Anda di halaman 1dari 94

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Ny.

W DENGAN
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BATARAGURU KOTA BAUBAU

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Keperawatan

OLEH
HERLINA
NIM. P00320018132

POLTEKKES KEMENKES KENDARI


JURUSAN KEPERAWATAN
KENDARI
2019
IIALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Ny. W DENGAN


HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BATARAGURU KOTA BAUBAU

Disusun dan diajukan oleh :

HERLINA
NIM. P00324018132

Telah mendapatkan persetujuan Tim Pembimbing

Menyetujui
Pembimbing,

tt2t004

Mengetahui.

Ketua Jurusan Keperawatan

1 9700330 I 99503 1 00 r
EALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PAI}A KELUARGANy. W DEI{GAN


HIPERTEI\SI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BATARAGTRU KOTA BAUBAU

Disusun dan diajukan oleh :

FMRLINA
NIM. P00320018132

Karya Tulis ini telah dipertahankan pada seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah di depan
Tim Penguji pada Han/Tanggal : 12 Juli 2019 dan telah dinyatakan memenuhi syarat

Menyetujui
1. Asminarsih Zainal P,SKp,M. Kep., Sp. KOM
2. Fitri Wijayati, S.Kep,Ns.,M.Kep
3. Dewi Sartiya Rini, S.Kep,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB
4. Muhaimin Saranani,S.Kep,Ns.,M. Sc

Mengetahui,
KqqA,JwusdbKcperawatan

ill
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : HERLINA
NIM : P00320018132
INSTITUSI : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

Judul KTI : Asuhan KeperawatanPada Keluarga Ny.W Dengan Hipertensi Di


Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kota Bau Bau

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis benar benar hasil
karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain
yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, Mei 2019

HERLINA

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Herlina
2. Tempat/Tinggal Lahir : Baubau,08/11/1979
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Buton/Indonesia
6. Alamat : Jl. Monginsidi no.161 Bataraguru
7. No.Telp/hp : 085343551809

II. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri Batarguru tahun 1990
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 tahun 1993
3. SPK Pemda Baubau tahun 1997
4. DIII Perawat Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun 2018-sekarang

v
MOTTO

WALAUPUN RINTANGGAN DAN HALANGAN DI DEPAN MATA SAYA AKAN BERJUANG DEMI

KELUARGAKU TERCINTA

vi
ABSTRAK

HERLINA (P00320018132), Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Ny.W Dengan


Hipertensi Di wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kota Bau Bau. Dibimbing oleh
Muhaimin Saranani (xii + 77 + 4 Tabel + 5 lampiran). Latar belakang; Hipertensi
merupakan suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri, yang secara umum
hipertensi tidak menimbulkan gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam
arteri menyebabkan meningkatnya resiko hipertensi, gagal jantung, serangan jantung
dan kerusakan ginjal (Wijaya, 2013). Tujuan penulisan; Mampu menerapkan asuhan
keperawatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
komprehensif pada keluarga Ny.W Dengan Hipertensi Di wilayah Kerja Puskesmas
Bataraguru Kota Bau Bau. Hasil: nyeri kepala, pusing, berat sampai di pundak,
merupakan gejala khas hipertensi. sering menkonsumsi ikan asin tidak mengerti
tentang penyebab hipertensi secara umum, tanda dan gejala hipertensi, dampak
hipertensi, cara mencegah hipertensi, pasien terlihat bingung. Diagnosa yang muncul
adalah nyeri kronis dan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatann. Kesimpulan;
asuhan keperawatan pad hipertensi dapat ditangani dngn menggunakan NIC
mnajemen nyeri dan pengajaran proses penyakit dan dapat diatasi dalam waktu 3 hari
kunjungan. Saran; Pada lansia yang sudah dalam proses degeneratif perlu
diperhatikan pengurangan resiko kenaikan tekanan darah khususnya yang sudah
terdekteksi menderita hipertensi.

Kata kunci : hipertensi, asuhan keperawatan, nyeri


Referensi : 17 referensi (tahun 2000-2017)

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami haturkan kepada Allah SWT atas berkah

rahmat dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

dalam bentuk Studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Ny.W

Dengan Hipertensi Di wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kota Bau Bau”.

Karya Tulis Ilmiah ini di susun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan pada program Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari.

Penulis menyadari bahwa dalam proses pembuatan hingga penyelesaian karya tulis

ilmiah ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan motivasi yang diberikan oleh

berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati dan keikhlasan yang tulus

penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar sebesarnya kepada IbuHj. St.

Rachmi Misbah, S.Kp. M.Kes selaku pembimbing yang memberikan motivasi,

arahan dan masukan terhadap penulisan karya tulis ini.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Ibu Askrening, SKM.M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep. Ns. M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kendari

3. Kepala Puskesmas Bataraguru yang telah memberikan ijin pengambilan data

penelitian

viii
4. Bapak/ibu penguji Asminarsih ZP.,SKP.,M.Kep.,Sp.KMB, Fitriwijayati,

S.Kep,Ns.,M.Kep dan Dewi Satya Rini, S.Kep,Ns.,M.Kep,SP.KMB atas kritik,

saran dan masukannya.

5. Keluargaku yang tidak lelah memberikan dukungan dan bantuan

6. Seluruh rekan-rekan mahasiswa program Khusus RPL Angkatan II, yang telah

membantu penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam

Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, semoga Allah SWT selalu

merahmati kita semua. Amin.

Kendari, Juni 2019

Penulis

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................... v
MOTTO ....................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................................. 5
C. Manfaat Penulisan ........................................................................................... 7
D. Metode dan Teknik Penulisan ......................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Tentang Keluarga............................................................................... 11
B. Konsep Tentang Hipertensi.............................................................................. 19
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga........................................................... 34

BAB III LAPORAN KASUS


A. Pengkajian ........................................................................................................ 49
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 59
C. Rencana Tindakan Keperawatan...................................................................... 61
D. Implementasi Keperawatan.............................................................................. 64
E. Evaluasi Keperawatan...................................................................................... 64

BAB IVPEMBAHASAN
A. Pengkajian ........................................................................................................ 71
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 73
C. Rencana Tindakan Keperawatan...................................................................... 73
D. Implementasi Keperawatan.............................................................................. 74
E. Evaluasi Keperawatan...................................................................................... 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ...................................................................................................... 76
B. Saran................................................................................................................. 77

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel. 1. Teori rencana keperawatan

Tabel. 2. Data fokus hasil pengkajian keperawatan

Tabel. 3. Analisis data hasil pengkajian keperawatan

Tabel. 4. Matriks intervensi keperawatan

Tabel. 5. Matriks implementasi dan evaluasi keperawatan

xi
LAMPIRAN

Lampiran. 1. Surat ijin penelitian


Lampiran. 2. Surat keterangan telah melakukan penelitian
Lampiran. 3. Surat keterangan bebas pustaka
Lampiran. 5. Surat keterangan bebas admnistrasi
Lampiran. 6. Dokumentasi

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian kesehatan dunia WHO (World Health Organization)

memperkirakan penyakit hipertensi diidap sekitar 982 juta orang atau 26,4%

penghuni bumi dengan perbandingan laki-laki dan wanita 26,6% berbanding

26,1%. Penyakit hipertensi ini telah membunuh 9,4 juta orang setiap tahunnya

atau 13% dari total kematian di dunia. (WHO, 2012).

Perubahan pola struktur masyarakat dari agraris ke industri dan perubahan

gaya hidup, sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai suatu hal yang

melatarbelakangi meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular, sehingga

angka kejadian penyakit tidak menular semakin bervariasi dalam transisi

epidemiologi. Salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit tidak

menular tersebut yaitu hipertensi. Hipertensi selain dikenal sebagai penyakit,

juga merupakan faktor risiko penyakit jantung, pembuluh darah, ginjal, stroke

dan diabetes mellitus, World Health Organization (WHO) Tahun 2017

melaporkan setidaknya terdapat 975 juta kasus hipertensi di dunia dan akan

meningkat menjadi 1,1 milyar kasus pada tahun 2025 atau sekitar 29 %

penduduk dunia. Dimana 333 juta kasus di negara maju dan 639 juta kasus di

negara-negara berkembang termasuk indonesia. (Depkes RI, 2018).

1
Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2018 yang

didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 34,1 %. Prevelensi

hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga

kesehatan sebesar 8,4 %, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum

obat sebesar 8,8 %, yang minum obat sendiri. Penyakit terbanyak pada usia lanjut

berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 adalah hipertensi dengan

prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8%

pada usia ≥ 75 tahun.

Hipertensi di Sulawesi Tenggara tahun 2016 tercatat masih sangat tinggi.

Dari data yang terdiagnosis hipertensi diperoleh data 31.817 kasus dengan

komposisi tertinggi pada perempuan yaitu sebanyak 11.006 jiwa (34,47%) dan

terendah pada laki-laki sebanyak 20.811 jiwa (50,32%). Pada tahun 2017

sebanyak 28.756 kasus dan pada tahun 2018 prevalensi sebesar 34,1 % dari

penduduk. (Riskesdas,2018).

Join National on Detection, Evaluation and Treatment of Higt Blodd

Presure (JNC) tahun 2014 mendefinisikan hipentensi adalah peningkatan

tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan

diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, memiliki rentang dari normal tinggi

sampai hipertensi emergensi. Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan

perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, aktivitas fisik, dan stres

psikososial. Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat (public

health problem) dan akan menjadi masalah yang lebih besar jika tidak

2
ditanggulangi sejak dini. Pengendalian hipertensi, bahkan di negara maju pun,

belum memuaskan. (Depkes RI, 2007).

Hipertensi terjadi berkaitan dengan beragam faktor risiko, baik yang tidak

dapat diubah maupun dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

meliputi genetik, keadaan gizi, dan umur. Faktor risiko yang dapat diubah adalah

kegemukan, diet, dan aktifitas fisik/olahraga. Dilain pihak kegemukan

disebabkan oleh konsumsi makanan berlebih dan aktivitas fisik/olahraga kurang

(Muhammadun, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati

(2013) di Desa Pondok Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo, menyatakan

bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah aktifitas fisik

dan konsumsi garam yang berlebihan.

Penanganan hipertensi akan lebih baik jika diintegrasikan dengan sistem

kesehatan karena menyangkut aspek ketenagaan, sarana dan obat obatan. Obat

yang telah berhasil diproduksi teknologi kedokteran harganya masih relatif mahal

sehingga menjadi kendala penanganan hipertensi, terutama bagi yang

memerlukan pengobatan jangka panjang (Depkes RI, 2007).

Penatalaksanaan hipertensi bertumpu pada pilar pengobatan standar dan

merubah gaya hidup yang meliputi mengatur pola makan, mengatur koping

stress, mengatur pola aktivitas, menghindari alkohol, dan rokok. Penatalaksanaan

hipertensi dengan obat saat ini memang telah mengalami kemajuan, tetapi

terdapat banyak laporan yang menyampaikan bahwa penderita yang datang ke

3
Rumah Sakit akan datang lagi dengan keluhan tekanan darahnya tidak

mengalami penurunan bermakna meskipun sudah diobati (Dalimartha, 2008).

Aktivitas fisik yang teratur menurut Davis (2010) dapat menurunkan

atherosclerosis yang merupakan salah satu penyebab hipertensi. Selain itu,

aktivitas fisik teratur dapat menurunkan tekanan sistolik sebesar 10 mmHg dan

tekanan diastolik 7,5 mmHg. Berdasarkan penelitian Sugiharto (2007)

menemukan bahwa responden yang tidak memiliki kebiasaan olahraga

meningkatkan risiko hipertensi sebesar 4,73 kali dibandingkan dengan responden

yang memiliki kebiasaan olahraga. Sesuai dengan rekomendasi (WHO-ISH) dan

(JNC VI) dalam menangani penderita hipertensi khususnya hipertensi ringan,

melakukan kegiatan olahraga yang terprogram sudah menjadi satu komponen

dasar pengobatan hipertensi sebelum pemberian obat–obatan (WHO, 2007).

Peran perawat dalam perawatan keluarga adalah sebagai care giver dan

fasilitator yang dimana membantu keluarga dalam memahami setiap proses

penyakit, perubahan yang terjadi dan membantu anggota keluarga mampu

merawat pasien dengan mandiri di rumah, sebagai fasilitator membantu keluarga

menemukan kemampuan sumber daya yang tersedia dalam keluarga. (Betti R,

dkk, 2018)

Proporsi penderita hipertensi yang tidak rutin dan tidak minum obat sangat

tinggi yaitu sebesar 32,3% tidak rutin berobat dan tidak minum obat sebesar

13,3% dengan bebagai macam alasan yaitu sudah merasa sehat, tidak rutin ke

faskes, sering lupa dan tidak mampu membeli obat. (Riskesdas, 2018).

4
Kasus Hipertensi di Kota Bau-bau pada tahun 2018 sebanyak 5.238 kasus

atau berada pada urutam no.2 penyakit terbesar (Dinkes Kota Bau-bau, 2018).

dan khusus pada Puskesmas Bataraguru dalam tahun 2018 kasus Hipertensi 129

kasus. Hipertensi menduduki urutan nomor 10 dari 10 penyakit terbesar. (Profil

Puskesmas Bataraguru, 2018).

Dari wawancara yang dilakukan pada petugas Puskesmas Bataraguru

didapatkan bahwa penderita hipertensi banyak yang tidak rutin mengontrol

tekanan darah, memiliki kebiasaan merokok, pola hidup yang tidak sehat, jika

kebiasaan tersebut tidak diatasi maka akan memicu terjadi hipertensi dan

berlanjut ke komplikasi seperti gagal jantung, stroke, kerusakan pada ginjal dan

kebutaan.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis tertarik melakukan

studi kasus Hipertensi pada keluarga dalam judul “Asuhan Keperawatan pada

Keluarga Ny.W dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kota

Bau-bau Tahun 2019”.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada Keluarga Ny.W

dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kota Bau-bau.

5
2. Tujuan Khusus

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat :

a. Melakukan pengkajian pada Keluarga Ny.W Rdengan gangguan

kardiovaskuler : Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kota

Bau-bau

b. Menyusun diagnosa keperawatan pada Keluarga Ny.W dengan gangguan

kardiovaskuler : Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kota

Bau-bau

c. Membuat rencana keperawatan pada Keluarga Ny.W dengan gangguan

kardiovaskuler : Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kota

Bau-bau

d. Melaksanakan implementasi keperawatan apada Keluarga Ny.W dengan

gangguan kardiovaskuler : Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Bataraguru Wajo Kota Bau-bau

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Keluarga Ny.W dengan gangguan

kardiovaskuler : Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kota

Bau-bau

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis yang dapat di ambil sebagai berikut :

a. Untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan penyakit dalam yang telah

diperoleh selama dibangku kuliah pada pasien secara langsung.

6
b. Sebagai bahan dan media referensi bagi mahasiswa, petugas kesehatan

dan masyarakat secara umum.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi klien dan masyarakat, memberikan informasi tentang penyakit

hipertensi dan perawatannya.

b. Bagi institusi pendidikan, merupakan sumbangan ilmiah bagi dunia

pendidikan dan dapat menjadi referensi atau kajian empiris untuk

peneliti selanjutnya.

c. Bagi Puskesmas, dapat dijadikan masukan untuk petugas kesehatan

agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang penyakit hipertensi dan

perawatannya dan memaksimalkan asuhan keperawatan yang

diberikan pada pasien dengan diagnosa medis hipertensi.

d. Bagi peneliti, sebagai input pengetahuan yang kedepannya mampu

digunakan oleh peneliti sebagai rujukan referensi pada kasus yang

serupa pada penelitian selanjutnya.

D. Metode dan Teknik Penelitian

1. Tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas

Bataraguru pada tanggal 11 s/d 13 Maret 2019

2. Teknik pengumpulan data

7
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini memerlukan data obyektif dan relevan

dengan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik

pengumpulan data sebaagai berikut :

a. Studi kepustakaan

Studi ini dilakukan dengan mempelajari isi literatur-literatur yang

berhubungan dengan karya tulis ilmiah ini.

b. Studi kasus

Studi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan pada klien yang meliputi pengkajian, penerapan diagnosa

keperawatan, penyuusunan rencana tindakan, penerapan implementasi

keperawatan dan evaluasi asuhan keperawatan.

Untuk melengkapi data atau informasi dalam pengkajian penulis

menggunakan beberapa metode antara lain :

1) Observasi

Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan cara

melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan dan

keadaan klien

2) wawancara

Mengadakan wawancara langsung terhadap klien dan keluarga klien

terkait dengan penyakit yang diderita.

3) Pemeriksaan fisik

8
Melakukan pemeriksaan secara per sistem terhadap klien dengan cara

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

4) Studi dokumentasi

Penulis peroleh data dari medical record dan data pemeriksaan

penunjang berupa hasil pemeriksaan laboratorium

5) Metode diskusi

Diskusi dengan tenaga kesehatan yang terkait yaitu perawat yang

bertugas saat pengambilan data di puskesmas Bataraguru kota bau-

bau

3. Teknik penulisan

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari

lima bab, yaitu :

Bab I : pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat

penulisan dan teknik penulisan

Bab II: tinjauan pustaka yang mencakup konsep dasar medis meliputi

definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik

dan penatalaksanaan. Sedangkan konsep dasar keperawatan meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan

Bab III : Tinjauan kasus yang mencakup hasil pengkajian, analisa data,

diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi.

9
Bab IV : pembahasan kasus yang berisi perbandingan antara teori

keperawatan dan kasus yang di amati

Bab V : penutup yang meliputi kesimpulan dan saran

Diakhiri dengan daftar pustaka yang memuat referensi yang dipergunakan

dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan

perkawinan yan g sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan

materil yang layak, bertakwa kepada tuhan, memiliki hubungan yang selaras

dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.

BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2012). Sedangkan menurut Wall, (1986)

dalam Friedman (2010) menyatakan bahwa keluarga adalah sebuah

kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih

yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah

atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian rupa

sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.

2. Ciri-Ciri Keluarga

Setiadi (2008) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu :

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk

perhitungan garis keturunan.


d. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan

dan membesarkan anak.

e. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah

tangga.

3. Tipe Keluarga

Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi :

a. Secara Tradisional

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri

ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau

keduanya.

2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah ( kakek

nenek, paman-bibi)

b. Secara Modern

Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme

maka pengelompokkan tipe keluarga selain di atas adalah :

1) Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah

ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu ataukeduanya dapat bekerja di luar rumah.

12
2) Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak

anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari

perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.

3) Niddle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di

rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena

sekolah/perkawinan/ meniti karier.

4) Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang

keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.

5) Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya

dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.

6) Dual Carrier

Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.

7) Commuter Married

Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada

jaraktertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

8) Single Adult

13
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk kawin.

9) Three Generation

Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

10) Institusional

Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti

11) Comunal

Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang

monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam

penyediaan fasilitas.

12) Group Marriage

Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di

dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin

dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

13) Unmaried Parent and Child

Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya

diadopsi.

14) Cohibing Couple

Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa

kawin.

15) Gay and Lesbian Family

14
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin

sama.

4. Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi, struktur peran,

struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak dkk, 2011)

menggambarkan sebagai berikut :

a. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka,

melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan.

b. Struktur peran

Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang

diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran

bisa bersifat formal atau informal.

c. Struktur kekuatan

Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau

mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain : legitimate power

(hak), referent power (ditiru), expert power (keahlian), reward power

(hadiah), coercive power (paksa) dan affective power.

d. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota

keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku

15
yang diterima pada lingkungan sosil tertentu berarti disini adalah

lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

5. Fungsi keluarga

Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu :

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun

untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif

merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran utama

orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini

berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap

kebutuhan sosio emosional semua anggota keluarganya.

b. Fungsi sosialisasi dan status sosial

Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan

dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara

menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti

peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau

pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian

status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga,

walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang

dewasa Amerika.

c. Fungsi reproduksi

16
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi keluarga dan masyarakat

yaitu menyediakan anggota baru untuk masyarakat.

d. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan

makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan

perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah

fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga.

e. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya

yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai

melalui proses pengambilan keputusan.

6. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman

(1998) dalam Dion & Betan (2013) adalah sebagai berikut :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan

yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami

anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan

orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta

dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,

faktor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga

terhadap masalah.

17
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai

masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji

keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam

membuat keputusan.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis

2) danperawatannya).

3) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

4) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.

5) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga

6) yangbertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas

7) fisik,psikososial).

8) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang

sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.

2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.

3) Pentingnya hiegine sanitasi.

18
4) Upaya pencegahan penyakit.

5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.

6) Kekompakan antar anggota kelompok.

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus

mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keberadaan fasilitas keluarga.

2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.

3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.

4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

B. Konsep Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri,

yang secara umum hipertensi tidak menimbulkan gejala, dimana tekanan

yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko

hipertensi, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Wijaya,

2013).

Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah

penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun

diastolik yang naik diatas tekana darah normal. Tekanan darah sistolik

adalah tekanan puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan

memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan darah diastolik diambil

19
tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari

jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara

terus– menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila

arteriol-arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir

dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah

beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan

kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010). Hipertensi sering

juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari

120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009).

2. Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat diklasifikasi berdasarkan tekanan darah orang dewasa

menurut Triyanto (2014), adapun klasikasi tersebut sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang

Dewasa.

Kategori TD Sistolik (mmHg) TD diastolik (mmHg)

Normal < 130 mmHg < 85 mmHg

Normal Tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg

Stadium 1 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg

(ringan)

20
Stadium 2 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg

(sedang)

Stadium 3 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg

(berat)

Stadium 4 ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg

(maligna)

Sumber : Triyanto, 2014

3. Etiologi

Menurut Arif.M, (2000), berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi dua

bagian yaitu:

a. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat

diketahuipenyebabnya.atau disebut juga hipertensi idiopatik. Hipertensi

esensial biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada individu

pada akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap “ pada suatu

saat dapat juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat

atau “maligna“ yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan

cepat. Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah gangguan emosi,

obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat – obatan, faktor

keturunan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Robbins

(2007), beberapa faktor yang berperan dalam hipertensi primer atau

21
esensial mencakup pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan seperti

:stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi

garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam

hipertensi.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal

Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab

tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,

berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner &

Suddart, 2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab

hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,

diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya

seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-

obatan seperti kontasepsi oral dan kartikosteroid.

4. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi

Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat

diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah

sebagai berikut :

a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah

1) Riwayat keluarga

Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada

seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi

dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat

22
menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien

dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada pada risiko

hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.

2) Usia

Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.

Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang

berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari

140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan

darah sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolic karena

merupakan predictor yang lebih baik untuk kemungkinan

kejadian dimasa depan seperti penyakit jantung koroner, stroke,

gagal jantung, dan penyakit ginjal.

3) Jenis kelamin

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita

sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita

hamper sama antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko

lebih besar.

4) Etnis

Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam

tidaklah jelas, akan tetapi peningkatannya dikaitkan dengan

kadar rennin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar

23
terhadap vasopressin, tinginya asupan garam, dan tinggi stress

lingkungan.

b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah

1) Diabetes mellitus

Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien

diabetes mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis

dan menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh

darah besar.

2) Stress

Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung

serta menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah

permasalahan persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang

menciptakan banyak stressor dan respon stress.

3) Obesitas

Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya

jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut,

dihubungkan dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi

obesitas dengan faktor-faktor lain dapat ditandai dengan sindrom

metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi.

4) Nutrisi

Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi

pada individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan

24
hormone natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak

langsung menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga

menstimulasi mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat.

Penelitan juga menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim,

kalium, dan magnesium dapat berkontribusi dalam

pengembangan hipertensi.

5) Penyalahgunaan obat

Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa

penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko

hipertensi. pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta

obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah

secara langsung.

5. Patofisiologi

Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang

merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri).

Antherosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada

dinding arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung,

karena sel-sel otot arteri tertimbun lemak kemudian membentuk plak,

maka terjadi penyempitan pada arteri dan penurunan elastisitas arteri

sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah kemudian mengakibatkan

hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran darah menyebabkan

beban jantung bertambah berat yang dimanisfestasikan dalam bentuk

25
hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolik karena

gangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan

tekanan darah dalam sistem sirkulasi. (Hull, 1996; dalam Bustan 2007).

Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah

jantung dan tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi

mencegah perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada

yang bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang

bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah secara akut. Sistem

tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan

ada yang bereaksi lebih lama. Sistem yang cepat tersebut antara lain

reflek kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek kemorereptor, respon

iskemia susunan saraf pusat, dan reflek yang berasal dari atrium, arteri

pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon

perubahan tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan perngaturan

hormon angiotensin dan vasopresor.

6. Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain

tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada

retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan

pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus

optikus ) (Brunner & Suddart, 2015).

26
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala

sampai bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya

kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ

yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri

koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai

hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan

beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik

yang menigkat.Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan

beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart,

2015). Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan

bahwa sebagian besar gejala klinis timbul :

a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang–kadang disertai mual dan muntah

akibat peningkatan tekanan intracranial.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.

c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf

pusat,

d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerolus.

e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

7. Pemeriksaan Penunjang

27
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor

resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.

b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi

ginjal.

c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus

hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin

(meningkatkan hipertensi).

d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya

aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi

diuretik.

e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat

meningkatkan hipertensi.

f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak

ateromatosa (efek kardiofaskuler)

g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan

vasikonstriksi dan hipertensi.

h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme

primer (penyebab).

i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi

ginjal dan atau adanya diabetes.

28
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat

mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24

jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila

hipertensi hilang timbul.

k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor

resiko terjadinya hipertensi.

l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,

feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar

renin dapat juga meningkat.

m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.

n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area

katub; deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.

o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau

feokromositoma.

p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,

gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah

salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. (Anonim, 2013)

8. Komplikasi

Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan

menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang

mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat

29
terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai

berikut :

a. Jantung

Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit

jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung

akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang

elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak

lagi mampu memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan

diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak

nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.

b. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke,

apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.

c. Ginjal

Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat

menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat

lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak

dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi

penumpukan di dalam tubuh.

d. Mata

Hipertensi juga dapat mengakibatkan terjadinya retinopati

hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.

30
9. Penatalaksanaan

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah

terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan

mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas

setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya

perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner &

Suddart, 2015).

a. Terapi nonfamakologis

Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non

farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya

hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi.

Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari

berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan

tekanan darah yaitu :1) Mempertahankan berat badan ideal

Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi

obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah

kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil

menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik

dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg. 2) Kurangi asupan natrium

Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), pengurangan

konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan

tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak

31
2,5 mmHg. 3) Batasi konsumsi alkohol Radmarsarry (2007) dalam

Wijaya & Putri (2013), konsumsi alkohol harus dibatasi karena

konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan

darah.Para peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi

empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum

berakohol. 4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium Kaplan,

(2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan diet

potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet

tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel

kacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara

mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan

menurut Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium

dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah

natrium yang terbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi buah-

buahan sebanyak 3 5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai

asupan potassium yang cukup. 5) Menghindari merokok Dalimartha

(2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok memang tidak

berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi

merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi pada pasien

hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari

rokok karena dapat memperberat hipertensi. 6) Penurunan Stress

Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang tidak

32
menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress

sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat

tinggi. 7) Terapi pijat Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri

(2013), pada prinsipnya pijat yang dikukan pada penderita

hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energy dalam tubuh

sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir,

ketika semua jalur energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan

hambatan lain maka risiko hipertensi dapat ditekan.

b. Terapi farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013)

merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain : 1)

Diuretik (Hidroklorotiazid) Diuretik bekerja dengan cara

megeluarkan cairan berlebih dalam tubuh sehingga daya pompa

jantung menjadi lebih ringan. 2) Penghambat simpatetik

(Metildopa, Klonidin dan Reserpin) Obat-obatan jenis penghambat

simpatetik berfungsi untuk menghambat aktifitas saraf simpatis. 3)

Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol) Fungsi dari obat

jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa jantung,

dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan

pernafasan seperti asma bronkhial. 4) Vasodilator (Prasosin,

Hidralisin) Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh

darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah. 5) Angiotensin

33
Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril) Fungsi utama

adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II dengan

efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering,

pusing, sakit kepala dan lemas. 6) Penghambat angiotensin II

(Valsartan) Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis

obat-obat penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan

menghalangi penempelan zat angiotensin II pada resptor. 7)

Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Kontraksi jantung

(kontraktilitas) akan terhambat.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi

Keperawatan adalah pelayanan esensial individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat yang dilaksanakan pada orang baik sehat maupun sakit secara

promotif, kuratif, preventif dan rehabilitatif dengan pendekatan proses

keperawatan melalui tahapan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan

keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. (Aziz, A, 2009).

1. Pengkajian

Fokus Pengkajian pada keluarga model Friedman (2010) yang

diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :

a. Data umum

Data umum yang perlu dikaji adalah :

34
1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis

kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan.

2) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta

kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe

keluarga

3) Status sosial ekonomi Keluarga, Status sosial ekonomi keluarga

ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun

anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonomi keluarga

ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh

keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Tahap perkembangan

keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.

2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,

menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang

belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas

perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegaha

penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan

35
yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadapa

pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya Menjelaskan mengenai riwayat

kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian lingkungan

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah

ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber

air, sumber air minum yang digunakan, tanda catyang sudah

mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah.

d. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling

asuh dan saling mendukung, hubungan baik dengan orang lain,

menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap perasaan.

2) Fungsi sosialisasi Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan,

hukuman, serta memberi dan menerima cinta.

3) Fungsi keperawatan; a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan :

menjelaskan nilai yang dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan

yang dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga. b) Status kesehatan

keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa : keluarga mengkaji

status kesehatan, masalah kesehatan yang membuat kelurga rentan

terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan. c) Praktik diet keluarga :

36
keluarga mengetahui sumber makanan yang dikonsumsi, cara

menyiapkan makanan, banyak makanan yang dikonsumsi perhari dan

kebiasaan mengkonsumsi makanan kudapan. d) Peran keluarga dalam

praktik keperawatan diri : tindakan yang dilakukan dalam memperbaiki

status kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan keluarga dirumah dan

keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah. e) Tindakan pencegahan

secara medis : status imunisasi anak, kebersihan gigi setelah makan, dan

pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan.

4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi

keluarga adalah : berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan

dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga

dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012).

5) Fungsi ekonomi Data ini menjelaskan mengenai kemampuan

keluarga dalam memenuhi sandang, pangan, papan, menabung,

kemampuan peningkatan status kesehatan.

e. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang

digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.

2. Diagnosa keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke

system keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian

37
keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan

aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan

dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan

pengalaman ( Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa keperawatan adalah:

a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan

kesehatan).

b. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila

sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.

c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu

kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan

keluarga dapat ditingkatkan.

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan

masalah hipertensi adalah (NANDA NIC-NOC 2017) :

1) Penurunan curah jantung

2) Intoleransi aktivitas

3) Nyeri (sakit kepala)

4) Kelebihan volume cairan

5) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

6) Ketidakefektifan koping

7) Defisiensi pengetahuan

8) Ansietas

38
9) Resiko cidera

Skala Prioritas Masalah keperawatan Keluarga

Kriteria Skor Bobot

1) Sifat masalah : 1

a) Aktual (tidak/kurang sehat) 3

b) Ancaman kesehatan 2

c) c) Keadaan sejahtera 1

2) Kemungkinan masalah dapat diubah 2

a) Mudah 2

b) Sebagian 1

c) c) Tidak dapat 0

3) Potensi masalah untuk dicegah : 1

a) Tinggi 3

b) Cukup 2

c) c) Rendah 1

4) Menonjolnya masalah: 1

a) Masalah dirasakan dan 2

perlusegera ditangani

b) Masalah dirasakan tapi tidak perlu 1

segera ditangani

39
c) Masalah tidak dirasakan 0

TOTAL SKORE

Sumber : Baylon & Maglaya (1978) dalam Padila (2012)

Keterangan :

Total Skor didapatkan dengan : Skor (total nilai kriteria) x Bobot

=Nilai

Angka tertinggi dalam skor

Cara melakukan Skoring adalah :

1) Tentukan skor untuk setiap criteria

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

3) Jumlah skor untuk semua criteria

4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa

keperawatan keluarga.

3. Intervensi Keperawatan Keluarga

40
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,

diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga,

dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative

dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak,

atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat

keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada penderita hipertensi adalah :

a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,

vasokonstriksi, iskemia, hipertropi ventrikuler

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan

informasi

e. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

f. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium

g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

h. Resiko cedera berhubungan dengan kelemahan fisik, gangguan cerebral

41
Tabel 1. Rencana intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi (NIC)

(NOC)

Nyeri akut NOC : Pain Management

berhubungan  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara

dengan  Pain control, komprehensif termasuk lokasi,

peningkatan  Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,

tekanan Kriteria kualitas dan faktor presipitasi

vaskuler Hasil :  Observasi reaksi nonverbal dari

cerebral Mampu ketidaknyamanan

mengontro  Gunakan teknik komunikasi

l nyeri terapeutik untuk mengetahui

(tahu pengalaman nyeri pasien

penyebab  Kaji kultur yang mempengaruhi

nyeri, respon nyeri

mampu  Evaluasi pengalaman nyeri masa

mengguna lampau

kan tehnik  Evaluasi bersama pasien dan tim

nonfarmak kesehatan lain tentang

ologi ketidakefektifan kontrol nyeri masa

untuk lampau

42
menguran  Bantupasien dan

gi nyeri, keluargauntukmencari dan

mencari menemukandukungan

bantuan)  Kontrollingkungan yang

Melaporka dapatmempengaruhinyerisepertisuhur

n bahwa uangan, pencahayaan dan kebisingan

nyeri  Kurangi faktor presipitasi nyeri

berkurang  Pilih dan lakukan penanganan nyeri

dengan (farmakologi, non farmakologi dan

mengguna inter personal)

kan  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

manajeme menentukan intervensi

n nyeri  Ajarkan tentang teknik non

Mampu farmakologi

mengenali  Berikan analgetik untuk mengurangi

nyeri nyeri

(skala,  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

intensitas,  Tingkatkan istirahat

frekuensi  Kolaborasikan dengan dokter jika ada

dan tanda keluhan dan tindakan nyeri tidak

nyeri) berhasil

43
Menyataka  Monitor penerimaan pasien tentang

n rasa manajemen nyeri

nyaman

setelah Analgesic Administration

nyeri  Tentukan lokasi, karakteristik,

berkurang kualitas, dan derajat nyeri sebelum

Tanda vital pemberian obat

dalam  Cek instruksi dokter tentang jenis

rentang obat, dosis, dan frekuensi

normal  Cek riwayat alergi

 Pilih analgesik yang diperlukan atau

kombinasi dari analgesik ketika

pemberian lebih dari satu

 Tentukan pilihan analgesik

tergantung tipe dan beratnya nyeri

 Tentukan analgesik pilihan, rute

pemberian, dan dosis optimal

 Pilih rute pemberian secara IV, IM

untuk pengobatan nyeri secara teratur

 Monitor vital sign sebelum dan

sesudah pemberian analgesik pertama

44
kali

 Berikan analgesik tepat waktu

terutama saat nyeri hebat

 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda

dan gejala (efek samping)

Penurunan NOC : NIC :

curah jantung  Cardiac Cardiac Care

berhubungan Pump  Evaluasiadanyanyeri dada (

dengan effectivene intensitas,lokasi, durasi)

peningkatan ss  Catat adanya disritmia jantung

afterload,  Circulat  Catatadanya tanda dan

vasokonstriksi, ion Status gejalapenurunancardiacputput

iskemia,  Vital  Monitor status kardiovaskuler

hipertropi Sign  Monitor status pernafasan yang

ventrikuler Status menandakan gagal jantung

Kriteria hasil  Monitor abdomen sebagai indicator

 Denyut penurunan perfusi

jantung  Monitor balance cairan

dalam  Monitor adanya perubahan tekanan

batas darah

45
normal  Monitor

 Tekanan responpasienterhadapefekpengobata

darah nantiaritmia

dalam  Atur periode latihan dan istirahat

rentang untuk menghindari kelelahan

normal  Monitor toleransi aktivitas pasien

 Aritmia  Monitor adanya dyspneu, fatigue,

tidak ada tekipneu dan ortopneu

 Input dan  Anjurkan untuk menurunkan stress

output

cairan

seimbang

Intoleransi NOC : NIC :

aktivitas  Energy Activity Therapy

berhubungan conservation  Kolaborasikan dengan Tenaga

dengan  Activity Rehabilitasi Medik

kelemahan tolerance dalammerencanakan progran terapi

umum,  Self Care : yang tepat.

ketidakseimban ADLs  Bantu klien untuk mengidentifikasi

gan suplai dan aktivitas yang mampu dilakukan

kebutuhan Kriteria  Bantu untuk memilih aktivitas

46
oksigen Hasil : konsisten yangsesuai dengan

 Berpartisipasi kemampuan fisik, psikologi dan

dalam social

aktivitas fisik  Bantu untuk mengidentifikasi dan

tanpa disertai mendapatkan sumber yang

peningkatan diperlukan untuk aktivitas yang

tekanan diinginkan

darah, nadi  Bantu untuk mendpatkan alat

dan RR bantuan aktivitas seperti kursi roda,

 Mampu krek

melakukan  Bantu untu mengidentifikasi

aktivitas aktivitas yang disukai

sehari hari  Bantu klien untuk membuat jadwal

(ADLs) latihan diwaktu luang

secara  Bantu pasien/keluarga untuk

mandiri mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas

 Sediakan penguatan positif bagi

yang aktif beraktivitas

 Bantu pasien untuk

mengembangkan motivasi diri dan

47
penguatan

 Monitor responfisik, emosi, social

dan spiritual

48
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian dengan metode auto anamnesa dan allo anamnesa

yaitu pengumpulan data dan menggunakan teknik pengumpulan data melalui

studi kepustakaan dengan mempelajari isi literatur-literatur dengan menggunakan

proses keperawatan dengan pendekatan observasi dan wawancara selain itu

melakukan pengamatan langsung dan pemeriksaan secara langsung dengan

metode per sistem melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Hasil

pengkajian penulis sajikan sebagai berikut :

I. Data Umum

1. Kepala Keluarga (KK) : Ny.W

2. Alamat : RT. 02/RW.08 Kelurahan Bataraguru

3. Pekerjaan KK : Wiraswasta

4. Pendidikan KK : SD

5. Komposisi Keluarga :

Hubungan Status imunisasi Ket


No Nama JK Umur
dgn KK BCG POLIO DPT HB CPK

1. Ny.W P Istri 76 th Hipertensi

49
Genogram :

Keterangan :
: laki-laki

U : Perempuan
k : Meninggal
: Klien
t
w : Tinggal serumah
e
6. Tipe Keluarga
f : keluarga Lansia (dead family )
v
7. Suku/Bangsa : Buton / Indonesia
1
/
8. Agama : Islam
7
9. g
Status Sosial ekonomi keluarga :

Kebutuhan sehari-hari Keluarga Ny.W semua dipenuhi Tn. S yang bekerja segai

guru dengan pendapatan perbulan Rp.3.500.000,-. Ny.W tidak bekerja.

Pengeluaran keluarga Ny.W diantaranya untuk kebutuhan makan sehari hari

dipenuhi oleh kemenakannya (Tn.S).

50
10. Aktivitas Rekreasi keluarga :

Keluarga Ny.W tidak pernah melakukan rekreasi diluar kota. Aktifitas rekreasi

keluarga yang sering dilakukan yaitu dengan menonton televisi dirumah

kemenakan.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

11. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Ny.W tidak memiliki anak

12. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Ny.W berharap agar kemenakannya dapat menjaganya sampai meninggal.

13. Riwayat kesehatan keluarga inti

Ny.W tidak mempunyai anak setelah ditinggalkan suaminya. Ny. W

merasakan nyeri kepala, kepala belakang terasa berat, seperti tertusuk-tusuk.

P: nyeri tertusuk tusuk, Q; terasa berat, R: di kepala belakang, S: skala 6

(sedang) dan T: hilang timbul. TD. 170/100 mmHg, RR; 20 x/menit, HR; 80 x

permenit SB: 36,8 0C.

14. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Ny.W menderita penyakit hipertensi sudah 12 tahun. Ny. W menyukai ikan

asin yang menurutnya enak.

III. Data Lingkungan

15. Karakteristik rumah

i. Kepemilikan rumah

Rumah keluarga Ny.W merupakan rumah pribadi/sendiri

51
j. Luas rumah dan tipe rumah

Luas rumah 42 m2 dengan ukuran 6x7 meter terdiri dari ruang tamu, 2

kamar tidur , 1 ruang keluarga, dapur dan WC. lantai rumah dari semen

dengan tipe rumah semi permanen,

k. Penerangan dan ventilasi

Arah rumah Ny.W menghadap timur, cahaya matahari dapat masuk saat

pagi dengan jendela 6 buah, pada malam hari menggunakan penerangan

listrik.

l. Jamban

Jamban keluarga Ny.W terletak didalam rumah dengan kondisi cukup

bersih, keluarga Ny.W menggunakan septik tank dan berjarak lebih dari 10

meter dari sumber air.

m. Sumber air minum

Sumber air minum menggunakan PDAM. Air minum dimasak sampai

mendidik dan didinginkan

Denah rumah :

dapur
kt wc

Kt
R. keluarga

R.tamu

52
16. Karakteristik tetangga dan komunitas

Hubungan sosialisasi antar tetangga sekitar baik dan dpat berkomunikasi

dengan baik. Dilingkungan sekitar keluarga Ny.W kadang mengikuti kegiatan

RW seperti bersih bersih lingkungan.

17. Mobilitas geografis keluarga

Dari awl pernikahan Keluarga Ny.W sudah menetap di rumah dan alamat

sekarang dan tidak pernah berpindah tempat.

18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dgn masyarakat

Hubungan Keluarga Ny.Wdengan tetangga baik, pada waktu senggang

keluarga Ny.W selalu berbincang dan berinteraksi dengan tetangga sekitar

rumahnya.

19. Sistem pendukung keluarga

Anggota keluarga yang sakit yaitu Ny.W, setelah obat habis klien tidak

pernah dibawa lagi kepuskesmas atau faskes terdekat karena Ny.W

beranggapan bahwa keluhan yang dialaminya bisa sembuh tanpa harus kontrol

lagi dan berobat, klien tidak memiliki uang untuk berobat ke dokter. Keluarga

tidak memiliki jaminan kesehatan.

IV. Struktur Keluarga

20. Struktur Peran

Ny.W berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafakah untuk keluarga

sedangkan Tn.S sebagai kemenakan yang mengurusi kebutuhannya.

53
21. Nilai atau norma keluarga

Dalam keluarga Ny.Wsemua keluarga saling menghargai dan menghormati

22. Pola komunikasi keluarga

Komunikasi keluarga bersifat terbuk satu sama lain sehingga pabila ada

masalah akan cepat terselesaikan dengan adanya partisipasi seluruh anggotaa

keluarga.

23. Struktur kekuatan keluarga

Struktur keluarga Ny.W terletak pada Ny.W sebagai kepala keluarga, namun

dalam pengambilan keputusan dalam keluarga berdasarkan keputusan

bersama.

V. Fungsi Keluarga

24. Fungsi afektif

Anggota keluarga saling menyayangi, memiliki dan mendukung. Persolan

dalam rumah tangga selalu dibicarakan bersama sehingga tidak memicu

terjadinya masalah.

25. Fungsi Sosialisasi

Diantara anggota kelurga Ny.W berusaha selalu berinteraksi satu dengan

lainnya, begitu pula berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Keluarga

berusuaha bertingk laku dan perperilaku yang sesuai dengan norma yang

dianut di lingkungannya

26. Fungsi Reproduksi

Keluarga Ny. W tidak memiliki anak

54
27. Fungsi Ekonomi

Ny.W tidak bekerja dan yang mencukupi kebutuhan pokok adalan Tn.S

sebaga guru.

28. Fungsi Perawatan Kesehatan

a. Kemampuan Mengenal masalah kesehatan

Ny.W mengatakan tidak tahu masalah kesehatan yang diderita oleh anggota

keluarganya yaitu hipertensi

b. Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

Ny. Wmengatakan hanya mengambil keputusan untuk beristirahat dan tidak

memeriksakannya ke puskesmas sebelum keluhannya bertambah parah.

c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit

Ny. W mengatakan tidak tahu cara merawat anggota keluarga yang

mengalami hipertensi dengan benar

d. Kemampuan memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat

Keluarga mengatakan tidak tahu cara bagaimana melakukan pencegahan

penyakit terhadap keluhan yang Ny.W rasakan

e. Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan

Keluarga belum mampu menggunakan fasilitas kesehatan yaitu

puskesmas/poskedes terdekat. Keluarga beranggapan bahwa keluhan yang

Ny.W rasakan adalah hal biasa dan akan hilang dengan beristirahat.

55
VI Stres dan Koping Keluarga

29. Stresor jangka pendek dan panjang

Stressor jangka pendek keluarga yaitu gangguan kesehatan yang Ny.W alami

dan keluhkan, Stressor jangka panjang keluarga yaitu komplikasi dari

penyakit Ny.W tersebut bila tidak diobati.

30. Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor

Keluarga menganggap hal tersebut adalah hal yang biasa dan tidak

membahayakan bagi Ny.W selama dapat ditangani oleh keluarga.

31. Strategi koping yg digunakan

Keluarga mengatakan Ny.W selalu membicarakan atu mendiskusikan hal

yang berkaitan dengan keluarga. Tetapi tetap mengambil keputusan secara

bersama sama.

32. Strategi adaptasi disfungsional

Keluarga menyatakan keluhan yang Ny.W adalah keluhan biasa dan

melakukan penyangkalan terhadap masalah kesehatan yang dapat

membahayakan kesehatan Ny.W.

33. Harapan Keluarga

Keluarga berharap agar petugas kesehatan dapat membantu mengatasi

masalah kesehatan yang ada pada keluarganya. Serta keluhan Ny.W cepat

sembuh dan sehat kembali dan tidak ada keluhan dalam menjalani

aktifitasnya.

56
VII. Pemeriksaan Fisik Tiap individu anggota keluarga

Pemeriksaan Ny.W

Keadaan umum Klien tampak lemah, kesadaran composmentis

TD : 150/90 mmHg

N : 80x/m

R : 24x/m

S : 370 C

Integumen Bentuk kepala mesosephal, rambut beruban, kulit kepala

bersih, warna kulit sawomatang, turgor kulit baik, CR<2

detik.

Wajah meringi, dengan skala nyeri 5 (sedang)

Sistem Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera

Penglihatan kekuningan, fungsi kornea baik, penglihatan baik, refleks

pupil isokor, visus normal

Sistem Hidung simetris, bersih tidak ada sekret, fungsi penciuman

penciuman baik.

Sistem Teling simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran

pendengaran baik

Sistem Bentuk dada normochest, bunyi napas vesikuler, tidak

pernapasan terdapat bunyi napas tambahan.

57
Sistem Irama jantung reguler, tidak ada distensi JVP, pengisian

kardiovaskuler kapiler baik.

Sistem Bibir berwarna pucat, tidak ada stomatitis, mukosa bibir

gastrointestinal lembab, jumlah gigi lengkap, warna putih kekuningan,

refleks menelan baik, fungsi pengecapan baik, peristaltik

normal, tidak ada nyeri tekan pada abdomen.

Sistem endokrin Tidak ada pembesaran kelenjer tiroid

Sistem Tidak terdapat nyeri tekan pada kandung kemih, frekuensi

perkemihan berkemih 4-5x/hari, warna kuning muda

Sistem Tidak ada keluhan

reproduksi

Sistem Pergerakan sendi normal, tidak terdapat edema dan varises

muskuloskeletal

58
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA

1. Data fokus

Data Subyektif Data Obyektif

- Ny. W mengatakan sering - Keluarga Nampak bertanya-

mengkonsumsi ikan asin karena tanya

menurutnya sangat enak - Ny. W Nampak menahan Nyeri

- Keluarga mengatakan tidak - Skala nyeri 6 (sedang)

tahu tentang hipertensi - TTV

- Keluarga mengatakan tidak TD: 170/100 mmHg

tahu tentang dampak yang N: 80 x/m

ditimbulkan penderita S: 20 x/m

hipertensi P:36,8 0C

- Ny. W mengatakan sakit

kepala, pusing, dan tegang pada

leher bagian belakang

- Ny.W mengatakan nyerinya

seperti tertusuk-tusuk

- Ny.W tidak tahu ketika tekanan

darahnya naik lagi

59
2. Analisa data

Data Masalah

Ds: Nyeri kronis

- Ny. M mengatakan sakit kepala, pusing, dan

tegang pada leher bagian belakang

- Ny.M mengatakan nyerinya seperti tertusuk-

tusuk

Do:

- Ny.M nampak menahan nyeri

- Skala nyeri 6 (sedang)

- TTV

TD: 170/100 mmHg

N: 76 x/m

S: 20 x/m

P:36,2C

Ds: Ketidakefektifan

- Ny. M mengatakan sering mengkonsumsi pemeliharaan kesehatan

ikan asin karena menurutnya sangat enak

- Keluarga mengatakan tidak tidak tau tentang

hipertensi

- Keluarga mengatakan tidak tau tentang

60
dampak yang ditimbulkan penderita

hipertensi

- Ny.M tidak tau kitika tekanan darahnya naik

lagi

Do:

- Keluarga Nampak bertanya-tanya

C. Intervensi keperawatan keluarga

No Diagnosa NOC NIC

1. Nyeri kronis Pain level - Tentukan

Pain control karakteristik dan

Comfort level lokasi nyeri

KH: - Kaji TTV

- Nyeri berkurang - Ajarkan teknik

- Klien tidak relaksasi napas

merasakan nyeri dalam

- Berikan posisi

nyaman

61
2. Ketidakefektifan 1. Keluarga dapat Pengajaran: proses

pemeliharaan mengenal masalah penyakit

kesehatan Hipertensi

a. Pengetahuan: Proses

penyakit

2. Keluarga dapat Dukungan perilaku

mengambil keputusan keputusan

perawatan Hipertensi

a. Partisipasi dalam

mengambil

keputusan

3. Keluarga dapat merawat - Pengajaran : diet

anggota keluarga Hipertensi

dengan Hipertensi - Pengajaran:

a. Perilaku patuh: diet pengobatan Hipertensi

yang disarankan - Pengajaran latihan (

b. Perilaku patuh: senam HT & relaksasi

pengobatan yang progresif)

dianjurkan - Monitor TTV

c. Perilaku patuh : - Manajemen nyeri

62
latihan yang

disarankan

d. TTV

e. Pain Level

4. Keluarga dapat Identifikasi faktor resiko

memodifikasi

lingkungan untuk

perawatan penderita

Hipertensi

a. Factor resiko

Hipertensi

5. Keluarga dapat Mengunjungi fasilitas

menggunakan fasilitas kesehatan

pelayanan kesehatan

a. Kepatuhan: perilaku

menerima pelayanan

kesehatan

63
D. Implementasi dan Evaluasi

No Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi

1 11 Nyeri kronis 1. Menentukan S: Ny. W mengatakan

Maret karakteristik dan masih nyeri

2019 lokasi nyeri O:

2. Mengkaji TTV - skala nyeri 6

3. Mengajarkan sedang

teknik relaksasi - TTV

napas dalam TD: 170/100

4. Memberikan mmHg

posisi nyaman N: 76 x/m

S:36,2 C

P:20 x/m

A: masalah belum teratasi

P:lanjutkan intervensi

2 11 Ketidakefektifan 1. Pengajaran: S: keluarga mengatakan

Maret pemeliharaan proses penyakit masih bingung

2019 kesehatan 2. Dukungan O:

pengambilan - Pengetahuan 30%

keputusan kategori kurang

64
3. Pengajaran diet - Partisipasi

HT pengambilan

4. Pengajaran keputusan 40 %

latihan (senam kategori kurang

HT & relaksasi - Perilaku patuh diet

progresif) 20% kategori

5. Memonitor TTV kurang

- Perilaku patuh

pengobatan 40%

kategori kurang

- Perilaku patuh

latihan 20%

kategori kurang

- TTV

TD: 170/100

mmHg

N: 76 x/m

S:36,2 C

P:20 x/m

A: masalah belum teratasi

P:lanjutkan intervensi

65
1. 12 Nyeri kronis 1. Menentukan S: Ny. W mengatakan

Maret karakteristik dan nyerinya berkurang

2019 lokasi nyeri O:

2. Mengkaji TTV - skala nyeri 4

3. Mengajarkan sedang

teknik relaksasi - TTV

napas dalam TD: 160/90

4. Memberikan mmHg

posisi nyaman N: 80 x/m

S: 20 x/m

P: 36.5 C

A: masalah teratasi

sebagian

P:lanjutkan intervensi

2. 12 Ketidakefektifan 1. Pengajaran: proses S: keluarga mengatakan

Maret pemeliharaan penyakit mengerti

2019 kesehatan 2. Dukungan O:

pengambilan - Pengetahuan 70%

keputusan kategori baik

3. Pengajaran diet - Partisipasi

HT pengambilan

66
4. Pengajaran keputusan 40 %

latihan (senam kategori kurang

HT & relaksasi - Perilaku patuh diet

progresif) 60% kategori

5. Memonitor TTV patuh

- Perilaku patuh

pengobatan 60%

kategori patuh

- Perilaku patuh

latihan 60%

kategori patuh

- TTV

TD: 160/90

mmHg

N: 80 x/m

S: 20 x/m

P: 36.5 C

A: masalah belum teratasi

P:lanjutkan intervensi

1. 13 Nyeri kronis 1. Menentukan S: Ny. W mengatakan

Maret karakteristik dan nyerinya agak hilang

67
2019 lokasi nyeri O:

2. Mengkaji TTV - skala nyeri 2

3. Mengajarkan ringan

teknik relaksasi - TTV

napas dalam TD: 140/90

4. Memberikan mmHg

posisi nyaman N: 80 x/m

S: 36.7 C

P: 18 x/m

A: masalah teratasi

P:lanjutkan intervensi

2 13 Ketidakefektifan 1. Pengajaran: proses S: keluarga mengatakan

Maret pemeliharaan penyakit mengerti

2019 kesehatan 2. Dukungan O:

pengambilan - Pengetahuan 80%

keputusan kategori baik

3. Pengajaran diet - Partisipasi

HT pengambilan

4. Pengajaran latihan keputusan 80 %

(senam HT & kategori baik

relaksasi - Perilaku patuh diet

68
progresif) 60% kategori

5. Memonitor TTV patuh

- Perilaku patuh

pengobatan 80%

kategori patuh

- Perilaku patuh

latihan 60%

kategori patuh

- TTV

TD: 140/90

mmHg

N: 80 x/m

S: 36.7 C

P: 18 x/m

A: masalah teratasi

P: intervensi selesai

69
E. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2019 dengan hasil evaluasi sebagai

berikut:

1. Diagnosa nyeri kronis didapatkan data pada hari ketiga; skala nyeri 2 (ringan),

TD: 140/90

2. Diagnosa ketidakefektifan pemeliharan kesehatan keluarga didapatkan data

pada hari ketiga pengetahuan tentang proses penyakit 80% (kategori baik).

70
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Pada tahap ini penulis membandingkan antara teori dan hasil yang di dapatkan

di keluarga Ny. W di Wilayah Kerja Puskesmas Bataraguru Kota Bau-bau .

Beberapa hal yang ditemui selama pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Dari hasil pengkajian data yang diperoleh yaitu data yang berhubungan

dengan keluarga dan anggota keluarga yang mengalami Hipertensi, Ny. W

mengatakan sering menkonsumsi ikan asin karena menurutnya sangat enak. Ny.

W mengatakan tidak mengerti tentang penyebab hipertensi secara umum, tanda

dan gejala hipertensi, dampak hipertensi, cara mencegah hipertensi, pasien

terlihat bingung.

Menurut teori faktor-faktor yang terkait dengan kurangnya pengetahuan

(Deficient Knowledge) terdiri dari: kurang terpapar informasi, kurang daya ingat/

hapalan, salah menafsirkan informasi, keterbatasan kognitif, kurang minat untuk

belajar dan tidak familiar terhadap sumber informasi. Dari hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa pengetahuan atau knowledge seseorang ditentukan oleh

faktor-faktor sebagai berikut: Keterpaparan terhadap informasi, Daya ingat,

Interpretasi informasi, Kognitif, Minat belajar dan Kefamiliaran terhadap sumber

informasi Penulis berpendapat antara pengkajian dilapangan dan teori tidak

71
terdapat kesenjangan kerena Pengetahuan seseorang ditentukan oleh faktor-faktor

sebagai berikut: Keterpaparan terhadap informasi, Daya ingat, Interpretasi

informasi, Kognitif, Minat belajar dan Kefamiliaran terhadap sumber informasi,

hal tersebut dikarenakan daya ingat Ny.W sudah menurun sehingga Ny.W tidak

ingat lagi tentang penyuluhan yang dilakukan kepadanya.

Pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada keluarga Ny.W sesuai dengan

teori yang telah di jabarkan tersebut di atas dengan menggunakan format

pengkajian keluarga dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik

dan juga menggali informasi dari pengalaman anggota keluarga untuk memenuhi

data dan informasi yang diperlukan dalam proses asuhan keperawatan. Dalam

pengkajian keluarga dengan hipertensi didapatkan keluhan merasa pusing, sakit

kepala, nyeri pada leher belakang, terasa berat pada belakang kepala, dengan

nyeri terasa hilang timbul dengan skala nyeri 6 dan dilakukan pemeriksaan

tekanan darah didapatkan hasil 180/100 mmHg.

Keluhan yang didapatkan penulis pada pengkajian sesuai dengan tanda dan

gejala Hipertensi menurut Wijaya dan Putri, (2013) yaitu nyeri kepalasaat

terjaga, terkadang disertai muntah, peningkatan tekanan intrakranial, penglihatan

kabur akibat retinopati karena hipertensi, langkah kaki tidak stabil karena

kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal

dan filtrasi, edema dependen, dan pembengkakan kaibat peningkatan tekanan

kapiler.

72
B. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Dalam pengkajian di temukan masalah keperawatan yang muncul yaitu,

nyeri kronik dan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan. Diagnosa

keperawatan keluarga yang sering muncul pada kasus Hipertensi yaitu: perilaku

kesehatan cenderung beresiko, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan,

ketidakmampuan koping keluarga dan resiko ketegangan peran care giver.

Terdapat kesenjangan teori dan fakta dimana pada Keluarga Ny.W tidak

semua diagnosa muncul, diagnosa keperawatan keluarga yang tidak muncul

adalah perilaku kesehatan cenderung beresiko, ketidakmampuan koping keluarga

dan resiko ketegangan peran care giver. Penulis tidak mengangkat diagnose

tersebut karena data-data yang tidak mendukung untuk diangkat sebagai

diagnosa.

C. Intervensi Keperawatan Keluarga

Menurut hasil intervensi dilapangan pada diagnosa Intervensi pada diagnosa

nyeri kronik adalah menentukan karakteristik nyeri, mengkaji TTV, ajarkan

teknik relaksasi napas dalam, memberikan posisi nyaman, kolaborasi pemberian

obat dan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan adalah beri pengajaran tentang

proses penyakit, kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi, beri

pendidikan kesehatan mengenai (pengertian hipertensi, penyebab hipertensi,

tanda dan gejala hipertensi, dampak hipertensi, cara mencegah hipertensi),

penjelasan tentang dukungan keluarga, perilaku patuh dalam berobat maupun

patuh terhadap aktivitas yang disarankan, berikan penjelasan tentang diit yang

73
harus dilakukan pada penderita hipertensi, dan bagaimana pemeliharaan

kesehatan dengan benar.

Menurut teori intervensi yang dilakukan pada diagnosa ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan adalah memberikan informasi yang tepat pada keluarga

tentang bagaimana pemeliharaan kesehatan yang benar meliputi pengertian

hipertensi, penyebab hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, dampak hipertensi,

cara mencegah hipertensi, diit yang disarankan, dan factor resiko yang dapat

menyebabkan hipertensi.

Berdasarkan intervensi dari teori dan studi lapangan adalah sama

dikarenakan intervensi sudah mencangkup sumber daya dan dana yang dimiliki

keluarga serta aspek pengetahuan, sikap dan psikomotor pada keluarga.

Intervensi yang disebutkan dalam teori sudah sesuai dengan kondisi yang terjadi

di studi lapangan sehingga intervensi dapat digunakan untuk diagnosa tersebut.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi dilapangan pada diagnose nyeri kronik dengan memberikan

pengajaran tentang teksik relaksasi napas dalam, serta pengajaran pemberian

posisi yang nyaman dan untuk diagnose keperawatan ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan adalah memberi penyuluhan tentang pengertian

hipertensi, penyebab hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, dampak hipertensi,

cara mencegah hipertensi, mengevaluasi tingkat pengetahuan keluarga setelah

diberi penyuluhan, memberi pujian bila keluarga mampu menjawab dengan baik

dan benar. Menurut teori implementasi pada diagosa defisit pengetahuan adalah

meberikan penyuluhan tentang pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, tanda

74
dan gejala hipertensi, dampak hipertensi, cara mencegah hipertensi,

mengevaluasi tingkat pengetahuan keluarga setelah diberi penyuluhan, memberi

pujian bila keluarga mampu menjawab dengan baik dan benar.

E. Evaluasi Keperawatan Keluarga

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan

keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehinga memiliki produktivitas

yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga. Sebagai komponen

kelima dalam proses keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah

tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam

melaksanakan evaluasi. Pada evaluasi pada hari ketiga semua masalah teratasi,

dengan tingkat nyeri 2 (ringan) dan tingkat pengetahuan 80% (kategori baik).

75
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dalam studi kasus ini, maka penulis

dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada pengkajian, penulis menyimpulkan bahwa nyeri kepala, pusing, berat

sampai di pundak, merupakan gejala khas hipertensi. sering menkonsumsi

ikan asin tidak mengerti tentang penyebab hipertensi secara umum, tanda dan

gejala hipertensi, dampak hipertensi, cara mencegah hipertensi, pasien terlihat

bingung.

2. Pada diagnosa keperawatan penulis mendapatkan diagnosa yaitu nyeri kronis

dan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.

3. Pada intervensi keperawatan penulis mengambil NIC; manajemen nyeri dan

pengajaran proses penyakit.

4. Pada implementasi penulis melakukan tindakan pengkajian nyeri, tindakan

mandiri untuk mengurangi nyeri, kolaborasi dan pendidikan kesehatan,

penyuluhan hipertensi pada klien dan keluarganya.

5. Pada tahap evaluasi, dalam mengevaluasi proses keperawatan pada klien

dengan hipertensi selalu mengacu pada tujuan pemenuhan kebutuhan klien.

Hasil evaluasi yang dilakukan selama tiga hari menunjukan semua masalah

dapat teratasi.

76
B. Saran

Sesuai hasil dan kesimpulan studi kasus ini, penulis menyarankan :

1. Bagi Klien / Masyarakat

Pada lansia yang sudah dalam proses degeneratif perlu diperhatikan

pengurangan resiko kenaikan tekanan darah khususnya yang sudah

terdekteksi menderita hipertensi.

2. Bagi Puskesmas Bataraguru Kota Bau-bau

Petugas kesehatan sebaiknya meningkatkan frekuensi kontak dengan klien

dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga serta adanya

pendokumentasian yang lengkap dan akurat pada status kesehatan klien.

Juga diperlukan adanya kerja sama yang baik dengan tim kesehatan lainnya

untuk mempercepat proses kesembuhan klien.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini masih banyak faktor-faktor yang belum dilakukan penerapan

tindakan,

77
DAFTAR PUSTAKA

Aziz. Alimul, (2009). Konsep Dasar Manusia. Salemba Medika. Jakarta

Pearce. C. (2009). Anatomi dan Fisiologi. Gramedia. Jakarta

Dongoes. M.E (2001). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

Budi.(2015). Hipertensi Manajemen Komperhensif. AUP Airlangga University


Press.Surabaya

Brunner dan Suddarth, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta

Friedman, Marilyn, 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga, konsep dan praktik. EGC.
Jakarta.

Haryanto, A., dan Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Ar-Ruzz


Media.Yogyakarta

Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler.


KDT.Jakarta

Muttaqin, Arif, 2009. Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan sistem


Kardiovaskuler. Salemba medika. Jakarta

Nurarif, A. H., dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Mediaction Jogja.Yogjakarta

Padila, 2012. Buku ajar keperawatan keluarga. Nuha medika. Yogyakarta

Potter dan Perry, 2009. Buku ajar fundamental keperawatan; konsep, proses dan
praktik. Vol.1. edisi 4. EGC. Jakarta

SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta

Sugiharto, 2012. Asuhan keperawatan keluarga dengan pedekatankeperawatan


transkultural. EGC. Jakarta.

1
Wajan, J. (2013). Keperawatan Kardiovaskuler. Salemba Medika.Jakarta

Wijayaningsih, KS. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. CV. Trans info media.
Jakarta

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Intervensi Nanda Nic Noc. EGC.


Jakarta

2
TEilERIHTAH KOTA BAUEAU
OIHAS KESE}IATAil
PUSKE$HA$ BATARAGURU
Jt. ltuh " HuanI Thamin, Koda Pas : 937 I 4, Kal. Ea&,nguru, Kec. ltllatto
BAUBAU

Nomor ; 4451156

Yang betanda tangan dibawah ini :

Nama ASFIANI, AMKL


Jabatan KEPALA PUSKESMAS BATARAGUAU
Lembaga/ lnstansi PUSKESMAs BATARAGURU KCITA BAU.BAU

Dengan ini menerangkan bahwa mahasiswa { i ) P0LTEKSS KEMENKES

Nama lengkap HERTINA


Stambuk PAA32A9L8732
Prodi/ jenjang DIIIKEPERAWATAN
Semester/ T.A il{DUA}

Telah selesai melaksanakan penilitian dengan judul " Asuhan keperawatan pada pasien Ny. W Dengan
GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER HIPERTENSf : Diwllayah kerja puskesmas Bataraguru Kcta
Bau-
bau" mulai tanggal04 Maret 2019 sampai selesai

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk di gunakan sebagaimana mestinya.

Bau-bau,02 )uli ZAL?


Kepa la Puskesrnas bataragu!.u

hlip :19701225X99783 Z OO7


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADANPENGEMBANGANDANPEMBERDAYAAN
SU MBERDAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JL.Jend.NasuttonNo,G.l4Anduonohu,Kotakenda.ri93232
d a ri@.v ah o o' c o m
r a p. roio ti 390492.F axpau) 393339 e-m ail : p oltekkes
ke n

SURAT KETERANGAN BEBAS PUSTAKA


t t O: UrOq. OL I L7 4 I L I zOLg

yang bertanda tangan di bawah ini Kepala unit Perpustakaan Politeknik Kesehatan

Kendari, menerangkan bahwa

Nama Herlina

NIM P00320018132

Tempat Tgl. Lahir Bau-Bau, 08 November 1979

Jurusan Keperawatan RPL

Alamat Bau-Bau

di atas sampai saat ini tidak mempunyai


Benar-benar rnahasiswa yang tersebut namanya
baik urusan peminjaman buku maupun urusan
sangkut paut di Perpustakaan Poltekkes Kendari

administrasi lainnYa.
digunakan sebagai syarat untuk mengikuti
Demikian surat keterangan ini diberikan untuk
2019
ujian akhir pada Jurusan Keperawatan RPLTahun

luni 2019

NrP. 197509141999032001
,#ffSUMBER
==[JsEn [^[ 5i^F#fr IAIST -
DAYA MANUSIA KESEHATAN 'rery
m
POLITEKN I K KESEHATAN KENDARI
Jl. Jend. A.H. Nasution. No. G.14 Anduonohu, KotaKendari 93232
Telp. (0401) 3190492 Fax. (0401) 3193339 e-mail: poltekkeskendari@

SURAT KETERANGAN BEBAS ADMINISTRASI


Nomor: PP.03.0115/ rq I 2019

Dengan ini menyatakan bahwa.

Nama : Herlina
Nim : P003200'18132

Benar-benar telah telah melunasi -sPP Semester I s.d Vl yang terkait dengan
Jurusan Keperawatan, dengan bukti sebagai berikut:

1. SIip Pernbayaran SPP Semester I s.d Semester Vl


2. Slip Pembayaran Ujian Akhir Program (UAP)

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Kendari, 8 Juli 2019


,.r-";, . B&-&.,nara Jurusan Keperawatan
"-',',rt'

4+
Edi R, S.Keo..Ns
NtP. 1 9860504 201012 1 001

Anda mungkin juga menyukai