terbentuk fokus, fibrosis


akilosis pada tulang

Radang pada sendi Eksudat pada jaringan Pembentukan tukak pada


sendi

Vasodilatasi darah kapiler Oedema jaringan Tofus-tofus


45

Eritema atau panas Penekanan pada jaringan mengering

Nyeri Akut Sendi Kekakuan pada sendi

Ketidakefektifitas perfusi jaringan Hambatan mobilitas fisik

Gambar : 2.1 Pathways Sumber : (Brunner & Suddarth, 2016).

3. Intervensi

Manajemen Nyeri (1400)

O:

a. Monitor petunjuk nonverbal terhadap ketidaknyamanan, terutama bagi

lansia yang tidak dapat berkomunikasi dengan efektif.

b. Pantau petunjuk nonverbal terhadap ketidaknyamanan, terutama bagi

lansia yang tidak dapat berkomunikasi dengan efektif.

c. Pantau kepuasan nyeri pasien dengan manajemen nyeri yang telah

diberikan pada interval yang spesifik.

N:

a. Lakukan pengkajian menyeluruh pada nyeri, termasuk lokasi,

karakteristik, awitan/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau

keparahan nyeri dan faktor pemicu.

b. Pastikan pasien mendapatkan perawatan dengan penuh perhatian

terhadap rasa nyerinya.


46

c. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengenali pengalaman

nyeri lansia dan menerima adanya respon pasien terhadap nyeri.

d. Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri.

e. Tentukan dampak pengalaman nyeri terhadap kualitas kehidupan

(seperti tidur, nafsu makan, aktivitas, kognisi, mood, hubungan,

penampilan, pekerjaan, dan tanggung jawab peran)

f. Evaluasi riwayat pengalaman nyeri terdahulu mencakup riwayat nyeri

kronik pada individu atau keluarga atau ketidakmampuan yang

menyertainya, dengan tepat

g. Evaluasi keefektifan tindakan mengatasi rasa nyeri yang terdahulu

yang pernah dipergunakan bersama dengan pasien dan tim tenaga

kesehatan

h. Minta pasien dan keluarga untuk mencari dan memberikan dukungan

i. Gunakan metode pengkajian yang telah dikembangkan yang

memungkinkan pengawasan terhadap perubahan rasa nyeri dan yang

dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor pemicu aktual dan

potensial (seperti bagan alur, buku harian)

j. Tentukan frekuensi yang dibutuhkan untuk melakukan pengkajian

tingkat kenyamanan pasien dan lakukan rencana pemantauan

k. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon

pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan)


47

l. Kurangi atau singkirkan faktor-faktor yang dapat memicu atau

meningkatkan rasa nyeri (misalnya rasa takut, keletihan, hal-hal yang

monoton, dan kurangnya pengetahuan)

m. Pertimbangkan keinginan pasien untuk berpartisipasi, kemampuan

berpartisipasi, kesukaan, dukungan dari orang terdekat terhadap

metode yang digunakan, dan kontraindikasi ketika memilih strategi

pereda nyeri

n. Pilih dan implementasikan berbagai tindakan (misalnya farmakologik,

nonfarmakologik, dan interpersonal) untuk memfasilitasi pereda nyeri

dengan sesuai

o. Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih strategi pereda

nyeri

p. Motivasi pasien untuk memantau nyerinya sendiri dan untuk

mengatasinya dengan tepat

q. Gunakan tindakan pengendali nyeri sebelum nyeri memburuk

r. Berikan pengobatan sebelum klien menjalani aktivitas, sehingga dapat

diharapkan partisipasinya, namun jangan lupa untuk mengevaluasi

bahaya sedasi yang timbul

s. Evaluasi keefektifan pemberian pengendali rasa nyeri yang digunakan

melalui pengkajian yang menyeluruh terhadap pengalaman nyeri

t. Validasi tingkat ketidaknyamanan yang dirasakan pasien, catat

perubahan yang didapat pada rekam medis, dan jelaskan pencatatan

tersebut ke anggota tim kesehatan yang lainnya


48

u. Berikan pola tidur atau istirahat yang adekuat untuk memudahkan

mengurangi rasa nyeri

v. Tolong pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyeri yang diderita

E:

a. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, sampai

berapa nyeri berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan yang

mungkin muncul akibat dari prosedur yang dilakukan

b. Ajarkan penggunaa teknik nonfarmakologik (misalnya biofeedback,

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), hipnosis,

relaksasi, bimbingan imajinasi, terapi musik, terapi bermain, terapi

aktivitas, akupresur, aplikasi dingin/panas, dan masase) sebelum,

setelah dan jika mungkin, selama aktivitas yang menimbulkan rasa

nyeri; sebelum nyeri timbul atau meningkat; dan diberikan bersamaan

dengan tindakan pereda nyeri

c. Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan

keluarga dan berespon terhadap pengalaman nyeri

K:

a. Kolaborasikan dengan pasien, orang terdekat, dan staf profesional

kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan

pereda nyeri nonfarmakologik dengan tepat

b. Berikan pereda nyeri optimal melalui pemberian analgesik yang sesuai


49

d. Pastikan untuk memberikan praterapi analgesia dan/atau strategi

nonfarmakologik sebelum memutuskan prosedur yang menimbulkan

rasa nyeri

e. Sediakan dan modifikasi tindakan pengendalian nyeri berdasarkan

respon pasien

f. Beritahukan dokter jika tindakan meredakan rasa nyeri tidak berhasil

atau jika keluhan saat ini menunjukkan perubahan yang signifikan dari

pengalaman nyeri pasien terdahulu

g. Beritahukan tenaga kesehatan profesional lainnya/anggota keluarga

tentang strategi nonfarmakologi yang sedang digunakan oleh pasien

untuk mendukung pendekatan preventif untuk manajemen nyeri

D. NYERI AKUT PADA ARTHRITIS GOUT.

1. Pengertian

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.

Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan

kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan

dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat

mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu

penyakit manapun (Smeltzer, 2015).

Intensitas nyeri gambaran seberapa parah nyeri ysng dirasakan

individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan individual, dan

kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda


50

oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan

obyektif yang paling mungkin adalah menggunkan respon fisiologik

tubuh terhadap nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2016).

Menurut Smeltzer (2015), nyeri akut biasanya awitannya tiba-

tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut

mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini

menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan

mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara

potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak

ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan

terjadi penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan

dan biasanya kurang dari satu bulan. Tujuan definisi nyeri akut dapat

dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga

enam bulan.

2. Klasifikasi Nyeri

a. Nyeri Akut

Nyeri akut yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat

dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri dapat

diketahui dengan jelas. Rasa nyeri diduga ditimbulkan dari luka,

misalnya luka operasi atau akibat penyakakit tertentu, misalnya

arteriosclerosis pada arteri coroner.


51

b. Nyeri Kronis

Nyeri kronis merupakan nyeri yang dirasakan lebih dari enam

bulan. Nyeri kronis ini memiliki pla yang beragam dan dibsa

berlangsung berbulan-bulann bahkan bertahun-tahun. Ragam pola

nyeri ini ada yang nyeri dalam periode tertentu yang diselingi

dengan interval bebas dari nyeri, lalu nyeri akan timbul kemabli.

Ada pula nyeri kronis yang konstan yaitu rasa nyeri yang terus-

menerus terasa, bahkan semakinmeningkat intensitasnya walaupun

telah diberikan pengobatan (Andina & Yuni, 2017)

2. Faktor yang dapat maningkatkan atau menurunkan sensivitas nyeri Akut.

Menurut Smeltzer (2015), faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri

adalah :

a. Pengalaman masa lalu

Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan

berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih

toleran terhadap nyeri dibanding dengan orang yang hanya

mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang, bagaimanapun,

hal ini tidak selalu benar. Sering kali, lebih berpengalaman individu

dengan nyeri yang dialami, makin takut individu tersebut terhadap

peristiwa yang menyakitkan yang akan diakibatkan.

b. Usia

Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri,

khususnya pada anak-anak dan lansia. Perkembangan, yang


52

ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi

bagaimana anak-nak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang

masih kecil mempunyai kesulitan mengungkapkan dan

mengekspresikan nyeri.

c. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas

seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat

menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom

adalah sama dalam nyeri dan ansietas. Sulit untuk memisahkan

suatu sensasi Paice (2017). melaporkan suatu bukti bahwa stimulus

nyeri mengaktifkan bagian limbik yang diyanikini mengendalikan

emosi seseorang, khususnya ansietas. Sistem limbik dapat

memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni memperburuk atau

menghilangkan nyeri.

3. Penyebab Nyeri

a. Thermik : Disebabkan oleh perbedaan suhu yang ekstrim

b. Chemik : Disebabkan oleh bahan/zat kimia

c. Mekanik : Disebabkan oleh trauma mekanik

d. Elektrik : Disebabkan oleh aliran listrik

e. Psikogenik : Nyeri yang tanpa diketahui adanya kelainan fisik,

bersifat psikologis

f. Neurologik : Disebabkan oleh kerusakan jaringan syaraf


53

4. Penatalaksanaan nyeri

a. Penanganan nyeri farmakologis

1) SAID (Steroid Anti-Inflamasion Drugs)

Dua jenis utama SAID murni:

a) Agonis murni

b) Kombinasi agonis-integonis

2) NSAID (Non Steroid Anti-Iflamasion Drugs)

b. Non farmakologis

1) Penanganan fisik meliputi:

a) Message kulit

b) Stimulasi Kontralateral

c) Tens

d) Pijat refleksi

e) Plasebo

f) Stimulisasi elektrik

g) Akupuntur

h) Distraksi

i) Relaksasi

j) Komunikasi terapeutik

k) Hipnosis

l) Biofeedback
54

5. Penilaian Nyeri

Sebelum melakukan manajemen nyeri, perlu dilakukan penilaian atau

asesmen intesitasnya. Banyak cara untuk menentukan intensitas nyeri,

namun yang paling sederhana ada 3 macam yakni; Visual Analog Scale

(VAS), Numeric Rating Scale (NRS) dan Faces Scale dari Wong-Backer

(Purba JS, 2015)

a. Skala Nyeri Visual

Skala ini bersifat satu dimensi yang banyak dilakukan pada orang

dewasa untuk mengukur intensitas nyeri pasca bedah. Berbentuk

penggaris yang panjangnya 10 cm atau 100 mm. Titik O adalah

tidak nyeri dan titik 100 jika nyerinya tertahankan. Disebut tidak

nyeri jika pasien menunjukan pada skala 0-4 mm, nyeri ringan 5-

44mm, nyeri sedang 45-74mm, nyeri berat 75-100 mm.

b. Skala Numerik angka

Pasien menyebutkan intesitas nyeri berdasarkan angka 0-10. Titik 0

berarti tidak nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang

tidak tertahankan. NRS digunakan jika ingin menentukan berbagai

perusahaan pada skala nyeri, dan juga menilai respon turunnya

nyeri pasien terhadap terapi yang diberikan. Jika pasien mengalami


55

disleksia, ausism atau geriatri yang dimensia maka ini bukan

metode vana cocok (Steeds CE, 2019).

c. Skala Wajah

Pasien disuruh melihat skala gambar wajah, gambaran pertama

tidak nyeri (anak tenang), kedua sedikit nyeri dan selanjutnya

lebeih nyeri dan gambaran paling akhir adalah orang dengan

ekpresi nyeri yang sangat berat, setelah itu pasien disuruh

menunjukan gambar yang cocok dengan nyerinya. Metode ini

digunakan untuk pedriatri, terapi juga dapat dilakukan pada geriatri

dengan gangguan konitif (Steeds CE, 2019).

6. Edukasi nyeri

a. Mengetahui dan mengenali gejala ketika tekanan darah diatas normal

b. Menyadari bahwa lamanya waktu terapi dan harus selalu control

c. Memahami bahwa peningkatan peningkatan tekanan darah biasanya

asimtomatis

d. sarankan untuk mengikuti aturan terapi yang benar dan gaya hidup

yang normal agar prognosisnya baik. (Ruhyanudin Fa


56
57

Anda mungkin juga menyukai