OLEH:
Natasia Lusiana
NIM: 20231490104052
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. G.Dengan Diagnosa
Medis SISR (Systemic Inflammatory Response Syndrom) Di Ruang Flamboyan
RSUD dr. Doris Slyvanus Palangka ..Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun
guna melengkapi tugas Profesi Ners.
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Septian Mugi Rahayu, Ners.,M.Kep selaku pembimbing akademik yang
telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Listbeth Edelina Siahaan, S.Kep.,Ners, selaku pembimbing lahan yang
telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini.
5. Ibu Isna Wiranti, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik
Program Studi Profesi Ners.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 15 November 2023
Natasia Lusiana
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1 Konsep Anak................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Anak...........................................................................................3
2.1.2 Kebutuhan Dasar..........................................................................................4
2.1.3 Tingkat Perkembangan.................................................................................4
2.1.4 Tugas Perkembangan Anak..........................................................................5
2.2 Konsep Dasar Penyakit................................................................................6
2.2.1 Definisi SIRS...............................................................................................6
2.2.2 Anatomi Fisiologi.........................................................................................8
2.2.3 Etiologi.........................................................................................................9
2.2.4 Klasifikasi....................................................................................................9
2.2.5 Patofisiologi...............................................................................................10
2.2.6 Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala)......................................................12
2.2.7 Komplikasi.................................................................................................13
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................14
2.2.9 Penatalaksanaan Medis..............................................................................15
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan..............................................................16
2.3.1 Pengkajian Keperawatan............................................................................16
2.3.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................16
2.3.3 Intervensi Keperawatan..............................................................................18
2.3.4 Implementasi Keperawatan........................................................................22
2.3.5 Evaluasi Keperawatan................................................................................22
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................23
3.1 Analisis Data....................................................................................................29
3.2 Prioritas Masalah..............................................................................................30
3.3 Rencana Keperawatan......................................................................................31
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan.......................................................33
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Sepsis didefinisikan sebagai disfungsi organ yang mengancam jiwa yang
diakibatkan oleh disregulasi respon tubuh terhadap infeksi. Infeksi yang
ditimbulkan oleh sepsis bersifat sistemik. Infeksi ini ditandai dengan adanya
systemic inflammatory response syndrome (SIRS).
Laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2016, dari 5,9 juta
kematian anak tahun 2015, di dapatkan beberapa penyebab utama kematian
diantaranya pneumonia (17 %), preterm birth complications (16 %), intrapartum
neonatal-related complications (11 %), diarrhoea (8 %), neonatal sepsis (7 %),dan
malaria (5 %). Dari data tersebut didapatkan 413.000 anak dari 5,9 juta anak
secara globalterdiagnosa mengalami sepsis, dan dinyatakan meninggal dunia pada
tahun 2015. Sedangkan Berdasarkan data hasil penelusuran Departemen Ilmu
Kesehatan Anak (IKA) terhadap rekam medik internal divisi Pediatrik Gawat
Darurat (PGD) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2009,
menemukan persentase kejadian sepsis 19,3% dari 502 pasien anak yang dirawat
di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSCM dengan angka mortalitas 10%.
Laporan lainnya yang berdasarkan kepada data yang diperoleh peneliti dalam
rentang waktu 4 tahun terakhir di RSUD Dr. Pirngadi kota Medan, terhitung 584
pasien anak terdiagnosa sepsis dan 194 pasien anak diantaranya meninggal dunia.
Laporan WHO pada tahun 2016, dari perkiraan 5,9 juta kematian anak
tahun 2015, di dapatkan beberapa penyebab utama kematian diantaranya
pneumonia (17 %), preterm birth complications (16 %), intrapartum neonatal-
related complications (11 %), diarrhoea (8 %), neonatal sepsis (7 %),dan malaria
(5 %).8Dari data tersebut didapatkan 413.000 anak dari 5,9 juta anak secara global
terdiagnosa mengalami sepsis, dan dinyatakan meninggal dunia pada tahun 2015
(WHO, 2017).
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian cair yang
disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel-sel darah. (Pearce Evelyn,
2012).Sel-sel darah, ada tiga macam yaitu :
a) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti, ukurannya kira-
kira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5 juta dalam
mm3.Fungsi dari eritrosit adalah mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru-paru. Eristrosit di buat dalam sumsum tulang,
limpa dan hati, yang kemudian akan beredar keseluruh tubuh selama 14-15
hari, setelah itu akan mati. Eritrosit berwarna kuning kemerahan karena
didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini
akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung O2.
Hemoglobin adalah protein yang terdapat pada sel darah merah.Berfungsi
sebagai pengangkut oksigen dari Paru-Paru dan dalam peredaran darah
untuk dibawa ke jaringan dan membawa karbon dioksida dari jaringan
tubuh ke Paru-Paru. Hemoglobin mengandung kira-kira 95% Besi ( Fe )
dan berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen menjadi
Oksihemoglobin dan diedarkan keseluruh tubuh untuk kebutuhan
metabolisme.Disamping Oksigen, hemoglobin juga membawa
Karbondioksida dan dengan Karbon monooksida membentuk ikatan
Karbon Monoksihemoglobin (HbCO), juga berperan dalam keseimbangan
ph darah.
Sintesis hemoglobin terjadi selama proses Eritropoisis, pematangan sel
darah merah akan mempengaruhi fungsi hemoglobin. Proses pembentukan
sel darah merah ( Eritropoeisis) pada orang dewasa terjadi di sumsum
tulang seperti pada tulang tengkorak, vertebra, pelvis, sternum, iga, dan
epifis tulang-tulang panjang. Pada usia 0-3 bulan intrauterine terjadi pada
yolk sac, pada usia 3-6 bulan intrauterine terjadi pada hati dan limpa.
Dalam proses pembentukan sel darah merah membutuhkan bahan zat besi,
vitamin B12, asam folat, vitamin B6 ( piridoksin ), protein dan faktor lain.
Kekurangan salah satu unsur diatas akan mengakibatkan penurunan
produksi sel darah sehingga mengakibatkan Anemia yang ditandai dengan
Kadar hemoglobin yang rendah/kurang dari normal.
b) Leukosit (sel darah putih)
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan
perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-macam inti sel
sehingga dapat dibedakan berdasar inti sel. Leukosit berwarna bening
(tidak berwarna), banyaknya kira-kira 4.000-11.000/mm3.Leukosit
berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit
penyakit atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (Retikulo
Endotel Sistem). Fungsi yang lain yaitu sebagai pengangkut, dimana
leukosit mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus melalui
limpa ke pembuluh darah. Sel leukosit selain didalam pembuluh darah
juga terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan
penyakit disebabkan karena kemasukan kuman atau infeksi maka jumlah
leukosit yang ada dalam darah akan meningkat.
c) Plasma darah
Bagian darah encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan hampir
90% plasma darah terdiri dari :
1) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
2) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain
yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik).
3) Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah dan
juga menimbulkn tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan
cairan dalam tubuh.
4) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin).
5) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
1.2.2.2 Fisiologi Darah
Menurut Syaifuddin (2015) fungsi darah terdiri atas :
1. Sebagai alat pengangkut, yaitu :
a. Mengambil O2/zat pembakar dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh
jaringan tubuh.
b. Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.
d. Mengangkat/mengeluarka zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang
akan membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, antibodi/zat-zat
anti racun
3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh
1.2.3 Etiologi
Penyebab SIRS dapat dikelompokkan menjadi dua yakni SIRS yang
disebabkan oleh infeksi dan SIRS yang disebabkan oleh noninfeksi. Infeksi
bakteri, infeksi pada luka (luka bakar, luka bekas operasi, diabetic foot),
kolesistitis, kolangitis, infeksi saluran cerna, pneumonia, infeksi saluran kencing,
serta meningitis merupakan beberapa penyakit infeksi yang dapat menimbulkan
SIRS. Sindrom respons inflamasi sistemik tidak hanya disebabkan oleh infeksi.
Beberapa keadaan noninfeksi juga dapat menyebabkan SIRS antara lain trauma,
luka bakar, infark myokard, perdarahan, sirosis, penyakit autoimun, serta reaksi
hipersensitivitas baik terhadap obat maupun alergen yang lain.
Sepsis disebabkan oleh disregulasi respon imun tubuh yang dipicu oleh
terjadinya infeksi. Pada umumnya infeksi lokal ataupun infeksi sistemik dapat
berkembang menjadi sepsis sebagai komplikasinya. Infeksi yang terjadi
diakibatkan oleh perkembangan invasi dari bakteri, riketsia, virus, fungi, ataupun
protozoa di dalam tubuh. Organ tersering yang merupakan infeksi primer adalah
paru-paru, otak, saluran kemih, kulit, dan abdomen. Invasi ini kemudian akan
menimbulkan SIRS yang dapat menyebabkan disfungsi organ, syok, dan
kematian.Usia infant, anak dengan cedera serius, anak dengan riwayat terapi
antibakterial, anak kurang gizi, anak dengan penyakit kronik, dan anak dalam
kondisi penurunan imun maupun congenital immune deficiencies memiliki faktor
resiko tinggi terjadinya sepsis. Pada neonatal, streptococcus grup B, kuman gram
negatif Escherichia coli, Listeria monocytogenes, dan Haemophilus influenzae,
serta pada golongan virus yakniEnteroviruses, danHerpes simplex virus
merupakan patogen yang paling sering ditemui, sedangkan pada usia anak yang
lebih tua, Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, dan Staphylococcus
aureus adalah penyebab infeksi yang paling sering ditemukan.
1.2.4 Klasifikasi
Keadaan spesifik fisiologis dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi
pasien sepsis yaitu bakterimia, infeksi, Systemic Inflammatory Response
Syndrome (SIRS), sepsis, sepsis berat, syok sepsis, atau Multiple Organ
Dysfunction Syndrome (MODS). Klasifikasi sepsis Kondisi Definisi Bakterimia
(fungimia) Keberadaan bakteri (jamur) dalam pembuluh darah. Infeksi Respon
inflamasi untuk mengembalikan jaringan tubuh dalam bentuk normal dari
gangguan mikroorganisme. Systkemic Inflammatory Response Syndrome
Inflamasi sistemik sebagai respon pada etiologi infeksi atau noninfeksi. Sepsis
Respon sekunder dari SIRS. Sepsis berat Sepsis yang berhubungan dengan
kerusakan organ, hipoperfusi, atau hipotensi. Syok sepsis Sepsis dengan hipotensi
yang membutuhkan cairan resusitasi Bersama abnormalitas perfusi. Multiple-
Organ Dysfunction Syndrome Perubahan fungsi organ yang dibutuhkan untuk
mengatur homeostatis.
1.2.5 Patofisiologi
Patofisiologi dari interaksi patogen dalam tubuh manusia sangat
bermacammacam dan kompleks. Mediator proinflamasi yang berperan dalam
perkembangan mikroorganisme diproduksi dan mediator antiinflamasi
mengkontrol mekanisme ini. Respon inflamasi menunjukkan adanya kerusakan di
jaringan tubuh manusia dan respon antiinflamasi menyebabkan leukosit
teraktivasi. Ketika kemampuan tubuh mengurangi perkembangan pathogen
dengan inflamasi local berkurang, inflamasi sistemik merespon dengan mengubah
menjadi sepsis, sepsis berat dan syok sepsis (Birken dan Lena 2017).
Infeksi pada keadaan normal terdapat aktivitas lokal bersamaan dari sistem
imun dan mekanisme down-regulasi untuk mengontrol reaksi. Efek yang
membahayakan dari sindrom sepsis disebabkan oleh kombinasi dari generalisasi
respons imun terhadap tempat yang berjauhan dari tempat infeksi, kerusakan
keseimbangan antara regulator pro-inflamasi dan anti inflamasi selular, serta
penyebarluasan mikroorganisme penyebab infeksi (Caterino dan Khan 2017).
Mikroorganisme
WOC SIRS
SIRS
B1
Ketidakmampuan
B2darah
O2 dalam Maturase B3 B4 B5 B6
Disfungsi Kontraktilitas Gangguan syaraf Pasokan O2 ke jaringan
sel untuk berkurang pembuluh darah
Mengidentifeksi neurologis jantung simpatis dan otot skelet tidak
menggunakan O2
jaringan paru parasimpatis mencukupi
Oedema
membrane alveoli Vasidilatasi Faktor Gangguan
dan kapiler pembuluh darah CO
O2 paru pembekuan mobilitas oksidatif Demand glukosa
berkurang cerebral Peristaltik usus
Abnormalitas
ventilasi-perfusi Kontraktilitas
Pernafasan cepat jantung menurun Pembuluh darah GFR
O2 Terganggunya
mudah pecah pusat Distended abdomen Anaerob glukosa
Apnea termoregulasi gangguan absorsi
Sesak
Aliran darah Oliguria,anuria
perifer terganggu Pendarahan
Terganggu fungsi Penggunaan alat Instabilitas Asam lactat
silia bantu pernafasan termoregulasi MK meningkat
Terganggu fungsi
MK Defisit Nutrisi
Difisiensi
silia Gangguan Pola
Ventilator pertahanan
MK Eliminasi Urin
tubuh Tonus otot
Bersihan Jalan Nafas MK menurun
Tidak Efektif MK Hipertermia
Perifusi perifer MK
tidak efektif Resiko Infeksi
Gangguan
MK
mobilitas fisik
Gangguan
Pertukaran Gas
MK
Resiko Cidera
18
1.2.7 Komplikasi
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, sepsis dapat
menyebabkan kurangnya aliran darah menuju organ-organ vital baik otak, ginjal,
ataupun jantung akibat respon inflamasi yang diakibatkan oleh invasi
mikroorganisme di dalam tubuh. Hilangnya aliran darah ini dapat memicu
terjadinya penggumpalan bahkan perdarahan yang dapat menyebabkankegagalan
organ, gangren, bahkan kematian pada sebagian banyak kasus. Pada dasarnya
prognosis sepsis sangat bergantung kepada seberapa cepat sepsis terdiagnosa serta
seberapa cepat pengobatan yang diberikan, namun pada umumnya buruk. Luaran
pasien sepsis juga sangat bergantung kepada usia, imunitas, penyebab awal
infeksi, serta kegagalan organ yang terjadi.
Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, sebagian
besar pasien sepsis berakhir dengan disfungsi multi organ yang secara progresif
berkembang menjadi disfungsi organ lainnya, dan mengalami kecacatan. Dari data
hasil penelitian lainnya juga diperoleh data bahwa mereka yang selamat dari
sepsis cenderung mengalami cacat fisik, psikologis, dan kognitif jangka panjang.
4. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi. SIKI (I.14539 Hal 278)
berhubungan dengan asuhan keperawatan selama 1x7 Observasi :
penularan infeksi pada jam diharapkan resiko infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
bayi sebelum, selama pada klien menurun dengan Terapeutik :
dan sesudah kelahiran kriteria hasil : 1. Batasi jumlah pengunjung
(D.0142 Hal.304) SLKI (L.14128 hal 60) 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
1. Kemampuan mencari informasi
lingkungan pasien
tentang factor risiko
4. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien berisiko tinggi
meningkat(5) Edukasi :
2. Kemampuan mengidentifikasi 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
factor resiko meningkat (5) 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Kemampuan mengenali 3. Ajarkan etika batuk
perubahan status kesehatan 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
meningkat(5) 5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Pemantauan status kesehatan 6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
meningkat(5) Kolaborasi :
5. Imunisasi meningkat (5) 1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.
5. Hipertermia Regulasi temperature (SIKI I.14578 Hal.388)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
asuhan keperawatan selama 1x7 1. Monitor suhu bayi sampai (36,5 oC-37,5 oC)
peningkatan tingkat jam diharapkan hipertermia 2. Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam,jika perlu
metabolisme penyakit menurun dengan kriteria hasil : 3. Monitor tekanan darah,frekuensi pernapasan dan nadi
SLKI (L.14134 hal 129) 4. Monitor warna dan suhu kulit
(D.0130 Hal. 284) 5. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
1. Mengigil menurun (5)
hipertermia
2. Pucat menurun (5)
Terapeutik :
3. Hipoksia menurun (5)
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu,Jika perlu
4. Suhu tubuh membaik (5) 2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
5. Suhu kulit membaik (5) 3. Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah
6. Pengisian kapiler membaik (5) kehilangan panas
7. Tekanan darah membaik (5) 4. Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
5. Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak
bayi(mis.selimut,kain bedongan,stetoskop)
6. Hindari meletakkan bayi didekat jendela terbuka atau area
aliran pendingin ruangan atau kipas angina
7. Gunakan matras penghangat,selimut hangat,dan
penghangat rungan untuk menaikkan suhu tubuh,jika perlu
8. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Edukasi :
1. Jelaskan cara pencegahan hipotermia karena terpapar udara
dingin
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antipiretik,jika perlu
Jalil, R. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Influenza Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kabangka Kecamatan Kabangka Kabupaten Muna.
Lubis, I. P. L. and Ferusgel, A. (2019) ‘Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Keberadaan
Perokok dalam Rumah dengan Kejadian Influenza pada Balita di Desa Silo Bonto,
Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan.
Noviantari Dwi. 2018. Gambaran Karakteristik Balita dan Kondisi Lingkungan Dalam Ruangan
Terhadap Keluhan Gejala Influenza dan flu singapura di Taman Penitipan Anak.
Tersedia dalam http://repository.uinjkt.ac.id. Diakses tanggal 11 September 2019.
Tandi, J. (2018). Kajian Peresepan Obat Antibiotik Penyakit Pada Influenza Anak di RSU.
Anutapura. Palu. Tahun. 2017.
Yuliastati, & Nining. (2019). Keperawatan Anak Komprehensif. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
PPNI. 2016. “Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1 : Cetakan III ( Revisi)”
PPNI. 2018. “ Standar Intervensi Keperawatan Indonseia. Edisi 1 : Cetakan II”
PPNI. 2018. “ Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Edisi 1 : Cetakan I