OLEH :
NIM. C2222093
2022
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN (TINJAUAN TEORI)
A Definisi
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau lebih sering dikenal sebagai Demam
Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam,
manifestasi perdarahan, dan bertendensi mngakibatkan renjatan (syok) yang dapat
menyebabkan kematian (Mansjoer, 2010). Menurut Hidayat dan Musrifatul (2014),
dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue,
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti betina.
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif,
2015). Demam dengue adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Virus masuk
ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aides aegepty betina. Masa inkubasi 13-15
hari dengan gejala klinis yang bervariasi berdasarkan derajat DHF (Nugroho, 2011).
Jadi, kesimpulannya DHF merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan
ditularkan melalui gigita nyamuk Aedes Aegypti.
B Anatomi Fisiologi
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat
penting dalam tubuh yaitu fungsi transportasi dalam tubuh yaitu membawa nutrisi,
oksigen dari usus dan paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh tubuh (Smeltzer,
2013). Darah mempunyai 2 komponen yaitu komponen padat dan komponen cair.
Darah berwarna merah, warna merah tersebut keadaannya tidak tetap, tergantung
kepada banyaknya O2 dan CO2 di dalamnya. Apabila kandungan O2 lebih banyak
maka warnanya akan menjadi merah muda. Sedangkan. Darah juga pembawa dan
penghantar hormon. Hormon dari kelenjar endokrin ke organ sasarannya. Darah
mengangkut enzim, elektrolit dan berbagai zat kimiawi untuk didistribusikan ke
seluruh tubuh.
Peran penting yang dilakukan darah yaitu dalam pengaturan suhu tubuh, karena
dengan cara konduksi darah membawa panas tubuh dari pusat produksi panas (hepar
dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan permukaan tubuh yang ada
akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya homeostasis suhu (termoregulasi). Jumlah
darah manusia bervariasi tergantung dari berat badan seseorang. Rata-rata jumlah darah
adalah 70 cc/kgBB. Dalam komponen cair atau plasma ini mempunyai fungsi sebagai
media transport, berwarna kekuningan. Sedangkan pada komponen padat terdiri dari
sel-sel darah eritrosit, leukosit dan trombosit. Pada batas tertentu diatur oleh tekanan
osmotik dalam pembuluh darah dan jaringan. Bagian-bagian padat darah terendam
dalam plasma (Mansjoer, 2010).
Komponen dari sel-sel darah, menurut (Nugroho, 2011) meliputi :
a. Eritrosit
Eritrosit dibuat di dalam sumsum tulang, di dalam sumsum tulang masih
berinti, inti dilepaskan sesaat sebelum dilepaskan/keluar. Pada proses
pembentukannya diperlukan Fe, Vit. B12, asam folat dan rantai globulin yang
merupakan senyawa protein. Selain itu untuk proses pematangan (maturasi)
diperlukan hormon eritropoetin yang dibuat oleh ginjal, sehingga bila kekurangan
salah satu unsur pembentukan seperti di atas (kurang gizi) atau ginjal mengalami
kerusakan, maka terjadi gangguan eritrosit (anemia). Umur peredaran eritrosit
sekitar 105-120 hari. Pada keadaan penghancuran eritrosit yang berlebihan,
misalnya pada hemodialisis darah, hepar kewalahan kewalahan mengolah bilirubin
yang tiba-tiba banyak jumlahnya. Maka akan timbul juga gejala kuning walaupun
hati tidak mengalami kerusakan. Eritrosit dihancurkan di organ lien terutama pada
proses penghancurannya dilepaskan zat besi dan pigmen bilirubin. Zat besi yang
digunakan untuk proses sintesa sel eritrosit baru, sedangkan pigmen bilirubin di
dalam hati akan mengalami proses konjugasi kimiawi menjadi pigmen empedu dan
keluar bersama cairan empedu ke dalam usus. Jumlah normal eritrosit pada laki-laki
5,5 juta sel/mm3, pada perempuan 4,8 juta sel/mm3. Di dalam sel eritrosit didapat
hemoglobin suatu senyawa kimiawi yang terdiri dari atas molekul hem yang
mempunyai ion Fe (besi) yang terkait dengan rantai globulin (suatu senyawa
protein). Hemoglobin berperan mengangkut O2 dan CO2, jumlah Hb pada laki-laki
14-16 gr%, pada perempuan 12-14 gr%.
b. Leukosit
Fungsi utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara
menghancurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leukosit
yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, monosit. Jumlah normal leukosit 5.000-
9.000/mm3. Bila jumlahnya berkurang disebut leukopenia. Jika tubuh tidak
membuat leukosit sama sekali disebut agranulasitosis.
c. Trombosit
Trombosit bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk keping yang merupakan
bagian-bagian kecil dari sel besar yang membuatnya yaitu megakaryosit, di
sumsum tualng dan lien. Ukurannya sekitar 2-4 mikron, dan umur peredarannya
sekitar 10 hari. Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan:
- Daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)
- Daya adhesi (melekat)
- Daya agregasi (berkelompok)
Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm3, fungsinya sebagai hemostasis dan
pembekuan darah. Pembekuan darah proses kimiawi yang mempunyai pola tertentu
dan berjalan dalam waktu singkat. Bila ada kerusakan pada dinding pembuluh
darah maka trombosit akan berkumpul dan menutup lubang yang bocor dengan cara
saling melekat, berkelompok dan menggumpal dan kemudian dilanjutkan dengan
proses pembekuan darah. Kemampuan trombosit seperti ini karena trobosit
mempunyai 2 zat yaitu Prostaglandin dan Tromboxan yang segera dikeluarkan bila
ada kerusakan dinding pembuluh darah atau kebocoran, zat ini menimbulkan efek
vassokontriksi pembuluh darah, sehingga aliran darah berkurang dan membantu
proses pembekuan darah.
d. Plasma
Plasma merupakan bagian cair dari darah. Plasma membentuk sekitar 5% dari
berat badan tubuh. Plasma adalah sebagai media sirkulasi elemen-elemen darah
yang berbentuk (sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, trombosit). Plasma juga
berfungsi sebagai media transportasi bahan-bahan organik dan anorganik dari satu
organ atau jaringan ke organ atau jaringan lain.
Komposisi dari plasma:
- Air : 91-92%
- Protein plasma, terdiri dari albumin (bagian besar pembentuk plasma protein,
dibentuk di hepar), globulin a, b, g (terbentuk di dalam hepar, limfosit dan sel-
sel retikuloendotelial). Immunoglobulin merupakan bentuk globulin, fibrinogen,
dan protrombin.
- Unsur-unsur pokok anorganik : Na, K, Cl, Magnesium, zat besi, Iodin
- Unsur-unsur pokok organik : urea, asam urat, kreatinin, glukose, lemak, asam
amino, enzim, hormone.
Fungsi Protein Plasma:
1) Mempertahankan tekanan osmotik plasma yang diperlukan untuk pembentukan
dan penyerapan cairan jaringan.
2) Dengan bergabung bersama asam dan alkali protein plasma bertindak sebagai
penyangga dalam mempertahankan pH normal tubuh.
3) Fibrinogen dan protrombin adalah penting untuk pembekuan darah.
4) Immunoglobulin merupakan hal yang esensial dalam pertahanan tubuh
melawan infeksi.
C Etiologi/Predisposisi
DBD diketahui disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan RNA
virus dengan nukleokapsid ikosahedral dan dibungkus oleh lapisan kapsul lipid. Virus
ini termasuk kedalam kelompok arbovirus B, famili Flaviviridae, genus Flavivirus.
Flavivirus merupakan virus yang berbentuk sferis, berdiameter 45-60 nm, mempunyai
RNA positif sense yang terselubung, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi
oleh dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70◦C. Virus dengue
mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4.
Manifestasi klinis dengue selain dipengaruhi oleh virus dengue itu sendiri,
terdapat 2 faktor lain yang berperan yaitu faktor host dan vektor perantara (Smeltzer,
2013). Virus dengue dikatakan menyerang manusia dan primata yang lebih rendah.
Penelitian di Afrika menyebutkan bahwa monyet dapat terinfeksi virus ini. Transmisi
vertikal dari ibu ke anak telah dilaporkan kejadiannya di Bangladesh dan Thailand.
Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes aegypti betina, disamping pula Aedes
albopictus betina. Menurut Nugroho (2011) ciri-ciri nyamuk penyebab penyakit
demam berdarah (nyamuk Aedes aegypti).
- Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
- Hidup di dalam dan di sekitar rumah
- Menggigit/menghisap darah pada siang hari
- Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar
- Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah bukan
di got/comberan
- Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan lain-
lain.
Jika seseorang terinfeksi virus dengue digigit oleh nyamuk Aedes aegypti, maka
virus dengue akan masuk bersama darah yang diisap olehnya. Didalam tubuh nyamuk
itu virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar ke
seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus akan berada dalam kelenjar air liur
nyamuk. Jika nyamuk tersebut menggigit seseorang maka alat tusuk nyamuk
(proboscis) menemukan kapiler darah, sebelum darah orang itu diisap maka terlebih
dahulu dikeluarkan air liurnya agar darah yang diisapnya tidak membeku. Bersama
dengan air liur inilah virus dengue tersebut ditularkan kepada orang lain (Smeltzer,
2013).
Viremia
Pembebasan histamin
Mual Peningkatan suhu
tubuh
Peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah
Mual, muntah, penurunan Hipertermia
asupan
Kebocoran plasma
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Perdarahan ekstraseluler Pada jaringan interstitial
tubuh
tubuh plasma banyak
mengumpul
Hemoglobin turun Risiko syok
Menekan syaraf C
Suplai nutrisi dan oksigen
ke jaringan menurun
Nyeri akut
Intoleransi aktivitas
G Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis
DBD adalah pemeriksaan darah lengkap, urine, serologi dan isolasi virus. Yang
signifikan dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, selain itu untuk mendiagnosis
DBD secara definitif dengan isolasi virus, identifikasi virus dan serologis (Smeltzer,
2013)
a. Darah Lengkap: Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar
hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang
selalu dijumpai pada DBD merupakan indikator terjadinya perembesan plasma,
Selain hemokonsentrasi juga didapatkan trombositopenia, dan leukopenia.
b. Isolasi Virus: Ada beberapa cara isolasi dikembangkan, yaitu:
1) Inokulasi intraserebral pada bayi tikus albino umur 1-3 hari.
2) Inokulasi pada biakan jaringan mamalia (LLCKMK2) dan nyamuk A.
albopictus.
3) Inokulasi pada nyamuk dewasa secara intratorasik / intraserebri pada larva.
c. Identifikasi Virus: adanya pertumbuhan virus dengue dapat diketahui dengan
melakukan fluorescence antibody technique test secara langsung atau tidak
langsung dengan menggunakan cunjugate. Untuk identifikasi virus dipakai
flourensecence antibody technique test secara indirek dengan menggunakan
antibodi monoklonal.
d. Uji Serologi
1) Uji hemaglutinasi inhibasi ( Haemagglutination Inhibition Test = HI test)
Diantara uji serologis, uji HI adalah uji serologis yang paling sering
dipakai dan digunakan sebagai baku emas pada pemeriksaan serologis. Terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam uji HI ini:
- Uji ini sensitif tetapi tidak spesifik, artinya dengan uji serologis ini tidak
dapat menunjukan tipe virus yang menginfeksi
- Antibodi HI bertahan didalam tubuh sampai lama sekali (48 tahun), maka
uji ini baik digunakan pada studi seroepidemiologi.
- Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen empat kali lipat dari titer
serum akut atau konvalesen dianggap sebagai presumtive positif, atau
diduga keras positif infeksi dengue yang baru terjadi (Recent dengue
infection)
2) Uji Komplement Fiksasi (Complement Fixation test = CF test)
Uji serologi yang jarang digunakan sebagai uji diagnostik secara rutin
oleh karena selain cara pemeriksaan agak ruwet, prosedurnya juga memerluikan
tenaga periksa yang sudah berpengalaman. Berbeda dengan antibodi HI,
antibodi komplemen fiksasi hanya bertahan sampai beberapa tahun saja (2-3
tahun)
3) Uji neutralisasi (Neutralisasi Tes = NT test)
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus
dengue. Biasanya uji neutralisasi memakai cara yang disebut Plaque Reduction
Neutralization Test (PRNT) yaitu berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang
terjadi. Saat antibodi neutralisasi dideteksi dalam serum hampir bersamaan
dengan HI antibodi komplemen tetapi lebih cepat dari antibodi fiksasi dan
bertahan lama (48 tahun). Uji neutralisasi juga rumit dan memerlukan waktu
yang cukup lama sehingga tidak dipakai secara rutin.
4) IgM Elisa (IgM Captured Elisa = Mac Elisa)
Pada tahun terakhir ini, mac elisa merupakan uji serologi yang banyak
sekali dipakai. Sesuai namanya test ini akan mengetahui kandungan IgM dalam
serum pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji mac elisa adalah:
- Pada perjalanan penyakit hari 4-5 virus dengue, akan timbul IgM yang
diikuti oleh IgG.
- Dengan mendeteksi IgM pada serum pasien, secara cepat dapat ditentukan
diagnosis yang tepat.
- Ada kalanya hasil uji terhadap masih negatif, dalam hal ini perlu diulang.
- Apabila hari ke 6 IgM masih negatif, maka dilaporkan sebagai negatif.
- IgM dapat bertahan dalam darah sampai 2-3 bulan setelah adanya infeksi.
Untuk memeperjelas hasil uji IgM dapat juga dilakukan uji terhadap IgG.
Untuk itu uji IgM tidak boleh dipakai sebagai satu-satunya uji diagnostik
untuk pengelolaan kasus.
- Uji mac elisa mempunyai sensitifitas sedikit dibawah uji HI, dengan
kelebihan uji mac elisa hanya memerlukan satu serum akut saja dengan
spesifitas yang sama dengan uji HI.
5) IgG Elisa
Pada saat ini juga telah beredar uji IgG elisa yang sebanding dengan uji
HI, hanya sedikit lebih spesifik. Beberapa merek dagang kita uji untuk infeksi
dengue IgM/IgG dengue blot, dengue rapid IgM, IgM elisa, IgG elisa, yang
telah beredar di pasaran. Pada dasarnya, hasil uji serologi dibaca dengan
melihat kenaikan titer antibodi fase konvalesen terhadap titer antibodi fase akut
(naik empat kali kelipatan atau lebih).
H Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan DHF menurut Hidayat & Musrifatul (2014)
adalah :
a. Tirah baring atau istirahat baring
b. Diet, makan lunak
c. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan beri
penderita oralit
d. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi
ketat tiap jam.
e. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari
f. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk
menurunkan suhu menjadi < 39oC, dianjurkan pemberian parasetamol,
asetosial/salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) karena dapat menyebabkan
gastritis, perdarahan atau asidosis
g. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan
untuk mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi
h. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
1. Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan
hal yang penting dilakukan, baik saat penderita baru pertama kali datang maupun
selama klien dalam masa perawatan. Data yang diperoleh dari pengkajian klien dengan
DHF menurut Hidayat & Musrifatul (2014), dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Data dasar, meliputi:
1) Pola Nutrisi dan Metabolik
Penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakit saat menelan, mukosa mulut
kering, perdarahan gusi, lidah kotor, nyeri tekan pada ulu hati.
2) Pola eliminasi
Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuri, (tahap lanjut).
3) Pola aktifitas dan latihan
Dispnea, pola nafas tidak efektif, karena efusi pleura.
4) Pola istirahat dan tidur
5) Kelelahan, kesulitan tidur, karena demam/panas/menggigil, nadi cepat dan
lemah, dispnea, sesak karena efusi pleura, nyeri epigastrik, nyeri otot/sendi.
6) Pola persepsi sensori dan kognitif
Nyeri ulu hati, nyeri otot/sendi, pegal-pegal seluruh tubuh, lemas dan gelisah.
7) Persepsi diri dan konsep diri
Ansietas, ketakutan, gelisah.
8) Sirkulasi
Sakit kepala/pusing, gelisah, nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas
dingin, dispnea, perdarahan nyata (kulit epistaksis, melena hematuri),
peningkatan hematokrit 20% atau lebih, trombosit kurang dari 100.000/mm.
9) Keamanan
Adanya penurunan imunitas tubuh, karena hipoproteinemia.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menurut Nugroho (2011), meliputi :
1) Keadaan umum pasien : lemah.
2) Kesadaran : kompomentis, apatis, somnolen, soporocoma, koma refleks,
sensibilitas, nilai gasglow coma scale (GCS).
3) Tanda-tanda vital : tekanan darah (hipotensi), suhu (meningkat), nadi
(takikardi), pernafasan (cepat).
4) Keadaan : kepala (pusing), mata, telinga, hidung (epistaksis), mulut (mukosa
kering, lidah kotor, perdarahan gusi), leher, rektum, alat kelamin, anggota gerak
(dingin), kulit (ptekie).
5) Sirkulasi : turgor (jelek).
6) Keadaan abdomen
Inspeksi : datar, Palpasi : teraba pembesaran pada hati, Perkusi : bunyi timpani,
Auskultasi : peristaltik usus
c. Data khusus, meliputi:
1) Data subyektif
Pada pasien DHF data subyektif yang sering ditemukan adalah:
- Lemah
- Panas atau demam
- Sakit kepala
- Anoreksia (tidak mafsu makan, mual, sakit saat makan)
- Nyeri ulu hati
- Nyeri pada otot dan sendi
- Pegal-pegal pada seluruh tubuh
- Konstipasi
2) Data obyektif
Data obyektif yang dijumpai pada penderita Dengue Hemorrhagic Fever adalah:
- Suhu tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan
- Mukosa kering, perdarahan pada gusi, lidah kotor
- Tampak bintik merah pada kulit (ptekie) uji tournikuet positif, epistaksis,
(perdarahan pada hidung), ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.
- Nyeri tekan pada epigastrik
- Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limfa
- Pada renjatan nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstrimitas dingin, gelisah,
sianosis perifer, nafas dangkal.
d. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu dilakukan berbagai pemeriksaan
penunjang, diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiologi (Smeltzer, 2013).
1) Pemeriksaan laboratorium
2) Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:
- IgG dengue positif (dengue blood)
- Trombositipenia
- Hemoglobin meningkat >20%
- Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
- Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema, hiponatremia,
hipokalemia
- SGOT dan SGPT mungkin meningkat
- Ureum dan pH darah mungkin meningkat
- Waktu perdarahan memanjang
- Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois metabolik PCO2
3) Pemeriksaan radiology
Foto thorax Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura
4) Pemeriksaan USG
Pada USG didapatkan hematomegali dan splenomegaly
memberikan manfaat
8. Tunjukkan dan 8. Mengajarkan teknik
tanda-tanda vital
3 Hipertermia Setelah diberikan asuhan NIC label
berhubungan keperawatan selama 3 x Perawatan demam
dengan penyakit 24 jam diharapkan 1. Pantau suhu dan 1. Memonitor perubahan
hipertermia teratasi tanda-tanda vital vital sign
dengan kriteria hasil: lainnya
NOC label 2. Monitor warna kulit 2. Monitor adanya
dan suhu
Termoregulasi 3. Beri obat atau cairan peningkatan suhu
- Menggigil saat dingin IV 3. Menggunakan agens
ditingkatkan ke skor 5 farmakologi untuk
(tidak terganggu) 4. Berikan pasien selimut mengurangi demam
- Tingkat pernafasan 4. Menghangatkan badan
ditingkatkan ke skor 5 5. Dorong pasien untuk pasien
(tidak terganggu) mengonsumsi lebih 5. Menghindari pasien
- Merasa merinding saat banyak cairan dari dehidrasi
dingin ditingkatkan ke 6. Mandikan dengan
skor 5 (tidak spons hangat 6. Mengurangi penguapan
terganggu) 7. Lembabkan bibir dan
- Peningkatan suhu kulit mukosa hidung yang 7. Menghidrasi mukosa
ditingkatkan ke skor 5 kering yang kering
(tidak ada) 8. Pantau komplikasi-
- Hipertermia komplikasi yang 8. Memantau adanya
ditingkatkan ke skor 5 berhubungan dengan kemungkinan kejang
(tidak ada) demam demam
- Sakit kepala
ditingkatkan ke skor 5
(tidak ada)
- Perubahan warna kulit
ditingkatkan ke skor 5
(tidak ada)
- Akral dingin
ditingkatkan ke skor 5
(tidak ada)
4 Mual berhubungan Setelah diberikan asuhan NIC label
dengan iritasi keperawatan selama 3 x Nausea Management
gastrointestinal 24 jam diharapkan mual 1. Lakukan pengkajian 1. Mengidentifikasi
muntah pasien berkurang mual secara lengkap secara lengkap
dengan kriteria hasil : termasuk frekuensi, frekuensi, tingkat,
NOC label durasi, tingkat mual, durasi dan faktor
Nausea Control dan faktor penyebab penyebab mual.
- Mengenali onset mual mual.
dan pencetus stimulus 2. Evaluasi efek mual 2. Memenuhi kebutuhan
(mual) ditingkatkan terhadap nafsu makan, nutrisi pasien dan
ke skor 5 (tidak ada) aktivitas sehari-hari
- Meggunakan obat dan tidur pasien. mencegah mual.
antiemetik seperti yang 3. Berikan istirahat dan
direkomendasikan tidur yang adekuat 3. Mengidentifikasi
ditingkatkan ke skor 5 untuk mengurangi pengaruh mual
(tidak ada) mual. terhadap kualitas
Nausea Severity hidup pasien dan tidur
- Frekuensi mual 4. Kolaborasi pemberian pasien.
pasien berkurang obat antiemetik. 4. Mengurangi mual
ditingkatkan ke skor dengan aksi sentralnya
5 (tidak ada) 5. Anjurkan makan pada hipotalamus.
- Intensitas mual sedikit tapi sering dan 5. Untuk menghindari
pasien berkurang dalam keadaan hangat. terjadinya mual namun
ditingkatkan ke skor 6. Anjurkan pasien rutin nutrisi tetap terpenuhi.
5 (tidak ada) minum air putih sesuai 6. Untuk menghindari
- Peningkatan sekresi anjuran. dehidrasi
air liur ditingkatkan Nutritional Monitoring
ke skor 5 (tidak ada) 1. Meman Nutritonal Monitoring
Nutritional Status: tau turgor kulit dan 1. Menjaga agar tidak
Food & Fluid mobilitas pasien. terjadi turgor kulitdan
- Pemasukan makanan melakukan mobilitas
dan minuman secara secara mandiri.
oral kedalam tubuh 2. Meman 2. Mengurangi mual
terpenuhi tau mual dan muntah muntah pasien.
ditingkatkan ke skor setiap hari. 3. Memenuhi kebutuhan
5 (tidak ada) 3. Meman asupan kalori dan
- Terpenuhinya tau asupan kalori dan makanan pasien.
pemasukan nutrisi makanan pasien sesuai
lewat parenteral jika dengan anjuran. 4. Mencegah perubahan
tidak dapat lewat oral 4. Mengid selera makan dan
ditingkatkan ke skor entifikasi perubahan aktivitas pasien.
5 (tidak ada) selera makan dan
aktivitas pasien. 5. Memenuhi kebutuhan
5. Meman makan sesuai faktor
tau faktor penentu pola penentu pola makan.
makanan seperti
makanan yang disuka,
makanan dan yang
tidak disuka namun
tidak bertentangan
dengan penyakitnya
(seperti makanan
pedas, makanan
berlemak). 6. Menjaga uji lab pasien
6. Melaku dalam keadaan normal
kan pemantauan uji lab
seperti hematokrit,
hemoglobin, leukosit,
trombosit dan LED
5 Risiko syok Setelah diberikan asuhan NIC label:
berhubungan keperawatan selama 3 x Pencegahan syok
dengan perdarahan 24 jam diharapkan tidak 1. Monitor terhadap 1. Memantau kondisi
aktif terjadi syok hipovolemik adanya respon yang dapat
dengan kriteria hasil: kompensasi awal menyebabkan syok
NOC label: syok
Keparahan syok: 2. Monitor terhadap 2. Memantau
hipovolemik adanya tanda-tanda kemungkinan sindrom
- Melambatnya waktu respon sindroma inflamasi sistemik
pengisian kapiler inflamasi sistemik
ditingkatkan menjadi 3. Monitor 3. Memantau sumber
skor 5 (tidak ada) kemungkinan kehilangan cairan
- Nadi lemah dan halus penyebab kehilangan
ditingkatkan menjadi cairan
skor 5 (sepenuhnya 4. Monitor terhadap 4. Memantau adanya
adekuat) adanya tanda awal komplikasi terhadap
- Meningkatnya laju dari penurunan jantung
nafas ditingkatkan fungsi jantung
menjadi skor 5 5. Monitor status 5. Menilai tingkat
(sepenuhnya adekuat) sirkulasi sirkulasi
- Akral dingin 6. Monitor terhadap 6. Menilai saturasi
ditingkatkan menjadi adanya tanda oksigen dan CRT
skor 5 (sepenuhnya ketidakadekuatan pasien
adekuat) perfusi oksigen ke
- Pucat ditingkatkan jaringan
menjadi skor 5 7. Memeriksa adanya
(sepenuhnya adekuat) 7. Monitor EKG komplikasi ke jantung
- Kebingungan 8. Memantau balance
ditingkatkan menjadi 8. Monitor intake dan cairan
skor 5 (sepenuhnya output cairan
adekuat)
- Penurunan tingkat
kesadaran ditingkatkan
menjadi skor 5
(sepenuhnya adekuat)
6 Intoleransi Setelah diberikan asuhan NIC label
aktivitas keperawatan selama 3 x Perawatan jantung:
berhubungan 24 jam diharapkan rehabilitative
dengan kelemahan intoleransi aktivitas 1. Monitor toleransi 1. Menilai tingkat
teratasi dengan kriteria pasien terhadap kemampuan pasien
hasil: aktivitas beraktivitas
NOC label 2. Pertahankan jadwal 2. Menyusun jadwal
Daya tahan ambulasi sesuai untuk psien melakukan
- Melakukan aktivitas toleransi pasien ambulasi
rutin ditingkatkan ke 3. Intruksikan kepada 3. Menginformasikan
skor 5 (tidak klien dan keluarga kemungkinan
terganggu) mengenai modifikasi komplikasi dari
- Aktifitas fisik faktor risiko jantung penyakit
ditingkatkan ke skor 5 4. Instruksikan pasien 4. Memberikan informasi
(tidak terganggu) mengenai perawatan mengenai penanganan
- Pemulihan energy diri pada saat bila mengalami nyeri
setelah istirahat mengalami nyeri dada saat beraktivitas
ditingkatkan ke skor 5 dada
(tidak terganggu) 5. Instruksikan kepada 5. Memberikan informasi
- Tenaga yang terkuras klien dan keluarga informasi terkait dalam
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
diterapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, dan menilai data yang baru. Dalam pelaksanaan membutuhkan
keterampilan kognitif, interpersonal, psikomotor (Rohmah & Walid, 2016).
5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terncana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya
(Rohmah & Walid, 2016). Evaluasi dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai kefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien),
objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori),
dan perencanaan.
b. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua proses
keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan
memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat
digunakan pada evaluasi Janis ini adalah melakukan wawancara pada akhir layan,
menanyakan respon klien dan keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan
pertemuan pada akhir layanan.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M. 2016. Nursing interventions classification (NIC) Edisi Enam. Singapore:
Elsevier Global Rights.
Herdman, Heather. 2018. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018 - 2020. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hidayat, Azis Alimul & Musrifatul, Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
Edisi 2. Jakarta: Salemba medika.
Mansjoer, Arief. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius.
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA, NIC, NOC Jilid 1. Yogyakarta:
Mediaction.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA, NIC, NOC Jilid 2. Yogyakarta:
Mediaction.
Smeltzer, Brunner dan Bare, Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8 volume 2. Jakarta EGC.
Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue Dengue Haemoohagic Fever. Jakarta: Sugeng
Seto.
Sue Moorhead, D. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Enam. Singapore:
Elsevier Global Rights.
Rohmah, Nikmatur & Saiful Walid. 2016. Proses Keperawatan: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Wilkinson, Judith M. & Nancy R., Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
BINA USADA BALI
SK MENDIKNAS RI. NOMOR 122/D/O/2007
TERAKREDITASI BAN PT.NOMOR 351/SK/BAN-PT/ Akred/ PT/IV/2015
Kompleks Kampus MAPINDO Jl. Padang Luwih, Tegal Jaya Dalung - Badung
Telp. (0361) 9072036,Email: binausada@yahoo.com Web: binausadabali.ac.id
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
= Meninggal
= Garis keturunan
= Tinggal serumah
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Sebelum sakit:
Klien mengatakan dapat melakukan aktivitas dan latihan secara mandiri.
Setelah sakit:
Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri kecuali
mandi karena klien masih menggunakan infus.
4. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit:
Klien mengatakan biasa tidur malam selama kurang lebih 6-8 jam, klien jarang tidur
siang karena harus kerja.
Saat sakit:
Klien mengatakan biasanya tidur malam selama kurang lebih 8 jam dan tidur siang
kurang lebih 2 jam dengan kualitas tidur nyenyak dan tidak memiliki gangguan tidur.
5. Eliminasi
Sebelum sakit:
Klien mengatakan biasa BAB 1 kali sehari dan BAK 3-5 kali sehari, tidak ada nyeri saat
BAB atau BAK, tidak ada darah saat BAB maupun BAK, konsistensi feses normal
dengan warna kecoklatan, dan BAK berwarna kuning.
Setelah sakit:
Klien mengatakan diare 3x tidak ada nyeri saat BAB, dan konsistensi feses cair ampas.
Klien biasa BAK 5-7 kali sehari, tidak ada darah dan nyeri saat BAK, warna urin
kekuningan.
6. Pola Persepsi Diri (Konsep Diri)
Sebelum sakit:
Klien mengatakan mengenal dirinya sebagai pria dewasa yang sudah menikah dan
memiliki anak. Klien berperan sebagai suami sekaligus kepala rumah tangga yang selalu
bekerja sama dengan istri mengurus anak dan segala keperluan rumah tangga di dalam
keluarganya.
Saat sakit:
Klien mengatakan tidak mengalami masalah mengenai identitas dirinya. Klien hanya
merasa tidak nyaman dengan kondisinya saat ini karena tidak dapat berkumpul dengan
keluarga dirumah dan berharap agar segera sembuh. Klien mengatakan tidak dapat
melaksanakan perannya sebagai suami dan orang tua sejak masuk rumah sakit.
9. Pemeriksaan Fisik
1. Vital Sign
TD : 100/60 mmHg
Suhu : 37,8 oC
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
2. Kesadaran: Compos mentis
GCS : E4V5M6
Eye :4
Motorik :6
Verbal :5
3. Keadaan Umum:
a. Sakit/ nyeri : Ringan Sedang Berat
Skala nyeri : Tidak ada nyeri
Lokasi nyeri : Tidak ada nyeri
b. Status gizi : Gemuk Normal Kurus
BB: 75 kg TB: 170 cm
c. Sikap : Tenang Gelisah Menahan nyeri
d. Personal hygiene : Bersih Kotor
Lain-lain : Tidak ada
e. Orientasi waktu/ tempat/ orang : Baik Terganggu
4. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala
Bentuk : Mesochepale Mikrochepale
Hidrochepale
Lain-lain : Tidak ada
Lesi/luka : Hematome Perdarahan Luka sobek
Lain-lain : Tidak ada
b. Rambut
Warna : Hitam
Distribusi rambut : Normal merata
Kelainan : Tidak ada kelainan
c. Mata
Penglihatan : Normal Kaca Mata/ Lensa
Lain-Lain : Tidak ada
Sklera : Ikterik Tidak ikterik
Konjungtiva : Anemis Tidak Anemis
Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Katarak
Kelainan : Kebutaan kanan/kiri : Tidak ada
Data tambahan : Tidak ada tambahan
d. Hidung
Penghidu : Normal Ada gangguan
Secret/darah/polip: Tidak ada
Tarikan cuping hidung : Ya Tidak
Lain-lain: Tidak ada
e. Telinga
Pendarahan : Normal Kerusakan
Tuli kanan/kiri Tinnitus
I : Lesi tidak ada, memar tidak ada, tumor tidak ada, kelainan tidak ada, warna kulit
normal merata.
P : Nyeri tekan tidak ada, edema tidak ada, dan tidak ada kelainan
P : Suara redup/pekak
A : Bunyi S2 S1 tunggal regular, suara murmur tidak ada
Paru-paru : 1. Frekuensi nafas : Teratur Tidak
2. Kualitas : Normal Dalam Dangkal
Wheezing
4. Batuk : Ya Tidak
i. Abdomen
Peristaltik usus : Ada: 9 x/menit Tidak ada
Hiperperistaltik Lain-lain: Tidak ada
Kembung : Ya Tidak
Nyeri tekan : Tidak Ya
Ascites : Ada Tidak ada
I : Tidak ada lesi, tidak ada tumor, warna kulit normal merata sama dengan warna
kulit lainnya.
P : Bising usus 9 x/menit
P : Nyeri tekan tidak ada, edema tidak ada, pembesaran organ tidak ada, kelainan
tidak ada.
A: Suara timpani
j. Genetalia
Pimosis : Ya Tidak
Alat bantu : Ya Tidak
Kelainan : Tidak Ya
k. Kulit
Turgor : Elastis Kering Lain-lain: Tidak ada
Laserasi : Luka Memar Lain-lain: Tidak ada
Warna kulit : Normal (putih) Pucat
Sianosis Ikterik Lain-lain: Tidak ada
l. Ekstrimitas
Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
n. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
08 April 2022 di RSAD Tk II Udayana
o. Terapi Medik
Tanggal : 08 April 2022
Hipertermia
Peningkatan asam
lambung
Mual
K: 3.9 mmol/L
Kekurangan volume
cairan
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
V. IMPLEMENTASI
Hari/ No. Jam Tindakan Evaluasi Paraf
Keperawatan
Tgl Dx
DO:
DS:
DS:
Memberikan kompres
hangat pada daerah Klien bersedia
1 09.00 axila dan temporal menggunakan kompres
klien hangat untuk menurunkan
.
suhu tubuhnya
Feebe
DO:
DS:
2 10.00 Menganjurkan klien
Klien mengerti dengan apa
untuk istirahat
yang disarankan oleh
.
perawat
Feebe
DO:
DS:
DS:
DO:
DS:
DO:
Mendorong klien
DS:
untuk mengonsumsi
lebih banyak cairan Klien mengatakan mengerti
dan menganjurkan dengan apa yang dijelaskan
klien makan sedikit perawat
.
tapi sering dalam
DO:
Feebe
keadaan makanan
hangat Klien tampak mengonsumsi
makanan yang disediakan di
rumah sakit, makanan habis
½ porsi karena klien masih
merasa mual, klien sudah
minum sebanyak 800 cc dari
pagi sampai siang.
Kolaborasi pemberian
DS:
13:00
obat dan cairan sesuai .
indikasi Klien mengatakan bersedia
untuk menerima terapi yang
1. IVFD RL 30 tpm
diberikan
2. Paracetamol
3x500mg IO DO:
DS:
1,2,3 13.30 Memberikan selimut
kepada klien Pasien mengatakan nyaman
menggunakan selimut yang
diberikan .
DO: Feebe
DO:
O: Feebe
P:
O: .
P:
Masalah teratasi
P: